Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI KETENTUAN PERNIKAHAN DALAM
ISLAM
KELAS XII SMK INSAN MADANI CIPATAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Proposal


Dosen: Hadiansah, M.Pd

Disusun Oleh :
NAMA : MANSYUR, S.Pd.I
KELAS :3J

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PAI DALAM JABATAN LPTK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2022
1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah dan Identifikasi Masalah


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses
untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan
berbahagia, mencintai tanah air, sehat jasmaninya, sempurna budi
pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya, mahir dalam pekerjaannya,
manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan. Pendidikan Islam
merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam ialah
membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama
sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam sehingga ia mampu
mengamalkan syariat Islam sesuai pengetahuan yang dimiliki.
Dalam kurikulum Pendidikan Islam dirancang berdasarkan nash
Al- Qur’an dan Al-Hadis, yang bertujuan agar manusia mendapat
kesejahteraan didunia dan tetap dekat dengan Khaliknya. Kurikulum
Pendidikan Islam dirancang agar kehidupan duniawi dan ukhrawi
menjadi milik umat-Nya dengan modal iman, amal dan takwa
kepadanya-Nya. Disinilah perbedaan prinsipil kurikulum Pendidikan
Islam dengan kurikulum lain yang mempunyai kecendrungan
mengutamakan aspek material dengan hasil. Sehingga proses belajar
mengajar tidak berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran belum
tercapai.
Dalam proses belajar-mengajar terjadi interaksi antara berbagai
komponen yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lain.
Masing-masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Siswa adalah komponen yang paling utama dalam
kegiatan belajar-mengajar, karena yang harus mencapai tujuan penting
dalam pembelajaran adalah siswa yang belajar. Maka pemahaman
terhadap siswa adalah penting bagi guru agar dapat menciptakan situasi
yang tepat serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk
dapat belajar dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang


berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau
pengalaman yang diperoleh. Hasil belajar pada diri seseorang sering
tidak langsung tampak tanpa seseorang melakukan tindakan untuk
memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.
Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang ada di semua
lembaga sekolah baik lembaga yang negeri maupun swasta yang
memberikan pengetahuan kognitif dan afektif. Untuk Pendidikan
Agama Islam di SMK hanya sedikit sekali waktunya, tidak seperti
pelajaran-pelajaran umum seperti Matematika, Bahasa Indonesia dan
lain-lain. Walaupun waktu hanya sedikit guru PAI tidak hanya dituntut
untuk menyampaikan materi, tetapi memiliki tanggung jawab besar
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain memiliki banyak
kelebihan dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis di
SMK INSAN MADANI. terungkap masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru ketika proses penjelasan. Siswa
cenderung pasif ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa
mengantuk dan bosan saat gurumenjelaskan materi, serta hasil ulangan
semester genap masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang diharapkan yaitu 71 keatas, 75 % siswa hasil
ulangannya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Berdasarkan dari nilai rata-rata siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam DanBudi Pekerti.

2
Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru masih
menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pemberian tugas yang
biasa disebut dengan metode konvensional..
Berdasarkan kondisi tersebut peserta didik membutuhkan
inovasi model pembelajaran baru untuk merangsang daya tarik siswa
untuk meningkatkan hasil belajar PAI. Dalam konstek maka digunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan cara
yang digunakan oleh para siswa untuk memahami konsep atau
pengertian serta hubungannya melalui proses mengambil, menanya,
mengumpulkan data/informasi mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Selama ini, model pembelajaran yang diterapkan membuat para
siswa menjadi pasif yang hanya secara terus-menerus menerima materi
atau pengajaran dari guru. Sehingga dengan terciptanya model
pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) diharapkan siswa dapat
berperan aktif dalam memahami materi dan menggali masalah
dilingkungan sekolah dengan cara mencari dan mengumpulkan
informasi sendiri.
Dalam model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) guru
bertugas untuk membimbing dan mengarahkan para siswa untuk dapat
belajar dan berpikir secara kreatif. Caranya adalah guru hanya
menyampaikan materi secara garis besar dan selanjutnya para siswa
dituntut untuk mencari Masalah dan informasi sebanyak mungkin,
mengidentifikasi masalah, menganalisis maalah, mencari solusi dan
membuat kesimpulan.

Model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) diterapkan


dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar para siswa dapat dengan
baik memahami materi yang dipelajari dengan cara menterjemahkan ke
dalam bahasa ynag lebih mudah dimengerti oleh mereka.
Berdasarkan deskripsi diatas peneliti akan melakukan sebuah
penelitian mengenai kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan di
SMK INSAN MADANI , dengan mengangkat judul “Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) Terhadap Hasil

3
Belajar Siswa pada Materi Ketentuan Pernikahan dalam Islam di
Kelas XII SMK INSAN MADANI CIPATAT.

4
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar identifikasi masalah diatas, maka penulis


membuat rumusan masalah yaitu: Apakah penerapan model
pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) terhadap hasil belajar
siswa pada materi ketentuan pernikahan dalam Islam di SMK insan
madani cipatat.
Adapun pertanyaan penelitian secara substantif meliputi:
1. Bagaimana proses penggunaan metode Probem Based Learning
(PBL) pada materi ketentuan pernikahan dalam Islam terhadap
hasil belajar siswa di kelas XII Smk Insan Madani, pada setiap
siklus?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi ketentuan pernikahan
dalam Islam setelah pembelajaran model metode Probem Based
Learning (PBL) kelas XII Smk Insan Madani untuk setiap siklus?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah maka tujuan penelitian adalah:
1. Mencari Permasalahan proses pelaksanaan pembelajaran pada
materi ketentuan pernikahan dalam Islam terhadap hasil belajar
siswa kelas XII Smk insan mdani melalui penggunaan model
pembelajaran Probem Based Learning (PBL) pada setiap siklus.
2. Menganalisis hasil belajar siswa pada materi ketentuan pernikahan
dalam islam setelah pembelajaran model pembelajaran Probem
Based Learning (PBL) untuk setiap siklus.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini mampu memberikan solusi dan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti. Adapun manfaat yang diharapkan mampu

5
memberikan manfaat praktis pada masyarakat luas khususnya dibidang
dunia pendidikan.
1. Manfaat Teoretik
a. Dapat mengembangkan metode Probem Based Learning
(PBL) dalam proses pembelajaran ketentuan pernikahan dalam
Islam.
b. Mendukung kajian teori dengan mengaktifkan dan melatih
siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari
pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.
c. Menambah khazanah keilmuan khususnya pada pembelajaran
materi ketentuan pernikahan dalam Islam.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
penelitian-penelitian selanjutnya serta dapat memberikan
masukan dan wawasan kepada guru dalam proses
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan
manfaat untuk semua pihak yaitu:
a. Bagi Peneliti
Dengan melaksanakan PTK penelitian sedikit demi sedikit
mengetahui Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
sebagai sarana untuk menerapkan pengalaman belajar yang telah
diperoleh. Serta merupakan usaha untuk melatih diri dalam
memecahkan permasalahan yang ada serta kritis, obyektif, dan
ilmiah.
b. Bagi Guru
Dengan adanya PTK menambah wawasan tentang peranan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam perubahan siswa
dan guru, serta sebagai bahan evaluasi selanjutnya yang bisa
dijadikan titik tolak pada pembelajaran masa depan.
c. Bagi Siswa

6
Dengan adanya model Probem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka dapat
meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat membantu siswa
berkreativitas dan memecahkan masalah. Metode ini
memungkinkan siswa terlibat secara aktif mengembangkan daya
nalar serta mampu berfikir yang lebih kreatif sehingga
memotivasi siswa untuk dapat mencari pemecahan masalah atau
solusi dari permasalahan itu..
d. Bagi Sekolah
Dengan adanya PTK dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi pelaksana pendidikan dalam mewujudkan sistem
pembelajaran yang efektif dan efisien dengan guru yang
berkualitas di masa depan dan sebagai bahan pertimbangan bagi
pelaksana pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran disekolah.

7
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus


dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan


proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
siswa/mahasiswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa. Suatu model pembelajaran yang baik
memiliki beberapa karakteristik, yaitu: “ memiliki prosedur ilmiah,
hasil belajar yang spesifik, kejelasan lingkungan belajar, kriteria hasil
belajar, dan proses pembelajaran yang jelas.” Suatu model
pembelajaran dapat memberikan beberapa manfaat. Pertama,
memberikan pedoman bagi guru dan siswa bagaimana proses
pencapaian tujuan pembelajaran. Kedua, membantu dalam
pengembangan kurikulum bagi kelas dan mata pelajaran lain. Ketiga,
membantu dalam memilih media dan sumber. Keempat, membantu
meningktakan efektifitas pembelajaran.

Hampir semua model pembelajaran digunakan untuk pengembangan


kemampuan berfikir(kognitif), afektif dan psikomotor tahap
menengah dan tinggi dapat digunakan dalam pembelajaran
kompetensi umum-akademik. Dalam pemilihan dan penggunaannya
sudah tentu disesuaikan dengan tahap perkembangan
siswa/mahasiswa, sifat mata pelajaran, serta dukungan sarana,
fasilitas belajar serta lingkungan sekitar. Model pembelajaran yang
diutamakan, selain menekankan pengembangan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor tahap tinggi, juga menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.

Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan


guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Tujuan
utama pembelajaran atau pengajaran adalah agar siswa/mahasiswa
belajar. Mengajar dan belajar merupakan dua kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan. Bagaimanapun baiknya guru/dosen menagajar,
apabila tidak terjadi proses belajar pada para siswa/mahasiswa, maka
pengajarannya tidak baik, tidak berhasil. Sebaliknya, meskipun cara
atau metode yang digunakan guru/dosen sangat sederhana, tetapi
sudah mendorong para siswa/mahasiswa banyak belajar, pengajaran
tersebut cukup berhasil.

Melalui proses belajar-mengajar tersebut terjadi perubahan,


perkembangan, kemajuan baik dalam aspek fisik, intelek, sosial-
emosi maupun sikap dan nilai. Makin besar atau makin tinggi atau
makin banyak perubahan atau perkembangan tersebut dapat dicapai
oleh siswa, maka makin baiklah proses belajar. Proses belajar
mengajar disini adalah dalam rangka pendidikan semua aktifitas dan
perubahan atau perkembangan mengarah kepada lebih baik.
Perkembangan yang kearah tidak baik, itu bukan penddikan.

b. Model Pembelajaran Problem Based Learning


Problem Based Learning (PBL) adalah merupakan model
pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari perserta didik (bersifat kontektual) sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based learning
(PBL) menantang “peserta didik untuk belajar untuk belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia

8
nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta
didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenan dengan masalah yang
harus dipecahkan.
Langkah – langkah pembelajaran model pembelajaran Problem
Based Learning:
a) Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat
penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang
harus dilakukan oleh siswa serta dijelaskan bagaimana guru akan
mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk
memberikan motivasi agar siswa dapat mengerti dalam
pembelajaran yang akan dilakukan.
Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari
sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak
mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang
rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan
seringkali bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa
didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang
siap membantu, sedangkan siswa harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka. Semua peserta didik

9
diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan
dan menyampaikan ide-ide mereka.
b) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat
memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-
kelompok siswa, masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Setelah siswa diorientasikan
pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar,
selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
c) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda,
namun pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan
eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap
ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka
betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil
karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis,
namun bisa berupa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah
dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik
dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan
sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat
dipengaruhi tingkat berpikir siswa.

1
e) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan
untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang
mereka gunakan.
c. Tinjauan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu “
definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah
kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Dengan belajar
manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan
dan memiliki tentang sesuatu.Menurut morgan dan kawan-kawan
(1986) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau
pengalaman.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ada tiga
macam yakni:
(1) Keterampilan dan kebiasaan
(2) Pengetahuan dan pengertian
(3) Sikap dan cita-cita.
Sedangkan Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga
ranah yakni :
(1) Ranah kognitif
(2) Ranah afektif
(3) Ranah psikomotoris.

b. Ciri-ciri tes hasil belajar


1. Valid: Sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas,
apabilates tersebut dengan secara tepat, dan benar telah

1
dapat mengungkapkan atau mengukur yang seharusnya
diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
2. Reliabel: Ciri kedua dari tes hasil belajar yang baik adalah
bahwa hasil belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau
bersifat reliabel. Dinyatakan riabel apabila hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes
tersebut secara berulang kali pada subyek yang sama.
3. Obyektif: Ciri ketiga dari tes hasil belajar yang baik adalah
tes hasil belajar tersebut bersifat obyektif. Bahan pelajaran
yang telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh
peserta didik itulah yang dijadikan acuan dalam pembuatan
atau penyusunan tes hasil belajar.
4. Praktis: Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes
hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah
karena tes itu: (a) bersifat sederhana (tidak banyak
menggunakan peralatan)(b) lengkap, dalam arti bahwa tes
tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara
mengerjakannya, kunci jawabannya dan pedoman skoring
serta penentuan nilainya. Bersifat ekonomis mengandung
pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut tidak memakan
waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga dan
biaya yang banyak. berdasarkan hal tersebut, ada ayat Al-
qur’an yang menjelaskan:
QS. Asy-syura’ ayat 214-215:

Artinya: (214) "Dan berilah peringatan kepada kerabat-


kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang- orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman." (215) Dalam berdakwah, kita juga
harus sabar melakukannya dan bertawakkal kepada Allah
SWT. Karena kewajiban kita hanya menyampaikan dan
mengajak.”( QS. Asy-syura’ ayat 214-215)

Tafsiran ayat tersebut melaui tafsir Al-Mishbah oleh M.


Quraish shihab adalah sebagai berikut:

1
Demikian ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW. Dan
umatnya agar tidak mengenal pilih kasih, atau memberi
kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian
peringatan. Ini berarti nabi SAW. Dan keluarga beliau tidak
kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban.
Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan
kepada rosul SAW, karena semua adalah hamba Allah,
tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila
ada kelebihan yang berhak meraka peroleh, maka itu
disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada
Allah dan menghiasi diri dengan ilmu serta ahlak yang
mulia.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaiman yang


diharapkan, maka perlu dioerhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah:

1) Faktor row input (faktor murid itu sendiri) dimana setiap anak
memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam: (1) kondisi
fisiologis, (2) Kondisi psikologis.
2) Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu
lingkungan alami ataupun lingkunagn sosial.
3) Faktor instrumental input, antaralain kurikulum,
program/bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, guru (tenaga
pengajar)
Selanjutnya ahmadi dan supriyono memaparkan bahwa faktor
pertama merupakan faktor dari dalam, dan faktor kedua dan
ketiga disebut sebagai faktor dari luar, yang secara lengkap
dipaparkan sebagai berikut:
1) Faktor dari luar

1
a. Faktor environmental input (lingkungan)
Lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah suhu,
kelembaban, kepengapan udara dan sebgainya. Belajar
pada keadaan udara yangsegar, akan lebih baik hasilnya
daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan
pengap.

b. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaannya dan penggunaannya sesuai dengan
prestasi belajar yang diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
dirancang.

2) Faktor dari dalam


a. Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan
cacat jasmani dan sebagianya akan sangat membantu
dalam proses dan prestasi belajar. Demikian pula dengan
kondisi panca indera, terutama indera penglihatan dan
pendengaran tidak kalah penting dalam mempengaruhi
proses dan prestasi belajar.
b. Kondisi psikologis

1) Minat

Minat sangat mempengaruhi proses dan prestasi


belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan
berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.
Sebaliknya kalau seseorang mempelajari sesuatu

1
dengan minat, maka hasil yang diharpkan akan lebih
baik.
2) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan besar dalam
menetukan berhasil atau tidaknya seseorang
mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program
pendidikan.
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap prestasi belajar sesorang. Belajar pada
bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha itu.
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
sesorang untuk melakukan sesuatu. Jajdi motivasi
belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.

5) Kemampuan-kemampuan kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang
berarti juga tujuan belajar melipuri tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor,
namun tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang
pengukuran kognitif masih diutamakan untuk
menentukan keberhasilan belajar seseorang.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dismpulkan bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi hasil belajar dapat berasal dari dalam diri siswa
yaitu kondisi fisiplogis dan kondisi psikologis maupun dari luar diri siwa
yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.

1
16

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian dilakukan di SMK Insan madani Kabupaten Bogor karena 75
% siswa kelas XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hasil
belajarnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu71
2. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian semester genap Tahun Pelajaran 2021

B. Metode Penelitian

Setting Lokasi Penelitian


Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII
SMK INSAN MADANI dengan jumlah peserta didik 70 orang, Mata Pelajaran
PAI materi dengan pokok bahasan Ketentuan Pernikahan dalam Islam.
Dilaksanakan di smk insan madani cipatat.
C. Rancangan Tindakan
Penelitian ini dilakukan 2 siklus

1
SIKLUS I
1. Perencanaan (Planing)
a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada peserta didik (menetukan pokok bahasan,
mengembangkan skenario pembelajaran)
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Membuat lembar kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Membuat instrument yang digunakan dalam PTK
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2. Pelaksanaan tindakan (Action)
Tahap ini meliputi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajran Discovery Learning yang dilakukan
berdasarkan RPP yang telah dibuat disertai dengan perangkat pembelajaran
yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu kartu soal dan jawaban, dan instrumen
penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I dan II, lembar observasi belajar
siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan, antara lain sebagai berikut.
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario.
b. Menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran.
c. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap materi
yang diajarkan.
d. Melakukan pengamatan.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer, yaitu teman sejawat dengan cara
mengisi lembar observasi.
4. Refleksi (Reflection)

1
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Hasil analisis siklus pertama
inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua.
a. Hal-hal yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang sudah baik
dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang dicapai pada siklus
berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari
siklus sebelumnya.
b. Melakukan analisis data yang telah terkumpul dalam tahap pengamatan
c. Selanjutnya diteliti mana kelemahan dan kelebihan masing-masing peserta
didik dan selanjutnya melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

SIKLUS II
Seperti halnya siklus I, siklus II terdiri dari perencanaan,pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kekurangan
yang ditemukan pada siklus I. Pada siklus II ini juga dilaksanakan sebanyak 2
kali pertemuan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya antara lain :
1. Perencanaan (Planing)
Membuat rencana pembelajaran berdasarkan siklus pertama. Artinya
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Pelaksanaan tindakan (Action)
Guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajran Problem
solvingberdasarkan rencana pembelajaran dan hasil siklus I.
3. Pengamatan (Observation)
Pada dasarnya tahap observasi pada siklus dua ini sama dengan observasi yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti mencatat semua temuan dengan
perubahan yang terjadi pada siswa serta melaksanakan evaluasi hasil belajar
siswa pada akhir tindakan siklus II
4. Refleksi (reflection)
Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan membuat
kesimpulan tentang model pembelajran Discovery Learningyang digunakan

1
dalam peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi tersebut dengan cara
memperbaiki tindakan siklus tersebut.

D. Desain dan Prosedur tindakan


Data dari hasil penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tekhnik
sebagai berikut :
1. Tes, dipergunakan untk mengumpulkan data tentang hasil belajar
siswa berupa butir soal.
2. Observasi, dipergunakan untuk menumpulkan data tentang partisivasi
siswa dalam proses belajar mengajar dan implementasi model
pembelajaran discovery learning melalui pengamatan langsung.
3. Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil
belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nila/laporan penilaian,
pengolahan dan analisis hasil belajar siswa.

E. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila:


1. Peserta didik memperoleh nilai <KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yaitu 71.
2. Dari total siswa 80 % telah mencapai KKM
F. Sumber Data
1. Data Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan yang akan diolah
dalam kegiatan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data-data yang dapat menggambarkan keberhasilan dan
ketidakberhasilan penelitian. ini adalah sebagi berikut : 5 Data yang
dikumpulkan dalam penelitian
a) Skor hasil pekerjaan secara individu dan kelompok pada latihan
soalsoal.
b) Pernyataan verbal siswa dan guru yang diperoleh dari hasil
wawancara sehubungan dengan proses pembelajaran dan
pemahaman terhadap materi.

1
c) Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan oleh teman
sejawat dan satu guru PAI di sekolah tersebut terhadap aktifitas
praktisi dan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang
disediakan oleh peneliti.
d) Catatan lapangan dari rangkaian kegiatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran selama penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. 6
Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer yaitu informan (orang) yang dapat memberikan
informasi tentang data penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XII SMK INSAN MADANI Kabupaten Bogor yang terdiri
dari 70 siswa. Hal ini menjadi pertimbangan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan siswa dalam pembelajaran yang diberikan dengan
diterapkannya penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning dalam pembelajaran Pendidikaan Agama Islam. Sumber data
sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Sumber data tersebut adalah data hasil belajar yang
dikumpulkan, data pendukung dalam penelitian ini adalah data dari
Kepala Sekolah, Wali kelas dan administrasi SMK INSAN MADANI
Kabupaten Bogor.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Intrumen Pengamatan Siswa
NO HASIL YANG DIAMATI SKOR
Siswa 1 2 3
1. Keaktifan siswa :
a. Siswa aktif mencatat materi pelajaran
b. Siswa aktif bertanya
c. Siswa aktif mengajukan ide

2
2. Perhatian siswa :
a. Diam
b. Rame
c. Terfokus pada materi
d. Antusias
3. Kedisiplinan :
a. Kehadiran absensi
b. Datang tepat waktu
c. Pulang tepat waktu
4. Penugasan :
a. Mengerjakan semua tugas
b. Ketepatan mengumpulkan tugas sesuai
waktunya
c. Mengerjakan sesuai dengan perintah
Keterangan :
1. Kurang baik
2. Baik
3. Sangat baik
Instrumen Pengamatan Guru
NO HAL YANG DIAMATI SKOR
Guru 1 2 3
1. Penguasaan materi :
a. Kelancaran menjelaskan materi
b. Kemampuan menjawab pertanyaan
c. Keragaman pemberian contoh
2. Sistematika penyajian :
a. Ketuntasan menjelaskan materi
b. Uraian materi mengarah pada tujuan
c. Urutan materi sesuai dengan SK, KD
3. Penerapan metode :

2
a. Ketepatan pemilihan metode sesuai
materi
b. Mudah diikuti siswa
4. Penggunaan media :
a. Ketrampilan pemilihan media dengan
materi
b. Media memperjelas terhadap materi
c. Ketepatan pemilihan media dengan
materi
5. Perfomance :
a. Kejelasan suara yang diucapkan
b. Kekomunikatif guru dengan siswa
c. Keluwesan sikap guru dengan siswa
6. Pemberian motivasi :
a. Keantusiasan guru dalam mengajar
b. Kepedulian guru terhadap siswa
Keterangan :
1. Kurang baik
2. Baik
3. Sangat baik
H. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data. 15 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif
model mengalir dari Miles dan Huberman yang meliputi tiga hal, yaitu:
1. Reduksi Data 16 Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang
dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstrasian data mentah
menjadi data yang lebih bermakna. 17 Dengan pereduksian data maka
akan lebih memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data

2
selanjutnya dan mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan dari
hasil penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun secara naratif sekumpulan
infromasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat
memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data
yang sudah terorganisir ini kemudian dideskripsikan guna memperoleh
bentuk nyata dari responden sehingga lebih mudah dimengerti peneliti
atau orang lain yang tertarik dengan penelitian yang dilakukan.
3. Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan adalah
memberikan kesimpulan terhadap data-data dari hasil penelitian yang
telah dilaksanakan. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan hasil
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat
berupa deskripsi yang merupakan gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah dilaksanakan penelitian
menjadi lebih jelas. Jika hasil dari kesimpulan yang diperoleh kurang
kuat maka perlu adanya verifikasi.

Anda mungkin juga menyukai