Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana pembentuk kepribadian manusia yang dapat

memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan dalam

hidupnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam dalam

memajukan Pendidikan dengan harapan agar manusia Indonesia dapat menggali

potensi diri dan memiliki bekal dalam menghadapi perubahan zaman. Perubahan

kurikulumpun diharapkan dapat menyiapkan generasi masa depan visioner dan

mampu bertumpu pada kaki sendiri salah satunya adalah dengan mengubah

kurikulum sesuai dengan perkembangannya.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang lahir diera pasca pademi

Covid-19 berkahir yang berperan dalam memulihkan pembelajaran. Penerapan

kurikulum merdeka sudah tentu membawa efek dan perubahan secara signifikan

mengenai guru dan murid di sekolah, baik dari segi administrasi, strategi

pendekatan, metode serta bahkan evaluasi pembelajaran. Pada hakikatnya

merdeka belajar memperdalam kompetensi guru untuk berinovasi dan

mengupgrade kualitas pembelajaran secara independent sesuai dengan kebutuhan

murid. Harapannya adalah guru disekolah diharapkan dapat memandu kembali

kemampuan berpikir peserta didik agar dapat memahami kembali materi yang

disajikan disekolah sehingga kedepannya peserta didik dalam bermasyarakat

dapat terlatih dalam memecahkan masalah, sebagai sebuah keterampilan berpikir

yang harus dimiliki oleh peserta didik seperti keterampilan berpikir diabad 21.
Pada abad ini, kemampuan berpikir sangat dibutuhkan dalam

memecahkan suatu permasalahan, bukan hanya diterapkan disekolah tetapi juga

diterapkan dalam persoalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan

berpikir yang dimaksud adalah kemapuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order

Thinking Skill) atau biasa disingkat dengan kata HOTS. Menurut Sani (2019),

individu yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi mampu mengolah dan

mengimplementasikan informasi atau pengetahuan baru dengan tujuan

menemukan solusi yang berguna pada masalah tersebut. Kemudian pendapat yang

sama dikatakan oleh Annuru et al. (2017), memberikan penjelasan bahwa HOTS

merupakan menggabungkan antara fakta yang ada dan sebuah ide dari tahap

menganalisis sampai tahap menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat

tinggi dapat dilatih melalui proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga

dibutuhkan sebuah metode maupun media yang dapat memberikan ruang untuk

berakttivitas yang dapat mendorong kemampuan berpikir kritis peserta didik

disekolah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMAN Negeri 1

Sendana, ketika peserta didik diberikan tes hasil belajar, masih banyak yang

belum mencapai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran dan tidak mampu

menyelesaikan soal dengan level kognitif C4 – C6. Dalam pembelajaran peserta

didik cenderung menghafal materi dan beberapa siswa bahkan tidak tertarik

dengan materi yang sedang dipelajari sehingga peserta didik terlihat jenuh

mengikuti proses pembelajaran, sistem pembelajaran didominasi oleh

penyampaian informasi atau ceramah dari guru dan pemberian contoh soal,

selaian itu ditinjau dari media yang digunakan, guru hanya memanfaatan buku
paket disekolah sebagai bahan ajar. Penggunaan LKPD sebagai media

pembelajaran sangat jarang dilakukan, apalagi dengan menggunakan suatu model

atau pendekatan dalam membuat bahan ajar. Pembelajaran yang dilakukan

umumya tidak mengajak peserta didik untuk berpikir kritis terhadap materi yang

dipelajari dan kelihatan membosankan karena tidak adanya aktivitas yang dapat

mendorong keterampilan abad 21 yaitu 4C (Critikal thinking, Collboration,

communication, Creative).

Bertolak dari permasalahan diatas diperlukan sebuah stategi dalam

pembelajaran. Penggunaan metode atau model pembelajaran yang baik akan

mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Dalam membuat dan merancang

suatu media pembelajaran seperti Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD yang akan

memuat kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik, tentunya diperlukan

langkah langkah terstruktur dan konstruktivis agar memiliki skenario

pembelajaran yang mudah dipahami serta bermakna. Maka diperlukan sebuah

media LKPD yang mengadaptasi sebuah model pembelajaran yang sesuai untuk

pemahaman konsep mata pelajaran kimia. Sebagai skenario media pembelajaran

LKPD salah satunya dengan model Problem Based Learning (PBL). Model PBL

adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan model

pembelajaran ini, peserta didk dapat menyusun, menumbuh kembangkan

keterampilan berpikir yang lebih tinggi, memandirikan peserta didik dan

meningkatkan kepercayaan diri sendiri sehingga mereka dapat membangun

pengetahuannya sendiri. Model PBL merupakan salah satu model pembelajaran

yang dianjurkan untuk diterapkan dalam Kurikulum Merdeka menurut Ariyani &

Kristin (2021). Model pembelajaran ini menitik beratkan pada masalah yang
disajikan oleh guru dan siswa memecahkan masalah tersebut dengan segala

pengetahuan dan keterampilannya dari berbagai sumber yang dapat diperolehnya.

PBL merupakan salah satu model yang direkomendasikan dalam Kurikulum

Merdeka sebagai model pembelajaran inovatif yang sangat cocok

diimplemetasikan dalam Ilmu kimia.

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang, ilmu yang banyak

mengadung kajian yang bersifat abstrak dan memerlukan pemecahan masalah

yang belum dipahami secara mendalam agar dipahami oleh peserta didik. Banyak

materi kimia yang memerlukan keterampilan berpikir kritis salah satunya pada

materi termokimia. Berdasarkan tes hasil belajar materi termokimia di SMA

Negeri 1 sendana, hasil belajar menunjukkan banyak siswa yang tidak mencapai

nilai standar ketuntasan dan menurut analisis yang dilakukan soal tes pada level

analisis, evaluasi dan mencipta domina peserta didik salah dalam

mengerjakannya. Ha tersebut terlihat dari data bahawa dari 35 orang peserta didik

hanya 45% yang telah tuntas dan untuk analisis soal C4-C5 hanya 10 % peserta

didik dapat mengerjakannya. Berdasarkan permasalahan tersebutlah, peneliti ingin

mengukur efektifitas LKPD yang dikembangkan dalam penelitian ini, dan

ternyata merujuk kepada beberapa penjelasan diatas, hal ini didukung oleh

beberapa hasil penelitian sebelumnya, antara lain; Sri Astuty (2018),

pengembangan LKPD berbasis PBL ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis peserta didik karena diperoleh hasil analisis uji N-Gain sebesar 0,824

dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengembangan LKPD

berbasis PBL dapat memberikan efektivitas yang tinggi pada peserta didik.

Demikian pula Hilbertus Romi (2019) yang mengatakan bahwa pengaruh model
pembejaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan bepikir kritis

peserta didik dengan bantuan LKPD lalu diperkuat oleh Suyanta (2022), dengan

menerapkan model PBL pada pembelajaran kimia dengan bantuan LKPD, hal

tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Peserta didk dapat

meningkatkan kemampuan dalam menginterprestasi, menyimpulkan,

mengevaluasi, serta menjelaskan suatu materi atau topik yang diajarkan khusunya

pada mata Pelajaran kimia.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin melakukan penelitan

sejenisnya namun terdapat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaanya terletak pada

konten dan jenis materi pembelajaran yang telah dipergunakan di awal serta media

yang digunakan. Sehingga peneliti ingin menyusun penelitian dengan judul

"Pengembangan LKPD berbasis PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir

Kritis Peserta Didik SMA Negeri 1 Sendana’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimanakah hasil pengembangan LKPD berbasis PBL secara teoritis dan

empirik pada peserta didik SMA Negeri 1 Sendana?

2) Bagaimanakah tanggapan praktisi terhadap LKPD berbasis PBL pada peserta

didik SMA Negeri 1 Sendana?

3) Bagaimanakah efektifitas LKPD berbasis PBL yang telah dikembangkan

terhadap tes berpikir kritis (HOTS) peserta didik SMA Negeri 1 Sendana?
C. Tujuan Penelitian

Merujuk hasil rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang dapat

dituliskan sebagai berikut:

1) Menganalisis hasil pengembangan LKPD berbasis PBL yang telah

dikembangkan secara teoritik dan empririk.

2) Menganalisis tanggapan praktisi terhadap pengembangan LKPD berbasis

masalah yang telah dikembangkan.

3) Menganalisis efektifitas LKPD berbasis masalah yang telah dikembangkan

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, meliputi:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengembangan LKPD model PBL terhadap peningkatan pemahaman konsep

kimia peserta didik.

2) Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian adalah:

a) Bagi guru

Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pendidik lainnya untuk membuat dan

mengembangkan LPKD pada materi yang lain dengan strategi atau

pendekatan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

b) Bagi peserta didik


Pengembangan LKPD berbasis PBL diharapkan lebih mengaktifkan

peserta didik untuk mendorng aktivitas peserta didik dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Anda mungkin juga menyukai