Anda di halaman 1dari 4

BEST PRACTICE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI MENYUSUN


CERITA PENDEK KELAS IX SMP NEGERI 2 ENOK MODEL
PROBLEM BASED LEARNING

Oleh :

NURHAYATI
6442748650200043

PENDIDIKAN PROFESI GURU


DALAM JABATAN KATEGORI I
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan dan kerja siswa sendiri, dalam hal inilah
keaktifan siswa sangat diperlukan. Menyusun cerita pendek merupakan pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas IX. Pada pembelajaran Menyusun cerita pendek peserta didik memiliki
kendala dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan beberapa hal seperti :
(a) Guru dan peserta didik masih canggung terhadap perubahan dalam metode pembelajaran
yang mereka kenal (b) Pengolahan waktu yang belum konsisten (c) Peserta didik masih malu-
malu menyampaikan pendapatnya saat berdiskusi (d) Guru masih belum terampil dalam
membuat LKPD yang menarik
Alasan praktik ini penting untuk dibagikan sebagai pengalaman dan perbaikan dalam
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain itu bisa menjadi masukan untuk
rekan guru yang mengalami masalah yang sama. Dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
menjadi lebih baik.
Peran dan tanggung jawab praktik ini Guru memiliki peran dan tanggung jawab
sepenuhnya pada pembelajaran ini. Guru berusaha menjalankan pembelajaran ini sebaik
mungkin dan efektif , dengan memilih model pembelajaran, media pembelajaran, alat peraga,
serta pendekatan yang tepat. Pihak yang terlibat dalam pembelajaran beberapa pihak terlibat
dalam mendukung dalam pembelajaran ini dimulai dari Kepala Sekolah, rekan sejawat, siswa
serta orang tua siswa.

PEMBAHASAN

Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Bahasa


Indonesia khusnya pada materi Menyusun Cerita Pendek adalah pendekatan yang efektif
untuk meningkatkan pemahaman siswa
Yang mengalami kesulitan dalam menyusun cerita pendek yaitu :
a. Pemilihan model dan media yang tepat menjadi sebuah hal yang harus dapat diatasi
oleh guru. Dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa dan kemampuan guu
tersebut. Guru juga sudah diyakini menguasai sintak dari model pembelajaran yang
akan di pilihnya dari mulai tahap satu sampai akhir yang dituangkan dalam kegiatan
pembuka, inti dan penutup.
b. Terkait keaktifan siswa, guru dapat melakukan beberapa hal seperti memberikan
reward/apresiasi. Reward/apresiasi tidak harus dalam bentuk hadiah berupa benda,
tetapi bisa dalam bentuk pujian dan tepuk tangan. Selain memberikan
reward/apresiasi, diskusi kelompok dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran. Diskusi juga melatih siswa dalam berfikir kritis dan juga membangun
rasa percaya diri.

Faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan peran guru
dalam memilih model, media, pendekatan menjadi sangat penting dalam keberhasilan
strategi. Penguasaan guru terhadap setiap langkah- langkah pembelajaran yang disusun juga
menjadi salah satu faktor keberhasilan.

KESIMPULAN

Pembelajaran yang dapat diambil dari keseluruhan proses tersebut pada kegiatan yang
dihasilakan dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami perbaikan dilihat dari
rata-rata yaitu 80,00 dikarenakan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sudah melebihi dari
85% yaitu 21 siswa dan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 3 siswa dengan
presentase 15% . nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50.
Pemilihan model pembelajaran, pemanfaatan media serta kemampuan guru menguasai kelas
dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan yang dapat
membantu siswa memahami pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M Taufiq. 2012. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Prenada Media Group.

Paulina Pannen, Dina Mustafa, Mestika Sekarwinahyu. 2001. Kontruktivisme Dalam


Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAL.

J.Ch. Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara Untuk


Matakuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai