Anda di halaman 1dari 20

TUGAS METODOLOGI

PENDIDIKAN KIMIA
NAMA KELOMPOK:
1. Ayu Lestarina Br Sinuhaji (_20 506 010)
2. Orpa Tammu (20 506 008)
I. Eksperimen Sejati

1. Judul: Inquiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

2. Rumusan Masalah:
 Teori dari judul:

Sains dapat diartikan sebagai proses yang dinamis dan obyektif dalam menemukan pengetahuan yang
melibatkan para ilmuwan atau saintis dalam proses pencarian, investigasi, dan menemukan pembuktian
kejadian-kejadian alam yang terjadi di lingkungan (Nworgu, et al., 2013). Dalam belajar sains khususnya
kimia, siswa seharusnya tidak hanya belajar produk atau konsep faktualnya saja, tetapi juga belajar tentang
aspek proses agar siswa benar-benar memahami sains secara utuh. Dalam hal ini berarti guru bukan bertugas
sebagai transformer ilmu pengetahuan melainkan sebagai fasilitator bagi siswa untuk menemukan konsep
melalui proses yang dialaminya. Sesuai teori belajar konstruktivisme maka peserta didik harus dapat
membangun, menemukan, dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
 Rumusan Hipotesis:

Dalam hal ini berarti guru bukan bertugas sebagai transformer ilmu pengetahuan melainkan
sebagai fasilitator bagi siswa untuk menemukan konsep melalui proses yang dialaminya.
Sesuai teori belajar konstruktivisme maka peserta didik harus dapat membangun, menemukan,
dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.

3. Definisi Operasional Variabel

• Transformer

• Fasilitator
• Kontruktivisme
4. Instrumen Penelitian: Desain penelitian yang digunakan yaitu post-test only control group
desain. Rancangan penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini diterapkan sedangkan
variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains siswa adalah model pembelajaran yang

5. Analisis dan Interpretasi: Ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains siswa dengan besarnya pengaruh yaitu 10%. Penerapan
model inkuiri terbimbing meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan indikator
tertinggi yaitu indikator merancang percobaan. Siswa memberikan respon yang positif terhadap
penerapan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran.
Sastrawijaya (1988) menambahkan karakteristik yang lain dari ilmu kimia yaitu kimi
berkembang dengan cepat, jumlah yang dipelajari banyak, dan kimia tidak sekedar menghitung.
II. Pengembangan Bahan Ajar

1. Judul: Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas X Dalam Materi Hidrokarbon

2. Rumusan masalah: Penguasaan konsep yang kurang maksimal menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswa juga kurang maksimal

 Teori dari judul:

• Ilmu kimia mencakup pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum berdasarkan temuan saintis dan kerja ilmiah.
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kimia di SMA guru harus mengemas penyajian materi agar dapat membantu siswa memahami
materi dengan baik. Hal ini didasarkan pada karakterisitik ilmu kimia itu sendiri, yaitu: (1) sebagian besar konsep-konsep kimia
bersifat abstrak; (2) konsep-konsep kimia pada umumnya merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya; dan (3) konsep
kimia bersifat berurutan dan berjenjang (Middlecamp danKean,1985). Sastrawijaya (1988) menambahkan karakteristik yang lain dari
ilmu kimia yaitu kimi berkembang dengan cepat, jumlah yang dipelajari banyak, dan kimia tidak sekedar menghitung.

 Rumusan hipotesis

• Hasil-hasil penelitian yang dibahas pada bagian sebelumnya menambah keyakinan peneliti bahwa diperlukan pengembangan bahan
ajar dengan PBL dalam pembelajaran kimia SMA di Maluku, sebagai alternatif untuk memperbaiki hasil belajar kimia.
3. Devinisi operasional variabel

• Bahan ajar

• Broblem based learning

4. Instrumen penelitian

• Tingkat kelayakan desain dan isi bahan ajar berbasis masalah pada materi pokok hidrokarbon dinilai berdasarkan
tiga komponen, yaitu komponen isi, kebahasaan, dan penyajian. Hasil ujicoba kelayakan secara ringkas

5. Analisis dan interpretasi

• Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar berbasis masalah kimia pada materi hidrokarbon. Tingkat Kelayakan
Bahan ajar berbasis masalah dinilai dari tingkat kelayakan desain dan isi bahan ajar berbasis masalah pada
materi pokok hidrokarbon dan tingkat keterbacaan bahan ajar berbasis masalah pada materi pokok hidrokarbon,
masingmasing dinilai layak. Efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis masalah pada materi pokok hidrokarbon
ditinjau dari aktivitas siswa.
III. Deskripsi

1. Judul,: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Minat dan Ketentuan Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks dan Sel
Elektrokimia Kelas XII IPA 1Semester 1 SMA 7 Madiun Tahun Prelajaran 1018/2019

2. Rumusan masalah:

 Teori dari judul;

• Dalam pembelajaran, guru mempunyai peran yang sangat penting. Proses pembelajaran berarti upaya untuk membuat peserta didik belajar. Suatu proses
pembelajaran dikatakan berlangsung dengan baik apabila telah terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Oleh karena itu guru harus memiliki
kemampuan profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran serta mengevaluasinya dengan baik. Mutu pendidikan dapat terwujud
jika proses belajar mengajar diselenggarakan secara efektif, artinya proses belajar mengajar berlangsung lancar, terarah dan sesuai dengan tujuan
pembelajaranKemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh pada tuntutan bahwa pendidikan diasumsikan mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pada era global seperti saat ini, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi unsur penentu bagi kelangsungan hidup manusia itu
sendiri.

 Rumusan hipotesis

• Selain itu agar pembelajaran dapat berhasil secara optimal maka seorang guru harus menguasi berbagai teori belajar sehingga dapat diterapkan dalam
pembelajaran. Dengan mengetahui lebih banyak teori belajar guru akan lebih memahami karakteristik peserta didik, sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran akan lebih mudah menentukan metode apa yang akan digunakan. Dengan demikian penanaman konsep pada peserta didik akan lebih optimal.
3. Devinisi operasional variabel

• Discovery learning,

• Minat

• Ketuntasan belajar

4. Instrumen penelitian

• Pada penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian adalah siswa kelas XII-IPA-1 SMA Negeri 6 Madiun tahun pelajaran 2018/2019
sebanyak 30 siswa. Kelas XII-IPA-1 dipilih karena kelas ini merupakan kelas yang pasif bila dibandingkan dengan empat kelas IPA
yang lain sehingga memerlukan penelitian tindakan kelas. Salah satu indikatornya adalah hasil evaluasi belajar siswa masih benyak yang
tidak memenuhi KKM. Permasalahan yang ada di kelas XII IPA-1 SMA Negeri 6 Madiun terjadi karena kurang bervariasinya penerapan
model pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang optimal.

5. Analisis dan interpretasi

• penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa kelas XII IPA-1 dengan materi Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia
dapat meningkatkan : 1) peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan pembelajaran yang dikarenakan pemahaman
terhadap indikator pencapaian yang baik, sehingga siswa lebih aktif dan lebih bisa belajar mandiri (student oriented), 2) kemampuan
guru dalam mengelolah pembelajaran dari rata-rata baik pada siklus I menjadi rata-rata sangat baik pada siklus II, 3) minat siswa dalam
pembelajaran.
IV. Kalitatif
1. Judul: Minat Belajar Kimia Siswa Kelas X MIPA di Madrasah Negeri Kota Semarang
2. Rumusan masalah: Pelajaran kimia menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang disukai di kalangan siswa. Salah satu
penyebab dari keadaan ini adalah dalam sains terutama kimia, banyak dipelajari hal-hal yang abstrak, seperti konsep atom,
bilangan oksidasi, persamaan reaksi dan energi.

 Teori dari judul

Menurut Schunk, dkk. (2008:6) “Motivasi adalah suatu proses diinisiasikannya dan dipertahankannya aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan”. Motivasi dapat timbul dari luar
maupun dari dalam diri siswa. Schunk, dkk. (2008:357) menyatakan ada dua jenis motivasi. Motivasi intrinsik mengacu pada motivasi melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena nilai
atau manfaat aktivitas itu sendiri (aktivitas itu sendiri merupakan sebuah tujuan akhir). Individu-individu yang termotivasi secara intrinsik mengerjakan tugas-tugas karena mereka
mendapati bahwa tugas-tugas tersebut menyenan gkan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas sebagai suatu cara mencapai sebuah
tujuan. Individu-individu yang termotivasi secara ekstrinsik mengerjakan tugas-tugas karena mereka meyakini bahwa partisipasi tersebut akan menyebabkan berbagai konsekuensi yang
diinginkan.

 Rumusan hipotesis

Pendapat lain disampaikan oleh de Vargas, de Menezes, & Mello-Carpes (2016) yang mengatakan bahwa penggunaan metodologi pembelajaran modern dalam pemberian materi dapat
merangsang minat belajar yang lebih baik. Guru pun dapat meningkatkan minat siswa dengan memberi kesempatan pada siswa untuk menerapkan materi pembelajaran dan melibatkan
siswa secara berulang-ulang dalam proses pembelajaran (Heddy, Sinatra, Seli, Taasoobshirazi, & Mukhopadhyay, 2016), melalui proses komunikasi yang baik dengan siswa (Slameto,
2010).
3. Definisi operasional variabel

• Motivasi

• Minat belajar

• Metodologi pembelajarna modern

4. Instrumen penelitian

• Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:Tes,wawancara, dan observasi.

• Tes yang digunakan berupa pengisian lembar angket yang digunakan dengan tujuan mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan.
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar telihat dalam keseharian responden.

5. Analisis dan interpretasi

• Rendahnya minat belajar siswa kelas X MIPA terhadap mata pelajaran kimia dapat dilihat dari data ratarata keseluruhan sebesar 35%.
Presentase dibawah 50% tergolong rendah. Hal tersebut di sebabkan oleh siswa yang masih menganggap rumitnya dan sulit dipahami pelajaran
kimia yang di pelajari. Dan juga siswa kurang aktif dalam belajar kimia yang dissebabkan olah kurangnya variasi penggunaan model
pembelajaran yang dilakukan oleh guru model atau guru mata pelajaran. Guru model atau guru mata pelajaran masih banyak menggunakan
motode ceramah dalam mengajar sehingga siswa terlihat kurang tertarik terhadap pelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas.
V. Pra Experimental
1. Judul: Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5-E Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi
Redoks Kelas X Sma Negeri 1 Driyorejo Gresik

2. Rumusan masalah: keterlaksanaan, aktivitas siswa, peningkatan pemahaman konsep, dan respon siswa setelah diterapkan
model pembelajaran Learning Cycle 5-E pada materi redoks

• Teori dari judul : Modeel pembellajaran Learning Cycle dikembangkan berdasarkan teori belajar Piaget [6]. Menurut Piaget
terdapat sejumlah unsur/ fase di dalam teori belajar yaitu asimilasi, akomodasi, dan organisasi, dimana fase-fase tersebut
mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam Pembelajaran Learning Cycle [6]. Teori belajar Piaget menjelaskan bahwa di
dalam kegiatan belajar perlu adanya proses akomodasi untuk mengkaitkan pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru
yang telah di dapatkan oleh siswa. Penerapan model Learning Cycle di kelas dapat memudahkan proses belajar siswa yang
belum mencapai tahap berfikir formal dalam memahami konsep dan cara berfikir abstrak dengan hanya sekedar membayangkan
[7].
• Rumusan hipotesis : yata. Selain model pembelajaran Learning Cycle 5-E, telah dikembangkan juga model pembelajaran
Learning Cycle 7-E [8], namun siklus belajar yang digunaakan dalam pennelitian ini untuk membangun pemaahaman konsep
siswa hanya terdiri dari 5-E saja, tidak menggunakan 7-E , karena 2 tahap belajar yang ada dalam Learning Cycle 7-E ditujukan
untuk melatihkan keteraampilan berpikir kritis, yaitu pada tahap Elicit (fase untuk merangsang pengetahuan awal siswa agar
menimbulkan rasa ingin tahu dengan guru memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi lalu) dan tahap Extend pada bagian
akhir 7-E.
3. Definisi operasional variable : model pembelajaran Learning Cycle 5-E, Learning Cycle 7-E

4. Instrumen penelitian : Penelitian diawali dengan pemberian pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya
diberi perlakukan berupa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5-E dengan menggunakan LKS. Diakhir
pembelajaran siswa diberi pos-test. Ketika pembelajaran guru membagi 6 kelompok heterogen, dimana satu kelompok
berjumlah 6 siswa. Rincian prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan penulisan data.

5. Analisis dan interpretasi :

• Kualitas keterlakasanaan model peembelajaran Learning Cycle 5-E selama 3 kali pertemuan diperoleh skor rata-rata
berturut-turut yaitu 3,81; 3,93 dan 3,86 dengan kategoori sangat baik. Persentase waktu aktiivitas yang relevan lebih besar
dari pada persentase aktivitas yang tidak relevan, berturut-turut yaitu faase Engagement 5,76%, fase Exploraition 8,05%,
fase Explanation 14,19%, fase Elaboraition 10,06%, dan fasse Evaluation 14,69%, sedangkan persentase waktu aktivitas
yang tidak relevan sebesar 1,48%. Pemahaman konsep siswa secara klasikal diperoleh 88,89% siswa telah mencapai nilai
ketuntasan ≥ 80 (B+), serta hasil N-gain score yang diperoleh siswa secara berturut-turut 72,22% kategori tinggi dan
27,78% kategori sedang. Hasil angket respon siswa dikatakan positif. Hal ini dibuktikan dari 11 butir angket seluruhnya
memperoleh persentase >81% dengan kategori sangat baik.
VI. Korelasi

1. Judul: Hubungan Minat Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Di Sma Negeri 1
Tebat Karai Dan Sma Negeri 1 Kabupaten Kepahiang

2. Rumusan masalah: mengukur hubungan signifikansi dari minat belajar kimia dengan hasil belajar kimia siswa di
kelas X IPA yang berada di SMA Negeri 1 Tebat Karai dan kelas X IPA SMA Negeri 1 Kepahiang pada tahun ajaran
2016/2017.

• Teori dari judul : Pendidikan memiliki peran penting untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi
[1].Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keprbadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat [2]. Di indonesia ada banyak lembaga pendidikan formal dan non formal, salah satunya adalah sekolah
[3].
Rumusan hipotesis : Berlatar dari masalah diatas, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui
hubungan antara minat belajar kimia siswa dengan prestasi belajar kimia siswa di SMA Negeri 1 Tebat
Karai dan SMA Negeri 1 Kabupaten Kepahiang. orang responden, Data hasil uji validitas dan reliabilitas
angket diperoleh 21 pertanyaan valid dari 27 pertanyaan yang diajukan dengan nilai reliabilitas sebesar
0,846. Setelah uji validitas, dilakukan uji linier regresi,dari hasil uji linier regresi didapat besarnya nilai α
(konstanta) 6,067 artinya bila nilai minat belajar tetap maka nilai konstanta sebesar 6,067 dan nilai b
(koefisien arah regresi) minat belajar sebesar 0,383. Karena koefisien bernilai positif maka terbukti bahwa
ada hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar, artinya semakin besar minat belajar
maka semakin meningkat pula hasil belajar [13].
3. Definisi operasional variable : minat belajar kimia siswa dengan prestasi belajar kimia

4. Instrumen penelitian : Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen


angket untuk mengukur prestasi belajar. Teknik analisis data terdiri atas uji validitas dan
reliabilitas angket, uji linier regresi, uji korelasi Product Moment Person dan uji hipotesis berupa
uji F.

5. Analisis dan interpretasi : ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajardengan
prestasi belajar baik untuk siswa di SMANegeri 1 TebatKarai maupun untuk siswa di SMA
Negeri 1 Kabupaten Kepahiang. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang lebih besar dari
pada Ftabel(30,225 > 3,885) dengan kontribusi minat terhadap prestasi belajar adalah sebesar
76,4%. Hal ini menunjukkan bahwa bila semakin tinggi minat untuk belajar kimia dari siswa
maka akan semakin tinggi pula hasil belajar kimia yang akan diraih siswa tersebut.
VII. Regresi

1. Judul: Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Kimia Ditinjau Dari Adversity Quotient, Sikap Ilmiah Dan Minat Belajar

2. Rumusan masalah: menganalisis kemampuan berpikir kraetif kimia ditinjau dari adversity quotient, sikap ilmiah dan minat
belajar.

 Teori dari judul : Kreativitas diperlukan pada setiap bidang kehidupan untuk mendesain sesuatu, mengkreasi perubahan,
menyelesaikan masalah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian pendidikan harus
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang
luhur dan moral yang baik. Kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan hakekat
tujuan pendidikan dan menjadi kebutuhan bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia nyata (Santyasa,2004). Kreativitas
merupakan produk dari kemampuan berpikir kreatif. Usaha pengembangan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa,
termasuk merupakan kebutuhan mengingat pentingnya peranan kreativitas.

 Rumusan hipotesis : Pembelajaran kimia bertujuan melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, mengeksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan
inkonsisten.
3. Definisi operasional variable : . Kreativitas, sikap ilmiah, minat belajar

4. Instrumen penelitian : Teknik pengumpulan data dilakukandengan melaksanakan tes kemampuan berpikir kreatif kimia
berupa soal uraian. Data adversity quotient, sikap ilmiah dan minat belajar diperoleh dengan menggunakan angket skala
sikap.Analisa data penelitian menggunakan korelasi dan regresi dengan bantuan program SPSS.

5. Analisis dan interpretasi : ada pengaruh adversity quotient, sikap ilmiah dan minat belajar secara bersama-sama terhadap
kemampuan berpikir kreatif dengan korelasi sebesar 0,359 dan koefisien determinasi sebesar 12,9%. Pengujian Signifikasi
Koefisien Regresi diperoleh nilai sig 0,034 dan Fhitung = 3,066. Uji pengaruh masing-masing variabel diperoleh terdapat
pengaruh adversity quotient terhadap kemampuan berpikir kreatif dengan nilai sig = 0,012 dan thitung = 2,595. Tidak
terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap kemampuan berpikir kreatif dengan nilai sig = 0,646 dan thitung = - 0,461. Tidak
terdapat pengaruh minat belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif dengan nilai sig = 0,508 dan thitung = - 0,666.
VIII. PTK

1. Judul: Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Ptk) Bagi Guru Kimia Sma Di Mgmp Kimia Sma
Kabupaten Kediri

2. Rumusan masalah: meningkatkan kemampuan guru kimia dalam menyusun artikel ilmiah berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
respon guru selama mengikuti kegiatan pelatihan.

 Teori dari judul : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PerMenPAN-RB) No. 16 / 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, guru diharapkan melakukan pengembangan profesi berkelanjutan melalui
pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dimana KTI berupa
laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelasnya. Secara eksplisit diwujudkan melalui: (1) pengembangan diri,
yakni: diklat fungsional; dan kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru; (2) publikasi ilmiah,
yakni: publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal.

 Rumusan hipotesis : Persoalan yang timbul di guru yang tergabung di MGMP Kimia Kabupaten Kediri, sebagian guru belum
optimal dalam melaksanakan PTK, membuat laporan PTK, dan menghasilkan artikel berbasis PTK. Artikel ilmiah merupakan sebuah
karangan atau tulisan yang bersifat argumentatif. Tulisan didasarkan atas hasil penelitian. Berkaitan dengan proses penelitian dan
penulisan laporan penelitian, artikel ilmiah dapat dikatakan sebagai “miniatur” laporan penelitian. Artikel ilmiah merupakan sebuah
ringkasan karena panjangnya lebih pendek daripada laporan penelitian itu sendiri.
3. Definisi operasional variable : pelatihan, artikel ilmiah, PTK

4. Instrumen penelitian : Evaluasi dilakukan dengan angket kepada peserta


untuk mendapatkan data respon terhadap pelaksanaan pelatihan dan
penilaian terhadap artikel ilmiah yang dihasilkan oleh peserta pelatihan.

5. Analisis dan interpretasi : Berdasarkan data hasil pelatihan, dapat


disimpulkan bahwa: (1) respon peserta pelatihan sangat baik terhadap
pelatihan ini, (2) kemampuan guru MGMP Kimia di Kabupaten Kediri

dalam menyusun artikel ilmiah adalah baik.


Thank you

Anda mungkin juga menyukai