Anda di halaman 1dari 7

‘’PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CREATIVE

PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA


MATERI KESEIMBANGAN EKOSISTEM KELAS V’’

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas Yang Diampu oleh
Danang Prasetyo S.Pd., M Pd

Disusun oleh :

Syahla Muthia Eronisa (218000153)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ‘’ PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KESEIMBANGAN EKOSISTEM
KELAS V ‘’.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini masih
terdapat kelemahan baik dalam penyusunan, dan itu semua semata-mata merupakan keterbatasan
dalam pengalamam menyusun Penelitian Tindakan Kelas, mudah-mudahan Penelitian Tindakan
Kelas ini banyak manfaatnya terutama bagi para guru umumnya bagi dunia pendidikan..
Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan
makalah ini

Surabaya , 4 Desember 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang
pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk
guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci
sebagai berikut :
1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.
2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses
pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang
pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi
yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah
penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa
kadar pembelajaran akan bermakna apabila :
1. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan
pembentukan sikap.
3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan
berkompeten. Namun, dalam proses pembelajaran, sering kali ditemui masalah kurangnya
motivasi belajar peserta didik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Hasil belajar adalah
metode pembelajaran yang digunakan. Di MIN 4 Tidore, tahun ajaran 2020/2021, pembelajaran
kelas VI masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan belajar peserta didik pada materi
keseimbangan ekosistem.
Materi keseimbangan ekosistem merupakan salah satu materi yang penting dalam
pembelajaran sains di kelas V. Konsep ini melibatkan pemahaman tentang interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem untuk
keberlanjutan kehidupan. Namun, peserta didik seringkali mengalami kesulitan dalam
memahami konsep ini secara mendalam dan kurang termotivasi dalam pembelajarannya.
Dalam menghadapi masalah guru dilapangan, maka guru perlu menerapkan suatu model
pembelajaran yang memudahkan para siswa dalam menyerap pelajaran IPA yang diberikan
sehingga apa yang disampaikan oleh guru dapat diserap secara maksimal dan hasil belajar IPA
dapat meningkat. Oleh sebab itu, pentingnya model pembelajaran yang simpel, efisien, hemat
akan tetapi dapat memacu kreatifitas dan pola pikir siswa dalam menyerap pelajaran IPA. Maka
solusi yang diambil adalah penggunakan model pembelajaran yang kiranya dapat menarik
perhatian siswa yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem Solving. Selain itu,
penggunaan model pembelajaran ini ditujukan agar dalam kegiatan belajar di dalam kelas guru
tidak mendominasi pembelajaran melainkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Disamping
itu, pembelajaran menggunakan problem solving juga dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk bekerjasama dan bersosialisasi. Melatih kepekaan diri siswa, empati melalui variasi
perbedaan jawaban selama bekerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok.
Pembelajaran model problem solving ini juga dapat digunakan sebagai upaya untuk menggali
pola pikir siswa dalam pembelajaran karena penguasaan serta jawaban yang di peroleh dapat
dilakukan dengan saling bekerja sama dengan teman dalam kelompok atau individu serta dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk saling menyampaikan pendapat. Sehingga saat
pembelajaran berlangsung siswa menjadi lebih aktif di kelas dan siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru dan akan turut serta dalam pemerolehan hasil
belajar IPA akan lebih maksimal.

Kooperatif Tipe Problem Solving merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong


peserta didikuntuk aktif dalam memecahkan masalah nyata, dimana peserta didik terlibat
langsung dalam proses pembelajaran dan menghubungkan materi yang dipelajari dengan
kehidupan sehari- hari. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik
kelas V dalam memahami konsep keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka untuk hasil belajar IPA
akan dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KESEIMBANGAN EKOSISTEM
KELAS V ”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Guru lebih mendominasi dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Hal ini
disebabkan karena kurangnya respon siswa dalam proses pembelajaran. Karena selama
proses pembelajaran guru masih menggunakan cara mengajar yang kurang menarik untuk
siswa. Sehingga siswa kurang merespon secara positif dalam proses pembentukan
pengetahuan baru bagi dirinya.
2. Dalam pembelajaran, masih cenderung terpusat pada guru (Teacher Centered). Hanya
guru saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan siswa masih pasif dan kurang
merespon dalam proses belajar mengajar, selain itu interaksi siswa di kelas juga masih
kurang. Penyebabnya adalah karena guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan
belajar. Padahal dalam kegiatan belajar siswa dituntut harus terlibat untuk pembentukan
pengetahuan baru siswa berdasarkan pengalaman belajarnya.
3. Aktivitas siswa di kelas masih terbatas. Contohnya saja, kegiatan siswa hanya bertugas
untuk mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan apabila guru memberi
pertanyaan. Karena sebagai guru selama ini kurang memiliki kemampuan lebih dalam
menguasai strategi dalam belajar-mengajar untuk mengkondisikan pembelajaran yang
menarik bagi siswa. Hal ini berguna agar pembelajaran menjadi kegiatan yang lebih aktif
dengan pengetahuan yang dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggungjawab
atas hasil belajarnya.
4. Selama pembelajaran IPA guru masih menggunakan pendekatan konvensional yaitu
metode ceramah dan tanya jawab sehingga kegiatan belajar IPA yang seharusnya
menyenangkan, menjadi membosankan dan tidak efektif. Hal ini banyak terjadi karena
guru kurang berusaha untuk melatih keahliaanya dalam menciptakan situasi lingkungan
belajar siswa di dalam kelas yang lebih inovatif untuk menarik minat siswa dalam
pembelajaran IPA.
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah , maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Problem


Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Keseimbangkan
Ekosistem pada kelas V semester I di SDN Kedungudi ?
2) Apakah hasil belajar dapat meningkat dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Problem Solving pada kelas V semester I di SDN Kedungudi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1) Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe problem solving untuk meningkatkan


hasil belajar IPA.
2) Meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe
problem solving.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi dua hal, yakni secara
praktis dan secara teoretis. Agar lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Manfaat Teoritis
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe problem solving ini
mencakup wawasan dan pengetahuan tentang pemecahan masalah. Secara tidak
langsung siswa dan guru dapat menggali pola pikir dalam pemecahan suatu
masalah. Selain itu juga melatih siswa dalam bekerjasama dan menanamkan sikap
toleransi antar siswa.
b) Manfaat Praktis
Hasil dari pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe Problem
Solving diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan prestasi sekolah.
a. Bagi Guru
1) Meningkatkan ketrampilan guru untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe problem solving.
2) Menambah wawasan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe
problem solving.

b. Bagi Siswa
1) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
2) Melatih siswa untuk saling bekerjasama dalam pemecahan suatu
masalah.
3) Melatih siswa untuk lebih dapat menggali pengetahuan tentang
pemecahan masalah.

c. Bagi Sekolah
1) Sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe problem solving.
2) Dengan adanya peningkatan dan kemajuan pada guru, akan memberi
dampak pada peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai