Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan menuju tercapainya

tujuan tersebut perlu disampaikan upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif

yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari secara

seksama terhadap suatu mata pelajaran.Dalam hal ini pendidik mempunyai peran

yang sangat dominan untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai

dengan materi yang di sampaikan, karena model pembelajaran yang tepat akan

sangat menentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. Penggunaan model pembelajaran dapat memperlancar proses

1
pembelajaran sehingga akan tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Para

ahli juga mengatakan bahwa masalah mengajar adalah masalah setiap orang

dalam mengajar oleh karena itu sangatlah dibutuhkan berbagai metode untuk

proses pembelajaran(Subrata, 2008:228).

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs.

Nurlathifah Lengke-lengkese, dinilai rendah dan masih jauh dari yang diharapkan.

Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya hasil yang dicapai siswa, adalah

proses pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang monoton sehingga

kurang menarik bagi siswa, serta kurangnya aktivitas kreatif/paikem yang terjadi

pada siswa, penggunaan media pembelajaran yang monoton tersebut

menyebabkan siswa merasa bosan dan jenuh. Adakalanya penerapan metode

yang monoton menjadikan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, dan

pembelajaran cenderung berpusat pada guru.

Dalam proses pembelajaran diharapkan mampu mencetak generasi

penerus pembangun masa depan yang cerdas, kompeten, kreatif, mandiri, siap

menghadapi berbagai macam tantangan. Untuk mencetak generasi yang

diharapkan perlu adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan

kondisi siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.

Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan saat ini adalah

Cooperative Script yang dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna

Curran.

Slavin (1994:175) mengatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang

2
dapat meningkatkan daya ingat siswa adalah pembelajaran dengan model

cooperative script. Dengan meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang

telah di peroleh sebelumnya, dapat pula mempermudah meningkatkan

kreativitas siswa karena kreativitas siswa merupakan kemampuan membuat

kombinasi baru berdasarkan data dan informasi yang sudah ada.Cooperative

script adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan

mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Miftahul a’la, 2011:

97).

Untuk itu, maka guru dituntut agar mampu mengelola kelas dengan baik

dan memperhatikan metode yang tepat yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti mengambil

judul “Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran SKI Materi Bangsa Arab Pra

Islam Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas VIII MTs. Nurlathifah

Lengke-lengkese Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Rumusan Masalah

Apakah panarapan metode Cooperative Script dapat meningkatkan hasil

belajar SKI materi bangsa arab pra Islam pada siswa kelas VIII semester I di

Nurlathifah Lengke-lengkese Tahun Pelajaran 2019/2020 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

penerapan Metode Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran SKI materi bangsa arab pra Islam pada siswa kelas VIII semester I di

Nurlathifah Lengke-lengkese Tahun Pelajaran 2019/2020 ?

3
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis adalah salah satu jawaban yang bersifat sementara yang

terkumpul. (Ari Kunto, 2009: 67). hipotesis adalah tindakan merupakan jawaban

sementara terhadap masalah yang dihadapi. (Mulyasa, 2011: 63). Dari kedua

pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atas

kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang mungkin benar

atau salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.

Dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut, “Jika

metode Cooperative Script dapat diterapkan dengan baik pada mata pelajaran

SKI materi bangsa arab pra Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Kelas VIII MTs. Nurlathifah Lengke-lengkese Tahun Pelajaran 2019/2020.”

Indikator keberhasilan adalah 85% tercapai nilai KKM sebesar 75.

E. Manfaat Penelitian

Dari penulisan ini dihrapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi

semua kalangan pendidik di lembaga sekolah pada umumnya. Adapun

berbagai manfaat yang diharapkan itu antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk

mendapatkan pengetahuan baru tentang implementasi metode Cooperative

Script sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran

SKI sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa.

4
b. Meningkatkan motifasi guru dalam memperbaiki strategi pembelajaran

menjadi lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Dapat digunakan sebagai pembaharuan pendidikan di sekolah.

d. Dapat digunakan untuk perbaikan strategi dalam proses belajar mengaja

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan

suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, (Slameto,

1991: 2).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar’. Dengan adanya hasil

belajar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan

proses pembelajaran. Djamarah dan Zain (2006: 121) mengemukakan

bahwa setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah

yang dihadapi adalah sampai dimana hasil (hasil) belajar yang telah

dicapai. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja, banyak faktor

yang mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai hasil

atau keberhasilan dalam belajar. Pada umumnya hasil atau

keberhasilan belajar seorang murid, dalam hal ini siswa Kelas VIII MTs.

5
Nurlathifah Lengke-lengkese sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang

dilaksanakan oleh anak itu sendiri. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam

proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu

faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa (internal factor),

dan faktor yang datangnya dari luar diri individusiswa (eksternal factor).

2. Metode Cooperative Sript

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas,

peneliti menerapkan metode pembelajaran Cooperative Script atau

mencari pasangan. Metode ini merupakan salah satu alternative

yang dapat diterapkan kepada siswa. Metode Cooperative Script

merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran

kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).

(Miftahul Huda, 2013: 251).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode

Cooperative Script menurut Riyanto (2009: 280) adalah :

a. Guru mengkondisikan para siswa untuk berpasangan /

berkelompok.

b. Guru membagikan materi kepada masing-masing kelompok dan

mengarahkannya untuk di baca lalu dibuat ringkasan dari materi

tersebut.

c. Guru dan siswa membuat ketetapan terkait siapa yang pertama

6
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai

pendengar

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar

: menyimak/mengkoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang

lengkap, membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

e. Bergantian peran, yang tadinya perannya sebagai pembicara diganti

perannya menjadi pendengar begitu juga sebaliknya

f. Proses pembuatan kesimpulan atas pembelajaran yang telah

dilakukan oleh guru dan para siswanya secara bersama- sama.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara dinamis dan

membekas”, (Winkel, 2001: 36).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman” (Wasty Soemanto,

2009: 99). Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku, (Slameto, 2002: 2).

Sementara itu, Sardiman dalam pengertian luas mengatakan

“belajar dapat diartikan sebagai psiko-fisik menuju keperkembangan pribadi

seutuhnya”. Kemudian dalam arti sempit, “belajar dapat diartikan sebagai usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju

terbentuknya kepribadian seutuhnya”, (Sardiman, 2001: 20).

Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli diatas, maka dapat

dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk

memperoleh suattu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

8
secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relative menetap serta membawa

pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Jadi, seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila dalam

dirinya terjadi perubahan tingkah laku yang relative tetap. Keberhasilan

belajar siswa biasanya ditunjukkan dengan nilai ujian dalam bentuk angka atau

symbol yang diberikan oleh guru dalam suatu mata pelajaran tertentu. Nilai

tersebut merupakan pencerminan hasil usaha kegiatan belajar yang sudah dicapai

oleh setiap anak dalam periode tertentu.

2. Pengertian Hasil Belajar

Setiap saat dalam kehidupan manusia selalu mengalami proses

pembelajaran. Belajar dilakukan manusia secara formal maupun informal, dimana

dalam proses pembelajaran akan di peroleh hasil belajar setelah pembelajaran

segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Perubahan- perubahan pada siswa

inilah yang dinamakan hasil belajar.

Menurut Nana (1996) “hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar’. Dengan adanya hasil

belajar guru dapat mengetahui

kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Djamarah

dan Zain (2006: 121) mengemukakan bahwa setiap proses belajar selalu

menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana hasil

belajar yang telah dicapai. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja,

banyak faktor yang mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai

hasil atau keberhasilan dalam belajar. Pada umumnya hasil atau keberhasilan

9
belajar seorang murid, dalam hal ini siswa kelas VIII MTs. Nurlathifah Lengke-

lengkese sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaksanakan oleh anak

itu sendiri. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak

dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah

(2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa

(internal factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individusiswa (eksternal

factor).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat di golongkan dalam dua

bagian yaitu faktor intern dan ekstern. Menurut Slameto, (1991: 56), sebagai

berikut :

a. Faktor Intern adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor-faktor intern ini antara lain :

1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi :

a) Kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah

pusing, ngantuk jika badannya lemah dan gangguan lainnya.

b) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat,

10
belajarnya juga akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya ia belajar

pada lembaga pendidikan khusus.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor Psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu

adalah:

a) Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam

situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi

akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika

bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka akan timbulah

kebosanan sehingga tidak suka lagi belajar.

c) Minat

Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat

diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang berminat

untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.

d) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil

belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai

dengan bakatnya, maka kemungkinan keberhasilannya akan lebih besar.

e) Motif

11
Dalam proses belajar haruslah di perhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan

dengan/menunjang belajar.

f) Kematangan

Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang) jadi

kemajuan baru untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan

dalam belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa

belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih

baik.

b. Faktor Ekstern.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan

menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa:

a) Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat

menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.

b) Relasi Antara Anggota Keluarga

12
Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan

kasih saying, disertai dengan bimbingan orang tua dan bila perlu hukuman

untuk mensukseskan belajar anak.

c) Suasana Rumah

Agar anak dapat belajar denganbaik perlulah diciptakan suasana

rumah yang tenang dan tentram. Didalam rumah yang selain anak

kerasan / betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

d) Keadan Ekonomi Keluarga

Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya

juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar dapat terpenuhi jika

keluarga mempunyai cukup uang.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah:

a) Metode Mengajar

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi

belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu

dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang

menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak

jelas, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pengajaran

agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

13
c) Relasi Guru dan Siswa

Dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga

menyukai pelajarannya yang diberikan, sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya.

d) Relasi siswa dengan siswa

Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan temen lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan batin, atau diasingkan oleh kelompok. Akibatnya

makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannnya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar.

f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena

alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula

untuk menerima oleh siswa- siswi untuk menerima bahan yang diajarkan.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar

disekolah. Jika siswa terpaksa masuk sore hari sebenarnya kurang baik.

Pada waktu sore hari siswa harisnya beristirahat, tetapi termasuk

masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran dengan /

sambil ngantuk dan sebagainya.

h) Standar pelajaran di atas ukuran

14
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah

dirumuskan dapat tercapai.

i) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik siswa

menuntut keadaan gedung harus memadai didalam setiap kelas.

j) Metode Belajar

Cara belajar yang tepat dan efektif akan mempengaruhi hasil belajar

siswa. Demikian juga dalam pembagian waktu untuk belajar.

k) Tugas Rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah digunakan untuk

kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak

member tugas yang harus dikerjakan di rumah.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh

terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan

siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini meliputi kegiatan

siswa dalam masyarakat, mass media, dan teman bergaul.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Siswa harus dapat membatasi kegiatannya dalam masyarakat agar

belajarnya tidak terganggu.

b) Mess media

Mass media yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik

15
terhadap siswa, dibaliknya mass media yang jelek juga memberikan

pengaruh yang jelek pada siswa. Maka perlulah siswa mendapat

bimbingan dan kontrol yang bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik,

baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Teman bergaul

Agar dapat belajar dengan baik, maka perlulah di usahakan

agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan

yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik.

4) Faktor penyebab kesulitan belajar

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang

untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari

kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa setiap siswa itu memiliki

perbedaan. Sementara itu penyelenggaraan pendidikan di sekolah- sekolah

kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang

berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkategori di luar

rata- rata tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang.

Dari sinilah kemudian timbul kesulitan belajar, yang juga dialami oleh

siswa yang berkemampuan rata-rata disebabkan oleh faktor- faktor

tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai

dengan harapan. Faktor yang menghambat belajar adalah sebagai

berikut:

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan umum dari

dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau

16
kekurangmampuan psikofisik siswa yakni:

1) Bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual atau

intelegensi siswa.

2) Bersifat Afektif seperti labilnya emosi dan sikap.

3) Bersifat psikomotor seperti terganggunya alat-alat indera

penglihatan dan pendengaran.

b. Faktor ekstern siswa, yakni meliputi semua situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.

Faktor ini dapat dibagi tiga macam:

1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan

hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan

ekonomi keluarga.

2) Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya:

wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung

sekolah yang buruk, kondisi guru serta alat-alat belajar yang buruk,

(Muhibbin Syah, 2010: 207).

Untuk mendapatkan jalan keluar dari masalah kesulitan belajar pada

siswa ada beberapa langkah yang dilalui yaitu:

a. Diagnosis Kesulitan belajar

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan kesulitan belajar siswa, guru

sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap

fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang

17
melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan

untuk menetapkan jenis kesulitan belajar siswa.

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri

atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya jenis

kesulitan belajar atau disebut diagnostik. Banyak langkah diagnostik yang

dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah Prosedur

Weener dan Senf (1982) sebagai berikut:

1) Melakukan observasi kelas

2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa

3) Mewawancarai orang tua atau wali siswa

4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu

5) Memberikan tes kemampuan intelegensi

b. Analisis Hasil Diagnosis

Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik

kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis

kesulitan yang dialami siswa dapat diketahui secara pasti.

c. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah

Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan

bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan

perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah dapat dikategorikan menjadi

tiga macam:

1) Bidang kecakapan bermasalah yang dapa ditangani oleh guru sendiri

2) Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan

18
bantuan orang tua.

3) Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh

guru maupun orang tua.

5. Indikator Keberhasilan

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika sudah mencapai nilai

KKM mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu sebesar 75 dan suatu

kelas dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85%

siswa yang telah mencapai KKM mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam yaitu sebesar 75.

B. Metode Pembelajaran Cooperative Script

1. Pengertian Metode Cooperative Script

Metode Cooperative Script adalah salah satu dari beberapa metode yang

ada di model pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning ). Metode ini

dikemukakan oleh Danserau dan kawan-kawan pada tahun 1985, (Yatim Riyanto,

2009: 284).

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep,

menyelesaikan persoalan atau inkuiri (Suyatno, 2009: 51). Pada pembelajaran

kooperatif para siswa dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil dan diarahkan

untuk mempelajari materi pelajaran yang ditentukan, dalam hal ini sebagian

besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi

pelajaran dan didiskusikan untuk memecahkan masalah ( tugas ).

Adapun pengertian Pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut :

19
a. Pembelajaran koopertif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar, (Nurhadi,

2004: 112)

b. Pembelajaran kooperatif adalah pmbelajaran yang menuntut kerjasama

siswa dan saling ketergantungan dalam struktur, tugas, tujun, dan hadiah,

(Ibrahim, 2002: 3).

c. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalamkelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang beranggotakan 4-6 orang dalam struktur kelompok heterogen, (Sujono,

2009: 12).

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan adanya kerjasama

antara siswa dalam suatu kelompok kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai

tujuan belajar bersama.

Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlihat secara aktif dalam proses berfikir

dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa ahli mengatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa

memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis, bekerjasama dan membantu teman. Selain itu,

keterlibatan siswa secara aktif pada proses pembelajaran dapat memberikan

dampak positif terhadap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

20
Maka dari itu, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode

pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman

siswa karena pembelajaran ini berorientasi pada siswa. Pembelajaran

kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman

suatu konsep melalui aktivitas sendiri dan interaksinya dengan siswa lain.

Pembelajaran kooperatif juga dapat membrikan dukungan bagi siswa dalam

saling tukar menukar ide, memecahkan masalah, berpikir alternatif, dan

meningkatkan ketagkapan berbahasa.

Metode Cooperative Script terdiri dari dua kata yaitu

”Cooperative” dan ”Script”. Kata cooperative berasal dari kata

”Cooperate” yang berarti bekerjasama, bantu-membantu, gotong- royong, selain

itu juga berasal dari kata ”Cooperation” yang artinya kerjasama, koperasi

persekutuan. Sedangkan kata ”Script” berasal dari kata ”Script” yang berarti

uang kertas, darurat, surat saham sementara dan surat adil sementara. Jadi,

”Cooperative Script” disini adalah naskah tulisan tangan, surat saham

sementara, (Jhony Adreas, tt: 91).

Menurut Dansereau dan koleganya Cooperative Script adalah suatu cara

bekerja sama dalam membuat naskah tulisan tangan dengan berpasangan dan

bergantian secara lisan dalam mengintisarikan materi-materi yang dipelajari

(Danserau, 1985: 12). Sedangkan menurut Slavin RE Cooperative Script adalah

metode belajar diana siswa bekerja berpasangan dan bergantian peran sebagai

pembaca dan pendengar dalam mengintisarikan bagian-bagian yang

dipelajari (Slavin RE, 1982: 88). Dengan kata lain metode Cooperative Script

21
merupakan metode belajar yang membutuhkan kerjasama antar dua orang,

yang mana yang satu sebagai pembicara dan yang satunya sebagai pendengar.

Metode Cooperative Script dikenal juga dengan nama Skrip Kooperatif.

Metode Cooperative Script merupakan sebuah strategi pembelajaran

yang menarik bagi siswa, karena siswa akan berbicara dengan lawan bicara secara

langsung dan akan mendapatkan respon langsung dari lawannya dalam membahas

sebuah tema atau materi pelajaran yang diajukan oleh guru. Dalam hal ini guru

membagi siswa menjadi berpasangan dan setiap pasangan akan membahas suatu

tema yang telah diberikan sebelumnya oleh guru dan saling mengutarakan

pendapatnya masing-masing untuk menemukan suatu kesimpulan jawaban (Moh.

Sholeh Hamid, 2014: 220).

Pada pembelajan Cooperative Script terjadi kesepakatan antara siswa

tentang aturan-aturan dalam berolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan

disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan

siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan,

diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan

dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi

belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam

aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar

memberdayakan potensi

siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan kesimpulannya, jadi

benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan

saat ini.

22
2. Langkah-langkah metode Cooperative Script

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode

pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat

ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar,

menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

serta pendengar membantu mengingat/menghafal ide -ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.

f. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.

g. Penutup.

3. Kelebihan dan kekurangan metode Cooperative Script

Setiap metode pasti ada kelebihan dan kekurangannya, demikian pula pada

metode Cooperative Script terdapat pula kelebihan dan kekurangannya yaitu:

a. Kelebihan :

Melatih pendengaran, ketelitian dan kecermatan.

 Setiap siswa terlibat aktif


23
 Melatih mengungkapkan kesalahan oran dengan lisan

 Melatih berbicara di depan kelas

 Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial

 Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

b. Kekurangan :

 Beberapa siswa mungkin takut untuk mengungkapkan ide- idenya

 Banyak menyita waktu ketika proses bertukar pasangan, dikarenakan ada

sebagian siswa yang malah asyik main sendiri

 Sulit untuk membentuk kelompok yang solid

 Tidak semua siswa mampu menjelaskan materinya dengan sempurna.

C. Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

Kalimat sejarah kebudayaan islam terdiri dari tiga kata yaitu, sejarah,

kebudayaan, dan islam. Berikut ini akan dijelaskan pengertian masing-masing

kata tersebut. Kata ”sejarah” dalam bahasa arab berasal dari kata ”syajarah”

yang berarti pohon atau sebatang pohon mulai sejak benih pohon itu sampai

segala hal yang dihasilkan oleh pohon tersebut, atau dengan kata lain sejarah

atau ”syajarah” adalah catatan detail tentang suatu pohon dan diartikan sebagai

catatan detail dan lengkap tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut istilah,

sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau.

Maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang

dicatat dengan lengkap dan benar-benar terjadi dimasa lampau, (Sjamsuddin,

24
1996: 2).

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ”budhayah” yang

merupakan bentuk jamak dari ”budhi” (budi atau akal). Dengan demikian

kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

budi dan akal. Selanjutnya Koentjaraningrat (1980) mendefinisikan

kebudayaan keseluruhan dari hasil budi dan karya. Dengan kata lain,

kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang telah dihasilkan manusia

karena pemikiran dan karyanya. Istilah ”kebudayaan” sering

dikaitkan dengan istilah ”peradaban”. Perbedaannya, kebudayaan

lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi, dan moral,

sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi dan

teknologi.

Apabila dikaitkan dengan Islam, maka kebudayaan Islam adalah hasil

karya, karsa, dan cipta umat Islam yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran

Islam yang bersumber hukum dari Al-qur’an dan Sunnah Nabi. Sedangkan

Islam, Islam adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

manusia melalui Muhammad sebagai Rosul. Datangnya dari Allah, baik dengan

perantara malaikat Jibril, maupun langsung kepada nabi Muhammad SAW.

Secara etimologi, Islam memiliki sejumlah derivasi (kata tiruan), antara lain:

a. Aslama, yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk dan petuh

sepenuhnya.

b. Salima, berarti selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat/cela.

c. Salam, berarti damai, aman dan tentram.

25
d. Sullam, yang artinya tangga atau alat bantu untuk naik ke atas

(Munawwir, 1997: 654-656).

Berdasarkan pengertian diatas, maka secara garis besarnya Islam

mengandung makna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah yang

dibuktikan dengan sifat taat, tuntuk dan patuh kepada ketentuan- Nya, guna

terwujudnya suatu kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan

bebas dari cacat/cela dalam kondisi damai, aman, dan tentram serta

berkualitas. Sebagai gambaran umum dari kehidupan yang Islami.

Dari pengertian Islam diatas dapat disimpulkan bahwa Islam

merupakan agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada nabi

Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi ummat manusia agar kehidupannya

membawa rahmat bagi seluruh alam.

Dari penjelasan mengenai pengertian sejarah, kebudayaan, dan Islam

diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Sejarah Kebudayaan

Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya,

karsa, dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.

2. Ruang lingkup SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

Cakupan kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Aliyah meliputi:

a. Dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode

Madinah.

b. Kepemimpinan umat Islam setelah Rasulullah SAW wafat.

c. Khulafaur Rhasyidin masa khalifah Abu Bakar Ash-shidiq, khalifah

26
Umar bin Khattab, khalifah Utsman bin Affan, khalifah Ali bin Abi Thalib.

d. Perkembangan Islam periode Klasik (zaman keemasan) tahun 650M-

1250M.

e. Perkembangan Islam pada abad pertengahan / zaman kemunduran tahun

1250M-1800M.

f. Perkembangan Islam pada masa modern / zaman kebangkitan (1800-

sekarang).

g. Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai suatu proses yang

dinamis menggunakan 4 (empat) tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi

dan refleksi. Langkah-langkah ini terus dipahami bukan sebagai langkah-langkah

yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-

momen dalam spiral yang menyangkut aspek tersebut, (Arikunto, 2009 : 16)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam mata pelajaran SKI, rancangan

penelitian yang dibuat adalah sebagai berikut:

a. Melihat kondisi ril proses pembelajaran dan hasil ulangan siswa dan

catatan mengenai siswa dari guru pengampu mata pelajaran SKI.

b. Menyiapkan media dan fasilitas pendukung metode pembelajaran.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

d. Membuat panduan observasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap materi bangsa arab pra islam dalam mata pelajaran SKI.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat waktu penelitian dilakukan di MTs. Nurlathifah yang beralamat di

Lemgke-lengkese Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. pelaksanakan pada

bulan Juli sampai dengan Oktober yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses

pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

28
C. Subjek Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, subyek yang

menjadi penelitian adalah siswa siswi Kelas VIII MTs. Nurlathifah Lengke-

lengkese.

Di bawah ini tabel data jumlah siswa kelas VIII MTs. Nurlathifah

Lengke-lengkese tahun pelajaran 2018/2019

SISWA
Putra Putri
X.IIS 1 11 25 36

D. Langkah-langkah Penelitian

Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang

cukup besar terhadap PTK, karena jenis penelitin ini mampu menawarkan cara

dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme

pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa.

PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri

terhadap kurikulum, pengembangan sekolah meningkatkan prestasi belajar,

pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya, (Arikunto, 2009: 102).

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat

tahapan tiap siklusnya, dan terdiri dari tiga siklus.

a. Perencanaan (planning)

1) Merencanankan materi pembelajaran akhlak SKI materi bangsa arab pra

islam.

2) Menentukan kompetensi dasar dalam RPP

29
3) Peneliti menetapkan penggunaan metode Cooperative Script.

4) Peneliti merancang strategi dan skenario penenarapan pembelajaran

yang dapat mengaktifkan proses dan meningkatkan hasil belajar.

5) Membuat alat peraga penunjang pembelajaran.

6) Menyusun lembar kerja siswa berbentuk tes.

b. Penerapan tindakan (Action)

Pada tahapan ini, rancangan scenario dan strategi penerapan

pembelajaran diterapakn di kelas. Gambaran scenario tindakan yang

akan dilakukan :

1) Penerapan metode Cooperative Script dengan guru membagikan

materi yang berbeda-beda pada setiap kelompok, kemudian perwakilan

dari tiap-tiap kelompok akan di rolling ke kelompok yang lain untuk

menjelaskan materinya, kemudian pada akhirnya tiap-tiap individu dapat

memahami materi dari masing-masing kelompok.

2) Proses kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

3) Peneliti memberikan kesimpulan terhadap hasil jawaban yang

dipresentasikan.

4) Peneliti mengadakan evalusi tes hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Penilaian siswa diperoleh melalui pre test dan post test pada tiap-tiap

siklus, kemudian dibandingkan antara pre test dan post test sehingga

akan diketahui adanya peningkatn atau penurunan.

c. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

30
Pengumpulan data kegiatan pembelajaran melalui lembar observasi

guru dan lembar observasi siswa melalui penilaian. Peneliti melakukan

pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung dalam pengumpulan data siswa mengenai

aspek di atas secara cermat.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data yang telah terkumpul peniliti menganalisis,

merefleksi dan mengefaluasi tindakan yang telah dilaksanakan. Jika terdapat

masalah atau kendala yng muncul dan proses pembelajaran pada siklus

sebelumnya, maka dilakukan proses pengkajian ulang dengan

memunculkan ide-ide perbaikan, melalui siklus selanjutnya sebagai

upaya menyempurnakan tindakan yang telah dilksanakan.

E. Pengumpulan Data

a. Metode Tes

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu

alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. (Eko Putro

Widoyoko, 2009: 45). Menurut (Acep Yoni, 2012: 58) Tes akan digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa, baik sebelum dilaksanakan tindakan

maupun setelah dilakukan tindakan.

Metode ini digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi atau hasil

belajar siswa, yang diberikan sebelum penelitian (pre test) dan setelah

siswa mendapatkan tindakan (post test) dalam pembelajaran sesuai dengan

materi yang disampaikan.

31
b. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. (Arikunto,

2007: 127). Peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati,

mendengarkan dan mencatat langsung terhadap pelaksanaan Metode

Cooperative Script pada mata pelajaran SKI.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau

variable berupa catatan, transkip, notulen rapat, agenda dan lain-lain.

(Sugiono, 2011: 145). Metode dokumentasi Peneliti menggunakan cara ini

untuk mencari data mengenai nilai KKM, nilai prestasi belajar SKI, Proses

belajar Mengajar (PBM) sebelum tindakan serta untuk mencari data tentang

keadaan madrasah yang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa

a. Soal tes pada setiap siklus.

b. Lembar observasi siswa terdiri dari keaktifan siswa

c. Lembar observasi guru terdiri dari penggunaan media dan

penerapan metode.

G. Analisis Data

Data yang dianalisa adalah data pengamatan aktivitas siswa,

32
pengamatan aktivitas guru, dan prestasi belajar siswa yang diperoleh selama

berlangsungnya penelitian tindakan kelas, yang berupa nilai dari masing-

masing pengamatan setelah diberikan tes pada setiap akhir siklus.

Sebagaimana bentuk penelitian ini maka teknik analisis data adalah

mencari ketuntasan pada setiap siklus.

BAB IV

PROSES DAN HASIL PENELITIAN

A. Proses Penelitian

1. Kemampuan Awal Peserta Didik Sebelum Penelitian (Pra Siklus)

Tabel 4.1 Nilai Kemampuan Awal Peserta Didik Sebelum Dilakukan

Penelitian

NO NAMA SISWA JK NILAI KET


1 Aditya Firdaus L 70 Belum Tuntas
2 Aprilia Putri Anggraini P 65 Belum Tuntas
3 Bayu Sulistyo L 75 Tuntas
4 Devi Purwanti P 70 Belum Tuntas
5 Elsa Kusuma Dewi P 70 Belum Tuntas
6 Hani Rizqi Amala L 70 Belum Tuntas
7 Ika Zulfatun Nasihah P 70 Belum Tuntas
8 Inayah P 65 Belum Tuntas

33
9 Jihan Permoni Suci P 75 Tuntas
10 Khumaya Dhatun Nikmah P 65 Belum Tuntas
11 Kiki Puspita Dewi P 80 Tuntas
12 Layinatussifa P 80 Tuntas
13 Leni Fatmawati P 60 Belum Tuntas
14 Muhammad Farhan Alwani L 70 Belum Tuntas
15 Muhammad Khafid L 70 Belum Tuntas
16 Muhammad Nur Rohim L 60 Belum Tuntas
17 Nalqi Anaftah L - Belum Tuntas
18 Nastiti Handayani P 65 Belum Tuntas
19 Nur’aini P 60 Belum Tuntas
20 Pamela Afniatin P 60 Belum Tuntas
21 Pangestu Agus Wardoyo L 75 Tuntas
22 Rifa’atul Muna P 80 Tuntas
23 Rini Hartatik P 75 Tuntas
24 Roh Hidayah P 60 Belum Tuntas
25 Sri Murti Nurjuwita P 70 Belum Tuntas
26 Sri Sugiyarti P 60 Belum Tuntas
27 Sri Wahyudi L 75 Tuntas
28 Tri Putjiyanti P 85 Tuntas
29 Tri Yani P - Belum Tuntas
30 Widyati Pancarani P 70 Belum Tuntas
31 Yaumul Qur’ini P 80 Tuntas
32 Zidan Syahrur Ramdha L 55 Belum Tuntas
Jumlah 2085
Rata-rata 65,16

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pra Siklus

Indikator Pra Siklus

Banyak peserta didik memperoleh nilai > 75 10


Banyak peserta didik memperoleh nilai < 75 22
Nilai rata-rata 61
Ketuntasan belajar 31,25%

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan

kelas adalah sebagai berikut:

a. Perencenaan
34
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai

pedoman dalam pemebelajaran.

2) Merencanakan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

tentang Bangsa Arab Pra Islam dengan menerapkan metode

pembelajaran Cooperative Script.

3) Menyusun lembar pengamatan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

4) Menyiapkan tes dengan materi Bangsa Arab Pra Islam.

b. Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at 4 Agustus 2019 jam pelajaran

ke 1-2 dimulai pukul 07.20-08.50 WIT. Materi pelajaran adalah

Peradaban Bangsa Arab Pra Islam.

Pelaksanaan tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan do’a bersama

dilanjutkan membaca Asma’ul Husna.

b) Mengabsen peserta didik.

c) Menjelaskan materi pelajaran, kompensi yang diharapakan dapat

tercapai

2) Kegiatan Inti

a) Guru membagi peserta didik menjadi berpasang-pasangan.

b) Guru membagikan materi kepada setiap pasangan.

c) Guru membimbing siswa bagaimana mekanisme diskusi

35
d) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative

Script.

3) Kegiatan Akhir

a) Guru memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran.

b) Guru memberikan evaluasi tentang materi pembelajaran. c) Guru

menutup pembelajaran dengan salam dan do’a bersama.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dalam siklus I adalah observasi pelaksanaan

pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap peserta didik dan peneliti.

Observasi terhadap peserta didik dan peneliti dilakukan oleh guru kelas

VIII. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah

disediakan.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan utnuk mengemukakan kembali apa yang telah

dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah “memantul”. Dalam

hal ini, peneliti seolah memantukan pengalamanya ke cermin, sehingga

tampak jelas penglihatanya, baik kelemahan dan kekuranganya (Suyadi,

2010:64). Dalam kegiatan siklus I didapatkan sebagai berikut:

1) Peneliti kurang memperhatikan pesera didik saat proses pembelajaran

berlangung.

2) Saat menjelaskan materi, Peneliti kurang memperhatikan keaktifan

peserta didik

3) Rasa keingin tahuan peserta didik belum maksimal.

36
4) Banyak siswa yang masih malu-malu dalam mengemukakan

pendapatnya

5) Pada saat pembagian kelompok, situasi kelas menjadi gaduh

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan

kelas siklus II, sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman

dalam kegiatan pembelajaran.

2) Merencanakan pembelajaran mata pelajaran Searah Kebudayaan

Islam materi Dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dengan

menerapkan metode Cooperative Script.

3) Menyusun lembar pengamatan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

4) Menyiapkan tes dengan materi Dakwah Rasulullah Periode

Makkah.

b. Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at 05 September 2019 jam

pelajaran ke 1 – 2 dimulai pukul 07.20 – 08.50 WIT. Materi pembelajaran

adalah Dakwah Rasulullah Periode Makkah. Pelaksanaan tindakan ini dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan do’a bersama

37
dilanjutkan membaca Asma’ul Husna.

b) Mengabsen peserta didik.

c) Menjelaskan materi pembelajaran, kompetensi yang

diharapkan dapat tercapai.

2) Kegiatan Inti

a) Guru membagi peserta didik menjadi berpasang-pasangan.

b) Guru membagikan materi kepada setiap pasangan.

c) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode

Cooperative Script.

3) Kegiatan Akhir

a) Guru memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran.

b) Guru memberikan evaluasi tentang materi pembelajaran.

c) Guru menutup pembelajaran dengan salam dan do’a bersama.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada siklus II adalah observasi pelaksanaan proses

pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap peserta didik dan guru.

Observasi terhadap peserta didik dilakukan oleh guru Sejarah Kebudayaan

Islam, sedangkan observasi observasi terhadap guru dilakukan oleh guru

lain. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah

disiapkan.

Pada siklus II ini terjadi banyak perubahan baik dari cara guru

menjelaskan materi maupun dari hasil belajar peserta didik sebagai perbaikan

dari siklus sebelumnya.

38
d. Refleksi

Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran

didalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan.

Dalam kegiatan siklus II didapatkan, sebagai berikut:

1) Proses pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative

Script ini berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan.

2) Suasana kelas dalam pembelajaran sudah aktif, sebagaian besar

peserta didik sudah memperhatikan peneliti dengan baik.

3) Perhatian dan penjelasan peneliti terhadap peserta didik sudah

meningkat.

4) Pelaksanaan siklus II berlangsung dengan baik.

Hasil dari siklus II peserta didik telah mencapai nilai rata-rata 86.03%,

sehingga meningkat lebih baik dari siklus sebelumnya. Siswa yang tuntas

berjumlah 27 siswa atau 85,4%, dan sudah memenuhi indikator keberhasilan

yaitu 85% dari jumlah siswa.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan data nilai pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

materi Bangsa Arab Pra Islam pada siswa kelas VIII MTs. Nurlathifah Lengke-

lengkese menunjukkan bahwa KKM untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam adalah 75. Adapun di bawah ini dipaparkan hasil nilai Sejarah

Kebudayaan Islam pra siklus, siklus I dan Siklus II.

Metode yang sering digunakan pada pembelajaran MAN Jeneponto

sebelum diterapkannya metode pembelajaran Cooperative Script adalah metode

39
ceramah, sehingga pemahaman siswa kurang dalam proses pembelajaran, hal

ini bisa kita lihat pada data nilai pra siklus. Dari hasil pra siklus diperoleh nilai

siswa pada mata pelajaran SKI sebagai pembanding antara sebelum dan sesudah

diterapkannya metode pembelajaran Cooperative Script. adapun nilai Ketuntasan

Kriteria Minimal (KKM) kelas X.IIS 1 mata pelajaran SKI yaitu 75.

1. Siklus I

Pada siklus I peneliti telah menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran Cooperative Script untuk mata pelajaran

SKI kelas X.IIS 1 materi Bangsa Arab pra Islam.

a. Data Hasil Penelitian

Dari instrument nilai tes diperoleh nilai sebagai berikut:

40
Tabel 4.3 Nilai Ulangan Pra Siklus

No Nama Nilai Keterangan


1 Aditya Firdaus 70 Belum Tuntas
2 Aprilia Putri Anggraini 65 Belum Tuntas
3 Bayu Sulistyo 75 Tuntas
4 Devi Purwanti 70 Belum Tuntas
5 Elsa Kusuma Dewi 70 Belum Tuntas
6 Hani Rizqi Amala 70 Belum Tuntas
7 Ika Zulfatun Nasihah 70 Belum Tuntas
8 Inayah 65 Belum Tuntas
9 Jihan Permoni Suci 75 Tuntas
10 Khumaya Dhatun Nikmah 65 Belum Tuntas
11 Kiki Puspita Dewi 80 Tuntas
12 Layinatussifa 80 Tuntas
13 Leni Fatmawati 60 Belum Tuntas
14 Muhammad Farhan Alwani 70 Belum Tuntas
15 Muhammad Khafid 70 Belum Tuntas
16 Muhammad Nur Rohim 60 Belum Tuntas
17 Nalqi Anaftah 50 Belum Tuntas
18 Nastiti Handayani 65 Belum Tuntas
19 Nur’aini 60 Belum Tuntas
20 Pamela Afniatin 60 Belum Tuntas
21 Pangestu Agus Wardoyo 75 Tuntas
22 Rifa’atul Muna 80 Tuntas
23 Rini Hartatik 75 Tuntas
24 Roh Hidayah 60 Belum Tuntas
25 Sri Murti Nurjuwita 70 Belum Tuntas

41
26 Sri Sugiyarti 60 Belum Tuntas
27 Sri Wahyudi 75 Tuntas
28 Tri Putjiyanti 85 Tuntas
29 Tri Yani 55 Belum Tuntas
30 Widyati Pancarani 70 Belum Tuntas
31 Yaumul Qur’ini 80 Tuntas
32 Zidan Syahrur Ramdha 55 Belum Tuntas
Rata-rata 65,16

Tabel 4.4 Nilai Evaluasi Siklus I

No Nama Nilai Keterangan


1 Aditya Firdaus 85 Tuntas
2 Aprilia Putri Anggraini 75 Tuntas
3 Bayu Sulistyo 90 Tuntas
4 Devi Purwanti 70 Belum Tuntas
5 Elsa Kusuma Dewi 55 Belum Tuntas
6 Hani Rizqi Amala 95 Tuntas
7 Ika Zulfatun Nasihah 85 Tuntas
8 Inayah 75 Tuntas
9 Jihan Permoni Suci 80 Tuntas
10 Khumaya Dhatun Nikmah 45 Belum Tuntas
11 Kiki Puspita Dewi 75 Tuntas
12 Layinatussifa 50 Belum Tuntas
13 Leni Fatmawati 75 Tuntas
14 Muhammad Farhan Alwani 70 Belum Tuntas
15 Muhammad Khafid 75 Tuntas
16 Muhammad Nur Rohim 85 Tuntas
17 Nalqi Anaftah 55 Belum Tuntas
18 Nur Handayani 77 Tuntas

41
19 Nur’aini 50 Belum Tuntas
20 Pamela Afniatin 50 Belum Tuntas
21 Pangestu Agus Wardoyo 85 Tuntas
22 Rifa’atul Muna 50 Belum Tuntas
23 Rini Hartatik 85 Tuntas
24 Roh Hidayah 70 Belum Tuntas
25 Sri Murti Nurjuwita 75 Tuntas
26 Sri Sugiyarti 40 Belum Tuntas
27 Sri Wahyudi 90 Tuntas
28 Tri Putjiyanti 75 Tuntas
29 Tri Yani 60 Belum Tuntas
30 Widyati Pancarani 80 Tuntas
31 Yaumul Qur’ini 90 Tuntas
32 Zidan Syahrur Ramdha 80 Tuntas
Rata-rata 69,84

Dari data nilai siklus I di atas, dapat dikatakan bahwa pada nilai post

test siswa telah meningkat jika dibandingkan saat pre test. Siswa yang

tuntas pada saat pre test sebanyak 10 siswa atau 31,25%, sedangkan

siswa yang tuntas pada saat post test sebanyak 20 siswa atau 62,50%

meningkat 10 siswa atau 31,25%, jika dibandingkan saat pre test. Nilai rata-

rata pada post test adalah 69,84 atau 62,50% naik dari rata-rata kelas saat

pre test yang hanya 65,15 atau 31,25%.

b. Refleksi

Tahap akhir dari siklus I ini, peneliti dapat menemukan keberhasilan

yang dicapai, diantaranya:

42
1) Sebagian siswa telah aktif mengikuti proses pembelajaran yang

berlangsung.

2) Sebagian siswa sudah berani mengutarakan pendapatnya

Meskipun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran,

namun masih ada banyak kekurangan dalam pembelajaran tersebut, diantaranya:

1) Dalam pembelajaran masih ada siswa yang malah bermain sendiri.

2) Dalam pembelajaran banyak siswa yang malu-malu dalam

berpendapat

3) Saat pembagian kelompok berlangsung situasi kelas menjadi sangat

ramai.

4) Penggunaan waktu kurang efektif

Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti melakukan ide

perbaikan. Hal ini dilakukan supaya siklus berikutnya tidak terjadi

kesalahan yang sama.

1) Mengatur ulang tempat duduk siswa

2) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran.

3) Peneliti lebih terampil dalam mengelola kodisi siswa pada saat

pembelajaran.

4) Guru mengelola waktu secara baik sehingga waktu lebih efektif dan

efisien.

2. Siklus II

Pada siklus ini digunakan untuk memaksimalkan penerapan

43
metode pembelajaran Cooperative Script, dan juga menutup segala kekurangan

yang ada pada siklus I. Peneliti memfokuskan perhatiannya kepada setiap anak

yang kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti

meminta kepada semua siswa yang belum pernah maju presentasi ke depan

untuk prsesentasi.

a. Data Hasil Penilaian

Dari instrument soal pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Nilai Evaluasi Siklus II

No Nama Nilai Keterangan


1 Aditya Firdaus 100 Tuntas
2 Aprilia Putri Anggraini 95 Tuntas
3 Bayu Sulistyo 100 Tuntas
4 Devi Purwanti 95 Tuntas
5 Elsa Kusuma Dewi 90 Tuntas
6 Hani Rizqi Amala 95 Tuntas
7 Ika Zulfatun Nasihah 100 Tuntas
8 Inayah 100 Tuntas
9 Jihan Permoni Suci 100 Tuntas
10 Khumaya Dhatun Nikmah 95 Tuntas
11 Kiki Puspita Dewi 95 Tuntas
12 Layinatussifa 100 Tuntas
13 Leni Fatmawati 100 Tuntas
14 Muhammad Farhan Alwani 75 Tuntas
15 Muhammad Khafid 100 Tuntas
16 Muhammad Nur Rohim 100 Tuntas
17 Nalqi Anaftah 75 Tuntas
18 Nastiti Handayani 44 95 Tuntas
19 Nur’aini 100 Tuntas
20 Pamela Afniatin 100 Tuntas
21 Pangestu Agus Wardoyo 95 Tuntas
22 Rifa’atul Muna 100 Tuntas
23 Rini Hartatik 100 Tuntas
24 Roh Hidayah 100 Tuntas
25 Sri Murti Nurjuwita 100 Tuntas
26 Sri Sugiyarti 100 Tuntas
27 Sri Wahyudi - Belum Tuntas
28 Tri Putjiyanti 95 Tuntas
29 Tri Yani 95 Tuntas
30 Widyati Pancarani 85 Tuntas
31 Yaumul Qur’ini 100 Tuntas
32 Zidan Syahrur Ramdha 100 Tuntas
Rata-rata 93,12
Keterangan : Nilai – (siswa tidak hadir)

Dari data nilai siklus II diatas dapat dikatakan bahwa nilai semua siswa

sudah mencapai KKM 75, memang ada satu siswa yang belum tuntas KKM hal

itu dikarenakan siswa tersebut tidak masuk sekolah karena sedang sakit. Jumlah

siswa tuntas yang mengikuti sudah mencapai 100%, dan nilai rata-rata siswa

pun juga naik signifikan. Dari sebelumnya pada siklus I didapat nilai rata- rata

siswa sebesar 82,03 kini pada siklus II menjadi 93,12. Ini menunjukkan bahwa

pada penelitian dengan menggunakan metode Cooperative Script ini telah

berhasil, sehingga peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.

Tabel 4.6 Data Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM di Siklus II

Kegiatan Siswa tuntas Peningkatan


Evaluasi Siklus I 45Siklus III
11 siswa atau 32 siswa atau 21 siswa

C. Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, dari data yang

diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai peserta didik yang

cukup baik. Selain itu keaktifan peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran meningkat. Dengan demikian, apabila dipadukan dengan

menggunakan metode pembelajaran Cooperative Script dalam mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas

VIII MTs. Nurlathifah Lengke-lengkese. Hal ini dapat dilihat dari tabel

gabungan nilai evaluasi dari siklus ke siklus sebagai berikut:

Tabel 4.7 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus

No Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II


1 AF 70 85 100
2 AP 65 75 95
3 BS 75 90 100
4 DP 70 70 95
5 EK 70 55 90
6 HR 70 95 95
7 IZ 70 85 100
8 IN 65 75 100
9 JP 75 80 100
10 KD 65 45 95
11 KP 80 75 95
12 LS 80 50 100
13 LF 60 46 75 100
14 MF 70 70 75
15 MK 70 75 100
16 MN 60 85 100
17 NA 50 55 75
18 NH 65 75 95

19 NU 60 50 85 100
20 PA 60 50 85 100
21 PW 75 85 65 95
22 RM 80 50 90 100
23 RN 75 85 85 100
24 RH 60 70 90 100
25 SM 70 75 85 100
26 SS 60 40 85 100
27 SW 75 90 65 -
28 TP 85 75 90 95
29 TY 55 60 85 95
30 WP 70 80 70 85
31 YQ 80 90 80 100
32 ZS 55 80 90 100
Rata-rata 69,84 82,03 93,12
Keterangan : Nilai – (Siswa tidak hadir)

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari siklus I ke siklus II

selalu mengalami peningkatan nilai dari tiap siswa. Pada Pra siklus I siswa yang

tuntas sebanyak 20 siswa atau 62,5% dan terjadi peningkatan pada siklus I

manjadi 27 siswa atau 84,4% , kemudian terjadi peningkatan kembali pada siklus

II yakni menjadi 31 siswa yang tuntas atau 96,8%. Akan tetapi masih ada 1 siswa

yang belum dapat mencapai nilai KKM, dikarenakan siswa tersebut pada saat

pelaksanaan siklus I dan siklus II tidak dapat hadir karena sedang sakit.
47
Berdasarkan informasi yang telah didapat peneliti menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam banyak

yang belum mencapai KKM yang teleh ditentukan yaitu sebesar 75. Selain itu,

penggunaan metode pembelajaran yang monoton juga menjadi salah satu

penyebabnya. Peneliti berusaha melakukan inovasi dengan cara menerapkan

metode pembelajaran Cooperative Script pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam materi Bangsa Arab Pra Islam. Dengan diterapkannya metode

pembelajaran Cooperative Script tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa Kelas VIII MTs. Nurlathifah Lengke-lengkese.

Selanjutnya, peneliti mulai melakukan tindakan pada siklus I dengan


menggunakan metode pembelajaran Cooperative Script yang dilaksanakan pada

tanggal 4 Agustus 2018. Pada siklus I ini sebagia siswa terlihat aktif mengikuti

pembelajaran yang berlangsung, namun ada juga sebagian siswa yang malah

asyik main sendiri. Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti membagikan soal

tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

memahami materi yang telah disampaikan sekaligus sebagai acuan dalam

melihat indikator keberhasilan pembelajaran.

Dari hasil tes pada siklus I dapat diperoleh hasil peningkatan dari pre test

ke post test. Pada saat pre test siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa atau

31,25% meningkat menjadi 20 siswa atau 62,50%. Dari siklus I ini masih

terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Meskipun ketuntasan belajar siswa

telah mengalami peningkatan, namun belum dapat mencapai criteria ketuntasan

48 Oleh karena itu, penelitian akan


yaitu sebesar ≥85% dari jumlah siswa.

dilanjutkan ke siklus II. Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 26

September 2018, pada siklus II ini peneliti masih menggunakan metode

pembelajaran Cooperative Script sekaligus memperbaiki kekurangan yang

ada pada siklus I. Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus

2018, pada siklus II ini peneliti masih menggunakan metode pembelajaran

Cooperative Script sekaligus memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus II.

Dalam pelaksanaan siklus II ini banyak siswa yang sudah mulai aktif dalam

bertanya dan menjawab pertanyaan. Situasi di kelaspun sudah mulai kondusif

dan para siswa sudah mengetahui alur pembelajaran dengan menggunakan

metode Cooperative Script. seperti biasanya, sebelum peneliti mengakhiri


pembelajaran terlebih dahulu peneliti memberikan soal tes untuk mengetahui

tingkat keberhasilan peserta didik.

Dari data tes pada siklus II, menunjukkan adanya peningkatan dari siklus

II. Pada saat siklus I siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 7 84,4%

meningkat pada saat siklus II menjadi 31 siswa atau 96,8%. Dari hasil

peningkatan tersebut diketahui bahwa lebih dari 85% siswa sudah berhasil

mencapai KKM, sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya

49
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran Cooperative Script dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran SKI materi Bangsa Arab Pra Islam pada

siswa kelas VIII semester ganjil di MTs. NUrlathifah Lengkese-lengkese. Tahun

Pelajaran 2019-2020. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil

belajar siswa dari Pra siklus ke siklus I dan ke siklus II. Pada P r a siklus ini

nilai yang tuntas sesuai KKM sebanyak 20 siswa atau 62,5%. Kemudian pada

siklus I nilai yang tuntas naik menjadi 27 siswa atau 84,4%. Selanjutnya pada

siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa atau 96,8%. Pencapaian

96,8% ≥ 85% artinya jumlah siswa yang tuntas sudah sesuai dengan kriteria

klasikal yang telah ditentukan, maka Penelitian Tindakan Kelas dinyatakan

berhasil.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Agar pembelajaran berhasil dengan baik, maka seorang guru hendaknya

selalu aktif dalam melibatkan siswa selama kegiatan belajar mengajar.

b. Penggunaan metode pembelajaran hendaknya bervariasi dan tidak

50
monoton sehingga hasil pembelajaran dapat lebih maksimal.

c. Diharapkan dapat memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa

dalam meningkatkan hasil belajarnya, terkhusus kepada siswa yang

nilainya belum mencapai KKM 75.

2. Bagi Siswa

a. Senantiasa mengembangkan kemampuannya untuk menambah pengetahuan

dan wawasan, baik melalui dari guru maupun dengan cara membaca buku

yang dapat menunjang terhadap peningkatan hasil belajar.

b. Diharapkan dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai seorang peserta didik yaitu belajar.

51
DAFTAR PUSTAKA

A’la, Miftahul. 2011. Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

A.W. Munawir. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap.

Surabaya: Pustaka Progresif.

Danserau Cs. 1985. Cooperative Learning Tipe Cooperative Script.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1980. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan.

Jakarta: Gramedia.

Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Universitas Negeri Malang: Surabaya.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup.

Sardiman. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.
52 Edutainment. Yogyakarta: Diva Press.
Sholeh, Hamid, Moh.. 2011. Metode
Sjamsuddin. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka.

Slameto. 1991. Belajar dan faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology : Theory and Practice. Third Edition.

Massachusetts: Allyn and Bacon.

Soemanto, Wasty. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. bandung:

Alfabet.

Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Anak. Surabaya: Graha Ilmu.

Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Professional – Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta: Andi.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Rosda Karya.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, 2004. Semarang: Aneka Ilmu.

Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan

Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winkel, WS. 2003. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:

Gramedia.

53

Anda mungkin juga menyukai