Anda di halaman 1dari 3

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


B. Kegiatan Belajar : Perkembangan Emosi, Sosial Dan Spiritual Peserta Didik
(KB 3)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

PERKEMBANGAN EMOSI, SOSIAL, DAN


SPIRITUAL PESERTA DIDIK

Definisi Karakteristik Faktor yang Implikasi


perkembanga
perkembanga perkembanga mempengaru
n emosi,
n emosi, n emosi, hi sosial dan
sosial dan sosial dan perkembang spiritual
spritual spiritual an emosi, peserta didik
peserta didik peserta didik sosial, dan
spiritual
pesrta didik

A.Perkembangan emosi merupakan salah satu tahap tumbuh kembang anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan
mengendalikan emosinya. Emosi sendiri diartikan sebagai seluruh perasaan yang dirasakan atau dialami oleh setiap
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya atau bersosialisasi, seperti rasa senang, sedih, kecewa, marah, dan lain
sebagainya.
TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI
Menurut Lewis dan Rosenblam, ada lima tahap dalam proses terjadinya emosi:
Konsep (Beberapa a) Elicitors, yaitu dorongan yang berupa suasana atau situasi.
1 istilah dan definisi) b) Receptors, yaitu segala kejadian yang terdapat di system saraf.
c) State, yaitu terjadinya perubahan pada fisiologi
di KB d) Expression, yaitu perubahan pada bagian tubuh yang dapat diamati akibat dari pengaruh perubahan fisiologi.
e) Experience, yaitu persepsi setiap individu pada setiap keadaan emosinya.
Kelima tahap terjadinya emosi tersebut bisa dibagi menjadi tiga variabel:
a) Variabel stimulus, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi.
b) Variabel organik, yaitu perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi.
c) Variabel respon, yaitu pola sambutan ekspresif atas terjadinya pengalaman emosi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI
a) Pengaruh keadaan individu sendiri seperti usia, keadaan fisik, inteligensi, peran seks, serta peran kematangan dan
peran belajar.
b) Konflik-konflik dalam proses perkembangan.
c) Faktor lingkungan, mulai lingkungan keluarga, tempat tinggal, hingga lingkungan sekolah.
TAHAP PERKEMBANGAN SOSIAL
Menurut Erikson, perkembangan sosial manusia terbagi menjadi delapan tahap:
a) Trust vs Mistrust (0-1 tahun), yaitu tahap pengembangan rasa percaya diri kepada orang lain, sehingga mereka sangat
memerlukan sentuhan dan pelukan.
b) Autonomy vs Shame (2-3 tahun), yaitu tahap pemberontakan anak, karena anak sedang mengembangkan kemampuan
motorik dan mental.
c) Inisiative vs Guilt (4-5 tahun), yaitu tahap perngembangan inisiatif/ide, sehingga anak banyak bertanya dalam segala
hal.
d) Indusstry vs Inferiority (6-11 tahun), yaitu tahap ketika anak sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan
termotivasi untuk belajar.
e) Ego-identity vs Role on fusion (12-18/20 tahun), yaitu tahap penencarian identitas dirinya.
f) Intimacy vs Isolation (18/19-30 tahun), yaitu tahap ketika manusia sudah mulai siap menjalani hubungan intim dengan
orang lain dan membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL
a) Faktor individu seperti kematangan fisik dan psikis, kapasitas mental yang terdiri dari emosi dan intelegensi, serta
agama dan moral.
b) Faktor lingkungan keluarga, seperti status anak dalam keluarga, keutuhan keluarga, serta sikap dan kebiasaan orang
tua.
c) Faktor dari luar rumah, seperti pengaruh dari teman sebaya dan media massa.
d) Faktor pengaruh pengalaman sosial anak, seperti pengalaman sosial yang buruk atau yang baik.
e) Faktor pendidikan, karena semakin tinggi pendidikan, biasanya perkembangan sosialnya juga semakin terarah.
IMPLIKASI PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
Sekolah memegang peranan penting dalam pengembangan keterampilan sosial peserta didik. Oleh karena itu, para guru
perlu menerapkan berbagai strategi dalam membantu peserta didik memperoleh tingkah laku interpersonal yang efektif,
yaitu:
a) Mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial.
b) Menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.
c) Memberikan label perilaku yang pantas.
d) Meminta siswa untuk memikirkan dampak dari perilaku-perilaku yang mereka miliki.
e) Mengembangkan program mediasi teman sebaya.
PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Perkembangan spiritual adalah perkembangan jiwa manusia dalam hubungannya dengan semangat dan kepercayaan
terhadap diri sendiri, orang lain, Tuhan, dan alam.
TAHAP PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Menurut James Fowler, perkembangan spiritual manusia terbagi menjadi tujuh tahap:
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SPIRITUAL
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan pergaulan
d) Lingkungan masyarakat
e) Faktor genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan
f) Tingkat penalaran
g) Teknologi
IMPLIKASI PERKEMBANGAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
Sekolah dituntut untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral spiritual. Oleh itu guru diharapkan mampu
memberikan ruang belajar yang sensitif terhadap perkembangan spiritual peserta didik, dengan cara:
a) Menjadikan pendidikan sebagai wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya.
b) Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting
c) Materi yang disampaikan guru dalam kelas adalah materi yang secara langsung dapat menyentuh permasalahan
keagamaan yang dialami peserta didik.
d) Menanamkan nilai-nilai Islam yang terkait dengan masalah ibadah dilakukan dengan memaparkan hikmah yang
terkandung dari sebuah pelaksanaan ibadah.
    Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul

Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral dan spiritual individu mencakup aspek psikologis, sosial,
budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Peserta didik akanmulai melihat dan memasukkan nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitarnya, termasuk dari
gurunya. Figur guru sangat penting bagi peserta didik sebagai teladan. Semua aspek di atas memiliki peran yang
penting dalam perkembangan moral dan spritual peserta didik

yang kadarnya bergantung pada usia atau kebiasaan. Secara keseluruhan, dalam usaha membentuk tingkah laku
sebagai pencerminan nilainilai hidup tertentu, banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu:

 Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan moral seseorang.
Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki
hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu
mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma.

   Lingkungan sekolah. Di sekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat sehingga
mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan, atas bimbingan guru. Anak-anak
Daftar materi pada cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki
2 KB yang sulit moral yang baik.
dipahami
 Lingkungan pergaulan. Pergaulan juga turut mempengaruhi moral seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang
selalu ingin mencoba suatu hal yang baru, dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan
terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.

    Lingkungan masyarakat. Masyarakat memiliki pengaruh terhadap pembentukan moral, sebab adanya kontrol dari
masyarakat itu sendiri, berupa sanksi-sanksi sosial untuk pelanggarnya.

  Faktor genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan (hereditas). Hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik
individu, dan diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi (pertumbuhan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua.

     Tingkat penalaran. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget, makin
tinggi pula tingkat moral seseorang.

  Teknologi. Kecanggihan teknologi juga memiliki pengaruh kuat terhadap moral dan spritual. Sebagai generasi
milennial, peserta didik menggunakan teknologi untuk belajar maupun hiburan, sekaligus untuk memuaskan rasa
ingin tahunya pada hal-hal yang positif maupun negatif sekalipun.
   Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran

Strategi dalam menangani perkembangan emosi peserta didik, yaitu:

    Guru dan orang tua tidak boleh membuat jarak sosial, tapi harus lebih dekat dengan peseta didik. Orang tua atau
guru hendaknya mampu membangun kedekatan bahkan menyatu dengan lingkungan anak, sehingga gerak,
dinamika, dan berbagai ekspresi anak berada dalam wilayah dan jangkauan guru/orang tua.

Daftar materi yang      Guru atau orang tua harus terampil dalam mengobservasi berbagai karakter emosi dan perilaku sosial anak,
terutama yang diekspresikan melalui tampilan fisik, mental, dan psikologis. Apalagi saat ini, ekspresi emosi
sering mengalami jarang bisa ditemukan pada peserta didik, karena mereka terbiasa mengekspresikan emosi berdasarkan simbol-
3
miskonsepsi dalam simbol yang ada di smartphone.
pembelajaran
     Guru dan orang tua harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam merekam, mencatat, dan membuat
prediksi tentang perbuatan apa yang akan menyertai peserta didik. Untuk itu, ada baiknya setiap observer,
terutama guru, senantiasa menyimpan kertas kecil dan alat tulis dalam sakunya apabila sewaktu-waktu harus
mencatat ekspresi emosi dan sosial peserta didik.

Sementara Sekolah dituntut untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral spiritual, sehingga
mereka dapat menjadi manusia yang beradab. Peserta didik sebenarnaya telah memiliki dasar-dasar kemampuan
spiritual yang ia bawa sejak lahir. Untuk itu guru diharapkan mampu memberikan ruang belajar yang sensitif
terhadap perkembangan spiritual peserta didik

Anda mungkin juga menyukai