Anda di halaman 1dari 51

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

BERBASIS SAINTIFIK PADA MATERI ASAM


BASA KELAS XI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

RAMA HIMAWAN ABROR


E1M017061

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan


penelitian Program Sarjana (S-1) Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan

alam yang mempelajari tentang fenomena yang berkaitan dengan

kehidupan sehari - hari. Tujuan pembelajaran kimia adalah agar

peserta didik mampu menguasai konsep – konsep ilmiah yang

bersifat abstrak sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan yang

dikelola secara professional diharapkan mampu menyelenggarakan

pendidikan yang merangsang dan mendorong siswa untuk secara

aktif mengembangkan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal

untuk menghadapi perkembangan zaman agar dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari – hari (Artini, 2020).

Pada awal tahun 2020 proses pembelajaran di Indonesia

mengalami perubahan yang signifikan, dari pembelajaran

konvensional menjadi daring (dalam jaringan). Perubahan yang

terjadi dapat dilihat secara garis besar dari segi waktu, metode

pembelajaran dan sebagainya. Hal ini dikarenakan adanya wabah

penyakit yang muncul di Indonesia bahkan dunia. Wabah tersebut

adalah Corona Viruses Disease yang sering disebut COVID-19.

Dampak yang diakibatkan oleh COVID-19 tidak hanya dirasakan

di Indonesia bahkan hampir seluruh dunia. Banyak sektor yang


terkena dampak dari COVID-19 ini, tidak terkecuali sektor

pendidikan di Indonesia yang mengalami perubahan besar dari

pembelajaran tatap muka menjadi daring. Akibat dampak COVID-

19 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

mengeluarkan surat edaran no 4 tahun 2020 yang memutuskan

bahwa proses pembelajaran dilaksanakan secara daring atau biasa

disebut belajar dari rumah (Kemendikbud, 2020).

Disamping itu kondisi pandemi yang terjadi saat ini

mengharuskan siswa melakukan pembelajaran secara daring.

Kebijakan ini harus diterima oleh berbagai pihak untuk memutus

tali penyebaran COVID-19. Proses pembelajaran secara daring ini

menyebabkan dampak yang sangat besar bagi berbagai kalangan

pendidikan yang harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh

dengan berbagai keterbatasan. Keberhasilan pembelajaran secara

daring tergantung berbagai aspek, contohnya kesiapan siswa,

kesiapan sekolah, dan kesiapan guru. Sedangkan proses

pembelajaran secara daring sangat asing dikalangan siswa serta

tidak semua guru mahir melakukan teknologi internet untuk

melakukan pembelajaran utamanya diberbagai pelosok daerah.

Proses pembelajaran secara daring ini kadang membuat siswa

malas dan putus asa karena, jaringan internet yang kurang

maksimal pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga


siswa tidak dapat memahami materi dengan maksimal sehingga

hasil belajar yang didapat kurang maksimal (Puspa, 2021).

Salah satu pembelajaran yang juga harus dilaksanakan

secara daring adalah pembelajaran kimia. Ilmu kimia sendiri dapat

diartikan sebagai ilmu yang berbasis pada teori dan eksperimen.

Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan melalui kegiatan

eksperimen yang mencari jawaban – jawaban dari gejala – gejala

alam. oleh sebab itu, dalam penilaian dan pembelajaran ilmu kimia

harus dilihat dari karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan

proses (Junaidi, 2018). Kimia merupakan experimental science dan

salah satu dari ilmu pengetahuan yang termasuk rumpun IPA.

Kimia juga memiliki karakteristik yang sama dengan IPA, yakni

kimia merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep,

serta prinsip yang dilengkapi dengan suatu proses penemuan. Ilmu

kimia tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau

mendengarkan saja. Oleh karena itu pembelajaran kimia

membutuhkan suatu metode eksperimen yang merupakan suatu

proses penemuan dan penguasaan prosedur atau metode ilmiah.

Dengan demikian siswa medapatkan kesempatan untuk

menemukan sendiri fakta yang diperlukan untuk meningkatkan

penguasaan dan pemahamannya terhadap materi kimia yang

dipelajarinya (Jahro, 2016).


Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru kimia

SMAN 1 Masbagik, kendala dalam mengajar materi kimia

termasuk di dalamnya materi asam basa adalah karena sebagian

besar siswa menganggap pembelajaran kimia itu sulit dan bersifat

abstrak jika hanya dijelaskan di kelas maupun secara daring

terlebih materi asam basa ini. Menurut Ulya (2018) ilmu kimia

dipandang ilmu yang sulit dimengerti dan sulit untuk dipahami.

Salah satu faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam

mempelajari ilmu kimia dalam hal ini materi asam basa adalah

kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap ilmu kimia yag

dianggap kurang menarik serta terbatasnya pemahaman konsep

siswa yang mendalam terhadap materi asam basa karena materi

yang bersifat abstrak dan hal tersebut dapat diatasi dengan

mengkaitkan konsep – konsep asam basa dengan kehidupan sehari

– hari. Selain itu, diperlukan strategi dan metode pembelajaran

yang menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga

siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dengan cara

melakukan hal – hal baru. Dengan demikian diharapkan siswa

mendapatkan pemahaman dan hasil belajar yang tidak hanya

bersifat sementara saja, melainkan bersifat permanen, karena siswa

mendapatkan pengalaman dalam belajar.

Materi asam basa ini tidak hanya dibutuhkan model

pembelajaran yang tepat tetapi juga dibutuhkan media yang


menarik dan dapat menguasai materi asam basa dalam kehidupan

sehari – hari. Solusi yang dapat digunakan untuk hal tersebut

adalah pembelajaran harus dikemas dalam sebuah media dan

model pembelajaran yang juga dapat membuat siswa lebih aktif

dalam pembelajaran kimia. Oleh karena itu, diperlukan suatu

pengembangan bahan ajar seperti modul pembelajaran, agar para

siswa mempunyai pengalaman belajar baru dan semangat belajar

yang luar biasa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

bertujuan agar dapat dimanfaatkan untuk membantu proses

pembelajaran mandiri dari rumah dalam memahami konsep asam

basa. Disamping itu, modul juga dapat digunakan oleh siswa diluar

jam sekolah dengan tingkat kecepatan pemahaman masing-masing

siswa.

Pengembangan modul ini bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia khususnya materi

asam basa. Pengembangan modul ini menggunakan model

pembelajaran saintifik. Menurut Musfiqon (2015) model

pendekatan saintifik merupakan model yang berdasarkan pada

teknik merumuskan masalah berupa pertanyaan dan menjawabnya

dengan melakukan observasi dan percobaan. Model ini juga

merupakan suatu model pembelajaran yang tidak hanya fokus pada

pengembangan kompetensi peserta didik dalam melakukan

observasi atau eksperimen, namun bagaimana melakukan


pengembangan pengetahuan dan keterampilan berfikir sehingga

mendapatkan kreatifitas dalam berinovasi dan berkarya, sehingga

siswa dapat merespon dirinya sendiri untuk melakukan

keterampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan

mengembangkan solusi dari permasalahan yang dihadapi agar

mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Menurut Fauziah

(2013) mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis

saintifik ini memiliki cakupan beberapa poin penting dalam

pelaksanaannya yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah

menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan. Model ini juga

sangat efektif digunakan untuk membantu siswa untuk

memecahkan suatu masalah sehingga para siswa mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Oleh

karena itu, peneliti berinisiatif mengembangkan modul

pembelajaran berbasis saintifik pada materi asam basa untuk siswa

SMA kelas XI yang belum pernah diterapkan dalam pembelajaran

kimia di SMAN 1 MASBAGIK.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang di

uraikan sebelumnya, rumusan masalah penelitian ini sebagai

berikut :
1. Bagaimanakah validitas dari modul pembelajaran

berbasis saintifik pada materi asam basa untuk siswa

SMA kelas XI ?

2. Bagaimanakah kepraktisan modul pembelajaran berbasis

saintifik pada materi asam basa untuk siswa SMA kelas

XI ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

validitas dan kepraktisan modul pembelajaran berbasis saintifik

pada materi asam basa untuk siswa SMA kelas XI.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Dengan dikembangkannya modul pembelajaran berbasis

saintifik pada materi asam basa dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan modul ini sebagai referensi agar

lebih inovatif dalam mengajar dan menciptakan suasana kelas


yang menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran

kimia.

3. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah mendapatkan masukan dan tambahan

informasi dalam rangka mengoptimalkan kreatifitas kinerja

guru dan potensi siswa dalam pembelajaran kimia.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan pada penelitian ini, peneliti endapatkan wawasan

yang lebih luas dan pengalaman langsung dalam

pengembangan modul pembelajaran kimia berbasis saintifik

untuk siswa SMA kelas XI.

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari luasnya lingkup penelitian ini, maka

peneliti memberikan Batasan masalah yaitu :

1. Dibatasi hanya pada pengembangan modul pembelajaran

berbasis saintifik.

2. Pokok bahasan yang diajarkan yaitu asam basa.


3. mengukur kevalidan dan kepraktisan modul yang

dikembangkan.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang dibuat

peneliti untuk mempermudah memahami suatu variabel dengan

cara membrikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

variabel tersebut. Ada beberapa definisi operasional yang terkait

dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai

dengan kebutuhan melalui pendidikan dan Latihan.

2. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang mengandung

aktivitas yang bertujuan untuk mempermudah siswa untuk

mencapai seperangkat tujuan pembelajaran.

3. Saintifik adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan

kaidah keilmuan dengan merumuskan masalah dan

menemukan jawabannya dengan serangkaian aktifitas

pengumpulan data melalui observasi, kesperimen, dan

pengolahan data.

4. Tingkat validitas modul pembelajaran yang dimaksud yaitu

kevalidan modul pembelajaran untuk digunakan dalam


kegiatan pembelajaran yang nantinya akan dinilai dengan

lembar validasi oleh tiga orang validator ahli.

5. Tingkat kepraktisan modul pembelajaran yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kemudahan pemakaian modul

pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang dinilai

dengan menggunakan angket respon mahasiswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modul Pembelajaran

Modul merupakan seperangkat bahan ajar yang

mengandung aktivitas yang bertujuan untuk mempermudah siswa

mencapai seperangkat tujuan pembelajaran. Sebuah modul

disajikan dengan sistematis dengan Bahasa yang mudah diterima


siswa dengan tingkat pengetahuan dan usianya sehingga modul

dapat menjelaskan maksud dari pembelajaran dan siswa dapat

melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa seorang

guru/fasilitator (Yuniati, 2018). Menurut Daryanto (2013), bahwa

modul adalah bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis

yang didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang

terencana untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran

secara spesifik. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang

berdasarkan kurikulum dan dikemas dalam satuan yang lebih

kecil agar memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri dalam

waktu tertentu sesuai kemampuan dari peserta pembelajaran.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modul

merupakan media pembelajaran mandiri yang didalamnya

dilengkapi dengan petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran

secara mandiri. Modul memiliki tujuan utama yaitu

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah

baik secara dana, waktu, fasilitas maupun tenaga guna mencapai

tujuan secara optimal.

Modul yang baik memiliki 5 karakteristik, yaitu self

instruction, self contained, stand alone, adaptive, dan user

friendly. Self instruction artinya modul dapat digunakan secara

mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Self contained artinya

modul mencantumkan keseluruhan materi pembelajaran yang


dibutuhkan. Stand alone artinya modul tidak bergantung dari

media pembelajaran lain atau diartikan modul merupakan media

pembelajaran yang berdiri sendiri. Adaptive artinya modul harus

dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. User friendly artinya modul mudah untuk digunakan

karena mengunakan Bahasa yang sederhana dan istilah yang

umum digunakan sehingga mudah dimengerti (Setiyadi, 2017).

Menurut Prastowo (2012), modul merupakan salah satu

jenis bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan Bahasa

sederhana yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat

pengetahuan dan usia mereka, agar peserta didik dapat belajar

secara mandiri dengan guru atau pendidik sebagai fasilitator.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modul

adalah suatu paket program pembelajaran yang memuat satu

konsep dari bahan pembelajaran yang merupakan salah satu

usaha penyelenggaraan pembelajaran individu yang

memungkinkan siswa menguasai bahan ajar secara bertahap

secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

optimal.

2.2 Model Pembelajaran

Modul pembelajaran menurut Ngalimun (2014) adalah

suatu perencanaan yang dapat digunakan untuk mendesain pola –


pola dalam mengajar tatap muka di dalam kelas dan menentukan

perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku – buku,

media, dan kurikulum. Menurut sahidu (2016) model

pembelajaran merupakan suatu pola untuk menyusun sebuah

kurikulum dan memberi petunjuk kepada guru di dalam kelas.

Beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola dalam

pelaksanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai kerangka

konseptual untik mengorganisasikan proses belajar secara

sistematis guna untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, ada banyak model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk melangsungkan proses

mengajar. Suatu model pembelajaran tidak dapat dikatakan lebih

baik dari model – model pembalajaran lainnya. Selain itu

penentuan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar

mengajar dapat menentukan tingkat keberhasilan dari suatu

pembelajaran yang dilakukan. Setiap guru dituntut dapat

menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk proses

belajar para siswa (Sudana, 2017). Menurut Fauziah (2013) guru

memiliki pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang

digunakan. Pemilihan model pembelajaran harus sesuai dengan

kurikulum dan perkembangan ilmu dan teknologi guna mencapai

tujuan pembelajaran dari setiap sub materi. Kurikulum 2013 yang


berlaku saat ini menekankan pada dimensi pedagogik modern

dalam pembelajaran, yaitu pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(saintifik) meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,

menyajikan menyimpulkan dan mencipta untuk semua mata

pelajaran.

2.3 Model Pembelajaran Berbasis Sainfitik

2.3.1 Pengertian model pembelajaran berbasis saintifik

Model pembelajaran berbasis saintifik merupakan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri,

dimana guru bertugas untuk memberikan koreksi terhadap

konsep dan prinsip yang didapatkan oleh siswa dan memberikan

pengarahan terhadap proses belajar yang dilakukan siswa,

sedangkan siswa berperan dalam proses belajar langsung baik

secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan

prinsip selama kegiatan pembelajaran (Nurul, 2013).

Sunaryo (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran

berbasis saintifik mampu meningkatkan kreatifitas dan

kemampuan berfikir kritis siswa. Berfikir kritis dan kreatif

merupakan kemampuan berfikir siswa yang sangat penting untuk

dikembangkan, dimana guru dituntut untuk mampu

merealisasikan dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis


dan kreatif siswa. Model pembelajaran berbasis saintifik dapat

meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif siswa

dikarenakan pada pembelajaran berbais saintifik siswa diberikan

masalah yang berhubungan dengan permasalahan dalam

kehidupan, pembelajaran ini membuat siswa belajar

menginvestigasi, inkuiri, dan melakukan pemecahan masalah

secara mandiri, dimana siswa membangun konsep dan prinsip

dari suatu materi dengan kemampuannya sendiri yang

mengintegrasikan pengetahuan dan kemampuan yang sudah

dipahami sebelumnya. Selain itu, model pembelajaran ini

membuat siswa memiliki kesempatan untuk menemukan konsep

dan ide – ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah serta

menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga

menunjang siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis

dan kreatif siswa (Yani, 2018).

2.3.2 Karakteristik model pembelajaran saintifik

Menurut Fauziah (2013) karakteristik pembelajaran

berbasis saintifik adalah sebegai berikut :

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena

yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran

tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,

atau dongeng semata.


b. Penjelasan guru, respon peserta didik , dan interaksi

edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka

yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran

yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir

secara kritis, analistis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,

dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu

berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,

dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu

memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola

berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang

dapat dipertanggung jawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan

jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

2.3.3 Tahap – Tahap Pembelajaran Berbasis Saintifik


Menurut (Setiyadi, 2017) model pembelajaran berbasis

saintifik memiliki 5 tahapan. Tahap – tahap ini merupakan

aktifitas berpola yang bertujuan agar hasil pembelajaran dengan

berbasis saintifik dapat terwujud. Tahap – tahap model

pembelajaran berbasis saintifik adalah sebagai berikut :

a. Mengamati : dalam kegiatan ini guru memberikan

objek pengamatan berupa gambar, video dan lain –

lain. Tahap ini sangatpenting untuk menumbuhkan rasa

keingintahuan

b. menanya : guru mengajukan beberapa pertanyaan yang

bertujuan untuk memancing ke aktifan dari siswa,

karena siswa tidak mudah memberikan pertanyaan

apabila tidak dihadapkan dengan sesuatu yang

menarik.

c. mencoba (mengumpulkan informasi) : guru

memberikan LKS yang digunakan untuk

mengumpulkan data secara mandiri untuk dapat

megembangkan pengetahuan dan meningkatkan

keterampilan dalam melakukan observasi.

d. mengasosiasi : siswa diharapkan mampu megolah data

– data yang telah didapatkan dari proses

mengumpulkan informasi.
e. mengkomunikasikan : siswa diminta untuk

menyampaikan hasil yang didapat setelah pengolahan

data dan guru bertugas untuk mengkoreksi kebenaran

dari hasil yang didapatkan siswa.

2.4 Materi Konsep Asam Basa

Larutan asam dan basa merupakan contoh dari larutan

elektrolit. Svante Arrhenius memperkenalkan pemikiran tentang

senyawa yang terurai menjadi bagian-bagian ion-ion dalam

larutan. Kekuatan asam dalam larutan aqua (air) tergantung pada

konsentrasi ion-ion hidrogen di dalamnya. Menurut Arrhenius,

asam sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan H+ ,

sedangkan basa sebagai zat yang mengion dalam air

menghasilkan ion OH-. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+ ,

sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH - . Asam Arrhenius

dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air mengalami ionisasi

sebagai berikut:

HxZ xH+ + Zx-

Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x yang

dalam air terurai sebagai berikut (Utami et al., 2009).

M(OH)x Mx+ + OH-

Larutan asam dan basa dibagi atas asam-basa kuat

dan asam-basa lemah. Perbedaan kekuatan asam-basa


dipengaruhi oleh banyak sedikitnya ion-ion pembawa sifat

asam dan ion-ion pembawa sifat basa saat mengalami

ionisasi. Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion-

ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam

larutannya. Sedangkan kekuatan basa dipengaruhi oleh

banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan oleh senyawa basa

dalam larutannya (Utami et al., 2009).

Asam memiliki rasa masam, misalnya pada cuka

(asam asetat) dan lemon yang mengandung asam sitrat.

Asam dapat menyebabkan perubahan warna pada 28 zat

warna tumbuhan serta mengubah kertas lakmus dari biru

menjadi merah. Sedangkan basa, memiliki rasa pahit, terasa

licin, dan dapat menyebabkan perubahan warna pada zat

tumbuhan dan membirukan kertas lakmus merah (Petrucci,

1992).

2.6 Kerangka Berfikir

Kurikulum 2013 berisikan pembelajaran yang

berpusat pada siswa sehingga dibutuhkan bahan ajar

dengan model pembelajaran yang dapat memicu peserta

didik untuk dapat aktif dalam pembelajaran. Pemilihan

model dan media pembelajaran yang sesuai dengan keadaan

kelas berfungsi sebagai penunjang dalam kegiatan


pembelajaran, akan tetapi masih kurang dimanfaatkan

dengan optimal sehingga siswa mudah merasa bosan ketika

pembelajaran berlangsung. Hal ini menyebabkan hasil

belajar siswa menjadi relatif rendah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan

mengkombinasikan media, model, dan metode

pembelajaran agar suasana dalam kelas menjadi lebih

efektif, kondusif, dan bermakna. Salah satu strategi yang

dapat megatasi permasalahan pembelajaran kimia pada

materi asam basa adalah dengan mengembangkan modul

pembelajaran berbasis saintifik. Modul pembelajaran

dengan model berbasis saintifik ini memiliki beberapa

tahap dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa

lebih tertantang dan tidak mudah bosan karena berbagai

tahap yang haris dilalui dalam proses pembelajaran. Modul

dengan model ini dapat mendorong siswa menjadi lebih

aktif dalam mencari sendiri pemecahan masalah yang

berkaitan dengan materi pembelajaran. Pendekatan ini

cocok digunakan dalam pembelajaran kimia salah satunya

pada materi asam basa. Pembelajaran dengan modul

pembelajaran berbasis saintifik sangat baik diterapkan

untuk melatih siswa dalam menemukan konsep melalui


pengerjaan soal, memberikan kesempatan bagi siswa untuk

berfikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh

penerapan konsep yang telah dipelajari. Model ini

menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan

aktivitas pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat

memperoleh pembelajaran yang bermakna. Dengan

demikian, pegembangan modul berbasis saintifik

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMAN

1 MASBAGIK.

Pembelajaran di rumah

Kecenderungan guru menggunakan metode pembelajaran ceramah Peserta didik menganggap kimia
sebagai mata pelajaran yang sulit
dan membosankan

Pengembangkan modul
pembelajaran berbasis saintifik
Mandiri Menarik

Meningkatkan hasil belajar siswa

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada smester genap tahun

ajaran 2021/2022 dengan dimulai tahap persiapan pada bulan

november bertempat di SMA Negeri 1 Masbagik yang


berlokasi di Jalan Raya Masbagik Selatan, Masbagik,

Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau

Research and Development (R&D) yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut (Sugiyono, 2018). Model penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D (four D models)

yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Model pengembangan

4-D terdiri atas empat tahap utama, yaitu: (1) Define

(pendefinisian); (2) Design (perancangan); (3) Develop

(pengembangan); (4) Disseminate (penyebaran). Adapun

dalam penelitian ini desain 4-D yang digunakan sampai

dengan tahap Develop (pengembangan). Penelitian ini akan

mengembangkan modul pembelajaran berbasis Saintifik.

Pengembangan modul pembelajaran pada penelitian ini

meliputi: produk modul dan instrumen penilaian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiono (2003) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai


kuantitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini yaitu 155 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Masbagik.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteritik

yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil dari populasi

harus refresentatif (mewakili) (Sugiyono, 2018). Teknik

sampling yang dilakukan menggunakan rumus slovin dan

menggunakan nilai e = 0,2 untuk mendapatkan sampel dalam

jumlah kecil dengan rumus sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + N(𝑒)2

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan sampel dengan ketentuan sebagai

berikut :

Nilai e = 0,1 = 10% untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 = 20% untuk populasi dalam jumlah kecil


Berdasarkan perhitungan maka jumlah sampel dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 22 orang siswa.

3.4 Rancangan Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan sesuai dengan

desain penelitian model pengembangan 4-D yang dilakukan yaitu

pendefinisian (Define), perancangan (Design), dan

pengembangan (Develop). Agar memudahkan proses penelitian,

maka disusun alur pengembangan dan penelitian yang memuat

tahapan pengembangan penelitian seperti pada Gambar 3.1..

Define

Analisis kemampuan siswa


Analisis awal kegiatan pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran
Analisis materi

Design

Perancangan dan penyusunan perangkat pembelajaran, diantaranya:


Dev elop
Modul
Instrumen tes
Pembuatan produk

Validasi oleh ahli


Revisi produk

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 4D yang Dilaksanakan


Uji coba terbatas
kepraktisan

3.4.1 Tahap Define (Pendefinisian)

Tahap define ini merupakan tahap pendefinisian atau

penetapan syarat-syarat dari kegiatan pembelajaran. Tahap ini

tersusun dari berbagai analisis yang akan di lakukan. Analisis

yang di lakukan ini digunakan untuk menetapkan tujuan maupun

pembatasan bahan pembelajaran. Tahap define pada penelitian

ini ada empat langkah pokok yaitu :

1. Analisis awal kegiatan pembelajaran yang dilakukan di

SMAN 1 Masbagik untuk menetapkan masalah dasar yang

dihadapi dalam pembelajaran kimia di SMA meliputi

permasalahan lapangan sehingga dibutuhkan pengembangan

modul pembelajaran.

2. Analisis materi secara garis besar dari Kompetensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan Kurikulum

2013 yang akan digunakan dalam mengembangkan modul

pembelajaran.

3. Perumusan tujuan pembelajaran.

3.4.2 Tahap Design (Perancangan)


Pada tahap ini peneliti menyusun modul pembelajaran

kimia berbasis saintifik materi asam basa yang akan

dikembangkan menggunakan microsoft word terdiri dari modul

dan instrumen tes.

3.4.3 Tahap Develop (pengembangan)

Pada tahap development (pengembangan) yang

dilakukan adalah mengembangkan modul pembelajaran kimia

berbasis saintifik pada materi asam basa yang telah dirancang.

Pada tahap design sebagian besar modul telah disusun, namun

perlu adanya perbaikan demi tercapainya bahan ajar yang

optimum. Adapun langkah-langkah dalam tahapan ini adalah: (a)

menyusun modul awal, (b) menelaah modul awal, (c) melakukan

validasi, (d) merevisi hasil validasi, (e) melakukan uji coba

terbatas, (f) menganalisis dan merevisi hasil uji coba terbatas,

dan (g) menghasilkan produk berupa modul. Dalam penelitian

ini, tahap development yang dimaksud yaitu:

a. Uji Validitas

Uji Validitas adalah tahapan untuk memvalidasi

atau menguji validitas modul pembelajaran yang

dihasilkan (prototype 1). Uji validasi dilakukan oleh ahli

yang dalam hal ini adalah dua orang dosen Program

Studi Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Mataram dan

salah satu guru mata pelajaran Kimia SMAN 1


Masbagik. Tahapan uji validasi dilakukan melalui

penilaian pada lembar atau angket validasi untuk menilai

aspek kegrafikan, kelayakan isi atau materi, penyajian,

dan kebahasaan berdasarkan standar oleh BSNP serta

aspek kepraktisan modul. Hasil uji validasi digunakan

sebagai saran dan landasan untuk merevisi modul

praktikum. Setelah modul praktikum direvisi maka

diperoleh modul pembelajaran prototype 2.

Tahapan ini terdapat kegiatan yang dilakukan, diantaranya:

1. Pembuatan produk berupa modul pembelajaran yang akan

dikembangkan.

2. Validasi modul pembelajaran dan angket motivasi belajar oleh

validator ahli untuk menentukan apakah produk yang dibuat

valid atau tidak.

3. Revisi modul pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi oleh

validator ahli.

2. Uji coba terbatas modul pembelajaran meliputi; modul dan

instrumen tes dilakukan pada siswa SMAN 1 Masbagik untuk

mengetahui kekurangan dari modul pembelajaran yang

dibuat.
3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Dalam

penelitian pengembangan ini instrumen penelitian yang akan

digunakan adalah lembar validasi modul untuk mendapatkan

data penilaian modul pembelajaran oleh validator ahli dan

angket respon siswa terhadap modul pembelajaran. Lembar

validasi dan angket respon yang digunakan untuk

memperbaiki modul yang sudah dikembangkan oleh

peneliti.

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Data akan diperoleh dari lembar validasi instrumen

perangkat pembelajaran berupa modul pembelajaran

berbasis saintifik serta instrumen pengambilan data berupa

angket soal moivasi belajar siswa yang telah divalidasi oleh

dosen ahli pendidikan kimia FKIP UNRAM dan guru kimia

SMA sebagai validator praktisi. Dan untuk pengumpulan

data juga dari angket respon uji coba terbatas terhadap

modul pembelajaran kimia berbasis saintifik

3.7 Tehnik Analisis Data


Data penelitian ini dianalisis menggunakan analisis

statistik deskriptif. Data penelitian dapat dianalisis sebagai

berikut:

3.7.1 Analisis Data Validasi Ahli

Data hasil validasi ahli untuk masing-masing modul

dianalisis dengan mempertimbangkan masukan, komentar,

dan saran-saran dari validator. Hasil analisis tersebut

disajikan sebagai pedoman untuk merevisi modul. Untuk

mengetahui kesepakatan ini dapat digunakan indeks

validitas, diantaranya dengan indeks yang diusulkan oleh

Aiken. Indeks Aiken V merupakan indeks kesepakatan

validator terhadap kesesuaian butir (sesuai tidaknya butir)

dengan indikator yang ingin diukur dengan butir tersebut.

Indeks validitas nilai yang diusulkan Aiken dirumuskan

sebagai berikut (Retnawati, 2016):

∑𝑆
V = 𝑛 (𝑐−1)
Keterangan:

V = indeks kesepakatan validator mengenai validitas butir,

s = skor yang ditetapkan setiap validator dikurangi skor

terendah

dalam kategori yang dipakai (s = r - I ◦, dengan r = skor

kategori pilihan validator dan I◦ = skor terendah

penskoran),
n = banyaknya validator,

c = banyaknya kategori yang dipilih validator.

Tabel 3.3 Kategori indeks Aiken


NO Rentang Indeks Kategori
1 V ≤ 0,4 Kurang Valid
2 0,4 < V ≤ 0,8 Valid
3 0,8 < V ≤ 1 Sangat Valid

3.7.2 Analisis Respon Siswa (Kepraktisan)

Penilaian produk berdasarkan angket yang telah diisi

oleh siswa dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan

dari produk yang dikembangkan. Suatu produk dikatakan

praktis jika siswa dapat menggunakan modul pembelajaran

dengan mudah. Kepraktisan dapat diukur dengan skala likert

yang dimodifikasi Riduwan (2017) dengan alternatif

jawaban yaitu 1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak sesuai, 3 =

cukup sesuai, 4 = sesuai, dan 5 = sangat sesuai. Analisis

angket kepraktisan dapat dihitung dengan rumus ;

p = 𝑓 𝑥 100%
𝑁

Keterangan:

p = Nilai Akhir

f = Perolehan Skor

N = Skor Maksimum

Setelah nilai kepraktisan diperoleh, dilakukan

pengelompokkan yang sesuai dengan kriteria pada tabel 3.2

dibawah ini (Riduwan dalam Zakirman dan Hidayati, 2017):


Tabel 3.2 Kategori Kepraktisan
NO Nilai Kriteria
1 80% < x≤ 100% Sangat Praktis
2 60% < x≤ 80% Praktis
3 40% < x≤ 60% Cukup Praktis
4 20% < x≤ 40% Kurang Praktis
5 0% < x≤ 20% Tidak Praktis
DAFTAR PUSTAKA

Artini, Ni Putu Juni, and I. Komang Wisnu Budi Wijaya. Strategi

Pengembangan Literasi Kimia Bagi Siswa SMP. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Citra Bakti 7.2 (2020): 100-108.

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama

Widya.

Djamarah, Saiful, B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dr. Lis Siti Jahro dan Susilawati. 2016. Analisis Penerapan

Metode Praktikum Pada Pembelajaran Ilmu Kimia Di

Sekolah Menengah Atas. Medan : Universitas Negeri

Medan.

Fauziah Resti, Ade Gafar Abdullah, dan Dadang Lukman Hakim.

2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar

Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal

INVOTEC. 9(2) : 165-178.

Junaidi, E., Saprizal, H., dan Syarifa, WAI. 2018. Kajian

Pelaksanan Praktikum Kimia Di Sekolah Menengah Atas


Di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Pijar Mipa. 13(1):

24-31.

Kemdikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan

Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran

Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta: Kemdikbud,

2020.

Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran

Saintifik. Sidoardjo : Nizamia Learning Center.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta:

Aswaja Pressindo.

Nurul, H. 2013. Pengertian dan Langkah-Langkah Saintifik.

https://www.nurulhidayah.net/789-pengertian-dan-

langkah-pembelajaran-saintifik.html#!prettyphoto diakses

tanggal 19. November 2013.

Petrucci, R. (1992). Kimia Dasar : Prinsip Dan Terapan Modern Jilid

2.

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar

Inovatif. Jakarta : Diva.

Retnawati, Heri, 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen

Penelitian. Yogyakarta: Parama Publishing.


Riduwan, 2017. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru,

Karyawan, Dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sahidu, H. W. 2016. Program Pembelajaran Fisika (P3F).

Mataram: FKIP Unram.

Sa’diyah, Nilam Puspa dan Brillian Rosy. 2021. Pengaruh

Pembelajaran Daring Terhadap Hasil Belajar Pada Masa

Pandemi COVID-19. Jurnal Ilmiah MEA ( Manajemen,

Ekonomi, dan Akutansi ). 5(2) :552-559.

Setiyadi, Muhammad Wahyu, Ismail, Dan Hamsu Abdul Gani.

2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi

Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Journal Of Education Science And

Technology. 3(2) : 102-112.

Sudana, I. Putu Ari, and I. Gede Astra Wesnawa. 2017.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmiah

Sekolah Dasar 1.(1) : 1-8.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

kualitatif, Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian dan Pengembangan (Reserch

and Development). Bandung: Alfabeta.


Sunaryo, Yoni. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Dan

Kreatif Matimatika Siswa SMA Di kota Tasikmalaya.

Jurnal Pendidikan Dan Keguruan. 1(2) : 41-49.

Ulya, Haritsah, Ratu Betta Rubidyani, dan Tasviri Efkar. 2018.

Pengembangan Modul Kimia Berbasis Problem Solving

Pada Materi Asam Basa Arrhenius. Jurnal Pendidikan

Dan Pembelajaran Kimia. 7(1) : 129 – 141.

Utami, B., Agung, N., Mahardiani, L., Yamtinah, S., & Mulyani,

B. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program

Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Yani, Ahmad, Dkk. 2018. Efektivitas Pendekatan Saintifik

Dengan Media Booklet Higher Order Thinking Terhadap

Hasil Belajar Biologi Siswa Sma Di Kabupaten Wajo.

Jurnal Biology Science and Education 7.(1) : 1-12.

Yuniati, Suci, and Arnida Sari. 2018. Pengembangan Modul

Matematika Terintegrasi Nilai-Nilai Keislaman melalui

Pendekatan Realistic Mathematics Education di Propinsi

Riau. Jurnal Analisa 4.(1) : 1-9.


LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1

Lembar Validasi Modul Pembelajaran Berbasis Saintifik Pada Materi Asam


Basa Kelas XI

Nama :

Nama Instansi :

Petunjuk Pengisian

1. Isilah nama dan asal instansi bapak/ibu pada tempat yang telah disediakan.
2. Beri tanda check (√), pada kolom 1, 2, 3, atau 4 yang ada pada kolom skor
sesuai dengan rubrik penilaian berikut ini :
a. Skor 4 diberikan apabila kelayakan modul praktikum kimia berbasis
kimia komputasi mencapai 80% dari pemenuhan maksud butir
sebagaimana dijelaskan dalam deskripsi butir.
b. Skor 3 diberikan apabila kelayakan modul praktikum kimia berbasis
kimia komputasi terpenuhi antara 60%-79% dari pemenuhan maksud
butir dalam deskripsi butir.
c. Skor 2 diberikan apabila kelayakan modul praktikum kimia berbasis
kimia komputasi terpenuhi antara 50%-59% dari pemenuhan maksud
dalam deskripsi butir.
d. Skor 1 diberikan apabila kelayakan modul praktikum kimia berbasis
kimia komputasi terpenuhi antara ≤50% dari pemenuhan maksud dalam
deskripsi butir.
3. Rerata skor merupakan jumlah skor dari penilaian setiap sub komponen
Skor Rerata
No Butir Saran
Skor
1 2 3 4
KOMPONEN KEGRAFIKAAN
A. Ukuran Modul
1 Kesesuaian ukuran modul dengan
standar ISO, yaitu ukuran modul A4
(210 x 297) mm, B5 (176 x 250) mm,
A5 (148 x 210) mm
2 Kesesuaian ukuran dengan materi isi
Modul
B. Desain Sampul Modul
3 Penampilan unsur tata letak pada
sampul muka, belakang dan punggung
secara harmonis memiliki irama dan
kesatuan serta konsisten.
4 Menampilkan pusat pandang (center
point) yang baik
5 Huruf yang digunakan menarik dan
mudah dibaca
6 Tidak menggunakan terlalu banyak
kombinasi huruf
C. Desain Isi Modul
7 Penempatan unsur tata letak konsisten
berdasarkan pola
8 Pemisahan antar paragraph jelas
9 Bidang cetak dan margin proporsional
10 Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai
11 Penempatan hiasan atau ilustrasi
sebagai latar belakang tidak
mengganggu judul, teks, angka
Halaman
12 Tidak menggunakan terlalu banyak
jenis huruf
13 Penggunaan variasi huruf (bold, italic,
all capital, small capital) tidak
berlebihan
14 Spasi antar baris susunan teks normal
KOMPONEN PENYAJIAN
15 Penyajian teks, tabel, dan gambar
disertai dengan rujukan atau sumber
Acuan
16 Keruntutan konsep atau materi yang
Disajikan
17 Pengantar
18 Daftar Pustaka
KOMPONEN KELAYAKAN ISI MODUL
19 Keluasan materi (apakah sesuai dengan
materi asam basa)
Skor Rerata
No Butir Saran
1 2 3 4 Skor
20 Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
21 Menumbuhkan rasa ingin tahu
22 Mendorong untuk mencari informasi
lebih lanjut
KOMPONEN KEBAHASAAN MODUL
23 Rumusan kalimat komunikatif
24 Menggunakan bahasa Indonesia yang
Baku
25 Tidak menggunakan kata atau
ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian
26 Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu
Mataram, Desember 2021
Mengetahui,

Validator I, Validator II, Validator III


ANGKET RESPON SISWA

Kelas/Semester : XI/1I

Mata Pelajaran : Kimia

Nama : ...............................................................

Hari, tanggal : ...............................................................

Dalam rangka pengembangan pembelajaran kimia di kelas, kami mohon tanggapan


adik-adik terhadap proses pembelajaran menggunakan modul pada materi asam basa yang
telah dilakukan. Jawaban adik-adik akan kami rahasiakan. Oleh karena itu, jawablah dengan
sejujurnya karena hal ini tidak akan berpengaruh terhadap nilai kimia adik-adik.
Petunjuk :
1. Sebelum mengisi angket ini, pastikan anda telah membaca modul pembelajaran kimia
materi asam basa berbasis saintifik.

2. Pada angket ini terdapat 25 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan


dalam kaitannya dengan modul yang baru saja kamu pelajari. Berilah jawaban yang
benar-benar cocok dengan pilihanmu.
3. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap
pernyataan yang diberikan.
Keterangan pilihan jawaban
SS = Sangat setuju
S = Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju

Pilihan jawaban
No Pernyataan SS S TS STS
A. Penilaian terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan modul
1. Pembelajaran dengan modul membuat saya semangat

dalam belajar.
2. Setelah membaca modul ini membuat saya lebih mudah
memahami masalah ketika belajar kimia secara mandiri.
3. Kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
menuntut saya untuk mengaitkan permasalahan
kimia dengan situasi realistik secara mandiri.
4. Setelah membaca modul ini saya yakin dapat memahami
seluruh isi modul ini dengan baik tanpa memerlukan
bimbingan dari guru.
5. Saya menggunakan pengalaman yang saya peroleh

untuk mengerjakan soal-soal pada modul tanpa


bimbingan guru.
6. Setelah membaca modul ini, saya dapat melaksanakan
pembelajaran dengan mandiri tanpa bimbingan guru.

7. Setelah membaca modul ini, saya selalu memeriksa


kembali hasil pekerjaan saya.
8. Setelah membaca modul ini, saya sering mengaitkan soal
dengan fenomena yang relevan dengan kehidupan sehari
- hari.
9. Kegiatan siswa dan soal latihan dalam modul membantu
saya untuk mengembangkan kemampuan kimia saya
secara mandiri.
10. Setelah membaca modul ini, saya dapat menyimpulkan
dan mengambil ide-ide penting mengenai materi asam
basa secara mandiri.
11. Setelah membaca modul ini,Saya selalu mencoba
menyelesaikan soal-soal dengan cara saya sendiri.
12. Setelah membaca modul ini, saya dapat
menghubungkan isi modul ini dengan hal- hal yang
telah saya lihat, saya lakukan atau saya
pikirkan dalam kehidupan sehari-hari.
13. Setelah membaca modul ini, Saya merasa senang
mempelajari kimia, Khususnya materi asam basa dengan
menggunakan modul ini dirumah.
14. Pembelajaran menggunakan modul ini membuat saya
mengungkapkan ide atau pendapat tentang masalah yang
diberikan.
15. Setelah membaca modul ini, saya merasa lebih mudah
mengerjakan soal yang lebih kompleks dalam materi
asam basa.
16. Setelah membaca modul ini, saya merasa mudah untuk
menarik kesimpulan dari suatu penyelesaian soal secara
mandiri.
17. Setelah mempelajari materi asam basa dengan
menggunakan modul ini, saya percaya bahwa saya akan
berhasil dalam tes.
18. Dengan menggunakan modul ini saya dapat melakukan
pembelajaran dimanapun dan kapanpun tanpa
bimbingan guru.
19. Setelah membaca modul ini, Saya dapat memperoleh
pengetahuan baru dengan mengikuti serangkaian
kegiatan dalam modul walaupun diluar jam pelajaran.

B. Penilaian terhadap modul yang digunakan dalam pembelajaran


20. Gaya penyajian modul ini menarik minat saya untuk
mempelajarinya.
21. Pada modul ini disajikan beberapa soal yang menantang

saya untuk menyelesaikannya.


22. Terdapat kata atau kalimat yang tidak saya pahami

dalam modul.
23. Tugas-tugas atau latihan dalam modul ini membantu
saya untuk lebih memahami materi.
24. Modul ini membantu saya untuk memahami materi
asam basa pada pembelajaran kimia.
25. Isi modul ini sangat bermanfaat bagi saya.
Komentar dan saran :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………........…………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Masbagik,05 November 2021


Nama siswa

(...........................................)

Anda mungkin juga menyukai