Anda di halaman 1dari 43

LK-11a: Penyusunan Proposal PTK

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

KELAS IX.3 SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

MATERI IMAN PADA HARI AKHIR MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA MTS N 2 LAMPUNG UTARA

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Oleh :

Nama : IDA ABDI

KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI LAMPUNG

MTs N 2 KOTABUMI KABUPATEN LAMPUNG UTARA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan
kelas ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh penulis dapat


menyelesaikan ptk yang berjudul : Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik
Kelas IX.3 Semester Ganjil Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Iman Pada Hari
Akhir Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping Pada MTs N 2 Lampung Utara
Tahun Pelajaran 2022/2023
” PTK ini kemungkinan besar tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi- tingginya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan PTK ini, masih jauh dari bentuk
kesempurnaan, itu penulis mengaharapkan berbagai kritik dan juga saran yang positif
dari berbagai pihak atas segala kekurangan, kekeliruan dan kesalahan dalam pembuatan
ptk ini menjadi tanggung jawab penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga ptk ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya, Amin.

Penulis

i
DAFTAR ISI

PENGESAHAN.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 4
C. Tujuan penelitian............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

BAB II : LANDASAN TEORI


A.Iman Kepada Hari Akhir ................................................................. 4

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.......................................,, ........................................... 25
B. Setting dan Subjek Penelitian.............................................................. 25
C. Desain Penelitian ................................................................................ 25
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 30
E. Metode Analisa Data .......................................................................... 31
F.Indikator Keberhasilan ......................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu komponen utama dalam proses pembelajaran adalah faktor metode.

Upaya perbaikan hasil belajar peserta didik dapat diupayakan secara maksimal dengan

cara memilih metode yang tepat untuk suatu materi pelajaran. Guru perlu mengenal

beraneka macam metode yang ada, agar dapat melakukan metode yang sesuai dengan

tujuan yang diharapkan dari pelajar tersebut.

Selama ini sering kita jumpai metode ceramah masih dominan digunakan para

pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, juga adanya ketidak aktifan peserta

didik dalam mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran Akidah Akhlak. Peserta didik

sekedar mengikuti pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya

mendengar ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya

respon, kritik dan pertanyaan peserta didik kepada guru sebagai feed beack atau umpan

balik. Demikian juga guru hanya mengejar waktu mengingat harus mengajarkan

materi yang cukup banyak tetapi dengan jam pengajaran yang disediakancukup singkat,

tanpa mempedulikan peserta didiknya paham atau tidak, Sehingga hal ini menjadikan

peserta didik kurang tertarik mengikuti mata pelajaran Akidak Akhlak.

Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus maka akan

mengakibatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar

terhambat. Peserta didik akan beranggapan bahwa belajar Akidah Akhlak bukanlah

kebutuhan, hanya tuntutan kurikulum saja, karena peserta didik tidak mendapat makna

dari belajar Akidak Akhlak yang dipelajari. Padahal secara substansial mata pelajaran

Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta

didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan

1
untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan

sehari-hari1 Oleh karena itu peserta didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar

mengajar. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap

prestasi belajar peserta didik. Interaksi pembelajaran di kelas juga merupakan wujud

pembiasaan akhlak peserta didik. Disamping itu, kemampuan guru dalam memilih

metode yang tepat juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

Guru harus mampu memilih metode yang tepat, sehingga peserta didik termotivasi

untuk mengikuti pembelajaran

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses belajar mengajar dan prestasi

belajar Akidah Akhlak di MTs N 2 Lampung Utara kelas IX semester ganjil tahun

pelajaran 2022/2023, ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya: 1) Model

pembelajarannya masih satu arah (ceramah) belum bervariasi sehingga pelajaran yang

seharusnya dikuasai dengan baik oleh peserta didik hasilnya kurang optimal hal ini

dapat diketahui dari nilai ulangan harian hanya 57,50 % dari jumlah peserta didik yang

mendapatkan nilai lebih dari 7,5 sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan. 2) Aktivitas belajar peserta didik secara klasikal juga masih rendah yaitu 36

%, hal ini disebabkan karena peserta didik tidak merasa dilibatkan dalam kegiatan

belajar mengajar.

Guru harus memantau aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,

sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat

diketahui oleh guru.

Untuk mengatasi permasalahan di atas dibutuhkan proses pembelajaran yang

tepat. Salah satu kesulitan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran adalah

disebabkan penggunaan model atau metode pembelajaran yang kurang mendapat

1
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm.50

2
perhatian anak didik, mungkin karena terlalu monoton, kaku, terkesan memaksa, bahkan

tersedianya perangkat pembelajaran yang kurang atau ada tetapi belum difungsikan.

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik,

karena keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) bergantung pada model yang

digunakan oleh gurunya. Jika model mengajar guru enak, maka peserta didik akan

tekun, rajin, dan antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan

terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik baik tutur katanya, sopan santunnya,

motoriknya dan gaya hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang lebih

menarik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Salah satunya dengan menggunakan

metode mind mapping (peta konsep).

Mind mapping dapat dipahami sebagai suatu strategi untuk mencatat yang kreatif

dan efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Manfaat awal mind

mapping adalah untuk mencatat. Mind mapping dapat menggantikan metode lama

outlining yang kaku dan kadang mengganggu kebebasan memunculkan ide-ide baru.

Mind mapping juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan

seseorang menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak

dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa

diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan konvensional. 2

Dengan demikian daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram

warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja

alami otak Mind mapping ini berkaitan dengan kerja otak. Sistem kerja otak tidak

menyimpan memori dalam bentuk rapi dan teratur tetapi lebih menyerupai pohon Ia

menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi.

Semakin sering seseorang bekerja dengan metode memori otak, maka akan

2
Ibid., hlm. 5

3
semakin mudah dan cepat ia belajar.3 Melalui aplikasi model pembelajaran mind

mapping, maka akan semakin mudahlah melibatkan kedua sisi otak sehingga mampu

meningkatkan akselerasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, mind mapping dapat

dijadikan sebagai suatu strategi pembelajaran yang efektif dan bermanfaat bagi peserta

didik karena dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik serta dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran Aqidah Akhlak.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok masalah sebagai

berikut: Bagaimana upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas ix semester

ganjil mata pelajaran Aqidah Akhlak materi iman pada hari akhir melalui model

pembelajaran Mind Mapping pada MTs N 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran

2022/2023

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan

untuk mengetahui upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas IX semester

gasal mata pelajaran Aqidah Akhlak materi iman pada hari akhir melalui model

pembelajaran Mind Mapping pada MTs N Lampung Utara Tahun Pelajaran

2022/2023.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran Aqidah

Akhlak.

3
Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar Akan
Efektif Kalau Anda dalam Keadaan ”Fun”, terj. Wrod ++ Translation Service, (Bandung: Kaifa, 2001),
hlm. 165.

4
b. Meningkatkan kerja sama, tanggung jawab dan keaktifan peserta didikdalam

proses belajar mengajar.

2. Bagi guru

a. Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih atau


menentukan strategi pembelajaran.

b. Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai strategi

pembelajaran mind mapping.

3. Bagi pihak sekolah

Dengan mengetahui hasil penelitian ini, hendaknya pihak sekolah memiliki sikap

proaktif terhadap setiap usaha guru, mendukung dan memberi kesempatan kepada

guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

4. Bagi peneliti

Untuk mendapatkan gambaran hasil belajar Aqidah Akhlak melalui model

pembelajaran mind mapping.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat penafsirannya

tentang ”belajar”. Sering kali perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Dalam

uraian ini penulis akan memperkenalkan beberapa perumusan belajar guna melengkapi

dan memperluas pandangan tentang mengajar.

Dikalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan

mendefinisikan makna belajar (learning). Secara implisit terdapat kesamaan maknanya,

yait bahwa definisi maupun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses

perubahan perilaku atau seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Morgan mengemukakan bahwa belajar adalah ”any relatively permanent change

in behavior which occur as a result of experience or practice”.4 Maksudnya belajar

adalah perubahan sikap yang terjadi relatif permanen sebagai hasil dari sebuah

pengalaman atau latihan.

Sedangkan menurut Sholeh Abdul Aziz belajar adalah: “Belajar adalah

merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) sipelajar brdasarkan pengerahuan

yang sudah dimiliki”5

Senada dengan pendapat di atas, Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar

adalah “suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu Perubahan atau

pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.”6 Perubahan yang terjadi dalam

4
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm. 2
5
Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Madjid, Tarbiyah Wa Turuqu At-Tadris, Jus. 1.,(Makkah : Darul
Ma'rif, tth.), hlm. 169.

6
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm. 102

6
proses belajar tersebut berlangsung secara permanen dan dalam waktu yang cukup

lama.

Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik pengertian sebagai berikut :

1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan

2. Perubahan itu dinyatakan dalam bentuk tingkah laku atau pengalaman

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga selalu

didefinisikan sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh

pengalaman. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan ketrampilan.

pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif, membantu integrasi

pribadi murid. Belajar dapat diartikan sebagai usaha dalam menggunakan sarana

atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna perkembangan

dan pertumbuhan pribadi.7

Pengertian belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam kegiatan

belajar mengajar baik di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah. Hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar.

Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari

oleh pembelajaran, oleh karena itu apabila pembelajaran mempelajari pengetahuan

tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan

konsep.

Sudjana mengemukakan bahwa hakikat hasil belajar adalah terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotor.8 Perilaku tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan berpikir,

7
Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), Cet. 4, hlm 2
8
Nana Sudjana , Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung PT, Remaja Rosdakarya) 2003 hlm,3

7
ketrampilan, penghargaan terhadap sesuatu, sikap, minat dan sebagainya. 9 Hasil belajar

merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs). Outputs

tersebut berasal dari berbagai macam informasi sedangkan inputs adalah perbuatan atau

kinerja (performance).10

Pembelajaran yang berorientasi bagaimana peserta didik berperilaku, memberikan

makna bahwa pembelajaran merupakan segala upaya yang disengaja dalam rangka

memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan.11 Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar terdapat

keterpaduan dari kedua unsur yaitu guru dan anak didik, melalui interaksi edukatif.

Tentu saja, dalam kegiatan belajar ini guru harus dapat menggunakan berbagai strategi

pembelajaran melalui metode yang digunakan sebagai alat atau cara untuk mencapai

tujuan belajar yang diinginkan. Kegiatan belajar ini merupakan inti dari kegiatan dalam

pendidikan. Segala sesuatu yang sudah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses

belajar mengajar, karena dalam kegiatan belajar inilah semuakomponen pengajaran dan

kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah di terapkan dapat

tercapai.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar

Ada banyak faktor yang mempengaruhi dalam belajar dan dapat digolongkan

menjadi tiga macam, yaitu :12

a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar

Yang dimaksud dengan stimuli belajar disini yaitu segala hal diluar individu yang

merangsang, individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.

Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan

9
Mohammad Ali, Bimbingan Belajar (Penuntun Sukses di Perguruan Tinggi dengan Sistem SKS), (Bandung:
CV. Sinar Baru, 1984), hlm. 11
10
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 38.
11
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,1997), hlm. 230
12
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 5, hlm. 113.

8
eksternal yang harus diterimaatau dipelajari oleh si pelajar.

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang di harapkan. 13

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan

penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin di capai setelah

pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya

apabila dia tidak menguasai satupun metode mengajar, Sehingga metode yang

digunakan seorang guru dapat mempengaruhi proses belajar dari peserta didik.

Misalnya mind mapping (peta konsep), digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pokok tentang tumbuhan atau klasifikasi hewan. Karena

dengan mind mapping (peta konsep) ini peserta didik akan lebih mudah

mempelajarinya dan dengan mind mapping (peta konsep) yang dibuat oleh peserta

didik tentunya daya ingat peserta didik terhadap materi tersebut akan, lebih baik.

c. Faktor-faktor individual

Selain faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor individual sangat besar

pengaruhnya terhadap belajar seseorang, seperti halnya, kondisi kesehatan

jasmani dan rohani, kapasitas mental,usia dan lain sebagainya.

Secara fundamental Dollar and Miller (Luree, 1970: 136) menegaskan bahwa

keefektifan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal yaitu 14

1. Adanya motivasi (drives), peserta didik harus menghendaki sesuatu (the

learner must want something).

2. Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (eve), peserta didik harus

memperhatikan sesuatu (the learner must notice something).

13
Ibid., hlm. 8.
14
Abin Syamsudin Makmun, op.cit., hlm. 164.

9
3. Adanya usaha (response), peserta didik harus melakukan sesuatu(the learner

must do something).

4. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) peserta didik harus

memperoleh sesuatu (the learner must get something).

Dalam pengajaran guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan tahapan-

tahapan dalam mengajar, karena dalamtahap ini berlangsung interaksi antara guru

dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik secara

individual. Sehingga dapat diketahui bahwa proses pengajaran benar-benar di

perhatikan oleh guru karena dapat mempengaruhi belajar dari peserta didik,

seperti contoh yaitu aspek pengelolaan dan pengendalian kelas, penyampaian

materi, memahami psikologi peserta didik, menganalisis kesulitan belajar dan

mengevaluasi kegiatan proses pembelajaran.

Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni

dari dalam diri peserta didik itu dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik

atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama

kemampuan yang dimilikinya, faktor kemampuan peserta didik besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark

bahwa hasil belajar seorang di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta

didik dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.15

Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar digambarkan sebagai

berikut:16

15
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Penerbit Sinarbaru,2008), Cet. 9.
hlm. 39.
16
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),Cet. 23, hlm.
106

10
Instrumental Input

Raw input Teaching-Learning Output

Environmental input

Gambar diatas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw in put) merupakan

bahan baku yang perlu di olah, dalam hal ini di beri pengalaman belajar tertentu

dalam proses belajar mengajar (teaching- learning proses). Di dalam proses

belajar mengajar turut berpengaruh pula sejumlah faktor yang sengaja dirancang

dan dimanipulasikan (instumental input) guna mengundang tercapainya out put

yang dikehendaki. Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam

menghasilkan keluaran tertentu.

Hasil belajar berkaitan erat dengan 3 ranah yaitu ranah kognitif, psikomotorik

dan afektif. Ukuran dan data hasil belajar Aqidah Akhlak peserta didik dapat

diketahui dari indikator-indikator ketiga ranah tersebut yaitu:

a. Prestasi berkenaan dengan ranah cipta (kognitif), berupa pengembangan

pengetahuan agama termasuk di alamnya fungsiingatan dan kecerdasan.

b. Prestasi berkenaan dengan ranah rasa (afektif), berupa pembentuk266an sikap

terhadap agama, termasuk di dalamnya adalah aqidah dan akhlak.

c. Prestasi berkenaan dengan ranah karsa (psikomotorik) berupa menumbuhkan

ketrampilan beragama termasuk di dalamnya fungsi kehendak, kemauan dan

tingkah laku.17

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru perlu mempertimbangkan

17
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.266

11
tiga ranah tersebut sehingga kemampuan peserta didikdapat maksimal.

B. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak


Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya, kitab-

kitabnya, para rasulnya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yang baik

maupun yang buruk.18 Hal ini juga disebut sebagai rukun iman.

Kemudian kata Akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut

bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.19

Menurut Zakiah Daradjat, dkk, “Aqidah Akhlak adalah suatu bidang studi yang

mengajarkan dan membimbing untuk dapat mengetahui, memahami dan menyakini

aqidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik

yang sesuai dengan ajaran Islam”.20

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Aqidah Akhlak adalah sub mata

pelajaran pendidikan agama yang membahas tentang Aqidah dan Akhlak, dimana

Aqidah Akhlak itu mengajarkan dan membimbing untuk dapat mengetahui,

memahami dan menyakini Aqidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan

tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. Fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Mata pelajaran

Aqidah Akhlak di MTs berfungsi untuk:

a. Menumbuhkembangkan Aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah

18
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hal.30
19
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 2
20
Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.
173

12
SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak

tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun

sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai Aqidah Islam.21

Dari beberapa fungsi pelajaran Aqidah Akhlak seperti diatas dapatlah ditarik

kesimpulan, bahwa selain sebagai fungsi pengembangan, penyaluran,

perperbaikan, pencegahan, penyesuaian dan sumber nilai. Fungsi lainnya adalah

untuk menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan menumbuhkan

beradat kebiasaan yang baik. Dengan demikian perilaku sosial seperti

tanggungjawab, menghormati orang lain, tolong menolong dan partisipasi sosial

dengan sendirinya akan tumbuh dan berkembang pada diri anak sesuai dengan

fungsi pelajaran Aqidah Akhlakseperti di atas.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek Aqidah terdiri atas dasar dan tujuan Aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-

asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari

Akhir serta Qada Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf, taubat,

tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu', husnuzh-zhan,

tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, danpergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa,

ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.22

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pelajaran aqidah akhlak mencakup seluruh

aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah swt maupun secara horisontal

21
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm.50
22
Ibid., hlm. 53.

13
sesama makhluk-Nya. Dengan kata lain, bahwa perilaku sosial yang meliputi:

tanggungjawab, menghormati orang lain, tolong menolong dan partisipasi sosial juga

termasuk dalam ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak.

A. Metode Mind Mapping (Peta Konsep)

1. Pengertian Mind Mapping (Peta Konsep)

Mind mapping (peta konsep) merupakan strategi yang meminta peserta didik

mensintesis atau membuat satu gambar atau diagram tentangkonsep-konsep utama yang

saling berhubungan, yang ditandai dengan garis panah di tulis level yang

membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep utama.23 Menurut DePorter dan

Readon mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan

citra visualdanprasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan”.24

Konsep merupakan dasar untuk berfikir, untuk belajar aturan- aturan dan

akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian itu sangat penting bagi peserta

didik. Misalnya dalam pembelajaran Aqidah Akhlak mind mapping (peta konsep) dapat

dijadikan sebagai alternatifdalam pembelajaran, karena dengan adanya pemetaan dapat

mempermudah peserta didik untuk mempelajari materi tersebut.

Untuk membuat suatu mind mapping (peta konsep), peserta didik dilatih untuk

mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun

bentuk-bentuk tersebut dalam bentuk suatu pola. Dahar dalam Trianto mengemukakan

ciri-ciri mind mapping (peta konsep) sebagai berikut:

a. Mind mapping (peta konsep) merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-
konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, baik itu bidang studi fisika,
kimia, Aqidah Akhlak, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri mind
mapping (peta konsep) peserta didik melihat bidang studi itu lebih jelas dan
mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

23
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,2007), hlm.
168.
24
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan belajarNyaman dan
Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 153

14
b. Mind mapping (peta konsep) merupakan suatu gambar dua dimensi dari bidang
studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan
hubungan-hubungan profesional antara konsep-konsep. Hal ini yang membedakan
belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa
memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.
c. Mind mapping (peta konsep) menyatakan hubungan antar konsep- konsep. 25
Dengan demikian mind mapping (peta konsep) dapat menunjukkan secara visual

berbagai jalan yang dapat di tempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di

dalam permasalahannya. Mind mapping (peta konsep) yang dapat di buat oleh peserta

didik dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki peserta didik

dan untuk memperkuat pemahaman konsep guru sendiri dan disiplin ilmunya.

2. Cara Menyusun Mind Mapping (Peta Konsep)

Penyusunan mind mapping (peta konsep) berbeda dengan mencatat, tetapi ada

beberapa hal yang hampir sama. Pada mind mapping (peta konsep) tidak semua

penjelasan dari guru atau isi dari buku pelajaran yang dipahami di catat semua.

Maksudnya bahwa mind mapping (peta konsep) bisa berupa catatan ringkasan dari suatu

pelajaran tetapi berbentuk pemetaan seperti bagan, grafik dan lain-lain mengenai suatu

pelajaran.

Manfaat awal mind mapping adalah untuk mencatat. Mind mapping dapat

menggantikan metode lama outlining yang kaku dan kadang mengganggu kebebasan

memunculkan ide-ide baru. De Porter dan Hernacki dalam buku Quantum Learning

menempatkan kegiatan mencatat sebagai salah satu kegiatan terpenting dalam

pembelajaran, karena selain dapat meningkatkan daya ingat, catatan juga diperlukan

untuk mengingat apa yang tersimpan di dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulang,

kebanyakan peserta didik hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang mereka

baca dan dengar.26

25
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan
Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 159
26
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan belajar Nyaman dan
Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 152

15
Mencatat yang efektif merupakan salah satu kemampuan terpentingyang pernah di

pelajari seseorang. Bagi pelajar, hal ini seringkali berarti perbedaan antara mendapatkan

nilai tinggi atau rendah pada saat ujian. Alasan pertama untuk mencatat adalah bahwa

mencatat dapat meningkatkan daya ingat.27 Salah satu strategi mencatat yang

memungkinkan seseorang peserta didik menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa

sehingga cara kerja alami otak dapat dilibatkan sejak awal yaitu dengan menggunakan

strategi mind mapping. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih

bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan konvensional. Dengan

demikian daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni,

sangatteratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otakdalam

melakukan berbagai hal.

Jadi suatu ringkasan lebih mudah di pahami jika dituangkan dalam bentuk mind

mapping (peta konsep), karena mind mapping (peta konsep) mengemukakan gagasan

pemetaan konsep dalam bentuk proposisi- proposisi untuk menolong pemahaman dari

peserta didik. Ketika dia belajar dan konsep telah diperolehnya maka pembuatan

ringkasan dengan jalan mind mapping (peta konsep) dapat memudahkan dalam belajar.

Mind mapping (peta konsep) memegang peranan penting dalam belajar bermakna.

Karena itu hendaknya setiap peserta didik pandai menyusun mind mapping (peta

konsep) untuk meyakinkan bahwa pada peserta didik itu telah berlangsung belajar

bermakna. Ada beberapa langkah untuk membuat atau menyusun mind mapping (peta

konsep), yaitu :

a. Memilih suatu bahan bacaan.


b. Menentukan konsep-konsep yang relevan.
c. Mengelompokkan (mengusulkan konsep-konsep yang relevan).
d. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan.

e. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata atau menggunakan kata


27
Ibid., hlm. 146.

16
penghubung. 28

Buzan dalam bukunyaThe Ultimate Book of Minds Map memberikan tujuh

langkah dalam pembuatan mind map, yaitu:

a, Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

Mengapa? Karena memulai dari tengah memberi kebebasan bagi otak untuk

menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan

alami.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar

bermakna seribu kata dan membantu kita untuk menggunakan imajinasi. Sebuah

gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap fokus, membantu kita

berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.

c. Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan

gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran

kreatif dan menyenangkan.

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang

tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak

bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, empat, dst) hal

sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan

mengingat.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis

lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang melengkung dan organis, jauh lebih

menarik bagi mata.

f. Gunakan satu kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal

memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map.

g. Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu
28
Trianto, op.cit., hlm. 159

17
kata.29

Hisyam Zaini mengemukakan langkah-langkah pembuatan mind mapping (peta

konsep) sebagai berikut :

a. Memilih satu masalah atau topik atau teks atau wacana atau bab (materi pokok)

sebagai bahan evaluasi atau assessment.

b. Meminta peserta didik melakukan brain storming (curah gagasan) tentang masalah

atau topik atau teks atau wacana itu sebanyak mungkin (25-40 konsep). Karena

bagaimanapun ketika suatu topik di bahas oleh beberapa orang akan lebih mudah.

c. Kemudian, meminta peserta didik memilih 10-12 konsep-konsep utama di atas kartu-

kartu secara terpisah.

d. Meminta kembali peserta didik untuk menuliskan konsep-konsep utama di atas

kartu-kartu secara terpisah.

e. Kemudian dengan kartu-kartu yang telah bertuliskan konsep utama, mintalah peserta

didik untuk mencoba beberapa kali membuat satu gambar yang saling berhubungan

antar konsep-konsep. Mind mapping (peta konsep) bisa dalam bentuk vertikal atau

horisontal. Mungkin juga peserta didik meletakkan konsep yang paling besar di

tengah gambar.

f. Memastikan peserta didik membuat garis penghubung antar konsep- konsep utama.

g. Sebelum mengakhiri tugas peserta didik, meminta mereka menulis satu kata atau

level di atas setiap garis penghubung.

h. Tampilkan satu mind mapping (peta konsep) yang di buat oleh guru sebagai bahan

perbandingan dengan apa yang dikerjakan peserta didik.

i. Setelah peserta didik mengerjakan tugas, selanjutnya guru melakukan koreksi atau

evaluasi. 30

29
Tony Buzan, op.cit., hlm. 15
30
Hisyam Zaini, dkk, op.cit., hlm. 175

18
j. Setelah dikoreksi mind mapping (peta konsep) tersebut dikembalikan kepada peserta

didik.31

Ada beberapa prinsip membaca cerdas dalam bentuk peta, yaitu:

a. Memeriksa dengan cepat poin-poin utama.

b. Siapkan kerangka peta besar.

c. Bacalah lebih cepat dan lebih pintar.

d. Mencatat fakta-fakta kunci dan detail-detail penting di peta anda.

e. Mengorganisasikan konsep-konsep itu dan setelah selesai di baca,menggambar

ulang peta jika di anggap perlu. 32

3. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Metode Mind Mapping (PetaKonsep)

Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan peserta didik atau paling tidak

punya pengaruh tertentu. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dengan menggunakan

metode peta konsep adalah sebagaiberikut:

a. Mengembangkan kemampuan menggambarkan kesimpulan- kesimpulan yang masuk

akal.

b. Mengembangkan kemampuan mensintesis dan mengintegrasikan informasi atau ide

menjadi satu.

c. Mengembangkan kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat secara

keseluruhan dan bagian-bagian.

d. Mengembangkan kecakapan, strategi, dan kebiasaan belajar.

e. Belajar konsep-konsep dan teori-teori.

31
Ibid., hlm., 176
32
Gordon Dryden dan Jeanettevos, Revolusi Cara Belajar, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003),
hlm. 166.

19
f. Belajar memahami perspektif dan dalam suatu konsep.

g. Mengembangkan satu keterbukaan terhadap ide baru.

h. Mengembangkan kapasitas untuk memikirkan kemandirian.33

4. Penerapan Mind Mapping (Peta Konsep) pada Pembelajaran Aqidah Akhlak

Peta pikiran adalah catatan yang dibuat dalam selembar kertas dalam bentuk

cabang-cabang dengan menggunakan warna-warna dan simbol- simbol sehingga

menghasilkan kesan dan menimbulkan makna. Hal ini menunjukkan bahwa peranan

berpikir kreatif dalam pembelajaran dapat mempermudah kita menyerap dan

menyimpan informasi. Peranan berpikir kreatif ini sangat tepat jika diaplikasikan dalam

mata pelajaran Aqidah Akhlak, karena materi-materi pelajaran dalam Aqidah Akhlak

berisi tentang informasi-informasi tentang keimanan yang memungkinkan untuk

disampaikan dengan strategi pikiran. Sehingga peserta didik mampu menyerap materi

dengan efektif.

Selanjutnya, peranan berpikir kreatif juga sangat diperlukan dalam pembelajaran

Aqidah Akhlak. Hal ini sangat beralasan karena beberapa hal yaitu :

a. Dengan peranan berpikir kreatif menggunakan model pembelajaran mind mapping,

proses pembelajaran Aqidah Akhlak akan lebih berkesan, bermakna dan

mempermudah penyerapan materi.

b. Model pembelajaran mind mapping merupakan model pembelajaran yang efektif,

karena mampu memberikan stimulasi yang positif terhadap otak peserta didik.

c. Model pembelajaran Aqidah Akhlak selama ini masih monoton dengan model

ceramah, sehingga akan lebih efektif jika dipadu dengan model pembelajaran mind

mapping. Sehingga tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk membekali peserta

didik agar mengetahui dan mengamalkan ajaran Islam akan tercapai secara pribadi

33
Hisyam Zaini, dkk., op.cit., hlm. 169

20
dan sosial.

d. Apabila peserta didik akan mencatat materi Aqidah Akhlak, terlebih dahulu harus

mencari kata kunci atau tema sentral dari materi Aqidah Akhlak yang dipelajarinya

dan menuliskannya di bagian tengah dari buku catatannya. Kemudian mencari sub-

sub tema dari kata kunciatau tema sentral itu sebagai cabang-cabangnya yang

menyebar di sekeliling kata kunci tersebut. Jangan lupa untuk menggunakan pensil

atau spidol warna yang berbeda untuk setiap cabang dan membuat gambar atau

simbol yang mewakili kata kunci atau sub tema tersebut yang mudah diingat.

Contoh pembuatan mind mapping dalam pembelajaran Aqidah Akhlak materi iman

kepada hari akhir adalah sebagai berikut:

Iman kepada Hari


Akhir

Menjelaskan
Menunjukkan dalil
pengertian
tentang beriman
beriman kepada
kepada hari akhir
hari akhir.

Pengertian secara Pengertian secara


bahasa Istilah Dalil Naqli Dalil Aqli

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Mind Mapping

a. Kelebihan Model Pembelajaran Mind Mapping

Ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran mind mapping diantaranya

yaitu:

1) Gambaran konsep hierarki memudahkan seseorang untuk memahami

dengan jelas saling ketergantungan dan hubungan di antara informasi

21
penting yang telah dikumpulkan.

2) Dengan mengetahui konsep dan fakta utama yang dikaitkan dengan ingatan

kita, maka memudahkan kita untuk menyimpan seluruh dasar ilmu tanpa

harus memperhatikan semua isi.

3) Dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik, karena proses kreatif dimulai

dengan satu pemahaman tentang konsep dasar atau tujuan dari satu pokok

persoalan yang sedang dihadapi.

4) Bentuk bagan konsep ada kaitannya dengan sistem kerja otak dalam

mengatur dan menggabungkan informasi baru dalam proses belajar.

Informasi seringkali masuk ke dalam pikiran kita dengan potongan-

potongan yang tidak terorganisir. Melalui peta konsep maka materi yang

dipelajari akan lebih mudah diterima oleh otak.

5) Dengan mengkodekan informasi ke dalam kata-kata kunci atau gambaran-

gambaran yang bisa mewakili gagasan utama, maka memudahkan kita

untuk mengingat informasi tersebut.34

Jadi ketika pembelajaran Aqidah Akhlak ini menggunakan mind mapping

(peta konsep), peserta didik lebih mudah untuk mengingatnya karena dengan

adanya pemetaan konsep tersebut beberapa konsep yang saling berhubungan

dapat dibuat dalam bentuk diagram hirarki, mind mapping (peta konsep) tidak

berupa catatan- catatan panjang yang tentunya lebih sulit untuk di pahami dan di

ingat, para ahli mengatakan bahwa mempelajari metode hubungan bisa

membantu kita untuk belajar dan mengingat kata-kata dalam suatu daftar.

Kenyataan menunjukkan bahwa orang yang belajar dengan menggunakan

metode hubungan dapat mengingat tiga kali lebih baik dibanding dengan orang

34
Lihat Edmund Bachman, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, (Jakarta: PrestasiPustakaraya,
2005), hlm. 53-57.

22
yang tidak menggunakan sistem ini.35

b. Kekurangan Model Pembelajaran Mind mapping

Disamping adanya kelebihan yang dimiliki selama penerapan model

pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran, juga ditemui beberapa

kelemahan dari penerapan model pembelajaran mind mapping. Kelemahan

tersebut antara lain suasana kelas yang kurang tenang karena peserta didik

berkeinginan untuk melengkapi mind mapping (peta konsep). Selain hal tersebut

peserta didik terkadang menjiplak mind mapping karya temannya, sehingga

mengurangi orisinalitas dari ide yang disalurkan. Selain itu tidak semua peserta

didik dapat memahami suatu bacaan dengan cepat sehingga membutuhkan

waktu yang lama untuk menuangkan dalam bentuk mind mapping (peta

konsep).36

C. Kerangka Berpikir
Kreatifitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Berpikir kreatif

akan mempermudah kita untuk menyerap dan menyimpan informasi yang

didapat melalui proses belajar dengan baik. Hal ini juga mendorong kita untuk

memahami masalah dengan cepat dan menemukan gagasan yang bersifat solutif

dengan cara yang tepat. Banyak strategi pembelajaran yang menerapkan berpikir

kreatif dalam proses pembelajaran. Diantaranya adalah penggunaan model

pembelajaran mind mapping.

Model pembelajaran mind mapping dapat digunakan untuk mengorganisasi

informasi yang diserap. Sistem mencatat mind mapping sama dengan sistem

kerja otak kita. Model pembelajaran mind mapping ini efektif untuk membantu

peserta didik mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman

35
Carol Turkington, Cara Mudah Memperbaiki Daya Ingat, (Yogyakarta: Platinum,2005)cet.I hal 78
36
Novianti, ”peningkatan kreatifitas dan hasil belajar mahasiswa melalui peta konsep”
http://sweetyhome.wordpress.com/2008/06/13/peta-konsep, hlm. 7

23
terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan

baru. Berdasarkan argumen tersebut dapat diakatakan bahwa pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak dan dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam

peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara

guru dengan peserta didik yang sedang belajar. 37 Jadi PTK merupakan suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan

tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya, dan

memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

B. Setting dan Subyek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IX MTs N 2 Lampung Utara.

Sedangkan Waktu penelitian dimulai pada tanggal 18 Juli 2022 sampai dengan 24

September 2022 pada semester ganjil.

2. Subyek Penelitian

Yang dimaksud subyek dalam penelitian ini adalah sekelompok orang atau

individu yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX

MTs 2 Lampung Utara yang berjumlah 40 peserta didik. Dalam penelitian ini,

peneliti juga melakukan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh

guru. Hal ini peneliti lakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan guru

dalam mengatur proses pembealajaran.

C. Desain Penelitian
37
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal.2

25
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang

kolaboratif dan partisipatorik. Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai guru yang

menerapkan model pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran Aqidah Akhlak

dan peneliti dibantu oleh seorang guru sebagai mitra peneliti yang bertugas mengamati

jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan aktivitas belajar peserta didik.

Pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus


(direncanakan 2 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan
refleksi.38 Seperti gambar berikut:

Siklus I / II

Analisis/Refleksi perencanaan

observasi Pelaksanaan

Sebelum melakukan kegiatan pokok, peneliti terlebih dahulu mengadakan observasi

awal sebagai bahan refleksi awal. Peneliti dalam hal ini mengadakan observasi kelas

untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, dan menentukan permasalahan

yang akan dipecahkan dengan skenario pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

Kegiatan tersebut meliputi:

1. Peneliti dan guru berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah kelas.

2. Peneliti menetapkan kelas yang memiliki permasalahan paling serius dan perlu

38
Ibid., hlm. 16

26
penanganan dengan tindakan sebagai alternatifnya.

3. Peneliti mencari dari mana permasalahan pembelajaran yang terjadi, apakah

berasal dari peserta didik, guru, atau metode yang diterapkan.

4. Peneliti merencanakan penanganan sebagai solusi awal terhadap permasalahan

tersebut

Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, maka permasalahan yang telah

teridentifikasi perlu segera diatasi, dengan cara penerapan model pembelajaran mind

mapping dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas yang telah ditentukan yaitu kelas

IX. Tindakan tersebut diharapkan dapat memecahkan masalah yang terjadi yaitu

rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar peserta didik.

Secara umum implementasi tindakan setiap siklus dalam PTK dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pra Siklus
Sebelum melakukan penelitian pada siklus I, peneliti melakukan penelitian awal pra

siklus. Pada tahap pra siklus, peneliti dan kolaboran melakukan pembelajaran tanpa

menggunakan model pembelajaran mind mapping atau metode konvensional. Pada

akhir pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi. Dari evaluasi ini, akan diketahui

hasil belajar awal peserta didik sebelum dilakukan tindakan menggunakan model

pembelajaran mind mapping. Hasil awal yang diperoleh pada tahap pra siklus ini

digunakan sebagai bahan komparasi hasil belajar peserta didik pada siklus I dan

II. Sehingga akan diketahui apakah ada peningkatan hasilbelajar pada tiap siklusnya

1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada
model pembelajaran mind mapping.
2) Menyiapkan materi pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mater ipokok
Iman kepada Hari Akhir.
3) Peneliti dan kolaboran menyusun peta konsep yang berkaitan dengan

27
materi Aqidah Akhlak.
4) Penelitidan kolaboran menyiapkan lembar observasi,

pendokumentasian, lembar refleksi dan evaluasi.

b. Tindakan

1) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan

tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat, jelas, dan

penuh suasana kehangatan.

2) Guru menyajikan materi pelajaran Aqidah Akhlak

3) Guru menyajikan contoh peta konsep yang telah dibuat.

4) Guru meminta peserta didik untuk membuat peta konsep berkaitan

dengan materi Aqidah Akhlak yang telah disampaikan.

5) Guru berkeliling untuk mengawasi dan memberikan bimbinganjika ada

peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses pembuatan peta

konsep.

6) Setelah selesai mengerjakan peta konsep, peneliti memberikan kuis

kepada seluruh peserta didik. Para peserta didik tidak boleh bekerja

sama dalam mengerjakan kuis. Setelah peserta didik selesai

mengerjakan kuis langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

7) Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran.

c. Pengamatan

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas

belajar peserta didik dan pengelolaan pembelajaran selamaproses

pembelajaran berlangsung dengan dibantu oleh guru mitra sebagai observer.

Peneliti dan guru kolaboran/mitra melakukan observasi terhadap aktivitas

pembelajaran berdasarkan pedoman observasi yang telah disiapkan peneliti

d. Refleksi

28
Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan kolaboran dengan cara

menganalisis hasil pekerjaan peserta didik berupa hasil tes belajar dan hasil

observasi berupa hasil observasi aktivitas belajar peserta didik dan

pengelolaan pembelajaran. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap

proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan

diperoleh kesimpulan bagian atau fase mana yang perlu diperbaiki atau

disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target.

2. Siklus II
a. Perencanaan

Tahap perencanaan tindakan pada siklus II dilakukan berdasarkan hasil

refleksi tindakan pada siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus IImerupakan

hasil perbaikan dari pelaksanaan tindakan dari siklus I. Aspek-aspek yang

diperbaiki di antaranya adalah proses pembelajaran yang dilakukan guru dan

aktifitas belajar peserta didik perlu dioptimalkan sehingga prestasi belajar

peserta didik dapat meningkat. Adapun kegiatan perencanaan yang dilakukan

pada siklus II sama dengan siklus I. Namunperencanaan ini disesuaikan juga

dengan hasil refleksi pada siklus I, mungkin saja ada hal-hal baru yang perlu

dipersiapkan.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan tindakan pada

siklus I, hanya saja pelaksanaannya ditambah dengan melihat hasil refleksi

siklus I misalnya memperbaiki cara mengajar guru, cara mengorganisir

kelas, kemampuan komunikasi, interaksi antara guru dan peserta didik dan

lain sebagainya. Pada akhir pembelajaran guru memberikan latihan dan

pekerjaan rumah kepada peserta didik untuk dibahas pada pertemuan

selanjutnya. Pada akhir siklus dilakukan tes akhir siklus II.

29
dibahas pada pertemuan selanjutnya. Pada akhir siklus dilakukan tes akhir
siklus II.

b. Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sama persis dengan kegiatan

pada siklus I. Data yang diperoleh dalam tahap observasi siklus II

dikumpulkan untuk kemudian dilakukan analisis.

c. Refleksi

Data yang diperoleh pada siklus II dikumpulkan untuk selanjutnya

dianalisis kemudian diadakan refleksi sehingga dapat diketahui apakah

permasalahan yang dihadapi sudah mampu terpecahkan, yaitu terjadinya

peningkatan prestasi belajar peserta didiksetelah adanya tindakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Tes

Metode tes yaitu “alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan”.39 Tes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes

objektif berupa pilihan ganda. Tes yang peneliti buat dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui atau mengukur prestasi atau hasil belajar peserta

didik. Dengan menggunakan metode tes ini maka peneliti akan dapat

mengetahui apakah prestasi belajar Akidah Akhlak peserta didik mengalami

peningkatan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

39
Suarsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., 2006), hal. 53

30
2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “metode yang digunakan untuk menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.”40 Peneliti secara

langsung dapat mengambil bahan dokumen yang sudah ada dan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan. Metode ini digunakan untuk memperoleh

data daftar nama peserta didik, nilai ulangan harian peserta didik, foto kegiatan

belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik, serta aktivitas belajar.

3. Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai “metode pengumpulan data melalui kegiatan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau kejadian

yang diselidiki.41 Metode observasi ini diharapkan dapat mengetahui kondisi

riil yang terjadi di lapangan dan mampu menangkap kenyataan sebanyak

mungkin mengenai apa yang terjadi. Metode observasi ini peneliti gunakan

untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitas belajar peserta didik dan

pengelolaan pengajaran dalam proses belajar mengajar.

E. Metode Analisis Data

1. Analisa Kuantitatif

Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar peserta didik dapat dianalisis

secara deskriptif. Oleh karena itu, peneliti menggunakan analisis statistik

40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta
2002, hal. 135
41
. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 136

31
deskriptif, misalnya dengan mencari nilai rata-rata atau presentasi

keberhasilan belajar dan lain-lain.42 Analisis kuantitatif ini digunakan untuk

menganalisis jumlah peserta didik yang mengalami peningkatan hasil

belajar Aqidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran mind

mapping pada peserta didik kelas IX MTs N 2 Lampung Utara Tahun

Pelajaran 2022/2023 yang diperoleh dari tindakan siklus I dan II.

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui hasil belajar Aqidah

Akhlak peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran mind

mapping pada peserta didik kelas IX MTs N 2 Lampung Utara Tahun

Pelajaran 2022/2023 dengan melihat tanda- tanda perubahan pada peserta

didik dalam proses pembelajaran. Data tersebut berupa informasi berbentuk

kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat pemahaman peserta didik

terhadap suatu materi pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap peserta

didik terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktifitas peserta didik

mengikuti pelajaran, perhatian, dan hasil belajar Aqidah Akhlak peserta

didik dapat dianalisis secara kualitatif.

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan ketentuan jika nilai

ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai ≥ 85 %. Menurut

Kunandar guru dapat menentukan standar ketuntasan belajar peserta didik

minimal 75%. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah seperti

42
Ibid., hlm. 131

32
kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana.

Sedangkan bagi peserta didik yang belum berhasil mencapai kriteria tersebut

dapat diberi kesempatan untuk mengikuti remedial atau mengerjakan tugas

tambahan.43 Indikator keberhasilan tersebut peneliti tetapkan berdasarkan

kondisi prestasi belajar peserta didik sebelum dilakukan tindakan yang sebagian

besar belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Sehingga peneliti

menargetkan minimal 85% peserta didik bisa tuntas belajarnya. Meskipun

begitu penelitian ini bermaksud meningkatkan prestasi belajar peserta didik

semaksimal mungkin dan kalau bisa ketuntasan belajar peserta didik mencapai

100%.

43
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan
Sukses dalam Setifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 428-429

33
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah

Tony Buzan, The Ultimate Book of Mind Maps: Buku Pintar Mind Map, Alih Bahasa: Susi
Purwoko, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),

Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution):
Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan ”Fun”, terj. Wrod ++ Translation
Service, (Bandung: Kaifa, 2001)

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971)

Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Madjid, Tarbiyah Wa Turuqu At-Tadris, Jus.
1. ,(Makkah : Darul Ma'rif, tth.)

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996)

Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), Cet. 4.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2002)

Mohammad Ali, Bimbingan Belajar (Penuntun Sukses di Perguruan Tinggi dengan


Sistem SKS), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1984)

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2003)

Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
1997)

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 5

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Penerbit Sinarbaru, 2008), Cet. 9

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),Cet. 23

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990)

Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah

Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), hlm.
168.

34
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan belajar Nyaman dan
Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2002)

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan


Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007)

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan belajar Nyaman dan
Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2002)

Gordon Dryden dan Jeanettevos, Revolusi Cara Belajar, (Bandung: PT. Mizan Pustaka,2003),

Lihat Edmund Bachman, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka raya,
2005)

Carol Turkington, Cara Mudah Memperbaiki Daya Ingat, (Yogyakarta: Platinum,2005), Cet 1.

Novianti, ”peningkatan kreatifitas dan hasil belajar mahasiswa melalui peta konsep”
http://sweetyhome.wordpress.com/2008/06/13/peta-konsep.

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)

Suarsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., 2006)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002,

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002).

Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses
dalam Setifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2009)

35
LK-11b: Penyusunan Instrumen PTK

No Alat Instrument Jenis Instrument Contoh Instrument

1 Pengamatan  Lembar Pengamatan


 Panduan Observasi
2 Test  Soal Ujian
 Inventori
3 Dokumentasi  Daftar Cocok (Check list)

1. Lembar Pengamatan
Observasi Aktifitas Peserta Didik Siklus I DAN II

Jumlah Peserta Prosentase


No Aspek yang Diamati
Didik Aktifitas
1 Menyampaikan pertanyaan
2 Menjawab pertanyaan
3 Mengemukakan pendapat
4 Mencatat materi pelajaran
5 Mengerjakan tugas dari guru
Jumlah skor
Prosentase aktifitas secara klasikal
Keterangan Prosentase Aktivitas
0% - 39% = Sangat
Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik

Observasi Aktifitas Guru Siklus I

No Aspek yang Dinilai Nilai


1. Kemampuan dalam membimbing peserta didik
2. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi
pada peserta didik
3. Kemampun dalam menguasai materi pelajaran
4. Kemampuan dalam menyampaikan materi
Pelajaran
5. Kemampuan menciptakan komunikasi dua arah

36
6. Kemampuan mengimplementasikan metode
Pembelajaran
7. Kemampuan mengorganisir kelas
Jumlah
Rata-rata
Prosentase aktifitas guru
Keterangan: skor terendah = 1, skor tertinggi = 4, skor total maksimal
= 28

Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik

2. Soal Ujian

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c dan d pada jawaban yang benar !

1. Percaya dengan sepenuh hati, bahwa kiamat itu terjadi, merupakan pengertian dari .
a. iman kepada Allah c. iman kepada malaikat
b. iman kepada hari akhir d. iman kepada rasul

2. Diantara hikmah beriman kepada hari akhir adalah ….


a. minimbulkan sifat takabur
b. mendorong berbuat sewenang-wenang
c. menimbulkan sifat ikhlas beramal
d akan selalu ingat mati

3. Dibawah ini yang bukan tanda-tanda hari kiamat adalah ….


a. terbelahnya bulan c. kembalinya Nabi Isa as
b. turunnya dajjal d. munculnya berbagai binatang

4. Tentang kapan terjadinya hari akhir ……


a. hanya Allah yang mengatahui c. dapat perkirakan sebelumnya
b. dapat dketahui oleh para Nabi d. tidak ada sama sekali

5. Sesungguhnya alam akhiratlah alam yang ……


a. fana c. tidak kekal
b. sementara d. yang kekal

6. Peristiwa hari kiamat telah disebutkan dalam Al-Qur`an diantaranya surat …..
a. Al Alaq :1-5 c. Al Qariah : 1-5
b. Al Fatikhah : 1-5 d. Al Falaq : 1-5

7. ‫فيو مىذ وقعت ا لواقعة‬ potongan ayat tersebut artinya ……


a.dan diangkatlah bumi dan gunung c. maka hari itu terjadilah hari kiamat

37
b. lalu dibenturkan keduanya d. maka apabila sangkaka ditiup sekali tiup

8. ‫فاذانفخ فى الصور نفخةواحدة‬ potongan ayat tersebut artinya …..


a. dan diangkatlah bumi dan gunung c. maka hari itu terjadilah hari kiamat
b. lalu dibenturkan keduanya d. maka apabila sangkakala sekali tiup

9. Pada suata semua makhluk yang telah mati dibangkitkan kembali oleh Allah, hari
itu disebut hari ….
a. yaumud diin c. yamul ba`ats
b. yaaumul jum`ah d. yaumul tanad

10. Malaikat yang bertugas meniup sangkakala sebagai tanda akan musnahnya alam
semesta adalah malaikat . …
a. Ismail c. Isrofil
b. Izroil d. Jibril

11. Tentang hari akhir sebenarnya adalah ….dapat diperkirakan datangnya


a. dapat diketahui dengan pasti kapan datangnya
b. hanya Allah yang mengatahui
c. tidak akan terjadi sama sekali
d Semua bemar

12. Sesungguhnya alam dunia hanyalah alam yang ….


a. tidak kekal , c. kekal
b. menggembirakan d. untuk menerima balasan

13. Nama hari akhir yang sering disebut orang adalah ….


a. hari pembalasan c. hari perhitungan
b. hari kiamat hari barbangkit d. hari senang

14. Batas pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat disebut …


a. alam kubur c. alam ghaib
b. alam barzah d. alam dunia

15. Pada hari itu juga merupakan hari panggil-memanggil yang disebut ….
a. yaumu tanad c. Yaumul ma’id
b. yaumulmau ud d. Yaumul fasli

16. Berikut ini yang bukan termasuk sebutan hari akhir,kecuali ….


a. yaumul maghfirah c.yaumul fath
b. yaumul ashir d.yaumul baath
17. Tempat berkumpulnya semua umat manusia setelah di bangkitkan dari kubur disebut .
a. surga c. makhsyar
b. neraka d. Arafah

18. Dalam surat Al-Qariah, menjelaskan tentang hari ….


a. berbangkit c. pengampunan
b. kiamat d.kelahiran

19. Yamg bukan termasuk hikmah beriman kepada hari akhir adalah ….

38
a. mendorong untuk lebih ikhlas beramal
b. memacu giat beramal
c. menghindari berbuat maksiat
d. mendorong untuk giat bekerja

20. Sebagai orang mukmin, kita harus meyakini, bahwa neraka ……..
a. merupakan tampat orang-orang berdosa dan durhaka
b. tempat yang biasa saja
c. tempat khayalan belaka
d. tempat untuk menakut-nakuti manusia

II. Soal Uraian

1. Jelaskan pengertian tentang iman kepada hari akhir ?


2. Sebutkan 5 tanda-tanda kecil dan besar akan datangnya hari kiamat ?
3. Tuliskanlah dalil tentang terjadinya hari kiamat ?
4. Sebutkan 5 macam nama lain dari hari akhir beserta artinya !
5. Jelkan satu dalil aqli tentang hari akhir !

KETERANGAN :
Nilai : 20 X 3 = 60
5 X 8 = 40
Jml = 100

39
3. Dokumentas

SIKLUS I

SIKLUS II

40

Anda mungkin juga menyukai