0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
154 tayangan6 halaman
Lembar kerja ini membahas tentang bank rantai dan fee. Terdapat penjelasan mengenai konsep bank dalam ajaran Islam, perbedaan bank konvensional dan syariah, serta diskusi mengenai hukum bunga bank. Bank syariah menghindari bunga dan menggunakan prinsip seperti wadiah, mudharabah, dan murabahah. Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai hukum bunga bank, antara yang menganggap haram atau masuk zona abu-abu.
Lembar kerja ini membahas tentang bank rantai dan fee. Terdapat penjelasan mengenai konsep bank dalam ajaran Islam, perbedaan bank konvensional dan syariah, serta diskusi mengenai hukum bunga bank. Bank syariah menghindari bunga dan menggunakan prinsip seperti wadiah, mudharabah, dan murabahah. Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai hukum bunga bank, antara yang menganggap haram atau masuk zona abu-abu.
Lembar kerja ini membahas tentang bank rantai dan fee. Terdapat penjelasan mengenai konsep bank dalam ajaran Islam, perbedaan bank konvensional dan syariah, serta diskusi mengenai hukum bunga bank. Bank syariah menghindari bunga dan menggunakan prinsip seperti wadiah, mudharabah, dan murabahah. Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai hukum bunga bank, antara yang menganggap haram atau masuk zona abu-abu.
A. A. KONSEP BANK DALAM AJARAN ISLAM B. 1. Pengertian Bank Dalam Ensiklopedia Indonesia, bank atau perbankan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang dengan tujuan memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau orang lain. Dari pengertian ini maka bank memiliki dua arti penting, yaitu sebagai perantara pemberi kredit dan menciptakan uang. Yang dimaksud dengan bank non Islam (convensional bank) adalah lembaga keuangan yang fungsi utamanya untuk menghimpun dana yang kemudian disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya guna investasi (penanaman modal) dan usaha- usaha yang produktif dengan sistem bunga. Sedangan yang dimaksud dengan bank Syariah adalah suatau lembaga yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga. Contohnya Bank Muamalat. Konsep (Beberapa istilah 1 C. 2. Bank Syariah dan definisi) di KB Bank Syariah adalah sebuah Lembaga keuangan yang melakukan penghimpunan dana nasabah dan menginvestasikannya dengan tujuan membangkitkan ekonomi masyarakat muslim dan merealisasikan hubungan kerja sama islami berdasarkan Syariah islam. Tujuan didirikannya bank syariah adalah untuk menghindari bunga uang yang diberlakukan oleh bank convensional. Dari definsi di atas maka dapat dibedakan antara bank convensional dengan bank Islam yaitu bank convensional memakai sistem bunga sedangkan bank Islam tidak. Sebagai pengganti sistem bunga, maka bank Syariah menempuh cara-cara sebagai berikut: 1. Wadiah yaitu titipan uang, barang dan surat-surat berharga). 2. 2. Mudharabah (kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana). 3. Musyarakah /syirkah (persekutuan). Pihak bank dan penguasa sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan. 4.Murabahah (jual beli barang dengan tambahan harga atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur). 5. Qard hasan (pinjaman yang baik). Bank Islam dapat memberikan pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik terutama para nasabah yang memiliki deposito di bank Islam. 6. ijarah Artinya akad sewa-menyewa antara satu atau dua orang, atau antara satu Lembaga dengan Lembaga lain berdasarkan prinsip Syariah. 7. hiwalah Yaitu akad perpindahan utang dari si A kepada B atau C yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Bank Islam boleh mengelola zakat di Negara yang pemerintahannya tidak mengelola zakat secara langsung. bank islam juga dapat menggunakan sebaian zakat yang terkumpul untuk proyek-proyek yang produktif yang hasilnya untuk kepentingan agama dan umum. Bank Syariah memiliki dewan Syariah yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip Syariah. Karena itu bank Syariah memiliki keistimewaan disbandingkan dengan bank konvensional yang berpijak pada system ribawi baik dalam penghimpunan dan maupun dana maupun pembbiyaannya. B. RENTE ATAU BUNGA BANK 1. Pengertian Rente Atau Bunga Bank ❖ Rente adalah istilah yang berasal dari Bahasa belanda yang berarti bunga. Fuad Muhammad fachruddin mendefinisikan bahwa rente ialah keuntungan yang diperoleh perusahaan bank, karena jasanya meminjamkan uang untuk melancarkan perusahaan orang yang meminjam. Berkat bantuan bank yang meminjamkan uang kepadanya, perusahaannya bertambah maju dan keuntungan yang diperoleh juga bertambah banyak. ❖ Bunga Bunga adalah sejuml;ah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang berkaitan dengan itu dan biasa dinamakan suku bunga modal. Dalam prakteknya, bunga bank (rente) merupakan keuntungan yang diperoleh pihak bank atas jasanya yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk usaha produktif, sehingga dengan uang pinjaman tersebut, usahanya menjadi maju dan lancer, dan keuntungan yang diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua belah pihak baik kreditor (bank) maupun debitor (nasabah) sama- sama sepakat atas keuntungan yang akan diperoleh pihak bank. Bedanya riba dengan rente yakni riba adalah untuk pinjaman yang bersifat konsumtif, sedangkan bunga rente adalah untuk pinjaman yang bersifat produktif. Pada praktiknya, tidak semua bunga / rente atau semacamnya sama memberatkan bagi peminjam. 2. Hukum Rente atau Bunga Bank Sebagian masyarakat terjebak dalam praktek pinjam meminjam uang dengan suku bunga tinggi seperti yang dilakukan oleh para rentenir. Berbeda dengan bunga bank, system rentenir yang sering disebut “lintah darat” itu sering menimbulkan kegelisahan dimasyarakat. Dengan demikian, keharaman rentenir jelas karena termasuk kategori riba yang diharamkan, didalamnya terdapat kelebihan yang merugikan pihak peminjam, sehingga pihak peminjam merasa teraniaya dan tertindas. Jika kelebihan dalam batas kewajaran dan tidak merugikan salah satu pihak, maka tidak dinamakan riba yang diharamkan firman allah surat al-baqarah ayat 275 yang artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” Kembali tentang bunga bank, mantan syekh dan seorang mufti sayyid thantawi menyetakan bahwa bunga deposito berjangka dibank yang ditetapkan besar presentasenya terlebih dahulu itu tidak haram menurut islam. Fatwa ini sejalan denga napa yang ditulis oleh Rasyid Ridha Dalam Tafsir Al-Manar, “tidak termasuk riba seseorang yang memberikan kepada orang lain uang untuk diinvestasikan sambal menentukan baginya dari hasil usaha tersebut kadar tertentu. Karena transaksi semacam ini menguntungkan bagi pemilik dan pengelola modal. Sedangkan riba yang diharamkan itu merugikan salah satu pihak tanpa alas an serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha”
. 3. Ikhtilaf Hukum Bunga Bank
Terhadap konsep bunga bank seperti tersebut terdapat
perbedaan sikap para ulama dalam menghukuminya. Menurut penelitian penulis sedikitnya terdapat empat kelompok ulama tentang hukum bunga bank. a. Yang termasuk kedalam kelompok pertama ini antara lain Abu Zahra, Abu A’la alMaududi, M. Abdullah al-Araby dan Yusuf Qardhawi, Sayyid Sabiq, Jaad al- Haqq Ali Jadd al-Haqq dan Fuad Muhammad Fachruddin. Mereka berpendapat bahwa bunga bank itu riba nasiah yang mutlak keharamannya oleh karena itu, umat Islam tidak boleh berhubungan dengan bank yang memakai sistem bunga, kecuali dalam keadaan darurat. Terkait dengan kondisi yang tersebut terakhir ini, Yusuf Qardhawi berbeda dengan yang lainnya, menurutnya tidak dikenal istilah darurat dalam keharaman bunga bank, keharamannya bersifat mutlak. b. Yang termasuk ke dalam kelompok yang kedua ini antara lain Mustafa A. Zarqa. Beliau berpendapat bahwa riba yang diharamkan adalah yang bersifat konsumtif seperti yang berlaku pada zaman jahiliyah sebagai bentuk pemerasan kepada kaum lemah yang konsumtif berbeda yang bersifat produktif tidaklah termasuk haram. Hal senada juga dikemukakan oleh M. Hatta. Tokoh yang tersebut terakhir ini membedakan antara riba dengan rente. Menurutnya riba itu sifatnya konsumtif dan memeras si peminjam yang membutuhkan pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan rente sifatnya produktif, yaitu dana yang dipinjamkan kepada peminjam digunakan untuk modal usaha yang menghasilkan keuntungan. c. Yang termasuk kepada kelompok ketiga antara lain A. Hasan (persis). Beliau berpendapat bahwa bunga bank (rente) seperti yang belaku di Indonesia bukan termasuk riba yang diharamkan karena tidak berlipat ganda sebagaimana yang dimaksud dalam ayat yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130) d. Yang termasuk ke dalam kelompok keempat adalah Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamar di Siduarjo 1968 memutuskan bahwa bunga yang diberikan oleh bank kepada para nasabahnya atau sebaliknya termasuk perkara syubhat (belum jelas keharamannya). C. Konsep Riba Dalam Ajaran Islam 1.1. Pengertian, Jenis Dan Hukum Riba Secara bahasa, kata riba berarti tambahan. Dalam istilah hukum Islam, riba berarti tambahan baik berupa tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan pihak peminjam untuk membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak yang meminjamkan pada waktu pengembalian uang pinjaman, riba semacam ini disebut dengan riba nasiah. Menurut Satria Effendi, riba nasiah adalah tambahan pembayaran atas jumlah modal yang disyaratkan lebih dahulu yang harus dibayar oleh si peminjam kepada yang meminjam tanpa resiko sebagai imbalan dari jarak waktu pembayaran yang diberikan kepada si peminjam. Uraian di atas memberikan kejelasan bahwa riba nasiah mengandung tiga unsur. a.Terdapat tambahan pembayaran atau modal yang dipinjamkan. b. Tambahan itu tanpa resiko kecuali sebagai imbalan dari tenggang waktu yang diperoleh si peminjam. c. Tambahan itu disyaratkan dalam bentuk pemberian piutang dan tenggang waktu. Selain riba nasiah seperti telah dijelaskan, dalam kajian fiqh dikenal juga riba dalam bentuk lain yang disebut dengan riba fadhal. Menurut Ibnu Qayyum, riba fadhal ialah riba yang kedudukannya sebagai penunjang keharaman riba nasiah. Dengan kata lain bahwa riba fadhal diharamkan supaya seseorang tidak melakukan riba nasiah yang sudah jelas keharamannya. 2. Tahapan Pengharaman Riba Firman Allah surat al-rum ayat 39 tentang riba yang artinya : “dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka rib aitu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)” (QS.:30/39). dan diperkuat dengan hadis Bukhori Muslim yang berarti : “Allah melaknat pemakan riba, orang yang memberikan makannya, saksi-saksinya dan penulisnya, (HR. Bukhori dan Muslim)” 2. 3. Hikmah Keharaman Riba Memperhatikan praktek riba dan segala konsekuensi yang diakibatkan, maka dapat diberkesimpulan bahwa akibat yang ditimbulkan oleh praktek riba dapat merusak tatanan kehidupan seseorang baik secara personal maupun sosial yang diistilahkan dalam agama jauh dari keberkahan hidup. Jika praktek riba dibiarkan tanpa usaha untuk mengembalikan kepada sistem perekonomian Islam yang terbebas dari sistem riba maka sistem kapitalis di mana terjadi pemerasan dan penganiayaan terhadap kaum lemah akan tetap merajai sistem perekonomian dan di saat itu pula terjadi kegersangan yang dahsyat bagi kehidupan manusia modern. Di sisi lain akan semakin kuatlah adigium yang menyatakan bahwa orang yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin tertindas. Firman Allah dalam surat al- maidah ayat 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya ” D. D. Konsep Fee Dalam Ajaran Islam E. Pengertian dan Hukum Fee Fee artinya pungutan dana yang dibebankan kepada nasabah bank untuk kepentingan administrasi, seperti keperluan kertas, biaya operasional, dan lain-lain. Pungutan itu pada hakikatnya bisa dikategorikan bunga, tapi apakah keberadaannya bisa dipersamakan dengan hukum bunga bank. Untuk menjawab masalah ini dapat dikembalikan kepada pendapat ulama tentang hukum bunga bank itu sendiri. Bagi kelompok ulama yang mengharamkan bunga bank, maka merekapun mengharamkan fee, karena berarti itu kelebihan, yaitu dengan mengambil manfaat dari sebuah transakasi utang piutang. Tegasnya, mereka menganggap fee adalah riba, meskipun fee itu digunakan untuk dana operasonal. Sedangkan ulama yang menghalalkan bunga bank dengan alasan keadaan bank itu darurat atau alasan lainnya, merekapun mengatakan bahwa fee bukan termasuk riba, oleh karena itu hukumnya boleh selain alasan bahwa tanpa fee, maka bank tidak bisa beroperasi maka keberadaan sesuatu sebagai alat sama hukumnya dengan keberadaan asal. Dalam hal ini, hukum fee sama dengan bunga bank, yaitu boleh.
1. Undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan
Syariah Daftar materi pada KB 2 2. Perbedaan bunga dan bagi hasil yang sulit dipahami 3. Asbabun nuzul ayat-ayat yang berkaitan dengan riba
1. Perbedaan antara bank konvesional dan bank Syariah.
2. Ketentuan batas maksimum bank konvesional dan bank Daftar materi yang sering Syariah 3 mengalami miskonsepsi 3. Ketentuan jumlah atau prosentase dari bunga bank yang dalam pembelajaran telah ditetapkan