Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISA MATERI

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Nama Mahasiswa : Fadhillah.S.Pd.I


Kelas : 4 GB 2
Judul Modul : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Judul Masalah : KENDALA DALAM MENGHADAPI PERKEMBANGAN EMOSI,
SOSIAL, DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIKYANG KURANG BAIK

No Komponen Deskripsi
1. A. Pengertian Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual
Identifikasi Masalah Peserta Didik
(berbasi masalah yang Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri individu. Emosi
ditemukan di lapangan) dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik
atau buruk. Emosi juga didefinisikan sebagai “berbagai perasaan
yang kuat”
Pondasi perkembangan psikososial mencakup emosi dan
pengalaman awal anak bersama dengan orang tua. Anak
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kebutuhan sebagai makhluk sosial ini telah aktif dikembangkan
anak sejak lahir
Sedangkan perkembangan sosial merupakan perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial
(Hurlock, 2012).
Menurut Allen dan Marotz (Musyarofah, 2017: 31)
perkembangan sosial adalah area yang mencakup perasaan dan
mengacu pada perilaku dan respon individu terhadap hubungan
mereka dengan individu lain. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Jadi
perkembangan sosial ini fokus pada relasi antara peserta didik
dengan orang lain.
Adapun spiritualitas merupakan aspek yang lebih banyak
melihat lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, dan sikap
personal. Spiritualitas adalah cita rasa totalitas kedalaman
pribadi manusia. Ada yang menyamakan antara spiritualitas
dengan religiusitas, namun banyak pula yang membedakan
keduanya. Yang jelas bahwa dalam spiritualitas mengandung
makna semangat, roh, jiwa, dan keteguhan hati atau keyakinan.

B. Karakteristik Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual


Proses terjadinya emosi atau mekanisme emosi melalui lima
tahapan, yaitu (1) elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi
atau peristiwa; (2) receptors, yaitu aktivitas di pusat sistem saraf;
(3) state, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek
fisiologi; (4) expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah
yang diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan
yang terdorong oleh perubahan fisiologis; dan (5) experience,
yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi
emosionalnya.
Perkembangan sosial emosional anak memiliki keterkaitan
dengan aspek perkembangan lainnya, baik fisik maupun mental
(Nurmalitasari, 2015). Keterkaitan tersebut dapat diketahui dari
peningkatan kemampuan yang saling melengkapi.

Adapun perkembangan spiritual keagamaan dibagi menjadi tiga


tingkatan, yaitu: pertama, the fairy tale stage (tingkat dongeng),
dimulai 3-6 tahun. k. Kedua, the realistic stage (tingkat
kenyataan), dimulai 7-12 tahun. ketiga, the individual stage,
terjadi pada usia remaja dimana pada masa ini situasi jiwa
mendukung untuk mampu berpikir abstrak dan kesensitifan
emosinya.

C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi,


Sosial, dan Spiritual Peserta Didik
1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi yang muncul pada setiap anak berbeda
antara satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak, yakni
a. Pengaruh Keadaan Individu Sendiri
b. Konflik-konflik dalam proses perkembangan
c. Faktor lingkungan

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Salah satu tugas perkembangan peserta didik dalam usia remaja
yang sulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.
Pada fase ini seorang remaja harus menyesuaikan diri dengan
lawan jenis, dengan teman sebaya serta harus menyesuaikan diri
dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah
Perkembangan sosial peserta didik juga dipengaruhi beberapa
faktor (Mayar 2013; Tirtayani and Asril 2014), yaitu:
a. Faktor individu
b. Faktor Lingkungan Keluarga
c. Faktor dari Luar Rumah
d. Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Anak

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual


Adapun faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral
dan spiritual individu mencakup aspek psikologis, sosial,
budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Secara keseluruhan, dalam usaha membentuk tingkah laku
sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu, banyak faktor
yang mempengaruhi, di antaranya, yaitu:
1. Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan pertama
yang mempengaruhi perkembangan moral seseorang
2. Lingkungan sekolah.
3. Lingkungan pergaulan. Pergaulan juga turut
mempengaruhi moral seseorang.
4. Lingkungan masyarakat. Masyarakat memiliki
pengaruh terhadap pembentukan moral,
5. Faktor genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan
(hereditas).
6. Tingkat penalaran. Makin tinggi tingkat penalaran
seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget,
makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
7. Teknologi. Kecanggihan teknologi juga memiliki
pengaruh kuat terhadap moral dan spiritual. Sebagai
generasi milenial, peserta didik menggunakan teknologi
untuk belajar maupun hiburan, sekaligus untuk
memuaskan rasa ingin tahunya pada hal-hal yang positif
maupun negatif sekalipun.
D. Implikasi Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual Peserta
Didik dalam Pembelajaran

Masa remaja merupakan masa di mana emosi anak mudah sekali


berubah-ubah karena adanya perubahan hormon di dalam
tubuhnya dan juga karena adanya tekanan-tekanan baru yang
dialami seorang remaja. Para remaja umumnya mudah sekali
tersinggung ataupun marah sehingga kita sebagai pendidik perlu
memberikan arahan-arahan kepada remaja agar mereka dapat
mengendalikan emosinya. Sebab, apabila seorang remaja tidak
dapat mengendalikan emosi dengan baik maka hubungan
sosialnya akan terhambat, karena teman sebaya pastinya tidak
mau berteman dengan anak yang mudah marah ataupun mudah
tersinggung, Remaja yang dapat mengendalikan emosinya
dengan baik maka hubungan sosialnya pun akan baik, karena
para remaja sudah bisa menilai orang lain melalui ucapan dan
tidakan yang dilakukan oleh temanya

2. Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan pertama yang


Penyebab Masalah mempengaruhi perkembangan moral seseorang. Biasanya
(dianalisis apa tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya.
yang menjadi akar masalah Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis
yang menjadi pilihan
masalah) dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka
tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka
bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma.
keluarga adalah lingkungan pertama yang akan dikenali
anak.

Melalui keluarga, anak harus belajar tentang cara


menyesuaikan diri dengan orang lain. Inilah kemampuan
yang diperoleh anak melalui kesempatan atau pengalaman
bergaul dengan orang di lingkungan mereka. Namun,
beberapa kondisi yang kurang baik, seperti adanya orang
tua yang mengalami gangguan mental , penyalahgunaan zat
oleh orang tua, penahanan orang tua, pengangguran orang
tua, kekerasan keluarga dan kemiskinan, bisa
mempengaruhi cara anak dalam berinteraksi maupun
bereaksi
Misalnya, jika orang tua melakukan kekerasan, anak-anak
juga akan mengadopsi hal yang sama.

Intinya, hubungan dalam keluarga dan cara mereka


mengekspresikan emosi akan mempengaruhi perkembangan
emosional seorang anak.

Jika orang tua memiliki stabilitas dalam perilaku dan


mengekspresikan perasaan secara seimbang, anak-anak
juga akan ikut seimbang

Adapun rumusan masalah pada materi ini adalah :


Bagaimana cara menghadapi peserta didik yang perkembanagn
emosi ,social dan spiritual yang kurang baik?
3. 1. Nurcholis Madjid mengatakan, bahwa iman mendidik
Solusi : kita untuk berkomitmen pada nilai-nilai luhur, dan ilmu
a. Dikaitkan dengan memberi kita kecakapan teknis guna merealisasikannya.
teori/dalil yang relevan
Jadi iman dan ilmu akan menjadikan kita baik dan tahu
b. Sesuaikan dengan
langkah/prosedur yang bagaimana mewujudkan kebaikan kita. Karena itu iman
sesuai dengan masalah dan ilmu bisa jadi tanda superioritas dan keunggulan
yang akan dipecahkan (Abuddin Nata, 2014). Seorang yang beriman kepada
Allah sudah barang pasti akan memiliki akhlak terpuji

2. Menurut H.M Quraish Shihab, potensi lain tersebut


merupakan unsur ilahiyah yang dihembuskan Tuhan,
ketika janin berumur empat tahun (Abuddin Nata, 2014).
Al-Qur’an menjelaskan manusia mempunyai unsur fisik
atau jasmani. Sebgaimana diisyarakatkan dalam
alQur’an Al-Qasas Ayat 77.

3. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan baik oleh


orang tua maupun guru dalam mengajarkan emosi yang
sehat pada anak. Diantaranya sebagai berikut (Nyayu
Khodijah, 2016) :
1) Ajarkan nilai-nilai budaya setempat dimana anak itu hidup.
2) Kenali dulu emosi-emosi yang menonjol, baru mengajarkan
anak untuk mengenali emosi-emosi itu.
3) Berilah nama dari emosi yang menonjol tersebut.
4) Kenalkan anak tentang emosi dengan cara lain selain kata-
kata.
5) Buatlah displin yang konsisten pada diri kita agar anak belajar
menghormati otoritas. s
6) Ajarkan anak emosi yang dapat diterima oleh lingkungan.
7) Tunjukan perilaku kita sendiri yang dapat diimitasi/ditiru oleh
anak secara langsung.
8) Pupuk rasa empati dengan memelihara ternak atau hewan
peliharaan lain.

b. Cara Mengajarkan Anak agar Mampu Mengelola Emosi


a. Ajarkan Cara Menenangkan Diri
b. Belajar Mengungkapkan Perasaan
c. Jangan Biasakan Memendam Amarah
d. Berempati Pada Anak Anda
e. Berikan Pujian
f. Tetapkan Contoh yang Baik bagi Anak
g. Terapkan Batasan
h. Aktivitas Fisik untuk Luapkan Kemarahan

Dalam mengembangkan kecerdasan emosional, guru berperan


sebagai penasihat, motivator, pendidik, serta fasilitator. Nasihat
diberikan pada siswa dalam mengenali dan
mengelola emosi diri. Motivasi diberikan pada siswa di kelas
ketika dalam keadaan sedih.

Anda mungkin juga menyukai