Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana utama dalam mengembangkan sikap

selektif dan berpikir kritis dalam menjamah semua sumber-sumber informasi yang

tersebar secara luas. Selain itu banyak permasalahan yang muncul dalam

kehidupan sehari-hari yang juga memerlukan informasi ilmiah dalam

pemecahannya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan bagi setiap

individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan

dinamika kehidupan (Wiyanto, 2008).

Kemampuan tersebut salah satunya dapat ditumbuhkan melalui

pendidikan sains. Sains atau ilmu pengetahuan alam, termasuk fisika,

dikembangkan manusia dengan tujuan, selain untuk memahami gejala alam, juga

sebagai sarana berpikir. Hakikat pembelajaran fisika adalah perpaduan antara

praktek dan konsep. Secara umum dipahami sebagai ilmu yang lahir dan

berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta

penemuan teori dan konsep.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, mengatakan bahwa, mata pelajaran

Fisika di SMA bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan

konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan

menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga


2

pembelajaran Fisika di SMA hendaknya mampu menumbuhkan kemampuan

berpikir peserta didik yang meliputi kemampuan pemahaman, analisis, sintesis

dan evaluasi. Maka jelas bahwa terdapat suatu celah atau kesalahan dalam

penerapan model pembelajaran maupun prinsip-prinsip pembelajaran sains yang

membuat tujuan mata pelajaran Fisika belum terpenuhi sepenuhnya.

Menurut Gumay (2014: 46), Ilmu fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan

alam yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena fisika

memberikan pengertian dimana manusia hidup. Fisika juga memberikan masukan

yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pentingnya peranan fisika dalam kehidupan terutama dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka perlu kiranya usaha berbagai pihak untuk

meningkatkan mutu pendidikan fisika.

Hasil belajar fisika peserta didik masih terlihat sangat rendah terutama

pada pembelajaran fisika. Hal ini berdasarkan observasi awal yang dilakukan

peneliti di SMA Negeri 14 Ambon. Observasi yang dilakukan diperoleh bahwa

pembelajaran fisika kurang diminati oleh peserta didik karena fisika dianggap

cukup sulit sehingga skill dan kemampuan peserta didik tidak terbentuk.

Pembelajaran masih sering berorientasi pada guru, misalnya pada materi besaran

dan satuan guru pada saat menyampaikan materi dilakukan dengan ceramah

sehingga mengakibatkan peserta didik merasa bosan mengikuti pembelajaran dan

hasil yang diperoleh peserta didikpun rendah. Dilihat dari nilai rata-rata pelajaran

fisika, peserta didik telah memperoleh persentasi ketuntasan belajar hanya 50%,

hal ini dapat terlihat dari hasil belajar pada aspek kognitif yang diperoleh dari nilai
3

ujian semester. Hal ini tidak sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal)

SMA Negeri 14 Ambon dengan nilai KKM 75 yang telah ditetapkan pada sekolah

SMA Negeri 14 Ambon.

Sesuai uraian di atas, keberhasilan guru dalam menyampaikan materi

sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dipilih. Menurut Munadi

(Rusman, 2013: 124), rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu: faktor pertama dalam diri peserta didik (internal) yang meliputi

faktor fisiologis dan psikologis. Misalnya faktor dalam diri peserta didik yaitu

kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan guru, dan

faktor kedua berasal dari luar peserta didik (eksternal) yang meliputi faktor

lingkungan. Misalnya lingkungan dan situasi belajar di dalam kelas itu sendiri.

Sedangkan faktor dari luar msalnya penggunaan model pembelajaran yang tidak

tepat, sehingga peserta didik sulit memahami materi yang disampaikan guru.

Mengatasi permasalahan di atas, penggunaan model pembelajaran inkuiri

sangat tepat digunakan. Piaget (Mulyasa,2006: 108) mengemukakan bahwa model

inkuiri merupakan model yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk

melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya

sendiri. Pemilihan model inkuiri terbimbing dari sekian level inkuiri dikarenakan

dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, tapi guru harus memberikan arahan

atau bimbingan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan sehingga peserta

didik yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan yang
4

dilaksanakan dan peserta didik yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi .

Menurut Gulo (2008: 86) Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

memberikan hasil yang lebih baik. Dari berbagai permasalahan hasil belajar peserta

didik yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berlokasi

di SMA Negeri 14 Ambon, dengan Judul: ‘‘Penerapan Model Inkuiri Terbimbing

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas X SMA Negeri 14

Ambon Pada Materi Besaran dan Satuan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: ‘‘Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika materi besaran

dan satuan dengan penerapan model inkuiri terbimbing pada peserta didik kelas X

SMA Negeri 14 Ambon. Permasalahan tersebut dapat terjawab melalui

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan awal peserta didik pada materi besaran dan satuan

sebelum diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

2. Bagaimana kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik pada

materi besaran dan satuan yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

3. Bagaimana hasil tes formatif peserta didik pada materi besaran dan satuan
5

setelah diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

4. Babaimana nilai akhir peserta didik pada materi besaran dan satuan setelah

diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: ‘‘Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil

belajar fisika materi besaran dan satuan dengan penerapan model inkuiri

terbimbing pada peserta didik kelas X SMA Negeri 14 Ambon. Maka tujuan

penelitian ini secara terperinci adalah sebagai berikut:

5. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan awal peserta didik pada materi

besaran dan satuan sebelum diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

6. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor

peserta didik pada materi besaran dan satuan yang diajarkan dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

7. Mendeskripsikan bagaimana hasil tes formatif peserta didik pada materi

besaran dan satuan setelah diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

8. Mendeskripsikan bagaimana nilai akhir peserta didik pada materi besaran dan

satuan setelah diajarkan dengan model inkuiri terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat untuk setiap calon

pendidik dalam mempersiapkan diri dan memperbanyak pengetahuan tentang

model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik dan
6

materi yang diajarkan dalam kegiatan belajar, sehingga mencapai hasil yang

optimal.

2. Manfaat Teoritis.

a. Guru dan calon guru, sebagai informasi mengenai model pembelajaran

inkuiri terbimbing.

b. Sekolah, diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik pada sekolah

dalam rangka perbaikan proses pembelajaran fisika.

Anda mungkin juga menyukai