Di
Susun Oleh :
Fitri Yani
Nim :
180204056
BAB I
PENDAHULUAN
kejadian nyata dari belajar fisika. Pada kenyataan, aplikasi pelajaran fisika sangat
pada materi yang hendak disampaikan dan kurang menjelaskan peristiwa Fisika
menguasai ilmu dan pengetahuan tentang materi yang hendak diajarkan dan
Hal ini terlihat dari nilai ulangan siswa pada mata pelajaran fisika yang memenuhi
standar ketuntasan minimal (SKM) hanya 33% dari 24 siswa dengan nilai rata-rata
kelas 58 sedangkan SKM untuk mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Bakongan
adalah 67. Beberapa hal yang membuat siswa tidak tuntas pada mata pelajaran
fisika adalah siswa kurang termotivasi dalam
belajar, siswa menganggap bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit,
siswa sering berbicara dengan teman, melamun, melakukan hal-hal yang tidak
berhubungan dengan pelajaran saat guru menjelaskan materi fisika dan terkadang
konsep kalor sehingga guru memerlukan waktu lebih lama dari yang telah
seperti itu mengacaukan rencana jam pembelajaran yang telah disusun oleh guru
mata pelajaran fisika di awal semester. Guru fisika dapat menggunakan model
diharapkan dapat terjadi dua arah dan siswa dapat belajar secara mandiri dengan
kelas. PTK dilakukan oleh guru untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di
kelas,
meningkatkan mutu proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa khususnya
pada Pokok Bahasan kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan impuls dan momentum untuk siswa SMA melalui
kelas.
3. Nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih dari sama dengan 75 (≥ 75).
Momentum untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA
1. Bagi Siswa
di kelas.
langsung.
2. Materi fisika dalam media pembelajaran dibatasi pada pokok kalor pada
tingkat SMA.
3. Keaktifan siswa diukur melalui lembar observasi kegiatan siswa dan angket
4. Hasil belajar siswa diukur dari tes yang dilakukan pada setiap siklus.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Proses belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, jika belajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus
dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar dan mengajar tersebut
menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dan siswa,
siswa dengan siswa pada saat pengajaran itu berlangsung.
Proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang menandung rangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu (Moh. Uzer Usman dalam Suryosubroto,2009:16)
Dengan demikian, pengkoordinasian komponen-komponen pengajaran oleh guru
diharapkan dapat mentumbuhkan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari Pendidikan Nasional dapat terwujud.
1.11 Pengertian Fisika
Fisika merupakan bagian dari IPA, yaitu ilmu yang banyak mengungkapkan fakta
ilmiah yang terjadi di alam semesta ini dan selalu berkembang melalui proses. Fisika
merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun
atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlangsung secara
universal (Trianto, 2010:137-138).
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua
sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut
sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap
ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi
tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan
zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang
membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum,
termodinamika, dan elektromagnetika.
2.1 Kalor
Kalor adalah energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu
benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor :
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c (t2 – t1)
Keterangan :
Q = kalor yang dibutuhkan (Joule)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/kgC)
(t2 – t1) = perubahan suhu (C)
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
2. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan
dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap
(J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg) ( Kanginan,. 2007).
2.2 Model Pembelajaran
2.3 Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2010:45) “Model pembelajaran merupakan landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas”. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang
digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada
guru di kelas. Sedangkan menurut Uno (2007:25) “Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang disusun secara sistematis sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar tercapai tujuan belajar.
Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang
dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang
mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa
tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang fisika dalam
kelompoknya. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga gurunya
sebagai pembimbing. Dalam pembelajaran model biasa atau tradisional guru menjadi
pusat kegiatan kelas. Sebaliknya pada model cooperative tipe jigsaw, meskipun guru tetap
mengendalikan aturan, dia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang
menjadi pusat kegiatan kelas. Kunci tipe jigsaw ini adalah setiap siswa terhadap anggota
tim memberikan informasi yang di perlukan. Artinya setiap siswa harus memiliki
tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan model pembelajaran cooperative tipe
jigsaw yang dimaksud adalah belajar dengan cara mensegmentasikan atau membagi-bagi
materi pada beberapa kelompok-kelompok kecil.
Anggapan Dasar
Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan STAD adalah tipe dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok yang telah ditentukan (Trianto,2010:68).
Hipotesis
3.1 Variabel Penelitian
sesuai dengan pengertian nya maka variabel yang menjadi titik dalam penelitian ini
adalah:
variabel bebas (X1) yaitu: model pembelalajaran kooperatif tipe jigsaw
variabel bebas (X2) yaitu :model pembelalajaran kooperatif STAD
variabel terikat (Y1) yaitu: Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di kelas X SMA Negeri 1 Bakongan variabel terikat (Y 2) yaitu:
Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran STAD di kelas X SMA
Negeri 1 Bakongan
· Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas X.2 eksperimen pertama
· model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas X.4 eksperimen kedua
4.1 Populasi
Seluruh siswa kelas X SMA 1 Negeri Bakongan tahun pelajaran 2019/2020
dinyatakan dalam tabel 1 berikut:
POPULASI PENELITIAN
Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Perempuan Laki-laki
X.1 20 11 31
X.2 16 14 30
X.3 17 15 32
X.4 18 15 33
X.5 15 20 35
Jumlah 164
4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik Claster random
sampling (acak), Hasil pengundian diperoleh kelas X.2 sebagai kelas eksperimen pertama
dan X.4 sebagai kelas eksperimen kedua.
Metode Penelitian
3.
4. Membuat distribusi frekuensi.
5. Rata-rata
1.
2. Harga satuan b
3. Cari harga X2
5.5 Uji Hipotesis
Teknik uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dengan rumus
sebagai berikut. dengan (Sudjana, 2009:239)
Keterangan:
t : perbandingan dua sampel
n1 : jumlah siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
n2 : jumlah siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
s : simpangan baku
s12 : nilai varians hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw
s22 : nilai varians hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
: rata-rata hitung hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw
: rata-rata hitung hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Aryani,D.2012. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa yang Menggunakan STAD dengan
Kelompok Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas VII SMP YWKA
Palembang.Skripsi.Palembang: Universitas PGRI Palembang
Isjoni. 2010. Cootive Learning. Surabaya: Unesa Univercity
Kanada. R . 2012. Perbedaan Hasil belajar Fisika antara siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan tipe STAD .skripsi.Palembang:Universitas
PGRI Palembang
Kanginan,M. 2007. Fisika Untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Santrock, H W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sudjana . 2009. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja Rosdakarya
Sugiyono.
2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta
Suprijono,A.2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajar43eseeran Inovatif Progresif .Jakarta: Kencana