Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN BEST PRACTICE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR
SISWA KELAS X SMA PGRI 1 PALEMBANG

Nama : Nopriansah, S.Pd


No UKG :

PPG DALAM JABATAN


GELOMBANG 3 TAHUN 2023
LPTK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Febuari, 2024
A. PENDAHULUAN
Minat belajar merupakan salah satu factor yang mempengaruhi aktifitas belajar siswa,
dengan adanya Minat dalam diri siswa akan menumbuhkan keingintahuan dan kesenangan
dalam diri siswa untuk terus belajar. Sebenarnya banyak yang mempengaruhi minat belajar
siswa misalnya mata pelajaran dan guru yang diduga menjadi penunjang minat belajar siswa
[1].
Keingintahuan dan kesenangan belajar itu bisa diperoleh dari materi yang diajarkan
serta cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran, jika bahan pelajaran dan cara guru
menyampaikan materi pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak
akan belajar dengan baik dan maksimal, karena tidak ada daya tarik bagi dirinya. Ia segan-
segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Sebaliknya bahan
pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disampaikan, karena minat
menambah kegiatan belajar [2].
Menurut Slameto (2010) mengungkapkan beberapa indicator minat belajar yaitu:
Perasaan senang, ketertarikan, penerimaan dan keterlibatan siswa. Minat belajar merupakan
salah satu factor yang sangat penting untuk keberhasilan belajar siswa, karena muncul dari
dalam diri siswa itu sendiri [3]. Sehingga guru memang sangat berpengaruh dalam
menfasilitasi siswa belajar.
Guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk mengusahakan Bagaimana
pembelajaran berjalan menarik sehingga dapat membuat siswa merasa tertarik belajar, tetapi
tetap memperhatikan karakteristik, kebutuhan belajar siswa dan pembelajaran yang
menstimulasi kompetensi berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk diterapkan. Pembelajaran berbasis
masalah selanjutnya disebut PBL, adalah salah satu model pembelajaran dinilai efektif untuk
meningkatkan minat belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurfaiz Subaktiyo
dan Norida Canda Sakti (2023), dalam penelitiannya disimpulkan bahwa model PBL terbukti
efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Dalam penelitian Rusmin Husain dan Widya
Natalia (2020) menyatakan bahwa model PBL berpengaruh positif signifikan terhadap minat
belajar siswa.
Menurut Woa et al, (2018)Model PBL memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah, menganalisis situasi, dan mengolah informasi yang
mereka temukan [4] Model PBL tidak hanya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
tapi juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah siswa, berpikir berdasarkan
prinsip ilmu pengetahuan yang objektif, metodologis, sistematis dan universal [5].

B. PEMBAHASAN
Telah diidentifikasi sebelumnya bahwa akar permasalahan yang telah dirumuskan adalah
minat belajar siswa yang masih tergolong rendah, hal ini berkaitan erat dengan minimnya
penggunaan model pembelajaran yang monoton dan kurangnya pemanfaatan media
pembelajaran inovatif dan menarik oleh guru.
Untuk itu model PBL menjadi alternative solusi yang dipilih agar dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Model PBL membahas masalah yang terkait dengan kehidupan nyata
siswa, dimana siswa dapat melakukan penyelidikan tentang permasalahan terkait dan
berkolaborasi untuk mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga melalui
Model PBL ini, tidak hanya menstimulus siswa berpikir kritis namun juga melatih kecakapan
social siswa.
Dalam praktik pembelajaran siklus 1, peneliti menggunakan model PBL dilakukan
pada fase E, kelas X SMA. Praktik pembelajaran dilaksanakan di SMA PGRI 1 Palembang
pada mata pelajaran Biologi. Dengan materi Upaya pelestarian keanekaragaman hayati
dengan aokasi waktu 2x45 menit. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan adalah
1. Setelah mengamati video dan berdiskusi secara kelompok Peserta didik mampu
menganalisis masalah – masalah terkait pelestarian keanekaragaman hayati
Indonesia dengan baik (C4)
2. Setelah melakukan diskusi kelompok dan mengkaji sumber bacaan, Peserta didik
mampu menyusun pemecahan masalah terkait pelestarian keanekaragaman hayati
dengan benar (C6)
Penulis menggunakan media pembelajaran berupa PPT dan video yang penulis ambil
dari potongan video yang di produksi oleh LIPI atau lembaga ilmu pengetahuan Indonesia
dan dihubungkan dengan video berita actual tentang hilangnya keanekaragaman hayati dari
Liputan6.com. kedua video ini dipadukan untuk menghasilkan video yang bertujuan
mengorientasi siswa pada masalah yang akan dibahas dan diidentifikasi solusi pemecahan
masalahnya oleh siswa dengan cara berdiskusi kolaborasi.
Kegiatan diskusi bertujuan untuk mengoganisasi siswa untuk belajar. Diskusi
dipilih untuk melatih kemampuan social-emosional, ketimbang melakukan penyelidikan
secara individu dengan diskusi, dimana siswa harus melakukan kolaborasi dalam
menemukan dan memecahkan masalah, pada proses ini siswa akan melakukan diskusi
mendengarkan pendapat temannya satu sama lain, menerima dan menanggapi pertanyaan,
saran dan kritik dari teman dan tak jarang ada saja siswa yang mungkin memiliki ide-ide
yang bertentangan satu sama lain. Dan social skill akan berperan penting dalam kelancaran
kegiatan belajar ini.
Masing-masing kelompok siswa akan mengembangkan penyelidikan mereka
kedalam laporan atau karya dengan panduan LKPD yang telah dibagikan sebelumnya.
Kemudian siswa mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Dan selama melakukan
presentasi perwakilan kelompok akan bergantian menyampaikan hasil analisis diskusi secara
bergantian. Baru kemudian guru melakukan refleksi dan apresiasi kerja kelompok. Selama
proses belajar guru melakukan observasi dan penilaian kinerja serta hasil diskusi siswa.
Setelah proses kegiatan belajar berakhir siswa akan diberikan penilaian diri untuk
merefleksi pembelajaran dan penilaian pengetahuan untuk mengukur apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai atau belum. Penulis juga melibatkan teman sejawat untuk
melakukan ceklis kegiatan mengajar.
Langkah selanjutnya adalah penulis melakukan refleksi dengan bertanya pada diri
sendiri tentang apakah tujuan pembelajaran telah dicapai, apa yang menjadi tantangan dan
kekurangan selama proses belajar. Dan apa yang perlu saya perbaiki dari proses kegiatan
praktik pembelajaran ini
Selama pelaksanaan praktik pembelajaran penulis menemui beberapa Tantangan yaitu:
1. Siswa masih cenderung belum terbiasa dengan model PBL ini, sehingga siswa masih
banyak yang mengalami kebingungan saat kegiatan belajar, tetapi penulis telah
menyiapkan LKPD untuk memandu kerja siswa meski belum sempurna. Karena
penulis juga mengalami kesulitan saat menyusun LKPD dan rubric penilaiannya,
selain butuh waktu yang lama dalam penyusunannya, dibutuhkan pengalaman yang
cukup banyak untuk menentukan kriteria penilaian dan penyusunan LKPD. Untuk
mengatasi hal tersebut penulis mencari contoh rubric yang telah berhasil digunakan
dan memodifikasinya sesuai kebutuhan.
2. Terbatasnya waktu pengerjaan penilaian penhetahuan peserta didik masih cenderung
belum memiliki kesadaran untuk mengerjakan penilaian secara mandiri menurut
pendapat, pertimbangan dan kemampuan sendiri. Siswa masih sering bertanya
pendapat temannya yang lain untuk menghindari kesalahan. Pemilihan pre-post test
dengan bentuk pilihan ganda membuat siswa banyak melakukan tebakan dan tidak
terlau teliti dalam membaca soal dan pilihan jawaban. Dalam penyusunan pretes dan
postes juga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit karena pre-post test
harus dibuat dengan tingkatan dan kualitas yang sama untuk menghasilkan nilai yang
valid. Untuk mengatasi hal ini penulis menegur dan mengingatkan siswa untuk
mengerjakan soal secara individu.

Pada siklus II, penulis menyusun identifikasi masalah dengan menambahkan unsur
hasil refleksi dari praktik pembelajaran pada siklus 1, selain melakukan kajian literature dan
wawancara pakar. Berdasarkan identifikasi diperolehlah hasil bahwa siswa belum
sepenuhnya terlibat aktif dalam pembelajaran, hal ini tentu saja mengindikasikan bahwa
minat belajar belum sepenuhnya baik. Karena sebagian siswa masih kurang antusias
mengikuti kegiatan belajar.
Masih berdasarkan hasil refleksi kegiatan pembelajaran siklus 1, diidentifikasi bahwa
penulis belum menerapkan pembelajaran yang mampu menstimulus kemampuan literasi
siswa, literasi dalam hal ini berkaitan dengan literasi Membaca dan literasi digital. Hal ini
dapat dilihat dari, masih banyak siswa merasa kekesulitan saat diminta membuka sumber
belajar yang berbasis internet, seperti video atau mengunduh materi belajar dari internet,
seperti jurnal online berbentuk pdf.
Untuk itu penulis mencari alternative lain dalam langkah mengorientasi siswa untuk
belajar dengan mengganti sumber belajar berupa artikel berita online yang diakses melalui
smartphone masing-masing siswa. Siswa diminta untuk membaca dan mencari permasalahan
yang mereka temukan dari bacaan. PPT tetap digunakan sebagai media untuk membantu
siswa mudah fokus mengikuti kegiatan praktik pembelajaran.

Adapuan tujuan pembelajaran yang penulis rumuskan adalah:


1. Setelah melakukan diskusi kelompok dengan model PBL tentang kerusakan
ekosistem (C) Siswa (A) mampu menemukan (C4) masalah – masalah terkait
ekosistem yang ditemui sehari-hari (B) dengan baik (D)
2. Setelah melakukan diskusi kelompok dengan model PBL tentang kerusakan
ekosistem (C) Siswa (A) mampu merekomendasikan (C5) tentang solusi masalah
terkait pencegahan kerusakan ekosistem mulai dari ha kecil (B) dengan tepat (D)
Dapat dilihat bahwa penulis melakukan perbaikan perumusan tujuan masalah yang memiliki
unsur yang lebih lengkap.
Masalah yang penulis dapat identifikasi selanjutnya adalah, penulis belum
menggunakan penilaian pengetahuan berbasis HOTs, maka dari itu, penulis membuat soal
penilaian pengetahuan berbasis HOTs. Dengan memanfaatkan video untuk diidentifikasi oleh
siswa dan menggunakan narasi yang dianalisis untuk menjawab soal pengetahuan yang
dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Untuk menstimulasi literasi digital, penulis
memanfaatkan google form sebagai media penilaian pengetahuan ini.
Setelah praktik pembelajaran berakhir penulis kembali melakukan refleksi
tentang apakah tujuan pembelajaran telah dicapai, apa yang menjadi tantangan dan
kekurangan selama proses belajar. Dan apa yang perlu saya perbaiki dari proses kegiatan
praktik pembelajaran ini

Selama pelaksanaan praktik pembelajaran pada siklus 2 ini penulis menemui beberapa
Tantangan yaitu:
1. Siswa yang belum terbiasa untuk membaca artikel dengan tulisan yang cukup
panjang. Meskipun dalam bentuk berita. Untuk masalah ini penulis melakukan
pembimbingan intensif perkelompok untuk memastikan siswa memahami bacaan dan
memancing pemikiran siswa kearah masalah yang harus ditemukan
2. Tidak semua siswa memiliki koneksi internet, untuk itu penulis membagi siswa
kedalam kelompok yang heterogen tidak hanya kemampuan kognitifnya saja
melainkan sarana yang dimiliki juga. Sehingga artikel online dapat dibaca secara
bergantian. Dan didiskusikan bersama.
3. Pada saat melakukan penilaian pengetahuan, penskoran lebih sulit dibandingkan
penskoran pada siklus 1, karena berbentuk essai. Sehingga membutuhkan waktu dan
tenaga lebih banyak untuk memberikan skor. Untuk itu penulis membuat pedoman
penskoran.
4. Belum semua siswa terobservasi dengan baik, karena guru harus membagi fokus
antara menilai dan menyampaikan materi serta menjaga kegiatan belajar tetap berjalan
kondusif.

Selama melakukan praktik pembelajaran ini juga terdapat manfaat/ hal-ha baik yang dapat
penulis dan siswa rasakan diantaranya adalah:
1. Diskusi kelompok membuat siswa merasa tugas yang diberikan terasa lebih mudah,
karena dapat berdiskusi dan bergantian mengerjakan tugas. Saat berdiskusi siswa
yang lebih lambat akan terbantu dengan penjelasan dari siswa yang lebih cepat
mengerti.
2. Untuk PPT siswa merasa mudah untuk berorientasi pada instruksi guru didepan kelas,
atau membantu focus pembelajaran. Dan mudah untuk mengikuti kembali kelas saat
sewaktu-waktu terdistraksi selama pembelajaran berlangsung.
3. Setelah melakukan wawancara dengan siswa setelah pembelajaran berlangsung,
sebagian besar siswa merasa tertarik dengan kegiatan belajar yang diterapkan. Siswa
merasa mendapatkan hal baru saat membaca artikel berita yang belum pernah
digunakan sebelumnya.
4. Penggunaan google form membuat sebagian siswa lebih tertarik tapi sebagian lagi
merasa enggan karena dianggap sedikit repot. penilaian juga dilakukan dengan
melibatkan video yang dianalisis untuk menstimulasi kemampuan berpikir tinggi pada
siswa.
Setelah melakukan praktik pembelajaran siklus 1 dan siklus 2, dengan memanfaatkan
model PBL, dengan berbagai media dan sumber belajar inovatif lainnya, penulis merasakan
beberapa dampak aksi praktik pembelajaran yaitu:
1. Peserta didik merespon pembelajaran dengan positif, peserta didik merasa
mendapatkan pengalaman baru saat mendapatkan inovasi pembelajaran ini, seperti
model pembelajaran PBL, media pembelajaran video dan artikel berita online untuk
orientasi belajar, menggunakan LKPD, memanfaatkan internet saat melakukan
assessment.
2. Penggunaan PPT mampu memfokuskan perhatian peserta didik dan membuat peserta
didik lebih mudah mengikuti pembelajaran, karena PPT membantu orientasi kegiatan
belajar.
3. Hasil belajar meningkat dilihat dari hasil penilaian, dimana peserta didik berhasil
lulus KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 65.
4. Peserta didik diperbolehkan menggunakan smartphone di sekolah untuk belajar, hal
ini memberikan pengalaman baru pada peserta didik dan menstimulus peserta didik
untuk menumbuhkan literasi digital

Faktor keberhasilan dari praktik pembelajaran ini ditentukan oleh kesiapan


komponen-komponen yang ada pada modul ajar. Berdasarkan proses dan kegiatan yang telah
saya lakukan dengan model, media dan penilaian yang inovatif ini, praktik pembelajaran
memiliki pengaruh positif terhadap guru dan peserta didik. Saya sebagai guru mendapatkan
berbagai pengalaman baru, saat menyiapkan praktik ini. Mulai dari mengidentifikasi masalah,
menentukan solusi masalah, memilih tujuan pembelajaran dan menentukan modul ajar dan
semua komponennya seperti pemilihan sumber belajar (video dan artikel berita online),
pemilihan media pembelajaran, menentukan asesmen/ penilaian untuk mengukur
ketercapaian pembelajaran, hingga pengamalam mengedit video praktik.
Faktor lain yang menjadi pendukung keberhasilan praktik pembelajaran ini adalah:
adanya dukungan, arahan dan bimbingan dari dosen pengajar, dosen pembimbing PPL dan
guru pamong. Dukungan kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa yang terlibat langsung dan
menjadi subjek permasalahan.

Respon orang lain terkait strategi yang dilakukan adalah:


1. Respon kepala sekolah: mendukung penuh kegiatan belajar yang berlangsung dan
memotivasi untuk melanjutkan best practice pada praktik pembelajaran selanjutnya
dan terus mengembangkan diri.
2. Respon rekat sejawat antusias dan merasa ingin melaksanakan model pembelajaran
inovatif yang telah dilaksanakan.
3. Respon peserta didik: juga positif, karena peserta didik merasa mendapatkan
pengalaman baru dalam pembelajaran, mereka merasa tertarik dengan sumber belajar
yang baru mereka temui, mengerjakan LKPD, dan melakukan asesmen dengan
memanfaatkan smartphone dan internet
C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu
1. Permasalahan yang diidentifikasi pada siklus 1 adalah rendahnya minat belajar
siswa yang disebabkan model pembelajaran yang monoton dan media
pembelajaran yang kurang inovatif dan belum memanfaatkan media pembelajaran
berbasis teknologi secara maksimal.
2. Model PBL dipilih sebagai solusi dari permasalahan yang telah diidentifikasi
karena dinilai sebagai model pembelajaran inovatif yang terpusat pada siswa dan
mampu memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa sehingga siswa
mengalami pengalaman belajar langsung dan bersifat jangka panjang bukan
sebatas ingatan.
3. Melalui model PBL ini, siswa dilatih untuk dapat berpikir kritis dan kreatif dalam
mengidentifikasi masalah dan mencari solusi permasalahan.
4. Dalam model PBL terdapat beberapa komponen pembantu didalamnya berupa
media pembelajaran, sumber belajar dan penilaian pembelajaran yang bertujuan
untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.
5. Pemilihan strategi pada siklus 2, didasarkan pada hasil refleksi praktik
pembelajaran siklus 1 selain melakukan wawancara guru sejawat dan pakar.
6. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa 1). Siswa belum
seluruhnya aktif terlibat dalam pembelajaran, 2). Penulis belum menerapkan
pembelajaran berbasis literasi (literasi membaca dan literasi digital). 3) penulis
belum menerapkan penilaian berbasis HOTs.
7. Penulis menggunakan model PBL dengan media pembelajaran berbasis digital
dalam bentuk artikel berita online dengan menugaskan siswa mengidentifikasi
masalah melalui bacaan.
D. Daftar Pustaka

[1] Sihaloho, I.M. 2021. Pengaruh Keaktifan Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika. Vol 1. Hal. 33-42. Prosiding Seminar Nasiona Pendidikan Matematika
Universitas Mulawarman.

[2] Gustina, H. 2020. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada
Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Negeri 68 Kota Bengkulu. (Skripsi, IAIN
Bengkulu). [online] diakses pada 2 Febuari 2024. http://repository.iainbengkulu
.ac.id/5511/1/skripsi%20hazari%20gustina.pdf.

[3] Karisma, E.T, Setiawan D, Oktaviani, I. 2022. Analisis Minat Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Kelas Iv Sdn Jleper 01. Jurnal Prasasti Ilmu. 2(3). 121-126.

[4] Subaktiyo N, Sakti. N.C. 2023. Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Materi Kerja Sama Ekonomi Internasional untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Jurnal
Educatio. 9 (3). 1416-1423.
[5] Syamsidah, Suryani H. 2018. Buku Model Problem Based Learning (PBL) Mata Kuliah
Pengetahuan Bahan Makanan. Deepublisher: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai