Di era globalisasi saat ini, hal ini menjadi sebuah tantangan bagi bangsa Indonesia
khususnya dalam bidang pendidikan. Kita perlu mengembangkan talenta dengan keterampilan
dan kompetensi yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar global. Permasalahan pendidikan selalu
menjadi topik menarik yang perlu dikembangkan dan didiskusikan. Pendidikan adalah upaya agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh kekuatan spiritual,
kecerdasan, individualitas, akhlak mulia, dan kemampuan yang bermanfaat bagi dirinya,
masyarakat, bangsa, dan masyarakat. memungkinkan untuk belajar.
Pemerintah wajib mendirikan fasilitas tersebut (UU No. 20 Tahun 2003). Indonesia
memiliki kurikulum 2013 yang saat ini digunakan di SMA Negeri 6 Pujud. Kurikulum ini dibuat
dengan tujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter .
Guru diminta lebih kreatif dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran (Jundu dkk,
2018).
Kurikulum 2013 berpandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dengan mudah ditransfer
dari guru ke siswa.
Karena siswa merupakan subjek yang memiliki kemampuan aktif mencari, mengolah,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Oleh karena itu, pembelajaran harus dikaitkan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa
untuk membangun pengetahuan dalam proses kognitif.
Untuk benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, siswa harus didorong untuk
memecahkan masalah, menemukan sendiri, dan berusaha mewujudkan idenya (Kemendikbud,
2014).
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kreativitas, pembelajaran perlu lebih berpusat pada siswa,
dan guru perlu berperan aktif sebagai fasilitator untuk memotivasi siswa agar lebih terlibat dalam
proses pembelajaran.
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk menyadari bahwa minat, keterampilan pribadi, dan
gaya belajarnya semakin berkembang.
Kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur zat, sifat-sifat zat, perubahan suatu zat ke
zat lain, dan energi yang berkaitan dengan perubahan zat.
Hakikat ilmu kimia menyangkut dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai suatu
produk dan kimia sebagai suatu proses.
Kimia sebagai Produk berisi kumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip
yang digunakan para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kimia.
Kimia sebagai suatu proses melibatkan keterampilan dan sikap yang harus diperoleh para
ilmuwan dan mengembangkan pengetahuan kimia.
Menurut Wisemen, Suarsani (2019) berpendapat bahwa kimia merupakan salah satu mata
pelajaran yang paling sulit karena sebagian besar siswa sekolah menengah merasa kesulitan
dalam mempelajari kimia karena karakteristik kimia itu sendiri.
Jika siswa tersebut tidak mempunyai potensi berprestasi dalam bidang kimia, maka 4.
444 siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran kimia.
Siswa percaya bahwa belajar kimia itu sangat sulit, dan siswa percaya bahwa belajar kimia akan
membantu mereka memahami banyak rumus dan bahasa yang menurut siswa sulit untuk
dipelajari.
Faktanya, ketika mempelajari kimia, saya mengetahui bahwa banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, dan bahwa hadir baik di tubuh manusia maupun di alam dan lingkungan tempat kita
terpapar dan dikonsumsi.
Reaksi negatif ini harus dipahami siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
dan meningkatkan semangat siswa dalam proses pembelajaran.
Karena pendidikan kimia yang selama ini disampaikan di sekolah menengah lebih diarahkan oleh
guru, maka siswa cenderung mendengarkan secara pasif dan pemahamannya hanya bersifat lisan,
sehingga siswa sulit menerima bimbingan dari guru untuk menerapkan konsep dan teori yang
diajarkan. (Supardi dan Putri, 2010: –574). Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran
yang memungkinkan siswa menerapkan konsep kimia terutama dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan sehari-hari.
Ada tingkat tinggi, sedang, dan rendah yang dapat dipahami siswa.
Tingkat kesulitan setiap mata pelajaran memerlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan solusi
di masa depan.
Kimia memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda pada setiap mata pelajaran, sehingga wajar saja
tingkat pemahaman setiap mata pelajaran juga akan berbeda-beda.
Hal ini tergantung pada gaya mengajar guru, terutama metode dan media yang digunakan dalam
melaksanakan langkah belajar mengajar.
Hidrokarbon adalah salah satu topik kimia utama yang dibahas di kelas Kimia.
Meskipun hidrokarbon merupakan zat yang cukup abstrak, namun sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti pada bensin.
Selain , hidrokarbon juga banyak ditemukan pada barang sehari-hari, seperti plastik, arang, dan gas.
Manfaat model PBL bagi pembelajaran didukung oleh beberapa temuan penelitian, antara lain: 1)
Suardana berpendapat bahwa: Kemampuan siswa berbakat dalam menemukan konsep dan
memecahkan masalah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran PBL.
2) Pak Reiner berpendapat bahwa model PBL dapat membangun dan meningkatkan tingkat kolaborasi
dan komunikasi antar siswa.
3) Pak Sahara berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran yang menggunakan pola pembelajaran
berbasis masalah (PBL) membuat siswa terbiasa menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri,
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Mergendoller dan Bellisimo berpendapat bahwa model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa karena
siswa dengan keterampilan rata-rata dan kemampuan rendah belajar lebih aktif dan proaktif.
Memberikan siswa orientasi masalah, menjelaskan tujuan pembelajaran dan bahan serta alat yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.
Kedua, membantu mendefinisikan masalah dan mengatur siswa untuk belajar bagaimana memecahkan
masalah.
Ketiga : Guru mendorong siswa mencari informasi yang sesuai dan mencari penjelasan untuk
menyelesaikan masalah.
Kelima, guru melatih siswa melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikan dan proses pembelajaran
yang dilakukan.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis
masalah (PBL).
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Arends (2008: 41) adalah model pembelajaran yang
menyajikan berbagai situasi masalah yang autentik dan bermakna bagi siswa serta berfungsi sebagai titik
awal penyelidikan dan penyelidikan.
PBL membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
444 siswa merasakan pembelajaran bermanfaat dan mampu berkolaborasi serta memecahkan masalah
(Tosun & Taskesenigil, 2013).
PBL juga mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis, menganalisis, dan kreatif mencari informasi dari
berbagai sumber.
Komunikasi, diskusi, dan penelitian (Wilder, 2014; Witte & Rogge, 2014).
Dari pembahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model
problem based learning (PBL) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia hidrokarbon di kelas XI
dan menjelaskan penerapan PBL (problem based learning) yaitu dia.
) Model untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Materi Hidrokarbon Kelas XI.
Disini penulis yang juga merupakan guru kimia SMA Negeri 6 Pujud melakukan latihan pembelajaran di
kelasnya untuk meningkatkan hasil belajar siswanya.
Oleh karena itu, untuk memunculkan semangat siswa, penulis menggunakan model pembelajaran
“Pembelajaran Berbasis Masalah ”.
Sebanyak 27 siswa
Penelitian ini dilakukan pada topik kimia dengan menggunakan bahan hidrokarbon.
Untuk peningkatan Siklus I menjadi , siswa belajar di kelas pada Rabu, 8 November 2023, dan pada
Siklus II di kelas pada Rabu, 15 November 2023
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, pendidik melakukan penelitian pendahuluan dengan
mengamati proses pembelajaran dan hasil belajar yang telah berlangsung selama ini.
Perlunya studi pendahuluan ini untuk mengetahui hasil belajar IPA Kimia Kelas XI khususnya
permasalahan pembelajaran yang ditemui pada pembelajaran Kimia pada materi hidrokarbon.
Berdasarkan hasil studi percontohan ini, akan dilaksanakan rencana penelitian tindakan pembelajaran
pada Siklus I dan perbaikan pembelajaran selanjutnya akan dilaksanakan pada Siklus II.
Penulis melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan apa yang ditemukan selama proses
pembelajaran mengenai permasalahan yang diperoleh dari observasi awal dan hasil evaluasi
pembelajaran.
Hasil belajar kimia siswa masih rendah, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran masih kurang
optimal, dan pendidik cenderung menggunakan metode pembelajaran tradisional seperti ceramah
sehingga mengakibatkan kebosanan di dalam kelas.
Oleh karena itu, penulis meningkatkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang
inovatif, penggunaan media audiovisual (video dan powerpoint) yaitu model pembelajaran berbasis
masalah (PBL).
Pelaksanaan berlangsung dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.
Pada Siklus I dan Siklus 2, penulis melaksanakan rencana tindakan dengan menyusun rencana
pembelajaran menggunakan materi hidrokarbon, video pembelajaran, LKPD untuk pembahasan
masalah, dan LKS.
Dari pembahasan tersebut dikembangkan tes berupa soal esai dan digunakan sebagai metode
penilaian.
Penulis juga melakukan kegiatan awal, kemudian kegiatan inti, dan kemudian kegiatan akhir.
Penulis juga melakukan observasi untuk mengetahui perilaku dan sikap siswa.
Selain melakukan refleksi pembelajaran pada Siklus 1 dan merencanakan pembelajaran pada Siklus 2,
mendapatkan perbandingan peningkatan pembelajaran.
Uraian Siklus demi Siklus Setelah pendidik merencanakan dan melaksanakan Penelitian Kegiatan Kelas
(PTK) , pendidik merencanakan dan melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) - Jika model
yang digunakan sudah dilaksanakan selama ini.
menemukan bahwa nilai siswa meningkat karena kekurangan , SMA Negeri 6 Pujud.
Sehingga siswa dapat lebih antusias dan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
Di sini pendidik menunjukkan hasil peningkatan pembelajaran pada setiap siklus sebagai berikut: Siklus
1 1 Penulis mengajarkan keterampilan dasar dan analisis pada mata pelajaran kimia, mengajarkan
struktur, sifat senyawa hidrokarbon, dan pengaruh pembakaran senyawa hidrokarbon terhadap struktur
kimianya.
Indikator yang menjanjikan adalah menganalisis sifat atom karbon untuk menjelaskan klasifikasi
hidrokarbon berdasarkan saturasi ikatan.
Diskusi kelompok juga memungkinkan siswa untuk secara kolektif mengidentifikasi permasalahan yang
ada pada bahan senyawa hidrokarbon.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL).
Dengan kata lain, bagilah siswa Anda menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 siswa.
Dalam proses pembelajaran seluruh siswa belajar dengan penuh semangat dan semangat.
Kemudian pada saat proses diskusi, masing-masing kelompok aktif berdiskusi untuk mengetahui
permasalahan pada video yang disajikan pada .
444 orang dari kelompok lain menanggapi dan terlibat dalam sesi tanya jawab satu sama lain.
Selanjutnya, 4.
444 pendidik dan siswa menarik kesimpulan dan melakukan penilaian, serta 4.
444 siswa menjawab pertanyaan penilaian dari guru.
Poin yang diperoleh pada kegiatan Siklus 1 sebanyak 1868 poin, dan nilai rata-rata dari 27 siswa adalah
69,18 poin sehingga memberikan nilai KKM sebesar 70.
Untuk mengatasi siswa yang kurang memahami materi pembelajaran, penulis memperbaiki
pembelajaran pada siklus 2.
siswa adalah 69,18, tingkat ketuntasan siswa 85%, dan rentang skor yang dicapai 5 siswa adalah 80-89
atau 18% “Selesai”.
siswa.
H.
H.
Selesai.
444 penulis yang berusaha menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, meskipun terdapat 4
siswa yang mengalami ketidaktuntasan.
Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan video dan isyarat melalui
pembentukan kelompok dan diskusi, pendidik perlu kembali menerapkan pembelajaran Siklus 2.
Dampak senyawa hidrokarbon dan pembakarannya terhadap lingkungan dan kesehatan serta cara
mengatasinya dibahas pada Siklus 2.
Format tertulis.
Indikator yang diharapkan digunakan untuk menganalisis struktur hidrokarbon dan membedakan
alkana, alkena, dan alkuna.
Diskusi kelompok juga memungkinkan siswa untuk secara kolektif mengidentifikasi permasalahan yang
ada pada bahan senyawa hidrokarbon.
Pelaksanaan pembelajaran sebanyak siswa dilakukan pada siklus 2 dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (PBL), yaitu siswa, dimana siswa dibagi menjadi lima kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari lima sampai enam siswa.
Selama proses pembelajaran, seluruh siswa belajar dengan semangat dan semangat.
Selanjutnya pada proses diskusi, masing-masing kelompok melakukan diskusi aktif untuk mengetahui
permasalahan dalam video presentasi yang disajikan.
Hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas untuk ditanggapi oleh kelompok lain, kemudian masing-
masing kelompok bertanya dan menjawab pertanyaan selanjutnya.
Pendidik kemudian bekerja sama dengan siswa untuk menarik kesimpulan dan melakukan penilaian.
Kegiatan siklus 2 diselesaikan sebanyak siswa dengan nilai rata-rata 92,59 dari total 27 siswa.
Untuk mengatasi 4.
Peneliti lain juga memberikan dukungan dengan menyatakan bahwa siswa tertarik dengan kegiatan
yang berlangsung selama proses pembelajaran dan ditetapkan tugas dimana guru meminta siswa untuk
memecahkan masalah.
Melalui model pembelajaran berbasis masalah, siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
menerapkan pengetahuan dalam dunia nyata.