Anda di halaman 1dari 36

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan sarana pembentuk kepribadian manusia yang dapat

memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan dalam

hidupnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam

memajukan Pendidikan dengan harapan agar manusia Indonesia dapat menggali

potensi diri dan memiliki bekal dalam menghadapi perubahan transformasi

Budaya serta arus Globalisasi. Perubahan Kurikulumpun diharapkan dapat

menyiapkan generasi visioner dan mampu bertumpu pada kaki sendiri salah

satunya adalah dengan mengubah Kurikulum sesuai dengan perkembangannya.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang lahir diera berakhirnya

masa pandemi Covid-19 yang berperan dalam memulihkan pembelajaran,

Mengingat banyaknya peserta yang kehilangan konsep materi dimasa itu. Pada

saat penerapan kurikulum merdeka sudah tentu membawa efek dan perubahan

secara signifikan mengenai guru di sekolah dari segi administrasi pembelajaran,

strategi dan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan bahkan proses

evaluasi pembelajaran. Hakikatnya merdeka belajar memperdalam kompetensi

guru untuk berinovasi dan mengupgrade kualitas pembelajaran secara

independent.

Kualitas pembelajaran akan terwujud bila mana seorang guru mampu

mengembangkan strategi, metode atau pendekatan bahkan sebuah produk

pembelajaran yang dapat menarik minat peserta didik dalam belajar sehingga

terbantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan

1
2

pemahaman konsep mereka. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui sebuah

strategi atau media bahan ajar yang digunakan oleh guru. Tidak bisa dipungkiri

bahwa pengembangan media bahan ajar memegang peranan yang sangat penting

dalam proses belajar. Semakin meningkat minat belajar peserta didik maka

semakin meningkat ketertarikan mereka terhadap materi pembelajaran tersebut.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan

dalam memilih, menggunakan metode atau model dan melakukan inovasi-inovasi

baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan perkembangan

zaman dari peserta didik

Pada abad ini, Teknologi dawai telah mengalami kemajuan yang

signifikan. Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat dalam

perkembangan tahun terakhir. Teknologi dalam pendidikan adalah suatu

keharusan. Mayoritas rencana strategi perangkat dawai berjalan pada sistem

operasi android. Dalam mengikuti perkembangan teknologi, peserta harus

menyesuaikan diri. Peserta Didik tidak akan terpisahkan dari penggunaan alat

komunikasi seperti ponsel Android. Dalam bidang teknologi, Android memiliki

kemampuan yang tidak bisa diremehkan dalam proses pembelajaran sebagai

wujud inovasi guru dalam membelajarkan peserta didik. Mengarahkan manfaat

teknologi dengan bijak akan mendapatkan manfaat yang positif dan dapat

memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk dalam

bidang Pendidikan dapat dinilai dari salah satu aspeknya yaitu perkembangan

bahan ajar yang tidak optimal. Tidak hanya dalam bentuk buku cetak, tetapi juga

dalam bentuk materi pembelajaran elektronik, yang mana yang mana telah kita
3

ketahui bahwa saat ini, para remaja sangat aktif dalam menggunakan android yang

menjadikan pola pembelajaran menjadi berubah dari yang tadinnya hanya

mencatat, dengan kecanggihan tekhnologi android peserta didik dapat dengan

cepat mengumpulkan materi atau menyelesaikan tugas-tugasnya dengan

menggunakan android.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sendana,

dikelas X, telah diperoleh informasi dari guru Kimia, bahwa pembelajaran yang

sering digunakan guru pada saat proses pembelajaran kimia adalah ceramah,

diskusi dan presentasi, dan problem solving. Adapun bentuk bahan ajar yang

sering digunakan guru adalah buku paket dan modul, dan jenis bahan ajar yang

sering digunakan adalah gambar dan power point. Berdasarkan angket analisis

guru dan peserta didik, banyak kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan

bahan ajar karena sulit menyesuaikan bahan ajar dengan kemampuan peserta

didik, 60% peserta didik tidak memahami konsep kimia dalam pembelajaran

berdasarkan nilai hasil ujian semester sebelumnya. Ilmu kimia menjadi salah satu

ilmu yang dianggap sulit oleh peserta didik Sekolah Menengah Atas. Masih

terdapat banyak peserta didik yang tidak mampu memahami konsep-konsep kimia

dengan baik disekolah, khususnya di SMA Negeri 1 Sendana. Ibu Firtriani

sebagai guru kimia disekolah ini mengungkapkan bahwa hasil belajar kimia

sangat rendah dapat terjadi karena peserta didik kehilangan konsep yang telah

dipelajari saat masa pandemi, hal tersebut dapat dibuktikan melalui hasil analisis

ulangan harian dengan rata-rata 62,35 dari 34 peserta didik dikelas X pada materi
4

Sistem Periodik unsur yang merupakan materi fondasi belajar kimia dan banyak

mengandung konsep-konsep yang berkaitan dengan materi lainya.

Merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, bahwa dengan menggunakan

bahan ajar kimia peserta didik dalam pembelajaran, maka respon peserta didik

terhadap penggunaan bahan ajar kimia untuk peserta didik kelas X mendapatkan

respon positif, dengan persentase rata-rata semua aspek sebesar 71,49%.

Perolehan hasil data awal angket minat belajar peserta didik dan data akhir minat

belajar peserta didik diperoleh dengan nilai persentase 62,35% dengan kriteria

“tinggi” dan data akhir minat belajar peserta didik diperoleh dengan jumlah

82,80% dengan kriteria “sangat tinggi”. Dengan adanya bahan ajar yang

digunakan peserta didik akan terbantu dalam menyelesaiakan tugas-tugas secara

mandri yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang berpengaruh pada

peningkatan pemahaman konsep kimia melalui penggunaan android. Selain itu

dengan adanya bahan Ajar ini peserta didik dapat terbantu mencapai tujuan

pembelajaran dengan jelas, fleksibel, dan memungkinkan siswa dapat

mempelajari kembali materi yang belum dipahami.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin melakukan penelitan

sejenisnya, namun terdapat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaanya terletak pada

konten dan jenis materi pembelajaran yang telah dipergunakan di awal serta media

yang digunakan, sehingga peneliti ingin menyusun penelitian dengan judul

"Pengembangan Bahan Ajar Kimia berbasis Android untuk meningkatkan

pemahaman konsep kimia Peserta didik’’.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana hasil pengembangan bahan ajar kimia berbasis android untuk

meningkatkan pemahaman konsep kimia peserta didik?

2) Bagaimana tanggapan praktisi terhadap bahan ajar kimia berbasis android

yang dikembangkan dalam penelitian?

3) Bagaimana efektifitas penggunaan bahan ajar kimia berbasis android terhadap

pemahaman konsep kimia peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Merujuk hasil rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut :

1) Menganalisis hasil pengembangan bahan ajar kimia berbasis android yang

telah dikembangkan.

2) Menganalisis respon guru terhadap pengembangan bahan ajar kimia berbasis

android yang telah dikembangkan.

3) Menganalisis efektifitas penggunaan bahan ajar kimia berbasis android yang

telah dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

kimia.
6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, meliputi:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengembangan bahan ajar kimia berbasis android terhadap peningkatan

pemahaman konsep kimia peserta didik.

2) Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian adalah:

a) Bagi guru

Melalui pengembangan bahan ajar kimia berbasis android diharapkan

lebih mengaktifkan peserta didik sehingga mereka dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan penguasaan

konsepnya. Selain itu, dapat pula dijadikan rujukan bagi pendidik lainnya untuk

membuat dan mengembangkan bahan ajar lainnya dengan strategi atau

pendekatan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

b) Bagi peserta didik

Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam

membangun pemahaman konsep dengan adanya bahan ajar kimia berbasis

android.
7

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bahan Ajar

Menurut Jazuli (2017) Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun

secara sistematis yang dapat digunakan oleh peserta didik sehingga tercipta suatu

kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar dengan baik. Bahan ajar

merupakan segala bentuk bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang

digunakan untuk membantu pendidik (guru, dosen, maupun konstruktur) dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sedangkan Chomsin dan Jasmani

(2008) menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat

pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain

secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan

yaitu mencapai potensi dengan kompleks

Pada prinsipnya semua buku dapat digunakan sebagai bahan kajian

pembelajaran, asal relavan dengan pokok bahasan pembelajaran. Bahan ajar yang

memiliki desain dan urutan yang teratur, menjelaskan intruksional yang akan

dicapai, motivasi peserta didik untuk belajar, dan secara umum cenderung kepada

peserta didik secara individual yang dapat ditekuni peserta didik secara mandiri

karena sistematis dan lengkap. Guru harus memiliki bahan ajar yang sesuai

dengan kurikulum, karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan masalah belajar.

Bagi guru pengembangan bahan ajar digunakan sebagai keperluan pemebalajaran

yang akan dilakukan (Fitria rizki, 2008).

7
8

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bahan

ajar adalah suatu perangkat sarana atau alat yang berisikan materi pembelajaran

yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu pendidik dalam

melaksanakan proses pembelajaran sehingga diharapkan membantu peserta didik

mencapai potensi dengan kompleks.

a. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan pada panduan dari direktorat pembinaan sekolah menegah

atas, bahan ajar dikatagorikan menjadi 4 (empat) yaitu:

1) Bahan cetak (printed), seperti hand out buku modul, lembar kerja siswa

(LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, model/ maket, dsb.

2) Bahan ajar dengar (audio), seperti kaset, radio, piringan hitam, audio

compact disk, dsb.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti vidio compact disk, film,

dan lain-lain.

4) Bahan ajar multi media interaktif (interactive teaching material), seperti

compact disk (CD) multi media pembelajaran interaktif.

5) Bahan ajar berbasis web (web based learning material).

Dari pembahasan tersebut Ilyas Ramadani (2014) dapat meyimpulkan

bahwa secara garis besar bahan ajar terbagi menjadi bahan ajar cetak (terdiri dari

buku, modul, LKS, dll). Bahan ajar non cetak (terdiri dari bahan ajar dengar,

pendang dengar, multi interaktif dan bahan ajar berbasis web). Bahan ajar non

cetak dapat digunakan dengan bantuan elektronik.


9

b. Fungsi Bahan Ajar

Terdapat tiga fungsi utama bahan ajar dalam kaitannya dengan

penggelaran proses belajar dan pembelajaran menurut Siti Aisyah dkk (2020). tiga

fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bahan ajar merupakan pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua

aktifitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi

kompetensi yang seharusnya diajarkan/ dilatih kepada siswa.

2) Bahan ajar merupakan pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan

aktifitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi yang

seahrusnya dipelajari/ dikuasai.

3) Bahan ajar merupakan alat evaluasi pencapaian/ pengauasaan hasil

pembelajaran. Sebagai alat evaluasi maka bahan ajar yang disampaikan harus

sesuai dengan indikator dan kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh guru.

Indikator dan kompetensi dasar ini sudah dirumuskan dalam silabus

pelajaran.

2. Android

Android adalah suatu software (perangkat lunak) yang digunakan pada

mobile device (perangkat berjalan)yang meliputi sistem operasi, middleware dan

aplikasi inti”. Android menurut Satyaputra dan Aritonang (2014) adalah sebuah

sistem operasi untuk smartphone dan tablet. Sistem operasi dapat diilustrasikan

sebagai jembatan antara piranti (device) dan penggunaannya, sehingga pengguna

dapat berinteraksi dengan device-nya dan menjalankan aplikasi-aplikasi yang

tersedia pada device.


10

Penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran adalah sesuatu

yang menarik dan baru dalam dunia pendidikan, aplikasi android telah memberi

warna baru dalam perkembangan media pembelajaran. Penggunaan aplikasi ini

membuat media pembelajaran semakin menarik dan beragam. Namun,

penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran tidak hanya dinilai satu

sisi. Aplikasi android harus mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi

kepada peserta didik dan harus mampu merangsang peserta didik untuk selalu

mengingat apa yang sudah dipelajari serta mempu memberi rangsangan belajar

bagi peserta didik. Dengan demikian, penggunaan aplikasi android sebagai media

pembelajaran harus memenuhi beberapa kreteria. Thorn. W dalam buku Hujair

A.H Sanaky (2013), mengajukan enam kreteria untuk menilai multimedia

interaktif, yaitu:

a) Kemudahan navigasi, artinya sebuah program media harus dirancang

sesederhana, serapi, dan seindah mungkin

b) Ada kandungan kognisi,

c) Pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria diatas adalah untuk

menilai isi dari program itu sendiri, apakah program itu tela memenuhi

kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum.

d) Integrasi media, yaitu media itu harus bisa mengintegrasikan aspek tujuan

pembelajaran, materi yang harus dipelajari, metode artinya variasi metode

yang digunakan dan kemampuan si pembelajar.

e) Untuk menarik minat pembelajar, program media harus mempelajari tampilan

yang artistik dan tak lupa estetika juga merupakan kriteria.


11

f) Fungsi secara keseluruhan, artinya program yang dikembangkan harus

memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar (tujuan

pembelajaran), sehingga pada waktu selesai menjalankan sebuah program

(belajar) dia akan merasa telah belajar sesuatu dengan nyaman dan

menyenangkan.

3. Pemahaman Konsep

Pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk memperoleh

makna dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Sudjana, 1992) dan Muntori

(2007) menjelaskan ada dua macam pemahaman berdasarkan sifatnya, yaitu

pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik. Pemahaman konseptual

merupakan pemahaman yang berhubungan dengan konsep-konsep berupa arti,

sifat dan uraian suatu konsep, kemampuan menjeaskan sebuah bersifat abstrak

serta teori-teori dasar sains. sains sedangkan pemahaman algoritmik merupakan

procedural atau serangkaian aturan yang melibatkan perhitungan matematika

untuk memecahkan suatu masalah. Menurut KBBI (online) konsep adalah satu

idea tau gambaran dari objek melalui suatu proses yang digunakan untuk

memahami hal-hal tertentu.

Berdasarkan definisi yang dijelaskan diatas tentang pemahaman konsep,

maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang

dalam mengonstruksi suatu konsep yang ada berdasarkan pengetahuan dasar yang

dimiliki dengan menggunakan kata-kata sendiri dan mampu membuat hubungan

dengan pengetahuan yang baru. Menurut Kilpatrick dan Findel (2001), indikator

pemahaman konsep dibagi menjadi tujuh, antara lain: (1) kemampuan menyatakan
12

ulang konsep yang telah dipelajari (2) kemampuan mengklarifikasi objek-objek

berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut

(3) kemampuan menerapkan konsep secara algoritma (4) kemampuan

memberikan contoh dari konsep yang dipelajari (5) kemampuan menyajikan

konsep dalam bentuk representasi matematis (6) kemampuan mengaitkan berbagai

konsep (7) kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu

konsep.

Menurut Anderson (2001) menjelaskan bahwa pemahaman konsep fisika

dapat digolongkan dalam tiga segi yang berbeda yaitu pemahaman translasi,

interpretasi dan eksploitas.

a) Translasi;

Transalasi merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu berupa

ide/konsep yang dinyatakan dengan cara yang berbeda dari aslinya, misalnya

mengubah soal dalam bentuk simbol atau sebaliknya. Indikator pemahaman

translasi yaitu; (1) Kemampuan menerjemahkan suatu prinsip umum dengan

memberi ilustrasi atau contoh. (2) Kemampuan menerjemahkan hubungan-

hubungan yang digambarkan dalam bentuk simbol, tabel, peta, formula ke bentuk

bahasa verbal. (3) Kemampuan menerjemahkan konsep dalam bentuk visual atau

sebaliknya.

Contoh transalasi dalam ilmu kimia pada materi Sifat keperiodikan Unsur

antara lain; Penentuan hubungan antara konfigurasi electron dengan letak unsur

dalam tabel periodik Unsur, mislanya; Diketahui konfigurasi elektron unsur Mn

dengan nomor atom 25 sebagai berikut: [Ar] 4s2 3d5. Dari konfigurasi tersebut,
13

Peserta didik dapat menetukan letaknya dalam sistem periodik melaui hubungan

simbol-simbol penulisan konfigurasi electron. Dengan melihat kulit terkahirnya,

maka peserta didik dapat mengetahui bahwa unsur Mn terletak pada periode ke-4

karena kulit tertinggi dan terakhirnya 4 dan peserta didik dapat mengetahui

golongannya dengan melihat blok terakhir pengisiannnya yaitu d maka

glongannya B, lebih tepatnya VIIB karena electron valensinya 7.

b) Interpretasi;

Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami atau mengartikan

bahan ide yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain. Indikator

pemahaman interpretasi yaitu; (1) Kemampuan untuk memahami dan

menginterpretasikan bentuk bacaan secara jelas dan mendalam. (2) Kemampuan

membedakan pembenaran atau menyangkal suatu kesimpulan yang digambarkan

dalam bentuk suatu data. (3) Kemampuan untuk membuat batasan (qualification)

yang tepat ketika menafsirkan suatu data.

Contoh interpretasi dalam ilmu kimia pada materi sifat keperiodikan unsur,

misalnya ketika peserta didik diberikan data, peserta didik diharapakn dapat

menuliskan konfigurasi elektron unsur X berdasarakan tabel Energi pengionan

(Ei) (kJ/mol)

Tabel 1. Energi Pengionan (Ei) unsur X

Ei1 Ei2 Ei3 Ei4 Ei5 Ei6


1012 1903 2910 4956 6278 22230

Dari tabel pengionan diatas, mulai dari Ei1 sampai dengan Ei6. Peserta didik

dapat menentukan konfigurasi elektron terkahirnya dengan melihat dan memaknai

data Ei diatas bahwa sebuah proses pengionan dengan lebih besar terdapat pada
14

tahap pengionan ke-6 pada data. Hal ini menunjukkan bahwa elektron ke-6 sudah

sangat sulit dilepaskan. Pengionan lebih mudah terjadi hingga sampai tahap ke-5.

Dengan demikian, atom unsur ini memiliki 5 elektron valensi yang terletak dikulit

ke-3. Konfigurasi elektron: 2 8 5, nama unsur adalah Posfor (P).

c) Extrapolasi;

Extrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan kelanjutan dari

kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi

dengan implikasi yang sejalan dengan kondisi yang digambarkan. Indikator

pemahaman ekstrapolasi yaitu; (1) Kemampuan menggambarkan, menaksir atau

memprediksi akibat dari tindakan tertentu. (2) Keterampilan meramalkan

kecenderungan yang akan terjadi. (3) Kemampuan menyisipkan satu data dalam

sekumpulan data dilihat dari kecenderungannya.

Contoh extrapolasi dalam ilmu kimia pada materi sifat keperiodikan unsur,

misalnya; peserta didik dapat meramlakan Urutan jari-jari atom 12Mg, 20Ca, 38Sr,

dan 56Ba dari jari-jari terpendek ke terpanjang.

Berdasarkan data nomor atom masing-masing unsur diatas, peserta didik

dapat mengerjakannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1: Menuliskan konfigurasi elektron dari masing-masing unsur.


12Mg :2 8 2 38Sr : 2 8 18 8 2
20Ca :2 8 8 2 56Ba: 2 8 18 18 8 2
Langkah 2: Menentukan jumlah kulit dari masing-masing atom.
jumlah kulit Mg = 3 jumlah kulit Sr = 5
jumlah kulit Ca = 4 jumlah kulit Ba = 6
15

Langkah 3: Menggambarkan letak elektron dengan model atom Niels Bohr.

Mg Ca Sr Ba

Gambar 1. Konfigurasi Bohr unsur segolongan

Langkah 4 : Menganalisis perbandingan jari-jari atom antara 12Mg, 20Ca,

dan 38Sr. Berdasarkan gambar pada langkah dua dapat kita lihat jika
jumlah kulit bertambah dari Mg ke Ba. Sehingga, jari-jari atom Mg < Ca <
Sr < Ba.
Langkah 5 : Grafik hubungan antara nomor atom dengan jari-jari atom

jari-jari atom
60

50

40

30

20

10

0
Mg Ca Sr Ba

Gambar 2. Garfik Jari-jari atom unsur segolongan


16

E. Kerangka Pikir

Mata Pelajaran Kimia merupakan pelajaran yang mengandung banyak

konsep-konsep yang bersifat abstrak hingga akhirnya dalam pembelajaran

disekolah siswa kurang mampu mengkonstruk pengetahuan. Pada umumnya siswa

mengatakan kimia merupakan mata pelajaran yang sulit. Sehingga pemahaman

konsep kimia mereka tidak ada apalagi kurang optimlanya pembelajaran pada

masa pandemi. Selaitu itu, motivasi siswa jadi berkurang yang tidak memacu

dirinya untuk mandiri dalam belajar secara mandiri. Hal ini yang terjadi di SMA

Negeri 1 Sendana. Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan peserta didik

cenderung mengalami masalah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Penyebabnya

adalah tidak adanya bahan ajar yang menarik digunakan dalam pembelajaran serta

guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan persentase dalam

pembelajaran. Siswa dalam kelas hanya bermain gadget dalam pembelajaran dan

tidak memperhatikan guru saat menjelaskan, Akibatnya yang dapat ditimbulkan

adalah peserta didik tidak dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang

dapat mempengaruhi pemahaman konsep kimia dan rendahnya hasil

pembelajaran. Diperlukan sebuah inovasi pembelajaran yang baik untuk

meningkatakan pemahaman konsep kimia peserta didik dengan memperhatikan

kebutuhan dari murid itu sendiri seperti kesiapan, minat, dan gaya belajar murid.

Secara umum untuk kesiapan belajar peserta didik di SMAN 1 Sendana kelas X,

hampir semua siswa telah kehilangan pemahaman konsep dalam pembelajaran hal

tersebut terlihat dari analaisis assemen diagnostik kognitif yang telah diberikan,

kemudian minat terhadap pelajaran kimia kurang, untuk gaya belajar peserta didik
17

dikelas tersebut dominan peserta didik memiliki gaya belajar kinestetik kemudian

diikuti visual dan sedikti auditori.

Bertolak dari masalah tersebut, maka perangkat pembelajaran yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang dimaksud adalah

pengembangan bahan ajar kimia berbasis android pada mata pelajaran sistem

periodik unsur yang dapat meningkatkan pemahaman konsep kimianya. Apabila

tingkat pemahaman kimia siswa tinggi maka siswa lebih mudah untuk

melanjutkan materi-materi yang lain. Untuk itu perlu dikembang suatu bahan ajar

alternatif berupa modul pembelajaran interaktif. Dipilihnya modul pembelajaran

interaktif ini, karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan bahan ajar

berupa Lembar kerja dan buku lainnya. Bahan ajar seperti modul memiliki

kelebihan diantaranya bersifat mandiri, terdapatnya umpan balik, tujuan

pembelajaran yang jelas, bersifat fleksibel, dan memungkinkan peserta didik

dapat mnegulangi materi yang belum dipahami.

Bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan karakter atau kebutuhan

siswa,, dan disajikan dalam bentuk portofolio serta dilengkapi dengan perpaduan

antara text, gambar, animasi maupun video yang menggunakan link barcode.

Penyajian bahan ajar dengan bantuan android bertujuan agar mempermudah siswa

dalam memahami hal-hal yang abstrak atau yang membutuhkan visualisasi dalam

proses pembelajaran kimia. Dari keunggulan tersebut maka bahan ajar

pembelajaran interaktif cocok digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya

materi Sistem Periodik Unsur. Selain itu siswa dapat belajar mandiri dan mampu

memvisualisasi sendiri objek-objek yang bersifat abstrak tersebut, sehingga dapat


18

meningkatkan pemahaman mereka. Kerangka pikir pada penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Pemahmaan konsep kimia dan motivasi


kurang untuk belajar mandiri

Bahan ajar yang digunakan kurang menarik


dan masih buku paket

hasil belajar kimia


rendah

Bahan ajar Indikator


Memperhatikan berbasis • Prinsip bahan
kebutuhan murid android ajar
• Karakteristik
siswa

Siswa menggunakannya dalam


pembelajaran

• Pemahaman konsep Kimia meningkat


• Siswa belajar mandiri

Gambar 3. Alur kerangka pikir pengembangan bahan ajar interaktif


berbasis android
19

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian R & D (Riset &

Development) yaitu penelitian yang berorientasi untuk meneliti, merancang,

memproduksi, menguji, validitas produk yang dihasilkan (Sugiyono, 2015).

Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah Bahan Ajar Kimia

berbasis Android.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran

2024/2025 di kelas X SMA Negeri 1 Sendana, Kabupaten Majene, Provinsi

Sulawesi Barat.

C. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan model 4-D yang meliputi 4 (empat) tahapan

yaitu pendefinisian (define), desain (design), pengembangan (development), dan

penyebaran (dissiminate) desain penelitian. Berikut adalah penjelasan lengkap

terkait dengan penelitian yang akan dilakukan disesuiakan dengan analisis

kebutuhan peserta didik di lokasi penelitian.

1. Tahap Pendefenisian (Define)

Tahap pendefinisian ini dilakukan untuk menentukan apa yang diperlukan

didalam proses pembelajaran dan mengumpulkan informasi terkait dengan produk

yang akan dikembangkan, untuk keadaan sekolah yang menjadi objek dalam

19
20

penelitian ini. Dalam tahap pendefinisian ini terbagi menjadi beberapa langkah,

yaitu:

a) Analsis awal-akhir

Tahap menetapkan atau mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Tahap

ini juga dikenal dengan tahap analisis kebutuhan yang dimaksud dalam

penelitiannya ini meliputi menetapkan permasalahan dasar dalam proses

pembelajaran, sehingga dibutuhkan adanya pengembangan bahan pembelajaran,

serta alternatif perangkat yang relavan untuk mencapai tujuan akhir yang tertera

dalam kurikulum. Tahap ini melalui proses, wawancara dan penyebaran angket

yang diberikan kepada siswa. Dan juga tahap ini menetapkan sekumpulan

prosedur untuk menentukan isi dalam satuan perangkat pembelajaran yang akan

dikembangkan. Tahap ini juga bertujuan untuk merinci isi materi ajar secara garis

besar.

b) Analisis karakteristik peserta didik

Dari data yang diperoleh di SMAN 1 Sendana, seluruhnya menyatakan

bahwa kimia merupakan pelajaran yang menyenangkan meskipun kimia adalah

materi pelajaran yang cukup sulit karena sifatnya yang abstrak. peserta didik

cenderung tidak memiliki kesiapan awal belajar itu artinya kurangnya

pemahaman konsep yang diterima oleh peserta didik dalam pembelajaran hal

tersebut terlihat dari tes diawal materi pembelajaran yang diberikan oleh murid

itu sendiri yang menunjukkan rata-rata siswa memiliki nilai yang sama-sama

rendah. Hal ini dikarenakan kelas X di SMA Negeri 1 Sendana merupakan kelas

dengan kemampuan akademik yang tergolong rendah berdasarkan


21

pengelompokan nilai rapor tiap semester. Dari hasil Analisis assemen diagnostik

non kognitif di SMA Negeri 1 Sendana dapat dilakukan dengan menggunakan

link yang dibagikan oleh guru BK untuk mengetahui, latar belakang, pekerjaan

orang tua, pergaulan siswa dan lain-lainya. Hasilnya menunjukkan karakter yang

beragam yang dipetakan oleh guru, misalnya, dominan orang tua peserta didik,

dominan peserta didik begadang kalau malam hanya untuk bermain gadget

sehingga mereka lupa mengerjakan tugas dan terlambat datang kesekolah

mengikuti pelajaran, disamping itu pula berdasarkan hasil analisis gaya belajar

peserta didik kebanyakan memiliki gaya kinestetik, kemudia visual dan sedikit

audio. Hasil observasi yang dilakukan peserta didik cenderung pasif dalam

kegiatan pembelajaran ketika pendidik hanya menggunakan metode ceramah.

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan menghasilkan sebuah produk

berbasis flash. Produk yang berupa bahan ajar pembelajaran tersebut diharapkan

dapat menarik perhatian peserta didik dan membuat peserta didik lebih aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

c) Analsisi Materi

Analisis materi ini dilakukan untuk menentukan konten dari materi yang

akan dimuat dalam bahan ajar adalah materi sifat keperiodikan unsur yang

dikembangkan. Yang mana materi ini merupakan materi yang cukup dianggap

sulit bagi siswa untuk dipahami secara mendalam karena banyaknya konsep-

konsep kimia yang harus dipahami. Bagian-bagian utama dalam bahan ajar

dianalisis dengan mengidentifikasi dan menyusun bagian penting dari bahan ajar

secara sistematis. Materi yang dimuat dalam bahan ajar disusun menggunakan
22

berbasis android yang akan memudahkan siswa dalam mengaksses materi ataupun

tugas-tugas yang akan dikerja oleh peserta didik secara mandiri dan flexible.

d) Analisis tugas

Pada kegiatan ini, guru membuat soal pada bahan ajar yang merujuk ada

tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan memperhatikan tingkat

karaketristik paserta didik. Karakteristik peserta didik di SMA Negeri 1 Sendana

cenderung tidak memiliki pengetahuan awal materi, dan minat belajar kimia

kurang, sedangkan gaya belajar peserta didik dominan kinestetik, kemdian diikuti

visual dan sedikit audiao. Analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk

menentukan isi dalam sumber belajar. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengidentifikasi keterampilan utama yang dibutuhkan oleh peserta didik dan

memastikan apakah isi bahan ajar memenuhi seluruh aspek kompetensi yang

diharapkan atau tidak.

2. Tahap perancangan (Design)

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menyiapkan draft Bahan ajar. Tahap

ini terdiri dari beberapa langkah yaitu: Merencanakan materi, menganalisis CP,

menganaislsis Tujuan pembelajaran, menyusun alur tujuan pembelajaran,

persiapan sumber referensi dan merancang bahan ajar.

3. Tahap Pengembangan (Develovment)

Untuk menghasilkan produk bahan ajar yang sesuai dengan aspeknya,

maka dibutuhkan beberapa tanggapan dari para ahli yang bertujuan untuk

perbaikan produk yang dikembangkan dalam penelitian. Kegiatan pada tahap

antara lain:
23

a) Validasi oleh pakar ahli

Pada proses ini para ahli yang kompetensi melakukan validasi untuk menilai

bahan ajar yang dibuat dengan demikian hasilnya dapat dilakukan revisi atau

perbaikan terkait dengan komentar, saran dan kritik dari mereka.

b) Uji Coba terbatas

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba dikelas untuk mengetahui

efektivitas bahan ajar yang dibuat dengan melakukan pembelajaran. dengan

memberikan perlakukan yang berbeda. Adapun desain uji coba yang digunakan

yaitu ‘Post test only design. Dalam desain ini dilakukan satu kali, yaitu setelah

pemberian perlakuan.

Kelompok Perlakuan Posttest


R X O1
R - O2

Gambar 4. Desain Post-test only design (Sugiono, 2019)

Keterangan :
X = treatment yang diberikan kepada kelompok yang menggunakan bahan
ajar yang dikembangkan
O1 = Hasil post-test yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan
O2 = Hasil post test yang tidak menggunakan bahan ajar yang
dikembangkan

4. Tahap Penyebaran (Dissiminate)

Pada tahap dissiminate, dilakukan penyebaran dan meminta respon

praktisi dengan menggunakan kuesioner respon praktisi yang telah di validasi

akan di uji cobakan kepada sejumlah responden.


24

Berikut adalah gambaran perencanaan pelaksanaan penelitian yang akan

dilakukan :

Define

Design

Development

Disseminate

Gambar 5. Kerangka konseptual Desain pengembangan bahan ajar model 4D


(Define, Design, Development, Dessiminate)

D. Subjek Penelitian

Subjek yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dosen Kimia

Universitas Negeri Makassar sebagai pakar yang menilai produk yang akan

dikembangkan dan instrument yang akan digunakan pada penelitian. Pendidik di


25

SMA Negeri 1 Sendana sebagai praktisi yang akan menilai Bahan Pembelajaran

Kimia berbasis android. Adapun subjek uji coba yang terakhir adalah peserta

didik kelas X di SMA Negeri 1 Sendana.

E. Batasan Istilah

1) Bahan ajar adalah perangkat sarana atau alat yang berisikan materi

pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk

membantu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga

diharapkan membantu peserta didik mencapai potensi dengan kompleks.

2) Android adalah sebuah sistem operasi untuk smartphone dan tablet. Sistem

operasi dapat diilustrasikan sebagai jembatan antara piranti (device) dan

penggunaannya, sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan device-nya dan

menjalankan aplikasi-aplikasi yang tersedia.

3) Pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang dalam mengonstruksi

suatu konsep yang ada berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki dengan

menggunakan kata-kata sendiri dan mampu membuat hubungan dengan

pengetahuan yang baru

4) Penilaian pakar adalah penilaian yang diberikan oleh pakar atau ahli terhadap

bahan ajar yang dikembangkan untuk dijadikan sebagai masukan dalam

melakukan revisi bahan ajar yang akan dikembangkan.

5) Penilaian praktisi adalah penilaian yang akan diberikan oleh peserta didik dan

guru melalui kuesioner untuk penilaian bedasarkan pernyataan masing-

masing aspek penilaian terhadap bahan ajar yang dikembangkan.


26

6) Efektivitas bahan ajar adalah pengaruh penggunaan bahan ajar terhadapu

peserta didik sebelum menggunakan dan setelah menggunakan.

F. Teknik Analsis Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket, wawancara dan observasi. Adapun instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data yaitu angket tes, pedoman wawancara dan lembar obeservasi.

1. Wawancara

Tehnik ini dilakukan secara langsung disekolah melalui pedoman

wawancara dengan guru mata pelajaran dengan tujuan untuk memperoleh data

informasi awal peserta didik mengenai bagaimana kondisi proses pembelajaan

yang telah berjalan selama ini disekolah, dimulai dari analisis kurikulum dan

karaterisitik peserta didik serta media pembejaran serta model atau strategi yang

sesuai dengan keadaan disekolah, sehingga peneliti dapat menyusun dan dan

mengembangkan bahan ajar yang dianggap relevan dengan informasi awal yang

diteirma.

2. Validasi ahli

Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan infromasi dari ahli/pakar terkait

dengan pengembangan bahan ajar yang dibuat. Dalam penelitian ini ada tiga

kegiatan validasi yang dipersiapkan, yaitu :

a) Validasi yang akan dilakukan dosen untuk merevisi beberapa insturmen

yang akan digunakan dalam penelitian.

b) Validasi ahli/pakar terdiri dari kuesioner yang dijawab guru,


27

c) Validasi ahli/pakar untuk tes yang mengukur pemahaman konsep kimia

peserta didik.

Data validasi perangkat dari para ahli dianalisis secara deskriptif dengan

menelaah hasil penilaian para ahli terhadap bahan ajar yang dikembangkan

sehingga hasil yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai masukan untuk

merevisi atau menyempurnakan bahan ajar yang dibuat.

3. Penilaian kuesioner praktisi.

Dalam penelitian ini, digunakan bentuk kuesioner tertutup yaitu dengan

menggunakan skala Likert yang dapat dipilih responden yaitu sangat setuju,

setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun pada

penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data kualitas bahan ajar

yang dibuat yang diisi oleh guru kimia melalui forum komunitas belajar MGMP

Kimia.

4. Tes pemahaman konsep kimia

Tehnik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui efektivitas

penggunaan bahan ajar yang dikembangkan dengan melakukan uji coba terbatas

yakni dengan mengambil sampel disekolah sebanyak 2 kelas dengan

karakteristik yang sama, dimana kelas yang digunakan tersebut berbeda

perlakuan yang diberikan, yang satu menggunakan bahan ajar yang

dikembangkan dan kelas yang lain tidak menggunakan bahan ajar berbasis

android. Selanjutnya tak lupa peneiti memberikan free test dan post tes selesai

pembelajaran dilakukan.
28

G.Instrumen Penelitian

1. Lembar Validasi

a) Lembar Validasi Bahan ajar kimia berbasis android

Pada penelitian ini, peneliti membuat kisi-kisi instrument lembar validasi

yang akan digunakan dengan memperhatikan karakteristik pengembangan bahan

ajar seperti kelayakan isi, penyajian, Bahasa dan grafik. Tujuannya agar

indikator karakteristik pengembangan bahan ajar yang akan dinilai oleh validator

dapat tercapai seperti tampilan penyajian, tata Bahasa yang digunakan serta

desainnya bahan ajar yang akan dikembangkan. Berikut adalah kisi-kisi lembar

validasi bahan ajar berbasis android yang akan divalidasi oleh pakar atau tim

ahli.

b) Lembar Validasi Kuesioner Penilaian Praktisi

Pada lembar validasi ini, kuisioner dibagikan kepada praktisi untuk dinilai

terkait dengan pengembahan bahan ajar berbasis android yang akan digunakan

sehingga akan didapatkan informasi mengenai kualitas, kepraktisan dan

kelayakan kuisioner penilaian oleh pakar atau ahli. Tujuanya adalah sebagai

bahan perbaikan terhadap angket penelitian praktisi. Dimana pada masing-

masing indicator dari aspek tersebut yang disusun berdasarkan skala Likert

terdiri dari 4 skala penilaian .

c) Tes pemahaman konsep Kimia

Dalam penelitian ini, lembar tes hasil belajar yang dimaksud adalah tes

hasil belajar yang digunakan dalam pembelajaran ketika menggunakan bahan

ajar berbasis android dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan


29

dicapai. Lembaran tes ini diuji coba kepada peserta didik setelah menggunakan

bahan ajar tersebut dan hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan

pertimbangan perbaikan bahan ajar yang dikembangkan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen

penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantatif diperoleh dari

angket dan data kualitatif diperoleh dari respon atau saran dari praktisi setelah

menggunakan bahan ajar interaktif berupa bahan ajar kimia berbasis android.

Teknik analisis data untuk kelayakan media menggunakan analisis data deskriptif.

Sedangkan data kuatitatif yang dianalisis sebagai berikut :

1) Analisis data lembar validasi pakar/ahli

Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat relevansi oleh tiga orang

pakar digunakan koefisien validitas isi (Aiken’s V). Formula Aiken’s V

digunakan untuk menghitung koefisien validitas isi yang didasarkan pada hasil

penilaian dari masing-masing pakar terhadap suatu item dengan menggunakan

Rumus sebagai berikut ;

∑𝑆
V=
𝑛 (𝑐−1)

Keterangan :
V = indeks kesepakatan pakar mengenai validitas butir
∑ = Selisih skor yang ditetapkan setiap pakar dengan skor terendah
dalam kategori yang dipakai
s = r- Io
r = Skor tetapan rater
Io = Angka penilaian terendah
n = Banyaknya pakar
c = Angka penilaian validitas yang tertinggi
30

Syarat uji Aiken setelah dilakukan perhitungan, yaitu; jika V ≥ 0,4 maka

indeks kesepakatan pakar dikatakan valid. Jika dari hasil analsisis yang

didapatkan dikatakan valid maka bahan ajar yang dikembangkan dapat siap

diujicobakan dilapangan. Jika terdapat isi yang belum Langkah yang digunakan

adalah melakukan revisi kembali sesuai dengan saran dari para pakar dengan

meninjau kembali aspek yang masih kurang.

Kemudian Langkah selanjutnya adalah Penilian terhadap bahan ajar

berbasis android akan dianalisis kelayakan setiap aspeknya dengan menggunakan

rumus:

∑𝐴
PRS = ∑ x 100 %
𝐵

Keterangan :
PRS : Persentase banyaknya kelayakan setiap aspek yang divalidasi
∑A : Total skor yang diperoleh setiap aspek yang dinyatakan dalam angket
∑B : Skor maksimum dari setiap aspek pada angket penilaian

Persentase yang didapatkan untuk setiap pernyataan dari respon pakar/ahli

untuk setiap pernyataan dapat kita lihat dengan kriteria skor penilaian yang

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Kriteria interpretasi penilaian validator

Persentase Kriteria
76 – 100 Sangat kurang
51 – 75 Kurang
26 – 50 Baik
0 – 25 Sangat baik
Sumber Ridwan (2015)
31

2) Analisis data penilaian kuisioner

Penilaian kuesioner respon guru terhadap bahan ajar berbasis android yang

dikembangkan diberikan untuk menilai kepraktisan bahan ajar yang telah

dikembangkan dengan mengisi beberapa pernyataan sesuai skor yang telah

ditetapkan.

Tabel 2. Tanggapan respon guru


Kategori Skor setiap pernyataan
Sangat Setuju (SB) 4
Setuju (B) 3
Tudak Setuju (KB) 2
Sangat tidak setuju (SK) 1

Adapun Langkah-langkah analisisnya :

a) Menghitung skor ideal (skor maksimum) tiap-tiap item/pernyataan.

b) Menghitung nilai rerata skor total yang diperoleh tiap-tiap item/pernyataan.

c) Menentukan kategorisasi kriteria skor penilaian guru terhadap bahan ajar

kimia yang dikembangkan berbasis android.

Setelah itu, maka kita dapat lakukan Langkah penentuan kategori untuk

kuesioner respon guru dapat ditentukan berdasarkan persamaan yang terdapat

dalam tabel berikut :

Tabel 3. Kategori angket respon guru

No Rumus Klasifikasi
1 X > Xi + 1.8 + x sbi Sangat baik
2 Xi + 0.6 x sbi < X ≤ Xi + 1.8 x sbi Baik
3 Xi - 0.6 x sbi < X ≤ Xi + 0.6 x sbi Cukup
4 Xi – 1.8 x sbi < X ≤ Xi – 0.6 x sbi Kurang
5 X ≤ Xi – 1.8 x sbi Sangat kurang
Sumber widoyoko (2009)
32

Keterangan :
X = skor empiris
Xi (rerata ideal = ½ (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
Sbi (simpangan baku ideal) =1/6 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)

3) Analisis pemahaaman konsep kimia peserta didik .


Analisis hasil prestest dan posttest dilakukan dengan cara memberikan

soal tes pemahaman konsep dan diukur hasil belajarnya untuk melihat tingkat

efektivitas dari produk. Adapun langkah analisis kemampuan pemahaman

konsep kimianya sebagai berikut:

b) Memberikan skor

Skala yang digunakan adalah dikotomi yang diberikan berdasarkan

rubrik penilaian tes kemampuan pemahaman konsep kimia.

c) Mengolah Skor

Setiap nilai yang diperoleh peserta didik kelas akan dikelompokkan

sesuai dengan kriteria tingkat keberhasilan kemampuan pemahaman konsep.

Berikut adalah Tabel kriteria skor kemampuan pemahaman konsep kimia

peserta didik.

Tabel 4. Kriteria skor kemampuan pemahaman konsep kimia peserta didik.

No Persentase (%) Kategori


1 19 < X ≤ 24 Sangat baik
2 14 < X ≤ 19 Baik
3 10 < X ≤ 14 Cukup
4 5 < X ≤ 10 Kurang
5 X≤5 Sangat kurang
Sumber: diadaptasi dari Ridwan (2013)

Apabila terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep kimia

peserta didik setelah belajar menggunakan bahan ajar kimia berbasis android,
33

maka bahan ajar kimia berbasis android yang telah dikembangkan dapat

dikatakan efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Karena

peserta didik dapat memecahkan masalah dengan baik jika memiliki

pemahaman konsep kimia yang baik.

Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang

diperoleh sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar interaktif,

diperhitungkan menggunakan rumus Normalisasi gain ditentukan berdasarkan

rata-rata gain. Skor gain (g) yang diperoleh merupakan hasil dari perbandingan

antara rata-rata nilai pre-test dan post-test.


𝑆 𝑝𝑜𝑠𝑡−𝑆 𝑝𝑟𝑒
N g = 𝑆 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆 𝑝𝑟𝑒

Keterangan :
S post = Rata-rata skor post test
S pre = Rata-rat skor pre test
S maks = Skor maksimal
N g = gain ternormalisasi

Selanjutnya apabila nilai tersebut diperoleh maka langkah selanjutnya

nilai tersebut dikonversikan ke dalam interpretasi nilai gain seperti pada tabel

dibawah ini:

Tabel 5. Kriteria gain ternormalisasi


N gain ternormalisasi Interpretasi
0.70 < g ≤ 1.00 Tinggi
0.30 < g < 0.70 sedang
0.00 < g < 0.30 Rendah
g = 0.00 Tidak terjadi peningkatan
-1,00 < g < 0.00 Terjadi penurunan
Sumber Sundayana (2014)
34

DAFTAR PUSTAKA

Chomsin S. Widodo Dan Jasmani, 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar


Berbasis Kompetensi. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Fitria Rizki, 2008. Pengembangan Bahan Ajar Meatematika Berbantuan Aplikasi


Microsoft Mathematics Pada Siswa Kelas XI. Skripsi Universitas Islam
Negeri: Raden Intan. Lampung.

Ilyas Ramdani, 2014. Pengembangan Bahan Ajar Dengan Pendekatan


Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Memvasilitasi
Pemcapaian Literasi Matematika Siswa Kelas VII. Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta.

Moh. Jazuli Dkk, 2017. Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Android Sebagai
Media Interaktif. Jurnal Lensa.

Ridwan. 2015. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Siti Aisyah, 2014. Bahan Ajar Sebagai Bagian Dalam Kajian Problematika
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Salaka.

Sundayana, R. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Widoyoko, S. 2022. Evaluasi Program Pembelajaran (cetakan XI).


Yogyakarta : Pustaka Belajar
35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi lembar instrument validasi bahan ajar berbasis


android oleh pakar/ tim ahli
Jumlah Nomor
No Aspek Indikator
butir butir
Kesesuaian materi 3
dengan CP
Keakuratan materi 3
1 Kelayakan Isi
Kemutakhiran materi 3
Mendorong 3
keingintahuan
Tehnik penyajian 3
Pendukung penyajian 3
Kelayakan
2 Penyajian Pembelajaran 3
penyajian
Koherensi dan 3
keruntutan alur piker
Lugas 3
Komunikatif 3
Dialogis dan interaktif 3
Kelayakan Kesesuaian dengan 3
3
bahasa perkembangan peserta
didik
Penggunaan istilah, 3
symbol dan ikon
Penggunaan warna 3
Kelayakan
4 Penggunaan huruf 3
grafik
Penggunaan ilustrasi 3
36

Lampiran 2. Kisi-kisi tes pemahaman konsep peserta didik

Aspek
pemahaman Indikator pemahaman konsep Nomor soal
konsep
Translasi Kemampuan menerjemahkan atau
mengubah simbol tertentu menjadi simbol
lainnya 1 Translasi tanpa adanya
perubahan makna. Symbol berupa kata-
kata diubah menjadi gambar atau bagan
atau grafik.
Interpretasi Kemampuan untuk menafsirkan atau
menjelaskan makna yang terdapat di
dalam simbol , baik symbol verbal
maupun non verbal.
Ekstrapolasi Kemampuan untuk meramalkan atau
memprediksi kecenderungan yang ada
menurut data hasil pengamatan yang
disajikan dalam bentuk table atau grafik
melalui pola-pola keteraturan hasil
pengamatan.

Anda mungkin juga menyukai