Anda di halaman 1dari 25

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI

PEKERTI MATERI KISAH TELADAN NABI DAUD AS DAN NABI SULAIMAN AS


MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 1
DI SDN MEGONTEN 1 KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN
PELAJARAN 2022/ 2023

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :
DESI RAHMA FAUZIYAH

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN
UIN WALISONGO SEMARANG
2022
A. JUDUL
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
Materi Kisah Teladan Nabi Daud As Dan Nabi Sulaiman As Menggunakan
Problem Based Learning Pada Siswa Kelas V Semester 1 Di SDN Megonten 1
Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2022/ 2023
B. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran PAI mestinya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa memperoleh pemahaman
mendalam tentang alam sekitar dan prospek pengembangan lebih lanjut dapat
menerapkannya di dalam kehidupan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PAI
di sekolah seharusnya melibatkan aspek sikap, proses, produk, dan aplikasi,
sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena lingkungan sekitar melalui kegiatan pemecahan masalah, metode
ilmiah, dan meniru kerja ilmuwan dalam menemukan fakta baru.
Kecenderungan pembelajaran PAI saat ini, siswa hanya mempelajari PAI
sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum, serta berorientasi pada
hafalan. Akibatnya, sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam
pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak
berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada
pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered, guru hanya
menyampaikan PAI sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual.
Fakta di lapangan menunjukan bahwa siswa cenderung malas berfikir secara
mandiri. Masalah utama dalam pembelajaran di SDN Megonten 1 adalah masih
rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini tampak dari rata-rata hasil penilaian
harian PAI kelas V yang belum memenuhi nilai standar KKM. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar
70. Hasil ulangan harian kelas V pelajaran PAI materi Kisah Teladan Nabi
Daud as dan Nabi Sulaiman as sebanyak 13 siswa dari 32 siswa masih mendapat
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada materi Kisah Teladan
Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as sebanyak 41 % siswa belum memenuhi
KKM.
Melihat kondisi di atas proses pembelajaran di SDN Megonten 1
aktivitas belajarnya masih rendah, sehingga hasil belajar siswa rendah. Untuk
mengatasi masalah tersebut perlu adanya inovasi metode belajar yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan adanya aktivitas yang tinggi
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dibutuhkan suatu pembelajaran yang
efektif. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan problem based learning
yakni metode pembelajaran yang berbasis teori belajar konstruktivistik yang
dikenalkan oleh John Dewey.
Sehubungan dengan hal di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
sekaligus judul dalam penelitian mengenai “Peningkatan hasil belajar materi
Kisah Teladan Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as melalui problem based
learning pada kelas 5 SDN Megonten 1 tahun pelajaran 2022/2023”.

C. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis bisa merumuskan
masalah “Apakah problem based learning dapat meningkatkaan hasil belajar
siswanya pada mata pelajaran PAI materi Kisah Teladan Nabi Daud as dan Nabi
Sulaiman as di SDN Megonten 1 Kabupaten Demak Tahun Pelajaran
2022/2023 ?”

D. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki
tujuan Untuk mengetahui apakah problem based learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SDN Megonten 1 Tahun Pelajaran 2022/2023 pada
pokok bahasan Kisah Teladan Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi pembaca
Menambah pengetahuan pembaca tentang metode pembelajaran
Problem based learning yang dapat digunakan sebagai alternatif metode
mengajar.
b. Bagi Peneliti berikutnya
Dapat digunakan sebagai bahan masukkan bagi peneliti-peneliti lain
yang melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran PAI
2) Siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
memahami materi pelajaran sehingga nilai hasil belajarnya
meningkat.
b. Bagi Guru
Untuk menambah pengetahuan guru tentang problem based learning
yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini memberikan sumbangan bagi sekolah dengan masukan
dan perbaikan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI di
kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah pada umumnya.

F. Kajian Pustaka
1. Problem based learning
a. Pengertian problem based learning
Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa adalah problem based learning.
Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa
mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi. Metode ini mempersiapkan
siswa untuk berpikir kritis dan analitis, untuk mencari serta
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Amir, 2010 : 21).

Adapun alasan pemilihan metode problem based learning


sebagai langkah pemecahan masalah hasil pembelajaran mata
pelajaran PAI yang masih rendah pada materi perilaku penyayang
terhadap lingkungan di kelas V SD Negeri Megonten 1 yaitu:

1. Problem based learning merupakan salah satu pendekatan


pembelajaran saintifik.
Sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang ini
yaitu kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan
9
mengkomunikasikannya.

Artinya, pendekatan saintifik dimaksudkan untuk


memberikan pemahaman pada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari manasaja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru.

Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan


tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi
tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
ketrampilan proses sepertimengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam pembelajaran
diharapkan peran siswa dalam proses pembelajaran akan semakin
aktif dan memperoleh pengalaman belajar.

2. Menurut Rusman mengutip dari Boud dan Feletti (1997)


mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Bahwa kurikulum
PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan
belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, refleksi,
kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan
memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan
keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan
10
yang lain.
3. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran
yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah juga
dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap
11
hasil maupun proses belajar.

Keterlibatan siswa dimulai dari kegiatan merencanakan,


membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan
berupa produk dan laporan pelaksanaanya. Model Pembelajaran ini
lebih menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa
terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan
sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan
persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai
pelaku utama dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil
kegiatan (student centered).
Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk
belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-
hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan
dipelajarinya. Permasalahan yang diajukan pada model Problem Based
Learning, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan”.
Permasalahan dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.
Fokusnya adalah bagaimana siswa mengidentifikasi isu pembelajaran
dan selanjutnya mencarikan alternatif-alternatif penyelesaian.
b. Karakteristik Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem based learning memiliki lima
karakteristik yang membedakannya dengan model-model pembelajaran
lain, yaitu :
1) Learning is student centered, yaitu proses pembelajaran lebih
menitikberatkan kepada siswa sebagai pembelajar. Teori
konstruktivisme dalam model pembelajaran Problem based learning
menuntut siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuannya
sendiri melalui beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan.
2) Authentic problems from the organizing focus for learning, masalah
yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga
siswa dengan mudah mampu memahami masalah tersebut serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya.
3) New information is acquired through self-directed learning. Dalam
proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa
berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku
atau informasi lainnya.
4) Learning occurs in small group, agar terjadi interaksi ilmiah dan
tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan pengetahuan secara
kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok
yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan
tujuan yang jelas.
5) Teachers act as facilitators Pada pelaksanaan PBM, guru hanya
berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu
memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka
agar mencapai target yang hendak dicapai.
Karakteristik pembelajaran di atas menunjukkan bahwa
proses pembelajaran pada model Problem based learning memiliki tiga
unsur esensial yaitu; 1) Adanya permasalahan, 2) Pembelajaran
berpusat pada siswa, dan 3) Belajar dalam kelompok kecil
berkolaborasi dengan teman lainnya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan, demikian dengan Problem based learning pun memiliki
kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan Problem based learning
adalah ; a). Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; b).
Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika
memecahkan masalah; c). Mengembangkan kemampuan sosial dan
keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan
bekerja dalam tim; d). Mengembangakan keterampilan berpikir ilmiah
tingkat tinggi/kritis; e). Mengintegrasikan teori dan praktek yang
memungkinkan peserta didik menghubungkan pengetahuan lama
dengan pengetahuan baru; f). Meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar mandiri; g). Melatih peserta didik terampil mengelola waktu; h).
Melatih peserta didik dalam pengendalian diri; i). Membantu cara
peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. (Istiqomah (2018, 211)
Sedangkan kelemahan model pembelajaran Problem based
learning diantaranya ; a). Manakala siswa tidak memiliki minat atau
siswa berasumsi bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka akan merasa enggan untuk mencoba; b). Keberhasilan model
pembelajaran melalui Problem based learning membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan; c). Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha
memecahkan masalah yang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar
apa yang ingin dipelajari.
d. Tahapan pelaksanaan Problem based learning (PBL)
1) Orientasi peserta didik terhadap masalah
Pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas yang akan dilakukan agar peserta didik tahu apa tujuan
utama pembelajaran, apa permasalahan yang akan dibahas,
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini
untuk memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru harus bisa
memberikan motivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih
2) Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang telah orientasi, misalnya membantu peserta didik
membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca
masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian
mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah yang ditemukan
tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melaksanakan
eksperimen, menciptakan dan memberikan ide mereka
sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu peerta didik dalam menganalisis
data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data
dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan
berdasarkan kategorinya. Peserta didik memberi argumen terhadap
jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat dalam bentuk
laporan, video, atau model.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya. Guru dan peserta didik menganalisis dan
mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan
setiap kelompok.
Setelah selesai pembelajaran, guru memberikan penguatan,
Dengan demikian peserta didik memiliki konsep yang bulat tentang
kompetensi dasar yang dipelajari.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga
terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar
itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha
menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan
dalam bentuk raport pada setiap semester.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang
telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan
evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada
kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar
mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa
menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di
sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar
Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi
kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan
tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan
keberhasilan siswa.
Menurut Purwanto (2011 : 46) hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hafalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam domain
afektif hasil belajar meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi, dan karakterisasi. Sedang domain psikomotorik terdiri dari
level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks dan kreativitas.
Menurut Arsyad (2005 : 1) pengertian hasil belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan, atau sikapnya. Perubahan diarahkan pada diri peserta
didik secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap.
Menurut Aqib (2010 : 51) hasil belajar berupa perubahan
perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
Karena menurut Driscoll dalam Smaldino (2011 : 11) belajar
didefinisikan sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang
berasal dari pengalaman pembelajar dan interaksi pembelajar dengan
dunia.
Menurut Dimyati (2006 : 20) pengertian hasil belajar
merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak
pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil
belajar peserta didik yang dapat diukur dengan segera atau secara
langsung. Dampak pengiring adalah hasil belajar peserta didik yang
tampak secara tidak langsung atau merupakan transfer hasil belajar.
Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
Menurut Sudjana (2009 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitif
lah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan
dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku peserta didik yang terjadi setelah mengikuti
pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif (kemampuan
hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif
(penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan
psikomotorik (persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks dan kreativitas). Hasilnya dituangkan dalam bentuk
angka atau nilai.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan
pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu
proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan
masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan
persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila
tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan
suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang
ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan
balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena
itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya
memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
b. Indikator Hasil Belajar Siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1) Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang
diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran
ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan
Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang
banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum
Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan
saya uraikan dibawah ini, yaitu :
1) Faktor internal (factor dalam diri)
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang
pertama adalah Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil
belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu
dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga.
Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka
tidak sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek
psikologis ini meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan
kepribadian. Faktor psikologis ini juga merupakan factor kuat dari
Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap,
minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh faktor
psikologi diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus
mendapat suplai motivasi dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan
memantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah. Berprestasi
Lah.
2) Faktor eksternal (faktor di luar diri)
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh
faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:
a) Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan
masyarakat.
Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang
bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan manusia
disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan
sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi
sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman
sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah
laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita.
Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan
yang lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan
teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu
kalian bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar.
Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan
Hasil belajar. Kualitas guru di kelas, bisa mempengaruhi
bagaimana kita belajar dan bagaimana minat kita terbangun di
dalam kelas. Memang pada kenyataannya banyak siswa yang
merasa guru mereka tidak memberi motivasi belajar, atau
mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini
berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil
belajar seseorang. Biasanya seseorang yang memiliki keadaan
keluarga yang berantakan (broken home) memiliki motivasi
terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan
pada pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan.
Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah keluarga kalian
surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa
tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin
yang kuat, mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para
orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam
kelas.
Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang
yang hidup di masyarakat akademik mereka akan
mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan
masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola
pikir seorang untuk berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala
aktifitas masyarakatnya mempengaruhi tindakan seseorang,
begitupun juga berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa.
b) Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah,
peralatan, alam (cuaca). Non-sosial seperti hal nya kondisi rumah
(secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan
yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi
Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk
sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli
teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan
prestasi temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus,
dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya biasa
saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam,
berpengaruh terhadap hasil belajar.
3) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan dan teknik mengajar seorang guru bisa
mempengaruhi tinggi rendahnya minat dan hasil belajar siswa.
Seorang guru kadang tidak memahami cara dan teknik mengajar
yang baik. Hal ini akan membuat siswa kehilangan minat belajar
juga tujuan pengajaran yang dirumuskan oleh guru tidak akan
tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan oleh guru, maka guru harus mengetahui, mempelajari
dan menguasai metode mengajar sehingga dapat dipraktekkan pada
saat guru mengajar.
d. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-
121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil
belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat
digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa
pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran
tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil
tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dalam waktu tertentu.
2) Tes Sub Sumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya
adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil
tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama
satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah
untuk menentukan taraf atau tingkat keberhasilan belajar siswa
dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat
(rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

3. Kisah keteladanan Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as


a. Kompetensi Dasar Materi Kisah keteladanan Nabi Daud as dan Nabi
Sulaiman as
Pada penelitian ini penulis mengambil materi kisah Keteladanan
Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as dengan Kompetensi Dasar :
1.12 Meyakini kebenaran kisah Nabi Daud a.s.
1.13 Meyakini kebenaran kisah Nabi Sulaiman a.s.
2.12 Menunjukkan sikap berani sebagai implementasi pemahaman kisah
keteladan Nabi Daud a.s.
2.13 Menunjukkan sikap rendah hati sebagai implementasi dari pemahaman
kisah keteladan Nabi Sulaiman a.s..
3.12 Memahami kisah keteladanan Nabi Daud a.s.
3.13 Memahami kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s.
4.12 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Daud a.s.
4.13 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s
b. Kisah keteladanan Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as
1. Kisah Teladan Nabi Daud as
Keteladanan Nabi Daud merupakan salah satu kisah inspirasi yang
patut untuk dicontoh oleh setiap umat muslim. Perlu Anda ketahui, Nabi Daud
merupakan makhluk pilihan dan utusan-Nya. Allah memberi berbagai
keistimewaan, harta yang berlimpah, serta menjadikannya sebagai raja.
Daud juga merupakan ayah dari sosok nabi yang terkenal akan
kekuasaannya, dia adalah Sulaiman. Silsilah keluarganya juga berasal dari
keturunan Nabi Ibrahim. Lebih tepatnya adalah keturunan ke-12 dari garis
ayah. Allah juga menyebutkan nama Daud dalam Al-Qur’an.

Kisah keteladanan Nabi Daud bermula ketika ia menjadi


seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia juga termasuk sebagai
salah satu anggota pasukan Thalut yang akan menghadapi Raja Jalut.
Sebenarnya Daud bukanlah tentara, hanya penggembala kambing
saja. Daud menyadari bahwa kemenangan itu tidaklah mutlak terpaku
pada senjata serta kekuatan, melainkan berkaitan dengan keimanan
kepada Allah SWT yang merupakan Sang Maha Kuasa. Inilah
keteladanan Nabi Daud as
Jika banyak orang yang mengatakan bahwa perang menang
menggunakan kekuatan serta alat, tidak dengan Daud yang
mengatakan bahwa kemenangan itu bisa diraih melalui keimanan
kepada Allah SWT. Menyadari akan hal tersebut, mulailah Daud yang
kecil duel melawan Jalut. Peperangan tersebut menggunakan baju besi
serta pedang. Selain itu, dengan bermodalkan ketapel serta batu, Daud
meluncurkan serangan menuju ke arah lawan yang terkenal dengan
kesombongan bahkan tidak beriman kepada Allah SWT. Ketika Daud
meyakini semuanya dengan sungguh-sungguh, ia juga tidak
mempunyai rasa takut sedikitpun untuk melawan Jalut. Padahal Jalut
itu mempunyai perawakan tidak seperti manusia awam pada
umumnya, melainkan seperti raksasa. Tubuhnya besar, tinggi, juga
kuat. Disebabkan keyakinan Daud kepada-Nya, Allah membantunya
dalam meluluhlantakkan Jalut. Inilah keteladanan Nabi Daud yang
baik dan pantas untuk kita contoh serta amalkan dalam kehidupan.
Sebab prestasinya tersebut, Daud diangkat menjadi pemimpin
pasukan. Meskipun begitu, hal tersebut tidaklah membuat ia menjadi
senang dengan apa yang telah ia dapatkan. Apa yang sudah Nabi Daud
lakukan tentunya berbanding terbalik dengan kebiasaan manusia
zaman sekarang. Jika Daud tidak senang ketika ia naik jabatan,
manusia zaman sekarang justru mendambakan akan hal ini.
Mereka lebih senang dipuji, naik jabatan, dan gila akan harta
dunia. Bahkan tidak sedikit pula yang tidak mengingat bahwa semua
itu bersumber dari Allah semata. Hal ini juga yang menjadi
keteladanan Nabi Daud.

2. Kisah Teladan nabi Sulaiman as


Nabi Sulaiman (A.S.) Adalah anak dari Nabi Dawud (A.S.).
Nabi Dawud (A.S.) adalah seorang Nabi dan sekaligus seorang raja.
Nabi Sulaiman (A.S.) Memiliki beberapa kemampuan khusus.
Sulaiman (A.S.) memahami bahasa semua burung dan juga bisa
berbicara dengan mereka.
Allah (swt) telah memberkatinya dengan berlimpah untuk
memerintah kerajaannya. Dia memiliki pasukan jin, manusia, burung,
hewan liar yang sangat besar bersama dengan pengetahuan yang
sangat besar tentang banyak hal lainnya.
Suatu hari Sulaiman (A.S.) Sedang berjalan menuju lembah
dengan pasukannya yang sangat besar. Saat melihat pasukan besar
memasuki lembah, seekor semut berteriak dan memperingatkan semut
lain tentang kedatangan mereka. Dia menyuruh mereka untuk pindah
dan pergi ke rumah mereka, agar mereka tidak diinjak-injak oleh
pasukan tersebut. Nabi Sulaiman (A.S.) kemudian mendengar suara
semut yang ribut itu. Dia berterima kasih kepada Allah karena
memberinya kemampuan khusus untuk memahami makhluk hidup.
Dia berdoa:
Rabbi Awzi’ni an ashkura ni’matakallati an’amta ‘alayya wa’ala
waalidayya wa an a’aamal saalihan tardaahu wa’adqilni bi rahmatika
fi ibadika-saaliheen. Quran (27: 17-19)
Dalam doa ini dia meminta kepada Allah untuk memungkinkan
dia berterima kasih kepada Allah atas nikmatnya pada dia dan orang
tuanya dan juga memungkinkan dia untuk melakukan perbuatan baik
yang menyenangkan Allah dan menjadikannya di antara hamba-
hamba yang saleh.
Pesan moral yang disampaikan adalah ketika Allah (swt)
memberkati kita dengan hal-hal yang baik kita harus selalu bersyukur
sebagaimana Nabi Sulaiman (A.S.) Selalu bersyukur kepada Allah
sebagai seorang Muslim yang taat. Nabi Sulaiman adalah nabi yang
senang berkomunikasi dengan rakyatnya, walaupun rakyatnya
(hanya) beberapa ekor semut. Ketika pasukan jin, manusia dan
burung-burung sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut
bernama Jarsan:“Wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-
sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari”. (QS. An-Naml: 18)Mendengar
hal ini, Nabi Sulaiman bertanya: 'Mengapa engkau berkata seperti itu?
Maka Jarsan berkata: “Mohon maaf wahai Nabi, saya akan
memerintah yang lain”. Maka Jarsan berkata pada warga semut:
“Wahai para semut, marilah kita minggir berbaris rapi untuk
menyaksikan iring-iringan pasukan Nabi Sulaiman”.selain berbicara
dengan binatang nabi sulaiman juga memiliki Kemampuan
mengendarai angin ini merupakan kendaraan yang paling cepat di
antara kendaraan manapun. Akan tetapi justru dengan kekuasaannya
yang amat agung dan besar seakan tidak terbatas. Namun hal ini tetap
membuat nabi Sulaiman tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
G. Rumusan Hipotesis
Dari kerengka teori di atas maka dapat dapat dibuat kerangka
teori sebagai berikut:
1. Melalui metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
PAI.
2. Melalui metode problem based learning dapat meningkatkan keaktifan
belajar

H. Metode Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat
sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang
diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Pihak yang dijadikan subjek
penelitian di sini adalah siswa Kelas V SDN Megonten1 Kecamatan
Kebonagung kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2022 / 2023 berjumlah 32
siswa.
Objek Penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus
Bahasa Indonesia; 1989: 622). Menurut (Supranto 2000: 21) objek
penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi
atau barang yang akan diteliti. Kemudian di pertegas (Anto Dayan 1986:
21), Adapun objek penelitian dalam tulisan ini adalah hasil belajar siswa
pada materi keteladanan nabi daud as dan Nabi sulaiman as pada Kelas V V
SDN Megonten1 Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Tahun
Pelajaran 2022 / 20232.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dirancang melalui tiga siklus dan pada setiap
siklus dilaksanakan satu kali pembelajaran dengan alokasi waktu 4x35
menit, setiap siklus yang dilakukan mengacu kepada perubahan dalam
pembelajaran agar menjadi lebih baik lagi dalam proses maupun hasilnya,
sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. PTK juga memiliki
prosedur atau aturan yang perlu diperhatikan. Prosedur tersebut digunakan
dalam melaksanakan PTK. Satu siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun deskripsi
dilakukan pada setiap siklusnya desain penelitian tindakan kelas (PTK)
dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Kemmis dan Mctaggart: 1982).

Dari gambar di atas dapat diuraikan prosedur penelitian tindakan kelas


sebagai berikut:
a) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat perencanaan :
1) Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
menentukan materi yang diajarkan dengan model PBL yang
berpedoman pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi.
2) Pembuatan perangkat pembelajaran yang diperlukan (pemetaan,
silabus, RPP) yang berpedoman pada Permendiknas nomor 41 tahun
2007 tentang Standar Proses.
3) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) dan alat peraga yang akan digunakan selama proses
pembelajaran di kelas.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Menyusun instrumen tes untuk setiap siklus
b) Tindakan
Dalam tahap tindakan, peneliti menerapkan model pembelajaran
problem based learning ( PBL ) sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, dalam pelaksanaanya dilakukan
pada siklus 1, 2, 3
c) Pengamatan
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati antara lain keaktifan
dan perhatian siswa serta sejauh mana model pembelajaran dapat
meningkatkan proses pembelajaran.
Pengamatan juga dilakukan untuk mengamati aktivitas guru selama
menerapkan model pembelajaran kontekstual. Dalam kegiatan ini,
peneliti berkolaborasi dengan guru lain yang dijadikan sebagai guru
pendamping atau teman sejawat.

d) Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang didapat dalam setiap
siklus untuk selanjutnya dianalisis sehingga diperoleh suatu kesimpulan
tentang pelaksanaan tindakan. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut,
dapat diketahui apakah penelitian telah mencapai keberhasilan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan, perhatian
dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
2) Kajian dokumen
Kegiatan yang dilakukan dalam kajian dokumen antara lain mengkaji
KKM, daftar nilai, silabus, Observasi, hasil wawancara, dan RPP
3) Tes
Tes digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa jauh
kemampuan yang diperoleh siswa sebelum diterapkan model
pembelajaran Problem based learning ( PBL ) dan sesudah diterapkan
model pembelajaran Problem based learning ( PBL ) siswa kelas V
SDN Megonten 1Kecamatan Demak Kabupaten Demak
4) Perekaman
Perekaman dilakukan dengan foto untuk memperjelas deskripsi
berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti dalam model
Problem based learning ( PBL )
5) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat siswa tentang
pembelajaran PAI BP khususnya materi Kisah Keteladanan Luqman
AL Hakim. Hasil wawancara dijadikan pertimbangan dalam
melakukan tindakan.

b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
1) Non tes
Lembar observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pada saat diterapkan
model Problem Based Learning.

No Nama Keaktifan Motivasi Kreativitas Nilai Predikat


1 2 3 1 2 3 1 2 3

Jumlah
Kategori

2) Tes
Tes yang akan diberikan pada siswa dalam penelitian adalah tes awal
siklus dan tes akhir siklus (tes formatif). Tes awal siklus digunakan untuk
mengetahui nilai sebelum siklus. Sedangkan tes akhir siklus/ tes formatif
dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan
model Problem Based Learning. Materi yang dijadikan bahan tes adalah
materi yang diajarkan pada siklus sebelumnya.
4. Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
b. Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
komparatif dan teknik analisis kritis dengan uraian sebagai berikut :
1) Teknik deskriptif komparatif
Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk
menggambarkan dan membandingkan hasil sebelum pemberian
tindakan dan setelah pemberian tindakan dalam setiap siklus
2) Teknik Analisis Antar Siklus
Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil
belajar siswa, baik peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun
peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-masing siswa. Hal itu
dapat dilihat dari peningkatan persentase penguasaan dan
kategori hasil belajar siswa.
c. Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat diukur dari
indikator minimal tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa. Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah :
1) Meningkatnya tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran Kisah
Keteladanan Nabi Daud as dan Nabi sulaiman as yang dilihat
selama proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan
dapat dilihat dari jumlah siswa yang aktif maupun persentase
setiap aspek yang diamati. Aspek tersebut antara lain: bertanya
kepada guru, mengemukakan pendapat dalam kelompok,
menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat orang lain,
mengerjakan soal atau lembar kegiatan, kerjasama dalam
kelompok, dan presentasi kelompok.
2) Meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar Kisah Keteladanan
Nabi Daud as dan Nabi sulaiman as yang dicapai siswa. Tingkat
keberhasilan hasil belajar siswa berdasarkan perolehan nilai yang
lebih tinggi dari rata-rata nilai siklus atau tes formatif
sebelumnya. Sedangkan untuk indikator keberhasilan hasil
belajar siswa adalah di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 85 %. berhasil.
Daftar Pustaka
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta Arends,
Richard. 2008. Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani.
New York: McGraw Hill Company.
Darmawan. 2010. Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran
IPS di MI Darussa'adah Pandeglang. Jurnal Universitas Pendidikan
Indonesia, 10(2).
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada.
Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. (Edisi Kedua). Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, N. 2008.. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya :
Penerbit InsanCendekia
Djaali. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo
Dimyati,dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Kustandi, C dan Bambang S. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital.
Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Purwanto, M Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Sadiman, Arief S. (dkk). 2010. Media Pendidikan : Pengertian Pengembangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Pers.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Slamento. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai