“Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Terpadu Tema 5 di Kelas IV Sekolah Dasar”
Oleh:
Nim : 18129281
Seksi : 18 BB 04
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil belajar ialah tolak ukur dari apa yang telah dipelajari siswa.
Sebagaimana menurut Purwanto (2002) Hasil belajar adalah kompetensi yang
diterima oleh siswa sesudah proses pembelajaran dilakukan, yang bisa memberikan
perubahan tingkah laku pada siswa baik dari segi sikap, pemahaman, keterampilan
dan pengetahuan supaya menjadi lebih baik lagi.Suatu proses pembelajaran dikatakan
berhasil jika hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut tinggi atau mencapai KKM
yang telah ditentukan oleh sekolah.
Pembelajaran yang berlangsung di sekolah tentu tidak akan terlepas dari
peraturan dan kurikulum yang telah ditentukan. Pada saat sekarang ini di negara kita
tengah mengimplementasikan kurikulum 2013 yang berbasis pada pembelajaran
tematik. Pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada tema.
Sebagaimana menurut Majid (2014) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menjadikan tema sebagai fokus pembelajaran baik yang berasal dari bidang studi
yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya. Pada pembelajaran tematik
terdapat dua mata pelajaran atau lebih yang yang diintegrasikan dalam satu
pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu
adalah suatu pembelajaran yang mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran.
Sebagimana menurut Ananda (2018), Pembelajaran terpadu adalah pendekatan dalam
proses pembelajaran dengan menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang
terpaut dari segi harmonis sehingga memberikan pengetahuan yang bermakna kepada
siswa.
Dengan pembelajaran bermakna siswa diharapkan dapat menguaisai materi
pembelajaran melalui pembelajaran langsung dan nyata yang menghubungkan antar
konsep-konsep antar maupun intra mata pelajaran. Melalui pembelajaran langsung
dan nyata siswa diajak menemukan sendiri konsep pembelajarannya yang dikaitkan
dengan permasalahan nyata siswa tersebut, sehingga nantinya tujuan pembelajaran
yang disusun oleh guru dapat berjalan dengan maksimal atau tercapai oleh peserta
didik, yang tertuang dalam bentuk hasil belajar berupa angka atau simbol yang telah
disepakati oleh penyelenggara pendidikan. Menurut Brown, Collins, dan Duguid
(1989), mengemukakan bahwa pembelajaran bermakna berupaya melibatkan para
peserta didik aktif, pembelajaran disengaja, otentik, konstruktif, dan kooperatif.
Namun, pada kenyataannya hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah
dan belum mencapai KKM. Sehubungan dengan itu, Damayanti (2018)
mengemukakan bahwa masalah yang ia temukan berdasarkan hasil pengamatannya
yaitu proses pembelajaran masih teacher center karena guru kurang mengikutsertakan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, guru cenderung menjelaskan dengan
metode ceramah, guru kurang menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam
berdikusi dan bekerja sama dalam kelompok masing-masing, hal tersebut berdampak
pada hasil belajar siswa yang rendah dan tidak mencapai KKM yaitu 75.
Menurut Waslina, Farida, Fitria, dan Mudjiran (2019) mengemukakan bahwa
ada beberapa masalah yang ia temukan pada saat melakukan penelitian yaitu hasil
belajar siswa terhadap tiga ranah yaitu: keterampilan, pengetahuan, serta sikap
tergolong rendah. Pada setiap semester, sikap siswa belum terlihat adanya
peningkatan. Kemudian, siswa belum mampu menyelesaikan masalah-maslah konkrit
yang ada disekitarnya dan belum menjadi pembelajar yang mandiri, serta belum
mampu melakukan penemuan-penemuan baru dalam pembelajaran. Dari data hasil
ulangan yang diperoleh terlihat hasil ulangan harian siswa belum memenuhi KKM
yang sudah ditetapkan sekolah yaitu 75 dalam pelaksanaan di lapangan. Guru belum
terlihat menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai dengan
materi, guru hanya menggunakan pembelajaran yang konvensional.
Menurut seorang peneliti mengemukakan bahwa penyebab rendahnya hasil
belajar peserta didik diduga karena penggunaan model pembelajaran yang belum
cocok serta pembelajaran yang bersifat konvensional yang dapat dilihat pada proses
pembelajaran yang Teacher Centerdapat dilihat pada guru masih menggunakan
metode ceramah,siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan siswa belum
cakap berpikir secara kritis untuk mengolah informasi dari sumber belajar yang
diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung (Monika, 2018).
Mempertegas pernyataan diatas, Sari (2017) mengatakan bahwa nilai ulangan
tengah semester ganjil sisa kelas IV B dan IV A mata pelajaran IPS masih banyak
yang belum tuntas. Penyebab hasil belajar siswa tergolong rendah yaitu (1)
pembelajaran teacher centered, (2) kebanyakan peserta didik tidak aktif saat proses
pembelajaran, dan (3) tidak diimplementasikannya pembelajaran yang berbasis pada
masalah sehingga menyebabkan peserta didik belum bisa berperan aktif dalam
pembelajaran IPS.
Melihat adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan di lapangan. Maka
dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran adalah suatu rancangan tahapan proses pembelajaran yang dibuat
oleh guru dari awal sampai berakhirnya pembelajaran. sebagaimana, menurut Istarani
(2011) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah semua rangkaian penyampaian
materi pembelajaran yang meliputi tiga macam aspek yaitu, sebelum, sedang, dan
sesudah proses pembelajaran yang disajikan oleh guru serta seluruh fasilitas yang
dibutuhkan terkait dengan materi pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk mencegah berbagai
permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran Problem Based
Leraning. Model pembelajaran Problem Based Leraning adalah model pembelajaran
yang menjadikan sebuah masalah dunia nyata yang bersifat kontekstual sehingga
siswa dapat aktif dalam proses pemecahan masalah tersebut. Sebagaimana, menurut
Duch (1995) model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang mendorong peserta didik untuk belajar secara aktif dalam kelompok untuk
mencari solusi yang dimunculkan dari permasalahan dunia nyata. Permasalahan
tersebut berfungsi untuk merangsang rasa ingin tahu peserta didik pada materi
pembelajaran.
Model Problem Based Learning (PBL) yaitu model pembelajaran yang
bermakna dengan pendekatan pembelajaran pada masalah autentik, sehingga
mendorong pemikiran tingkat tinggi peserta didik (Arends, 2008). Model Problem
Based Learning (PBL) bisa memberikan peluang kepada siswauntuk mengutarakan
ide, memberi pengalaman yang berhubungan dengan ide yang dimiliki peserta didik
(Tiarawati, 2014).
Masing-masing model pembelajaran mempunyai karakteristiknya masing-
masing yang menjadi ciri khas masing-masig model pembelajaran tersebut. Adapun
Abidin (2014) mengatakan ada beberapa karakteristik model Problem Based
Learning (PBL) yaitu : 1) di awal pembelajaran dimunculkan masalah, 2) masalah
tersebut bersifat kontestual dan otentik, 3) tujuan memunculkan masalah tersebut
untuk merangsang peserta didik berpendapat secara multiperspektif, 4) masalah
tersebut untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik,
5) mempergunakan berbagai sumber belajar, 6) berpusat pada pengembangan belajar
mandiri, 7) menitikbertakan pada memecahkan masalah, penguasaan pengetahuan,
dan pemerolehan keterampilan meneliti, 8) kegaitan pembelajaran secara kolaboratif,
kooperatif, dan komunikatif, 9) peserta didik didorong untuk berpikir tingkat tinggi,
yaitu evaluatif, analisis, dan sintesis, 10) pada akhir pembelajaran diberikan evaluasi.
Tidak berbeda dengan model pembelajaran lainnya, model Problem Based
Learning (PBL) juga mempunyai keunggulan dalam pengimplementasian. Trianto
(2009) mengatakan keunggulan model Problem Based Learning, yaitu: 1)
mengembangkan kemahiran memecahkan masalah, 2) penyimpanan konsep lebih
mendalam, 3) mengembangkan sifat mencari tahu peserta didik, 4) materi sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, 5) masalah yang idmunculkan sesuai dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik.
Kemudian Shoimin (2014) mengatakan keunggulan model Problem Based
Learning (PBL) yaitu: 1) siswa mempunyai kecakapan berkomunikasi yang baik
dalam berdiskusi kelompok, 2) siswa mempunyai kecakapan mengukur sejauh mana
kemajuan belajarnya, 3) peserta didik memperoleh sumber belajar dari berbagai
sumber seperti buku, orang, dan internet, d) dalam kelompok peserta didik berpikir
secara ilmiah, 4) permasalahan yang di munculkan sesuai dengan materi yang
diajarkan, 5) siswa mengembangkan kecakapan pengetahuannya melalui belajar,
6)peserta didik dituntut memiliki kecakapan memecahkan permasalahan kehidupan
sehari-hari.
Bersumber dari pemaparan tersebut, penulis memutuskan untuk mengambil
judul penelitian “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Tema 5 di Kelas IV Sekolah
Dasar”.
B. Identifikasi Masalah
Bersumber pada penjelasan di atas, maka permasalahan pada penelitian yang
akan dilakukan bisa diidentifikasi yaitu:
1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang belum cocok dengan materi dan kebutuhan
siswa.
3. Pembelajaran masih teacher center karena guru menggunakan metode ceramah.
4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
5. Guru kurang menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam berdikusi dan
bekerja sama dalam kelompok masing-masing.
6. Siswa belum cakap berpikir secara kritis untuk mengolah informasi dari sumber
belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsug.
7. Tidak diimplemetasikannya pembelajaran yang bersumber pada masalah
menyebabkan peserta didik belum bisa aktif dalam proses pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Bersumber pada penjelasan di atas penting adanya batasan masalah dalam
penelitian ini.penulis membatasi permasalahan atas pengaruh model Problem Based
Learning (PBL) pada pembelajaran tematik terpadu tema 5 di kelas IV Sekolah Dasar.
D. Rumusan Masalah
Bersumber pada batasan masalah yang dikemukakan tersebut, maka rumusan
masalah yang dikemukakan oleh penulis yaitu apakah terdapat Pengaruh model
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik terpadu tema 5 di kelas IV Sekolah Dasar?
E. Asumsi Penelitian
Bersumber pada penjelasan yang dikemukakan di atas, sehingga penulis
berasumsi bahwa dengan menerapkan model Problem Baed Learning (PBL) akan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu tema 5 di
kelas IV Sekolah Dasar.
F. Tujuan Penelitian
Bersumber pada asumsi penelitian yang dikemukakan di atas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL)
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu tema 5 di kelas IV
Sekolah Dasar.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dari segi teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai rujukan dalam
pemecahan masalah atas kendala-kendala dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai
solusinya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Model pembelajaran Problem Based Learning dijadikan sebagai solusi
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Bagi Peserta Didik
1) Supaya peserta didik lebih memahami materi pembelajaran yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning.
2) Dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learningdapat
meningkatkan minat belajar peserta didik serta pembelajaran lebih
bermakna.
c. Bagi Guru
Untuk memperbanyak pengalaman dan wawasan guru dalam mililih
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
materi pembelajaran.
e. Tema 5
Tema 5 terdiri dari 3 subtema, setiap subtema terdapat 6 pembelajaran.
Penelitian yang akan penulis lakukan pada kelas IV tema 5 (Pahlawanku)
subtema 2 (Pahlawanku Kebanggaanku) Pembelajaran 6 dan juga kelas IV
tema 5 (Pahlawanku) subtema 3 (Sikap Kepahlawanan) Pembelajaran 6. Pada
pembelajaran 6 subtema 2 mata pelajaran yang diintegrasikan yaitu Bahasa
Indonesia, PPKN, dan PJOK.
1) Bahasa Indonesia
a) Menguraikan informasi yang terdapat pada teks Ir. Soekarno. Seperti
tokoh, tempat tanggal lahir, pendidikan, sikap yang bisa diteladani, dan
perjuangan yang dilakukan.
2) PPKN
a) Menjelaskan hubungan simbol padi dan kapas dengan sila kelima
pancasila.
b) Menyebutkan penerapan sila kelima pancasila berdasarkan teks Ir.
Soekarno.
c) Menentukan sikap yang menunjukkan penerapan sila ke lima pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
3) PJOK
a) Menyebutkan jenis-jenis luka.
b) Menentukan cara penanggulangan luka karena terjatuh.
c) Menentukan cara penanggulangan luka karena melepuh.
1) Bahasa Indonesia
a) Menguraikan informasi yang terdapat pada teks “Kakek Penyelamat
Lingkungan Tanpa Pamrih”. Seperti tokoh, tempat tanggal lahir, sikap
yang bisa diteladani.
2) PPKN
a) Menjelaskan hubungan simbol padi dan kapas dengan sila kelima
pancasila.
b) Menyebutkan penerapan sila kelima pancasila berdasarkan teks
“Kakek Penyelamat Lingkungan Tanpa Pamrih”.
c) Menentukan sikap yang menunjukkan penerapan sila ke lima pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
3) PJOK
a) Menyebutkan jenis-jenis luka.
b) Menentukan cara penanggulangan luka karena terjatuh.
c) Menentukan cara penanggulangan luka karena melepuh.
B. Penelitian Reevan
Bahwa penelitian tentang PBL sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu,
maka penulis melihat tiga penelitian terdahulu yang pokok permasalahannya hampir
sama dengan penelitian ini akan penulis lakukan yaitu:
1. Marga, dkk (2014) meneliti tentang “Pengaruh Model Problem Based Learning
Dibantu Dengan Media Visual Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kelas
V SDN Gugus II Tapaksiring, Gianyar”. Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Marga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2. Novriyani, Indri (2017) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Based Learning Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Tematik Terpadu Kelas IV Di SDN Kupang Teba Bandar Lampung”. Dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Novriyanti
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
3. Saputri, Ristia (2017) meneliti tentang “Pengaruh model pembelajaran Problem
Based Learning terhadap hasil belajar tematik pada siswa kelas V di SD Negeri 2
Labuhan ratu Bandar Lampung”. Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Saputri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Dari ke tiga penelitian relevan di atas yang telah dilaksanakan oleh peneliti
tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan terdapat variasi hasil belajar
setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning. Perihal tersebut
selaras dengan judul penelitian yang akan penulis gunakan yaitu Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik
Terpadu Tema 5 di Kelas IV Sekolah Dasar.
C. Kerangka Berpikir
Model Problem based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
mendorong peserta didik berpikir kritis, mendapatkan konsep dan pengetahuan yang
mendasar dari materi pembelajaran serta memilki keterampilan pemecahan masalah.
Yang mana masalah tersebut berasal dari masalah dunia nyata. Siswa diharapkan
mampu memecahkan masalah tersebut dalam kelompok masing-masing, karena
proses pembelajaran berorientasi pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai
motivator, dan fasilitator untuk mengarahkan peserta didik untuk memecahkan
permasahan yang berasal dari dunia nyata. Guru dituntut untuk meningkatkan
kompetensi dan peranya untuk menciptakan limgkungan belajar yang menyenangkan
serta efektif sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik yang tinggi.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada penelitian ini, diawali dengan
membagikan soal pre-test kepada peserta didik kelas IV A dan IV B. Kelas IV A
dijadikan sebagai kelas kesperimen sedangkan kelas IV B dijadikan sebagai kelas
Kontrol. Setelah ke dua kelas tersebut di berikan soal pretess, kemudian kelas IV A
sebagai kelas eksperimen diberikan sebuah treatmen berupa penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan kelas IV B sebagai kelas kontrol
tidak diberikan sebuah treatmen atau kelas control hanya diberikan metode
pembelajaran ceramah atau konvensional. Setelah itu kelas eksperimen dan kelas
kontrol tersebut diberikan soal post-test. Kemudian bandingkan hasil belajar ke dua
kelas tersebut. Hasil belajar kelas IV A (kelas eksperimen) diharapkan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas IV B (kelas kontrol) karena kelas IV A diberikan sebuah
treatmen berupa pemberian model pembelajaran Problem Based Learning.
Bersumber pada penjabaran di atas, perhatikan tabel 2.1 di bawah ini :
Kesimpulan Pengamatan
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Hasil Belajar
dibandingkan
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu tema 5 di kelas IV
Sekolah Dasar.
III.METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dipakai pada penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif, karena pada penelitian kuantitatif memakai data-data berupa angka yang
akan diolah menggunakan statistik inferensial. Sebagaimana menurut Arikunto
(2009), penelitian kuantitatif yaitu sebuah penelitian yang memakai angka-angka
sebagai data, yang mana di awali dengan penghimpunan data, penefsiran data, dan
menyajikan data.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksperimen, karena penulis akan memberikan sebuah treatmen atau perlakuan kepada
kelas eksperimen. Sebagimana menurut Sugiyono (2017) mengatakan bahwa metode
penelitian eksperimen yaitu suatu metode penelitian yang dipakai untuk memperoleh
pengaruh atas pemberian sebuah perlakuan terhadap obyek atau subyek dalam
keadaan yang dikendalikan.
Penelitian eksperimen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Quasi
eksperimen Design karena dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel dari luar
yang tidak dapat dikontrol oleh penulis. Sebagaimana menurut Sugiyono (2014)
penelitian Quasi Eksperimen adalah penelitian yang memiliki kelas kontrol, dimana
pada kelas kontrol terdapat variabel-variabel luar yang mempengaruhinya tetapi
penulis tidak bisa berfungsi untuk mengontrol variabel tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control
Group Design. Menurut Sugiyono (2016) Nonequivalent Control Group Design
adalah sebuah desain Quasi Eksperimen yang memberikan soal pre-test dan post-tes
kepada kelas eksperimen dan sampel kemudian bandingkan hasil dari ke dua kelas
tersebut, yang mana untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
dipilih secara acak.
Desain penelitian Nonequivalent Control Group Design menurut Sugiyono
(2012) dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Desain penelitian Nonequivalent Control Group Design
Sekolah
SD Islam Al Muttaqin
SDIT Cahaya Pelangi
SDN 01 Talawi Mudik
SDN 02 Talawi Hilir
SDN 03 Tumpuk Tangah
SDN 04 Rantih
SDN 05 Tigo Tanjung
SDN 06 Bukit Gadang
SDN 07 Talawi Hilir
SDN 08 Kumbayau
SDN 09 Talawi Hilir
SDN 11 Sikalang
SDN 12 Talawi Mudik
SDN 13 Salak
SDN 14 Kumbayau
SDN 15 Kumanis Atas
SDN 16 Sikalang
SDN 18 Batu Kuali
SDN 19 Sijantang Koto
Total
Sumber : http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/
2. Sampel
Sampel merupakan wakil atau sebagian dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2014). Sampel yang akan dipilih memakai teknik probability sampling
dengan jenis simple random sampling karena penentuan kelas sampel dilakukan
dengan cara acak, yang mana ke sembilan belas (19) nama SD di Kecamatan
Talawi Kota Sawahlunto tersebut dilakukan pengundian untuk menentukan
sampel.
Jadi kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas IV SDIT Cahaya
Pelangi Kota Sawahlunto.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang di pakai dalam penelitian. Sebagaimana
menurut Syofian (2017) instrument penelitian adalah sebuah alat yang dapat dipakai
untuk mendapatkan, mengolah, serta menginterprestasikan keterangan yang
didapatkan dari subyek penelitian. Istrumen penelitian yang akan digunakan yaitu
instrument tes karena subyek penelitian akan diberikan soal pre-test dan post-test
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrument tes ialah subuah alat yang
digunakan untuk mengukur kemampuan subyek penelitian. Sebagaimana menurut
Sanjaya (2014) mengatakan bahwa instrument tes ialah alat untuk menyatukan data
mengenai kompetensi obyek atau subyek penelitian dengan cara pengukuran,
contohnya seorang peneliti ingin mengukur kognitif subyek penelitian mengenai
penguasaan konsep pembelajaran tertentu, maka digunakan tes tertulis berupa soal-
soal sesuai dengan materi pembelajaran, sedangkan untuk menilai kompetensi subyek
penelitian dalam memakai alat tertentu, maka digunakan tes keterampilan memakai
alat tersebut (Sanjaya, 2014)
Bentuk tes yang diberikan yaitu soal pilihan ganda, skor yang diberikan, setiap
jawaban benar mendapat skor 1 dan jawaban salah mendapat skor 0.
Pemberian tes ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh pengetahuan siswa dan
bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning.
Sesudah instrumen tes tersusun selanjutnya akan diuji cobakan kepada kelas
yang tidak sebagai subjek penelitian dan kelas yang lebih tinggi dibandingkan kelas
subyek penelitian. Tes uji coba ini dilakukan untuk memperoleh persyaratan tes yaitu
daya pembeda, tingkat kesukaran soal, uji validitas, dan reliabilitas. Tes ini akan
diujicobakan pada kelas IV SD Negeri 11 Sikalang karena SD Negeri 11 Sikalang
merupakan salah satu sekolah yang termasuk dalam Kecamatan Talawi Kota
Sawahlunto serta SD Negeri 11 Sikalang juga menggunakan kurikulum yang sama
dengan SDIT Cahaya Pelangi Kota Sawahlunto yaitu kurikulum 2013. Setelah
dilakukan uji coba instrumen, kegiatan selanjutnya yaitu menganalisis hasil uji coba
instrumen.
Selesai dilaksanakan uji coba instrumen tes, maka langkah berikutnya adalah
menganalisis hasil uji coba yang bermanfaat untuk melihat validitas soal, reliabiilitas
soal, daya beda soal, serta taraf kesukaran soal.
1. Uji Validitas
Validitas ialah untuk mengukur sejauh mana sebuah alat ukur dapat
mengukur sesuatu yang ingin di ukur (Syofian, 2017).
Sebuah instrument dapat dikatakan valid apabila memiliki validitas yang
tinggi. Pengujian validitas tes memakai korelasi Product Moment yang dijabarkan
Person, perhatikan rumus di bawah ini :
n( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ {n . ∑ X }. { n . ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2
Penjelasan :
Tolak ukur pengujian terhadap sebuah alat ukur dapat dinyatakan valid
apabila rhitung > rtabel dengan taraf nyata 0,05 namun apabila rhitung < rtabel dapat
dinyatakan bahwa alat ukur tersebut tidak valid. Dapat dilihat pada tabel 3.3 di
bawah ini :
2. Reliabilitas
Reliabilitas ialah berguna untuk melihat seberapa jauh hasil pengukuran
tetap stabil, jika pengukuran tersebut dilakukan sebanyak dua kali atau lebih
terhadap suatu gejala yang sama dengan memakai alat ukur yang sama juga,
masih tetap menghasilkan data yang sama (Syofian, 2017).
Pada penelitian ini akan menggunakan metode belah dua genap-ganjil
karena jika menggunakan metode belah dua awal akhir, skor yang diperoleh tidak
akurat karena biasanya penyusunan butir soal pada soal-soal awal lebih mudah
sehingga dapat dijawab oleh seluruh subyek penelitian sedangkan soal-soal akhir
cenderung susah sehingga soal tersebut tidak bisa di jawab oleh subyek penelitian,
oleh karena itu penulis memilih menggunakan metode genap ganjil supaya skor
yang diperoleh itu .akurat atau konsisten.
Rumus yang akan digunakan yaitu rumus Korelasi Product Moment (skor
reabilitas setengah tes saja) untuk mengetahui reabilitas seluruh tes harus
memakai rumus Spearman Brown
n( ∑ XY )−(∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ {n .∑ X −( ∑ X ) }. {n .∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2
2 x rxy
r11 =
1+rxy
berdasarkan patokan dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini :
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
3. Daya Pembeda
Daya beda soal ialah kemampuan soal untuk dapat membedakan
kemampuan intelegensi peserta didik yang tinggi dengan kemampuan intelegensi
peserta didik yang rendah (Arikunto, 2010).
Teknik yang dipakai untuk menghitung daya pembeda ialah mengurangi
rata-rata kelompok atas yang menjawab betul dan rata-rata kelompok bawah yang
menjawab betul.
Rumus yang digunakan untuk menguji daya pembeda soal ialah :
BA BB
D= − =P A−P B
JA JB
Penjelasan :
J = Total subyek penelitian
JA = jumlah subyek penelitian kelompok atas
JB = Jumlah subyek penelitian kelompok atas
BA = Jumlah subyek penelitian kelompok atas yang menjawab soal dengan betul
BB = Jumlah subyek penelitian kelompok atas yang menjawab soal dengan betul
P = Indeks Kesukaran
BA
=
PA = J A Perbandingan subyek penelitian kelompok atas yang menjawab betul
BB
PB = J B = Perbandingan subyek penelitian kelompok bawah yang menjawab
betul.
Tolak ukur daya pembeda berdasarkan patokan dapat dilihat pada tabel 3.4 di
bawah ini :
Tabel 3.4 Tolak Ukur Daya Pembeda
Penjelasan:
Tolak ukur yang digunakan pada indeks kesukaran soal ini yaitu semakin
besar indeks kesukaran sebuah soal maka soal tersebut mudah, sedangkan
kebalikannya semakin kecil indeks kesukaran soal, maka soal tersebut sulit.
Berdasarkan patokan dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini :
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ialah proses mengumpulkan data yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Menurut Syofian (2017) mengatakan bahwa pengumpulan
data bertujuan untuk memperoleh data yang dilakukan secara sistematis dan standar,
dalam melakukan pengumpulan suatu data ada hubungan antara masalah yang
penelitian yang akan dipecahkan dengan metode pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes dengan membagikan
instrument tes yang terdiri atas soal atau seperangkat pertanyaan untuk mendapatkan
data yang berhubungan dengan kempetensi subyek penelitian pada aspek pengetahuan
(Lestari dan Yudhanegara, 2015).
Langkah-langkah yang dilakukan pada pengumpulan data yaitu 1)
memberikan soal pre-test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk
mengetahui kompetensi awal subyek penelitian sebelum diberikan sebuah treatmen
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning, 2) kemudian memberikan sebuah treatmen kepada kelas eksperimen
yaitu melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan sebuah treatmen (proses
pembelajaran menggunakan model konvensional), 3) selanjutnya memberikan soal
post-test kepada kelas eksperimen dan kontrol, yang hasilnya akan di analisis untuk
menguji hipotesis.
1) Data
X 1 , X 2 X 3 . .. , X n dijadikan bilangan baku Z 1 , Z2 , Z 3 .. ., Z n dengan
menggunakan rumus :
Xi− X
Zi=
S
Penjelasan :
Z i = Bilangan baku
2) Kemudian lihat daftar distribusi normal baku untuk tiap bilangan baku
banyaknyaZ 1 , Z 2 , Z 3 , . .. Z n yang≤zi
S ( zi) =
n
5) Pilih nilai yang paling besar diantara nilai-nilai mutlak selisis. Nilai
terbesar ini dinamakan L0. Pada uji Lilliefors patokan pengujian yaitu :
b. Uji Homogenitas
homogenitas ialah sebuah pengujian mengetahui sama atau tidaknya data yang
akan digunakan.
VariansTerbesar
Fhitung =
VariansTerkecil
4) Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikan (α) dimana Dk1 = Dkpembilang = na
6) Kemudian buat keismpulan jika Fhiung < Ftabel maka data tersebut homogen.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dapat digunakan jika data data berdistribusi normal dan
homogen. Jika data tersebut tidak berdistrubusi normal dan homogen maka akan
digunakan statistik non parametik dengan teknik uji mann-whitney U. Rumus uji
hipotesis yang akan digunakan yaitu rumus t-test. Adapun rumus yang t-test yang
x 1−x 2
t=
√
S 1 1
+
n1 n 2
dimana : S=
√ ( n1−1 ) S 21 + ( n2−1 ) S22
n1 +n 2−2
Keterangan:
2
s2 = variansi kelas control
Hipotesis nihil (H0) dan Hipotesis alternative (H1) yang akan diajukan
yaitu:
Sawahlunto.
Sawahlunto.
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Sutama, I. W. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Kelas 1 dan Kelas
2 Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 17(1), 32-40.
Amir, M. Taufiq. (2008). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana.
Arends, I Richard. (2008). Learning to Teach. (Diterjemahkan oleh: Helly dan Sri).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta..
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, J. S., Collins, A., & Duguid, P. (1989). Situated Cognition And The Culture Of
Learning. Education researcher, 32-42.
Damayanti, Putri. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Gasil Belajjar Siswa Kelas V Pada Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 2 Di
Sd Negeri Tegalrejo 2. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasan, M. Iqbal. 2012. Pokok-pokok Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2013. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. (2015). Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung : Reflika Aditama.
Monika, Sella. (2018). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(Pbl) Terhadap Hasil Belajar Tematikterpadu Peserta Didik Kelas V Di SDN 2
Labuhan Ratu Bandar Lampung. Skripsi.. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Novriyani, I. (2017). “Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Terpadu Di Kelas IV Sd Negeri 1 Kupang Teba
Bandar Lampung”. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung
Nuraini, F. (2017). Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 SD. E-Jurnal mitra pendidikan, 1(4), 369-379.
Prastowo, Andy. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Tematik- Panduan Lengkap Aplikatif.
Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI)
Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. (2014). Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sari, Purnama. (2017). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Iv Sd Negeri 2 Metro Selatan. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Bandar Lampung Universitas Lampung.
Sastrawan, I. K. M., Zulaikha, S., & Putra, D. K. N. S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
PBL berbantuan Media Visual Animasi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Gugus II Tampaksiring Gianyar. MIMBAR PGSD Undiksha, 2(1).
Saud, Udin dkk. (2013). Konsep Dasar Pembelajaran Tematik.. Jakarta : wordpres.com.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suliyati, S., Mujasam, M., Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Penerapan model PBL
menggunakan alat peraga sederhana terhadap hasil belajar peserta didik. Curricula:
Journal of Teaching and Learning, 3(1).
Sutirjo dan Mamik, Sri. (2005). Tematik : Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum. Malang :
Banyumedia Publising
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media.
Supardi. (2013). Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang Lebih
Komprehensif. Jakarta: Change Publication.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam
KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Temati Bagi Anak Usia Dini TK/RA &
Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Usman, Husaini & Purnomo (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wafiqni, N., & Nurani, S. (2018). Model Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan
Lokal. AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 10(2), 255-270.
Waslina, E., Farida, F., Fitria, Y., Mudjiran. (2019). Pengaruh Penerapan Model Problem
Based Learning Terhadap Hasil Belajar Tematik Terpadu Di Kelas IV Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu, 2, 643-650.
Wulandari, B., & Surjono, H. D. (2013). Pengaruh problem-based learning terhadap hasil
belajar ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2).