Anda di halaman 1dari 13

Nama : ERISA ALIFIA PUTRI

NIM : 200351615631
Offering :A
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Pendidikan IPA

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Ditinjau dari


Keterampilan Berpikir Kritis terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP X

BAB I
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu wadah penting yang digunakan untuk mendapatkan
bekal ilmu dan pengetahuan yang mumpuni. Pendidikan merupakan poin penting dalam
pembangunan dan merupakan kunci utama pembentukan suatu bangsa dan negara. Tujuan
pendidikan nasional menjadi kesuksesan utama yang harus dicapai oleh pendidikan. Proses
pembelajaran yang baik dapat menunjang tercapainya kesuksesan pendidikan (Wahyu &
Tego, 2021). Proses pembelajaran yang baik harus terjadi secara seimbang oleh guru dan
siswa. Tidak hanya guru yang harus aktif mengajar, tetapi siswa juga harus aktif dalam
menimba ilmu agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Pada sistem pembelajaran
abad 21 ini, sistem pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru, tetapi lebih ditekankan
kepada siswa. Siswa harus aktif dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa aspek yang harus
dikuasai siswa pada pembelajaran saat ini adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan
komunikasi, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan untuk berkolaborasi.
Pada proses pembelajaran saat ini, keterampilan berpikir kritis siswa masih tergolong
ke dalam kategori rendah. Keterampilan berpikir kritis ini penting untuk dikuasai siswa agar
mereka bisa mengembangkan keterampilannya dalam menganalisis dan memecahkan kasus
yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sebagaimana uraian tersebut,
kemampuan berpikir kritis siswa merupakan salah satu bagian penting yang harus
dikembangkan dan dikaji lebih lanjut dalam proses pembelajaran (Rahayu & Dewi, 2022).
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai sebuah langkah berpikir efektif yang dimiliki
seseorang sehingga ia dapat membuat, menilai, serta mengimplementasikan keputusan yang
relevan dengan apa yang ia percaya dan lakukan. Seseorang yang mampu berpikir secara
rasional dan tertata sesuai logika (logis) dalam menerima informasi dan tersistem dalam
memecahkan masalah adalah ciri bahwa seseorang tersebut memiliki kemampuan berpikir
kritis. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat mampu
untuk menilai informasi yang ia terima serta mampu mengevaluasi hasil pemecahan masalah
yang telah ditemukannya (Rahayu & Dewi, 2022).
Dalam prosesnya, keterampilan berpikir kritis ini masih tergolong rendah.
Keterampilan berpikir kritis di Indonesia dinilai masih kurang memuaskan. Hal ini dapat
ditunjukkan dari adanya penelitian yang menyatakan bahwa Indonesia konsisten berada di
peringkat bawah. Rendahnya keterampilan berpikir kritis ini dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Pengaruh strategi pembelajaran yang hanya terpusat pada guru menjadi penyebab dari
rendahnya keterampilan ini. Guru yang terlalu banyak menerapkan metode ceramah akan
membuat siswa bosan sehingga mereka kurang bisa mengeksplorasi keterampilan di dalam
dirinya. Penerapan model pembelajaran secara konvensional juga dapat menyebabkan siswa
cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini membuat siswa masih belum bisa
menggunakan kemampuan pemecahan masalahnya secara optimal. Karenanya, diperlukan
adanya iklim pembelajaran di kelas yang mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
siswa di sekolah melalui serangkaian langkah-langkah pembelajaran yang bersifat student-
centered (berpusat pada siswa) (Rahayu & Dewi, 2022). Langkah-langkah pembelajaran
dapat dijadikan menjadi satu kesatuan yang dinamakan dengan model pembelajaran. Model
pembelajaran inilah yang nantinya dapat menjadi panduan pembelajaran guru di kelas.
Model pembelajaran merupakan seluruh rangkaian pemberdayaan materi ajar yang
berisi segala aspek baik sebelum, sedang maupun sesudah pembelajaran yang dilakukan guru
serta meliputi segala fasilitas yang terkait serta yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar (Liwa Ilhamdi et al., 2020). Model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran
Probem Based Learning (PBL). Problem Based Learning merupakan suatu model stategi
pembelajaran yang siswanya secara kolaboratif bertugas untuk memecahkan masalah dan
merefleksikan pengalamannya. Model pembelajaran Problem Based Learning ini sengaja
dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan
masalah serta menjadikan siswa mandiri dalam belajar (Efendi & Wardani, 2021).
Suatu model pembelajaran yang baik akan meningkatkan semangat belajar siswa.
Semangat belajar ini tentunya akan menghasilkan suatu motivasi belajar yang bermanfaat
untuk siswa kedepannya. Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya pendorong untuk
melakukan aktivitas belajar tertentu yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar individu
sehingga menumbuhkan semangat dalam belajar (Andriani & Rasto, 2019; Monika &
Adman, 2017). Motivasi belajar yang tinggi akan membantu siswa untuk lebih giat belajar
dan melatih keterampilan berpikir kritis mereka.
Dari penerapan model pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa inti dari model
pembelajaran yang diterapkan adalah untuk dapat melatih siswa dalam menggali dan
mengumpulkan informasi secara mandiri serta dapat memecahkan masalah melalui proses
berpikir kritis. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ditinjau dari
keterampilan berpikir kritis terhadap motivasi belajar siswa SMP X.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu standar mutu
pendidikan dan kerap diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan
sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi (Rohmawati, 2015). Efektivitas
pembelajaran adalah suatu kondisi belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta
didik yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu
pengetahuan dan sikap dengan mudah, menyenangkan, dan dapat terselesaikan tujuan
pembelajaran sesuai harapan. Dari pengertian tersebut, efektivitas pembelajaran dapat
ditinjau dari aspek afektif maupun kognitif.
Efektivitas pembelajaran merupakan pengaruh proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru agar peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan
sesuai dengan harapan yang ditujukan (Fathurrahman, A et al., 2019). Efektivitas
pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana pembelajaran
dilaksanakan secara efektif dan kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik. Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif Ketika pembelajaran yang
dilakukan bisa dua arah antara guru dan peserta didik.
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah suatu perencanaan atau bentuk perulangan yang
digunakan sebagai acuan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tata cara. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran sampai dengan pengelolaan
kelas (Afandi, M et al., 2013). Model pembelajaran sering dikaitkan dengan
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dimana model pembelajaran ini
merupakan gabungan dari beberapa pendekatan yang saling berkaitan.
Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun dengan berlandaskan
berbagai prinsip atau teori pengetahuan yang ada. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan pada teori dan prinsip yang telah mereka ketahui
(Khoerunnisa & Aqwal, 2020). Model pembelajaran yang digunakan dalam suatu
pembelajaran harus memenuhi kaidah dan mencakup beberapa indikator pengukuran
di dalamnya. Indikator tersebut dapat berupa karakteristik siswa, sifat materi bahan
ajar, fasilitas pembelajaran yang tersedia dan kondisi guru yang bertugas
(Fathurrohman, 2006). Beberapa model pembelajaran yang digunakan tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan inilah
yang nantinya dapat menjadi bahan evaluasi untuk pembelajaran yang akan datang.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya
(Mirdad, 2020). Jadi dapat disimpulkan bahwa sejatinya model pembelajaran
merupakan petunjuk bagi pendidik dalam merencanakan pembelajaran di kelas, mulai
dari mempersiapkan perangkat pembelajaran, media dan alat bantu, sampai alat
evaluasi yang mengarah pada upaya pencapaian tujuan pelajaran (Mirdad, 2020).
C. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan dalam suatu kelas adalah model PBL. Pembelajaran Berbasis Masalah
atau Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang memberikan membuat peserta didik aktif di dalam kelas. PBL dapat
diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap metode ilmiah. Dengan metode ini, peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
serta memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah dengan menerapkan ilmu
dan dasar sains dengan benar (Rerung et al., 2017). PBL merupakan pendekatan yang
membelajarkan siswa yang diselaraskan dengan masalah praktek nyata yang
berbentuk ill-structured atau open ended yang berarti terdapat pertanyaan terbuka
melalui stimulan dalam belajar (Sofyan, 2016).
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi dalam kondisi sedang melakukan orientasi masalah, termasuk
di dalamnya cara untuk peserta didik belajar. Model pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada ragam
permasalahan di sekitar yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan
yang memerlukan penyelesaian secara nyata dari permasalahan yang benar-benar ada
(Parasamya & Wahyuni, 2017). Model pembelajaran PBL juga dapat diartikan
sebagai model pembelajaran yang mengharapkan siswa mengerjakan permasalahan
yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan daya pikir dan keterampilan berpikir lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri (Suardana, 2019).
2. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahap utama yang
dimulai dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis
hasil kerja siswa (Sofyan, 2016). Secara umum, model pembelajaran PBL ini
dapat diperinci sebagai berikut:
• Orientasi siswa kepada masalah
Pada tahap ini, guru memberikan informasi terkait tujuan pembelajaran
yang dilakukan, menjelaskan apa saja bahan yang diperlukan dalam
pemecahan masalah serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses
pemecahan masalah nantinya (Sofyan, 2016).
• Mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada tahap ini, guru membantu siswa untuk dapat mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar sehubungan dengan permasalahan tersebut.
Siswa diminta untuk membentuk suatu kelompok kecil yang nantinya
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan secara berkelompok
(Sofyan, 2016).
• Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen. Guna eksperimen ini adalah untuk
mengumpulkan dan mengolah informasi yang nantinya dapat
menyelesaikan masalah yang ada (Sofyan, 2016).
• Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini, guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai dengan pemecahan masalah mereka. Karya tersebut
dapat berupa laporan, video, dan model belajar yang lain. Selain itu, guru
juga membantu mereka berbagi tugas dengan temannya (Sofyan, 2016).
• Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru membantu melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang telah mereka kerjakan. Selain itu,
guru juga dapat memberikan penguatan terkait dengan pemecahan masalah
yang sesuai (Sofyan, 2016).
3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini terikat kuat dengan
permasalahan yang terjadi di sekitar. Menurut Masrinah et al (2019),
menerangkan bahwa PBL ini juga memiliki beberapa karakteristik yang dapat
diketahui sebagai berikut:
i. mengajukan pertanyaan atau masalah
ii. berfokus pada keterkaitan antardisiplin
iii. penyelidikan autentik
iv. menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya
v. Kerjasama
4. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model PBL ini baik untuk digunakan dalam suatu pembelajaran karena dapat
membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan keterampilan
dan kemampuannya. Model pembelajaran PBL ini pasti memiliki beberapa
kelebihan yang dapat membantu tujuan pembelajaran untuk dapat tercapai.
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran ini dijelaskan oleh (Jannah et al.,
2020; Mayasari et al., 2016; Yuwono & Syaifuddin, 2017) dapat diketahui sebagai
berikut:
• Siswa terlibat dalam pembelaran sehingga pengetahuannya benar-benar di
serap dengan baik.
• Siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa yang lainnya.
• Siswa dapat memperoleh pemecahan masalah dari berbagai sumber.
5. Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran PBL ini dalam pelaksanaannya pasti menghadapi
beberapa kendala yang dapat memicu kurangnya performa yang ada. Menurut
Susanto (2020) menerangkan bahwa kekurangan dari model PBL ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
• Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak
sejalan dengan prinsip efisiensi.
• Dapat menimbulkan ketergantungan pada kelompok sehingga ia tidak ikut
terlibat dalam kegiatan diskusi, karena hanya mengandalkan teman dalam
kelompoknya.
• Dapat menimbulkan dominasi dari kelompok yang sekiranya lebih banyak
dan lebih mampu mengungkapkan ide sehingga kelompok yang lain tidak
memberikan kontribusi yang berarti.
D. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir ialah aktivitas yang melibatkan proses mengolah atau memanipulasi
dan merubah informasi yang ada dalam ingatan. Pada saat berpikir, kita berpikir untuk
membentuk suatu konsep, pertimbangan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir
kreatif dan memecahkan masalah. Salah satu kegiatan berpikir ialah berpikir kritis.
Berpikir kritis bersifat reasonable dan berpikir reflektif yang difokuskan pada
kegiatan memutuskan apa yang harus dipercayai dan apa yang harus dilakukan.
Artinya ketika menggunakan keterampilan berpikir kritis maka nantinya kita dapat
memutuskan dengan tepat apa yang seharusnya dipercayai dan apa yang harus
dilakukan (Lestari et al., 2017).
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan mengidentifikasi fakta yang
relevan. Keterampilan ini juga digunakan untuk mengenali keterbatasan, asumsi-
asumsi atau kekhususan yang berkaitan dengan prosedur yang digunakan, serta
menentukan jawaban yang rasional (Suarsana & Mahayukti, 2013). Jawaban yang
rasional ini dimaksudkan sebagai suatu jawaban yang dapat diterima oleh akal dan
logika.
Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan karena seseorang yang berpikir
kritis akan mampu berpikir berdasarkan logika, menjawab permasalahan-
permasalahan dengan baik dan dapat mengambil keputusan rasional tentang apa yang
harus dilakukan atau apa yang diyakini. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berpotensi meningkatkan daya
analitis kritis peserta didik (Susilawati et al., 2020). Keterampilan ini penting untuk
dikuasai sehubungan dengan tuntutan abad 21 agar tujuan pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik.
E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai
oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Dari definisi tersebut
dapat dilihat bahwa motivasi menyorot pada aspek psikologis-fisiologis dalam diri
yang menjelaskan bahwa dalam diri terdapat tiga elemen atau unsur yang saling
berkaitan yakni dorongan, tujuan dan kebutuhan (Saptono, 2016). Ketiga elemen
tersebut juga akan saling berinteraksi sehingga menimbulkan suatu kumpulan
bernama motivasi.
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas
tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Kedua hal tersebut
merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk dapat melakukan sesuatu
(Ernata, 2017).
2. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya pendorong untuk melakukan
aktivitas belajar tertentu yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar individu
sehingga menumbuhkan semangat dalam belajar (Andriani & Rasto, 2019; Monika &
Adman, 2017). Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan
memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar
(Andriani & Rasto, 2019). Motivasi belajar tidak hanya berkaitan dengan dorongan
tetapi juga usaha siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar. Motivasi belajar
ini juga dapat menjadi faktor penentu intensitas siswa untuk belajar. Semakin seorang
siswa rajin belajar karena memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka siswa tersebut
akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
3. Macam-macam Motivasi Belajar
Beberapa macam motivasi belajar yang ada di sekolah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Penjelasan lebih
lengkapnya dapat disimak sebagai berikut:
• Motivasi intrinsik dapat diartikan sebagai suatu motif yang menjadikan
seorang individu aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu (Ernata, 2017).
• Motivasi ekstrinsik dapat diartikan sebagai motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsangan dari luar (Ernata, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. et al. (2013). MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN DI SEKOLAH. In


Unissula Press (Vol. 1, Issue 10). https://doi.org/10.1016/j.cpc.2008.12.005

Andriani, R., & Rasto, R. (2019). Motivasi belajar sebagai determinan hasil belajar siswa.
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 4(1), 80.
https://doi.org/10.17509/jpm.v4i1.14958

Efendi, D. R., & Wardani, K. W. (2021). Komparasi Model Pembelajaran Problem Based
Learning dan Inquiry Learning Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1277–1285.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/914

Ernata, Y. (2017). Analisis Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Pemberian Reward Dan
Punishment Di Sdn Ngaringan 05 Kec.Gandusari Kab.Blitar. Jurnal Pemikiran Dan
Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 5(2), 781.
https://doi.org/10.22219/jp2sd.vol5.no2.781-790

Fathurrahman, A., Sumardi., Yusuf, E. A., Harijanto, S. (2019). PENINGKATAN


EFEKTIVTAS PEMBELAJARAN MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK DAN TEAMWORK. Jurnal Manajemen Pendidikan, 7(7), 843–850.

Fathurrohman. (2006). MODEL- MODEL PEMBELAJARAN. In UNY (Vol. 1, Issue 8).

Jannah, A. R., Rahmawati, I., & Reffiane, F. (2020). Pengaruh Model Problem Based
Learning (Pbl) Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Gugus Iii Kuta Utara Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan PGSD, 8(3), 342–
350.

Khoerunnisa, P., & Aqwal, S. M. (2020). ANALISIS MODEL-MODEL PEMBELAJARAN. 4,


1–27.

Lestari, D. D., Ansori, I., & Karyadi, B. (2017). Penerapan Model Pbm Untuk Meningkatkan
Kinerja Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sma. Diklabio: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Biologi, 1(1), 45–53. https://doi.org/10.33369/diklabio.1.1.45-53

Liwa Ilhamdi, M., Novita, D., & Nur Kholifatur Rosyidah, A. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis IPA SD. Jurnal
Ilmiah KONTEKSTUAL, 1(02), 49–57. https://doi.org/10.46772/kontekstual.v1i02.162

Masrinah, E. N., Aripin, I., & Gaffar, A. A. (2019). Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Seminar Nasional Pendidikan, 924–932.

Mayasari, T., Kadarohman, A., Rusdiana, D., & Kaniawati, I. (2016). Apakah Model
Pembelajaran Problem Based Learning Dan Project Based Learning Mampu Melatihkan
Keterampilan Abad 21? Jurnal Pendidikan Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 2(1), 48.
https://doi.org/10.25273/jpfk.v2i1.24
Mirdad, J. (2020). Model-Model Pembelajaran (Empat Rumpun Model Pembelajaran).
Jurnal Sakinah, 2(1), 14–23. https://www.jurnal.stitnu-
sadhar.ac.id/index/index.php/JS/article/view/17

Monika, M., & Adman, A. (2017). Peran Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran, 2(2), 109. https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.8111

Monika, M., & Adman, A. (2017). Peran Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran, 2(2), 109. https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.8111

Parasamya, C. E., & Wahyuni, A. (2017). Upaya peningkatan hasil belajar fisika siswa
melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (pbl). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 2 (1)(1), 42–49.

Rahayu, B. N. A., & Dewi, N. R. (2022). Kajian Teori : Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Ditinjau dari Rasa Ingin Tahu pada Model Pembelajaran Preprospec
Berbantu TIK. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 5, 297–303.

Rerung, N., Sinon, I. L. ., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA
pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 47–55.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.597

Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(1), 15–32.

Saptono, Y. J. (2016). Motivasi dan Keberhasilan Belajar Siswa. REGULA FIDEI: Jurnal
Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 189–212.

Sofyan, H. (2016). PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM


IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK PROBLEM BASED LEARNING IN THE
2013 CURICULLUM. 6(3), 260–271.

Suardana, P. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Permainan Tolak Peluru.
Journal of Education Action Research, 3(3), 270.
https://doi.org/10.23887/jear.v3i3.17974

Suarsana, I. M., & Mahayukti, G. A. (2013). Pengembangan E-Modul Berorientasi


Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa.
Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), 2(3), 193.
https://doi.org/10.23887/janapati.v2i3.9800

Susanto, S. (2020). Efektifitas Small Group Discussion Dengan Model Problem Based
Learning Dalam Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Modern,
6(1), 55–60. https://doi.org/10.37471/jpm.v6i1.125
Susilawati, E., Agustinasari, A., Samsudin, A., & Siahaan, P. (2020). Analisis Tingkat
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi,
6(1), 11–16. https://doi.org/10.29303/jpft.v6i1.1453

Wahyu, A. O., & Tego, P. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning
dan Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu, 5(3), 2247–2255. https;//jbasic.org/index.php/basicedu

Yuwono, M. R., & Syaifuddin, M. W. (2017). Pengembangan problem based learning dengan
assessment for learning berbantuan smartphone dalam pembelajaran matematika. Beta:
Jurnal Tadris Matematika, 10(2), 184–202. https://doi.org/10.20414/betajtm.v10i2.116

Anda mungkin juga menyukai