OLEH
Azizah
NPM : 3062056207
2023
A.JUDUL
B.latar belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, pembelajaran adalah interaksi guru dengan siswa dan sumber belajar yang terjadi
dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran secara nasional dipandang sebagai proses yang
interaktif di mana komponen utama lingkungan belajar yaitu H. Siswa, pelatih dan sumber belajar
saling berinteraksi untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran ditandai dengan interaksi pedagogis yang terus
menerus, yaitu interaksi yang bertujuan. Interaksi tersebut berakar pada kegiatan pembelajaran
pedagogik antara pelatih (pengajar) dan siswa itu sendiri dan berproses secara sistematis melalui
tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Belajar tidak terjadi secara instan, tetapi melewati
fase-fase tertentu. Selama pembelajaran, guru membantu siswa agar mereka dapat belajar dengan
baik. Seperti yang diharapkan, interaksi ini menciptakan proses pembelajaran yang efektif.
Belajar merupakan aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai produk dari interaksi
yang terus menerus antara perkembangan dan pengalaman hidup. Oleh karena itu
belajar adalah usaha sadar guru untuk mengajar siswa dengan maksud agar tujuan
dapat tercapai (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya). Dari
uraian di atas jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara guru dan
siswa, adanya komunikasi yang terarah diantara mereka menuju tujuan yang telah
ditentukan. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal, diperlukan
berbagai strategi yang tepat. Dalam hal ini, guru memegang peranan yang sangat
penting dalam membentuk proses perolehan pengetahuan, pengembangan
keterampilan dan penguatan karakter peserta didik. Itulah sebabnya guru sering
dijadikan sebagai ujung tombak pendidikan (Rini., dkk 2022)
1) masih banyak yang tidak menghargai perbedaan, misalnya kondisi fisik dan warna
kulit; 2) Masih sulit memahami perbedaan keragaman belajar siswa, hal ini terlihat
dengan cara bertanya, jawabannya hanya diam dan 3. Guru kurang menjelaskan
keberagaman karena mempengaruhi hasil belajar PPKN dimana hanya 3 dari 7 siswa
yang memenuhi KKM dan 4 siswa lainnya masih belum memenuhi KKM.
Hasil ini menunjukkan bahwa ada masalah yang perlu segera diatasi. Karena jika
Anda membiarkannya, itu terjadi; 1) kurangnya toleransi antar siswa; 2) kurang
menghargai kondisi fisik teman sekelas; dan 3) kurangnya kesadaran siswa terhadap
keragaman suku dan budaya di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, peneliti
berencana menggunakan model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan
pembelajaran berbasis masalah, berpikir berpasangan dan bernomor kepala bersama.
Hal ini diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan di atas. Model
pembelajaran merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan
pentingnya mengembangkan model pembelajaran, yaitu:
kegairahan siswa untuk belajar, menghindari kebosanan, dan hal itu mempengaruhi
minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran; d) pengembangan model
pembelajaran yang berbeda sangat mendesak karena adanya perbedaan karakteristik,
kepribadian dan kebiasaan siswa; e) Dosen/pengajar menggunakan model
pembelajaran yang berbeda dan tidak hanya mengatur keterampilan tertentu; dan f)
masalah khusus mengikuti. Jawaban atas masalah ini adalah konsep “model
pembelajaran”, yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar pemikiran tentang
model pembelajaran dan perangkat deterministik lainnya. (Asyafah, 2019)
dan mengusulkan solusi untuk masalah ini. (Suhendar & Ekayani, 2018) Jadi, model
ini sangat cocok untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi karena dapat
menggunakan model ini untuk melatih siswa mengatasi masalah yang mungkin atau
mungkin tidak mereka hadapi di lingkungan nyata mereka, mereka terbiasa.
menghadapi hal-hal yang penting dalam hidupnya di lingkungannya. (Fauzi, Ahmad
Zain., Asniwati., Maulana, 2019) Think-Pair-Share (T-P-S) adalah pembelajaran
kooperatif dimana banyak guru yang mendukung pembelajaran kooperatif telah
mengadopsi praktik atau metode pengajaran yang serupa. Tujuan dari prosedur
think-pair-share adalah agar siswa dapat berpikir tentang pokok bahasan yang
dipelajari, setelah itu siswa membentuk tim dengan pasangannya untuk
mendiskusikan jawaban mereka terhadap topik tersebut, dan pada prosedur share (p),
siswa terlatih. . kemampuan untuk mensintesis dan berbagi ide dengan cara Anda
sendiri. Grup dan Kelas (Shih & Reynolds, 2015). Penerapan strategi think-pair-share
memiliki peluang yang baik untuk meningkatkan pembelajaran secara umum.
(Rahmah et al., 2022)
Strategi teknis ini memberi siswa kesempatan untuk berbagi ide dan
mempertimbangkan respons yang paling tepat. (Haniyyah, 2021)
lingkungan siswa sehingga siswa menerapkan hasil belajar dalam kegiatan mereka
sehari-hari.
C.Rumusan masalah
3.Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi toleransi keberagaman siswa
dalam mengikuti model pembelajaran Problem Based Learning, Think Pair Share, dan
Numbered Heads Together di kelas 4 SDN Telawang 3 Banjarmasin dalam muatan
PPKN?
5. Memberikan soal dan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan (PBL, CTL)
F. Manfaat penelitian
1. Bagi pihak sekolah, sebagai evaluasi dalam pemberian tugas kepada guru terhadap
bagaimana cara penggunaan media dan model pembelajaran yang efektif dan menarik.
Bagi guru, buku panduan maupun aplikasi game dalam pembelajaran dapat
meningkatkan wawasan maupun kreatifitas dalam penggunaan media maupun model
pembelajaran, khususnya penggunaan media yang memanfaatkan teknologi untuk
menghadapi kebutuhan penidikan sekarang ini.
2. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar tentang
keberagaman toleransi yang ada di dalam kelas.
3. Bagi guru diharapkan dapat memberikan bayangan maupun ide terdahap para guru
agar dalam pelaksanaan program sekolah dapat memberikan bantuan, layanan,
maupun seluruh jiwa dan raga untuk peserta didik sehingga dapat dicapai hasil yang
memuaskan.
G. Kajian pustaka
1.Kerangka teori
b.Hakikat belajar
Pengertian belajar adalah proses perubahan kepribadian, dimana perubahan itu berupa
perbaikan kualitas perilaku, seperti B. peningkatan pengetahuan, keterampilan,
berpikir, pemahaman, sikap dan berbagai keterampilan lainnya. Pengertian belajar
juga dapat diartikan sebagai segala aktivitas psikologis yang dilakukan setiap individu
sehingga perilakunya sebelum dan sesudah belajar berbeda. Perubahan tingkah laku
atau respon yang dihasilkan dari pengalaman, kecerdasan/pengetahuan baru setelah
belajar dan mengikuti suatu kegiatan. Belajar adalah sesuatu yang diproses dan
merupakan unsur fundamental pada setiap jenjang pendidikan.
Sedangkan belajar dikenal dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui (patuh) dan awalan “pe”
serta akhiran “an” menjadi “belajar” yang berarti proses untuk untuk bertindak lebih
jauh, metode diajarkan atau diajarkan agar siswa mau belajar. Pembelajaran adalah
interaksi antara peserta didik dengan pelatih dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan oleh pendidik untuk
mengendalikan proses perolehan pengetahuan, keterampilan dan karakter serta
membentuk sikap dan keyakinan pada diri peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses yang membantu siswa belajar dengan baik. (Djamaluddin
& Wardana, 2019)
C. Hasil pembelajaran
Belajar sebagai kegiatan proses merupakan komponen yang sangat esensial dalam
penyelenggaraan semua jenis dan jenjang pendidikan. Artinya berhasil atau tidaknya
tujuan pendidikan banyak bergantung pada pembelajaran yang dialami siswa di
sekolah dan di rumah. Itulah mengapa belajar itu sangat penting, karena hanya dengan
belajar kamu bisa mendapatkan ilmu. Setelah selesai pembelajaran, siswa menerima
hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah “apa yang dicapai siswa setelah
menyelesaikan kegiatan pembelajaran” (Tohirin, 2011).
Selain itu, hasil belajar juga dapat diartikan sebagai “hasil interaksi antara belajar dan
mengajar. Dari sudut pandang guru, mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan akhir dari segmen dan puncak
pembelajaran (Dymyati dan Mudjiono, 2013). Menurut yang lain, hasil belajar adalah
“keterampilan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” (Mulyono
Abdurrahman, 2012). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa hasil
belajar berarti hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut Rini dkk (2022), penilaian dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:aspek kognitif, afektif dan psikomotor diwujudkan sedikit demi sedikit,
secara konsisten dan berkesinambungan.
d.Aktivitas guru
Seorang guru sebagai pendidik atau pelatih merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan setiap proyek pendidikan. Karena itu pembahasan tentang reformasi
kurikulum, perolehan bahan ajar dan kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan
oleh kegiatan pendidikan selalu beralih kepada guru. Hal ini menunjukkan betapa
signifikan (pentingnya) profesi guru dalam dunia pendidikan. Pentingnya peran guru
dalam pendidikan sekolah sangat penting kaitannya dengan kedudukan guru sebagai
pengelola pembelajaran yang berada di garda terdepan.
e) Kegiatan Siswa
Kegiatan merupakan asas atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Kegiatan pembelajaran sangat penting bagi siswa karena memberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk mengenal pokok bahasan yang dipelajari dan untuk
membangun pengetahuan yang lebih baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan belajar adalah keikutsertaan siswa dalam kegiatan belajar berupa
sikap, pemikiran, perhatian yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
manfaat dari kegiatan tersebut.
Masalah yang sering ditemui selama proses pembelajaran adalah kurangnya keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan masalah
penting dan mendasar yang tidak boleh diabaikan, namun setiap guru harus
mengembangkannya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tersebut ditandai
dengan partisipasi yang optimal, baik secara intelektual, emosional maupun fisik
(Nuryasintia & Wibowo, 2019). Dalam pembelajaran, seluruh potensi yang dimiliki
individu disempurnakan sehingga terjadi perubahan tingkah laku tertentu selama
pembelajaran, sedangkan siswa harus mendapat kesempatan untuk melakukan
kegiatan tersebut. Kegiatan belajar adalah tindakan atau kegiatan yang secara sadar
dilakukan oleh seseorang yang menimbulkan perubahan pada dirinya berupa
perubahan pengetahuan atau keterampilan (Ariaten, Feladi, Dedy, & Budiman, 2019).
Kegiatan atau pembelajaran tersebut dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar
kelas. Memanfaatkan lingkungan dan mengajak anak mengamati lingkungan
meningkatkan keseimbangan kegiatan belajar, artinya belajar tidak hanya berlangsung
di dalam kelas (Hermaliza, Efendi & Gistituati, 2019). (Sakinah, 2020), menyatakan
bahwa pembelajaran siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, pada dasarnya
merupakan wahana pengembangan diri.
F. Inti PPKN
(PCN) merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum sekolah dasar
sebagaimana diatur dalam Pasal 37 Ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Tentang
Misi, Visi dan Kewarganegaraan Tujuan Mata Kuliah PKn (PCN) yang dipinjam dari
Penelitian Jelaga Wahyudis. Visi mata pelajaran PCN adalah mengimplementasikan
tema yang mengedepankan karakter bangsa dan memberdayakan warga negara. Tugas
mata kuliah PKN adalah mendidik warga negara yang baik, yaitu warga negara yang
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan masyarakat berdasarkan
kesadaran politik, kesadaran hukum dan kesadaran moral.
(1) berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menjawab pertanyaan kewarganegaraan;
(2) berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab, bertindak cerdas dalam kegiatan
antikorupsi dan kualitas di tingkat masyarakat, berbangsa dan bernegara; (3)
berkembang secara positif dan juga termodifikasi untuk membentuk peserta didik
sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia sehingga dapat hidup berdampingan
dengan berbagai bangsa lain; (4) Berinteraksi secara langsung atau tidak langsung
dengan bangsa lain di kancah dunia menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. (Anatasya & Dewi, 2021)
(1) agar peserta didik berkembang menjadi pribadi yang positif dan moderat sesuai
dengan fitrah masyarakat Indonesia, sehingga dapat hidup berdampingan dengan
bangsa lain, (2) dan berpartisipasi dalam urusan dunia secara tidak langsung atau
langsung dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, (3 ) . ) )
kemampuan bereaksi secara kreatif, kritis dan rasional terhadap subyek
kewarganegaraan, (4) berpartisipasi aktif, bertindak baik dan bertanggung jawab atas
perilaku bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Hidayat & Jannah, 2021)
G. Model Pembelajaran
358)
a) Orientasi masalah siswa. Pada tahap ini, siswa diberikan masalah sebagai titik tolak
untuk menemukan atau memahami suatu konsep.
C. Melaksanakan Studi Individu dan Kelompok. Dengan bantuan level ini, siswa
belajar memecahkan masalah secara kolektif dan individual untuk memahami konsep.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) atau Think Pair Share
adalah tipe pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Teknik belajar mengajar berpikir berpasangan (empat) dikembangkan
oleh Farnk Lyman (think pair part) sebagai struktur pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran. Teknologi ini memungkinkan siswa untuk berkolaborasi dengan orang
lain.
Metode TPS berarti siswa diberikan waktu untuk memikirkan jawaban atas
pertanyaan atau masalah guru. Siswa saling membantu memecahkan masalah dengan
menggunakan keterampilan mereka sendiri. Selesaikan atau jelaskan nanti di kelas.
(Rahmah et al., 2022)
Fase-fase pembelajaran Think Pair Share menurut Majid (2013) adalah fase berpikir
atau thinking, fase pairing atau berpasangan dan fase sharing atau berbagi. Pada fase
berpikir, guru menyajikan masalah kepada siswa, kemudian siswa diberi kesempatan
untuk mencoba memecahkan masalah secara pribadi. Pada fase pairing, siswa secara
heterogen dipasangkan untuk berdiskusi, membantu dan berbagi ide dalam
memecahkan masalah. Selain itu, setiap kelompok pada tahap pembagian hasil diskusi
dengan kelompok yang lebih besar pada kelas sebelumnya melalui presentasi.
Pertunjukan berlanjut hingga seperempat dari grup memiliki waktu untuk tampil.
1. Kesulitan dalam melibatkan semua siswa secara aktif. 2. Membina siswa yang
peduli yang mengalami keteraturan dalam kelompok. 3. Kondisi tidak
menguntungkan karena banyak kelompok melaporkan kesulitan. (Latifah &
Luritawaty, 2020)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TPS merupakan
model pembelajaran yang memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir secara
individu atau berpasangan.
Model NHT merupakan suatu gaya pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
suatu struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dengan tujuan pembelajaran materi yang diberikan. Dengan demikian, teknik ini tidak
hanya dapat memfasilitasi pembelajaran, tetapi juga dapat meningkatkan tanggung
jawab pribadi siswa terhadap hubungannya dengan teman sebayanya dalam
pembagian kerja.
Kelebihan model ini adalah setiap siswa berpartisipasi dalam diskusi yang serius,
siswa siap karena guru memanggil nomor, sebagian besar siswa memiliki kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya, dan siswa yang cerdas dapat mengajar siswa
yang kurang berbakat. Sedangkan kelemahan dari model ini adalah kemungkinan
guru akan mengulang nomor yang dipanggil, dan guru tidak akan memanggil semua
anggota kelompok. (Haniyah, 2021)
Toleransi adalah sikap yang menciptakan keharmonisan. Toleransi juga menjadi alat
pemersatu bangsa yang memiliki banyak perbedaan di Indonesia, seperti banyak ras,
suku, bahasa, agama, adat istiadat dan lain-lain. Anak harus diajarkan toleransi sejak
dini, sehingga mereka sudah mengenal dan berlatih memahami perbedaan. Sikap
toleran ini berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran akan adanya
keragaman dalam kehidupan bangsa dan negara asal siswa. Sifat siswa yang selalu
ingin tahu akan perbedaan yang ada disekitarnya menambah pentingnya toleransi
yang harus ditanamkan kepada siswa sejak dini. Sekolah dasar memainkan peran
mendasar dalam membentuk karakter dasar siswa. Sekolah dasar memberikan
pemahaman yang paling dasar tentang apa yang dipelajari siswa. bahkan setelah
sekolah dasar.
Oleh karena itu, sikap toleransi merupakan sikap yang sangat perlu ditanamkan dalam
budaya sekolah dasar. Toleransi di sekolah dasar mengedepankan sikap saling
menghargai dan menghargai antar setiap siswa. Toleransi juga menciptakan situasi
sosial yang lebih baik bagi siswa sekolah dasar karena keragaman yang ada. Toleransi
tanaman di sekolah dasar dapat diimplementasikan dengan pendidikan multikultural
di sekolah dasar. Pendidikan multikultural merupakan gerakan pembaharuan dan
inovasi pendidikan yang bertujuan untuk memahami dan menghargai perbedaan
antara barang dan orang lain.
Kendala pembelajaran tematik adalah belum didukung dengan materi yang menarik
dalam buku. Pada umumnya sebagian besar siswa belum memahami pentingnya
pendidikan multikultural sehingga toleransi belum maksimal. Sangat penting untuk
mengajarkan sikap toleransi kepada anak-anak sekolah dasar. Di sekolah dasar
terdapat siswa yang heterogen, oleh karena itu siswa menjumpai keragaman tersebut
di lingkungannya. Siswa sekolah dasar tentunya harus membangun pemahaman
tentang toleransi untuk menciptakan iklim sosial yang memungkinkan perbedaan ras,
budaya, agama, dan kelas sosial dan teman sehingga mereka dapat bersosialisasi di
tengah perbedaan yang ada. Salah satu cara untuk menciptakan toleransi bagi siswa
sekolah dasar adalah melalui pendidikan multikultural.
J. Hipotesis penelitian