Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berkaitan erat dengan

kehidupan manusia. Pendidikan merupakan salah satu tempat untuk

menggali potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia, baik secara

pengetahuan, moral, maupun keterampilan. Hal tersebut sejalan dengan

UU No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang menyatakan bahwa:

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana


untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
sendiri untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.1

Pendidikan juga sangat erat hubungannya dengan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar

dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta

diarahkan pada pencapaian tujuan dan penguasaan sejumlah kompetensi

dan indikatornya sebagai gambaran dari hasil belajar. 2 Pembelajaran

adalah suatu interaksi yang terjadi antara siswa dan guru. Untuk mencapai

tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang efektif diperlukan model


1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 305
2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 5

1
pembelajaran yang baik. Model yang digunakan guru harus sesuai dengan

apa yang dibutuhkan siswa di dalam kelas, agar pembelajaran siswa lebih

efektif dan efisien.

Pembelajaran adalah salah satu proses interaksi antara siswa dan

sumber belajar. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri dan

membangun pengetahunya sendiri.3 Pemilihan model pembelajaran yang

tepat dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan menumbuhkan

rasa senang siswa terhadap pelajaran sehingga siswa dapat meraih hasil

belajar dan prestasi yang optimal.4

Pembelajaran pada hakikatnya menempati sebuah posisi yang sangat

strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, yaitu menjadi penentu

terhadap keberhasilan pendidikan. Berhasilnya suatu proses pendidikan

bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi disekolah. Kemampuan

guru yang behubungan dengan pemahaman guru akan sangat mempengaruhi

proses pembelajaran yang belangsung.

Pembelajaran merupakan kegiatan seorang anak untuk mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan sebuah proses menciptakan agar anak dapat

melakukan atau menerawang sumber belajar sebagai bagian dari

3
Mardiana, M., Deswita, H., & Isharyadi, R. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran CORE (Connecting Journal of Education Action Research, Vol. 5, No. 1,
Tahun 2021, pp. 67-73
4
Hasanah, N. F., Nurtaman, M. E., & Hanik, U. (2019). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (Rte) Terhadap Hasil Belajar Dan
Minat Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdn Pinggir Papas 1 Sumenep. Widyagogik :
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 6(2), 112.
https://doi.org/10.21107/widyagogik.v6i2.5195.

2
pertumbuhan perkembangan kepribadiannya. Pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik apabila didukung dengan proses yang sistematis,

banyak contoh diberikan serta pengalaman yang cukup bagi bagi peserta

didik pemberian contoh sangatlah penting, dimana contoh dapat menjadi

daya tarik tersendiri. Apakah untuk dijadikan model, dijadikan inspirasi bagi

peserta didik.5

Dalam proses belajar mestinya memiliki naik turunnya nilai

pemahaman peserta didik. Hal ini condong terhadap kualitas hasil belajar

siswa. Dimana siswa hanya menerima informasi materi dari guru dan

kurang aktifnya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat

mempengaruhi kualitas pembelajaran karna siswa dapat lebih mudah lupa

terhadap materi yang telah disampaikan pada guru. Oleh karena itu inovasi

dan kreatifitas guru dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia

mutlak diperlukan, salah satu bentuknya adalah dengan melakukan

pembaharuan model pembelajaran terhadap peserta didik.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

mengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.6 Model pembelajaran juga sebagai pedoman bagi pendidik atau

para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagai pendidik tentunya

5
Mardianto: Pembelajaran Tematik (Medan : Perdana Publishing,2014) hal,2.
6
Lisenia Monika Saranggih, Darida Sofia Tanjung, dan Dewi Anzelina, “Pendidikn Guru
and others,” Jurnal Basicedur. 5, no.4 (2020): hal. 2644-2652.

3
harus mempersiapkan model pembalajaran yang akan disampaikan

terhadap peserta didik.

Terdapat macam-macam model pembelajaran yang akan

diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif dan

menyenangkan diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, discorvey, problem based learning, inkuiri, dan lain sebagainya.

Dari berbagai model pembelajaran peneliti akan memfokuskan pada

Model Pembelajaran student teams achievement division (STAD).

Pembelajaran student teams achievement division (STAD)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan

interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi

dan mencapai prestasi secara maksimal. Atau yang disebut Dengan bekerja

kelompok siswa akan lebih bebas bertanya terhadap teman kelompoknya

tentang materi yang belum dikuasainya. Dalam satu kelas siswa terbagi

menjadi beberapa kelompok tergantung kapasitas siswa yang terdiri dari 4-

5 siswa tiap kelompoknya, guna mencapai tujuan yang diharapkan, siswa

di tempatkan dalam tim belajar agar bekerja sama dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.7

7
Innayah Wulandari, “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student
Teams Achievement Division) Dalam Pembelajaran MI,” Jurnal Papeda: Jurnal
Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 1 (January 31, 2022): 18,
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1754.

4
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh melalui proses

belajar. Dengan demikian, hasil belajar merupakan tingkatan

perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan saat sebelum

belajar yang dilihat dari sisi siswa. Pada umumnya hasil belajar merupakan

kemampuan tertentu yang dicapi oleh siswa yang melalui keterampilan

kognitif, afektif maupun psikomotor. Menujang hasil belajar yang baik

maka dibutuhkanya aktivitas belajar, karena tanpa adanya aktivitas belajar

maka penglaman belajar tidak akan terjadi .

Berdasarkan hasil prasurvey pada kelas V MI Walisongo Sukajadi

bahwa kegiatan pembelajaran siswa cenderung kurang aktif selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. selain itu model pembelajaran yang

digunakan kurang bervariasi dan hanya menggunakan buku penunjang

sebagai sumber belajar utama siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan

wali kelas V dan hasil observasi diperoleh data yang menunjukan bahwa

nilai rata-rata siswa yaitu 69,2 dari KKM yang telah ditetapkan 70. Jumlah

keseluruhan siswa yaitu 23 siswa 9 siswa dinyatakan tuntas dan 14 siswa

dinyatakan tidak tuntas.

Hasil observasi dan wawancara mengenai siswa yang tidak tuntas

KKM dipengaruhi oleh beberapa faktor dan beberapa hal, yaitu Siswa

kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Siswa

cenderung bermalas-malasan dan menganggap bahwa mata pelajaran

tematik kurang menarik. Siswa belum bisa menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Penerapan model kooperatif STAD yang belum

5
optimal, sehingga siswa masih bersikap pasif, hanya sebagian kecil saja

yang aktif dalam proses pembelajaran tersebut.8

Selain melakukan wawancara dengan guru kelas V, peneliti juga

melakukan observasi di dalam kelas. Data observasi pembelajaran tematik

di kelas V MI Walisongo yaitu Dilihat dari kegiatan siswa di dalam kelas,

saat guru menjelaskan siswa kurang memperhatikan, bahkan ada siswa

yang tidur di dalam kelas. Siswa kurang menangkap apa yang disampaikan

oleh guru di dalam kelas.9

Dilihat dari permasalaha-permasalahan tersebut perlu dilakukan

peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Langkah-

langkah yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kegiatan pembelajaran

yang selama ini berlangsung di dalam proses belajar yang ada di kelas

dengan menciptakan pembelajaran yang mampu mendorong siswa

untuk belajar aktif dan interaktif. Maka peneliti memaksimalkan

“Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD dalam meningktkan Hasil

Belajar siswa pada Pembelajaran Tematik kelas V MI Walisongo

Sukajadi”. Model ini sesuai digunakan untuk memperoleh kecakapan

motoric dan keaktifan dalam proses pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka dapat


didentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

8
Wawancara, Saroni Afandi M.Pd.I Guru kelas IV MI Wali Songo Sukajadi.
Tgl 05 September 2023.
9
Observasi, di dalam kelas V MI Wali Songo Sukajadi. Tgl 05 September 2023.

6
1. Dilihat dari kegiatan siswa di dalam kelas, saat guru
menjelaskan siswa kurang memperhatikan, bahkan ada siswa
yang tidur di dalam kelas.

2. Siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru di


dalam Kelas.

3. Siswa kurang bersemangat dalam proses pembelajaran.

4. Siswa cenderung malu bertanya.

5. Hasil belajar tematik siswa masih rendah.

C. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti memfokuskan pada

Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievemen Devision

(STAD) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran

Tematik Kelas V Tema Makanan Sehat MI Walisongo Sukajadi.

D. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Team Achievemen Devision (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar

siswa pada tema makanan sehat di MI Walisongo?

E. Tujuan penelitian

Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran

tematik makanan sehat di kelas V MI Walisongo.

7
F. Manfaat penelitian

Agar dapat membantu peserta didik dan pendidik lebih mudah

dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Manfaat yang

diharapkan peneliti ialah :

1. Secara teoritis

Hasil penelitin diharapkan bisa menambah pengetahuan/wawasan

keilmuan dalam ,menerapkan model pembelajaran.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah

Untuk menambah masukan pemikiran bagi sekolah dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru

Untuk manambah wawasan guru kelas sebagai alternatif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa

c. Bagi siswa

Untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam proses belajar sehingga

dapat mendorong semangat belajar siswa yang diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

8
d. Bagi peneliti

Untuk dapat menambah pengalaman, menambah wawasan, dan

pengetahuan khususnya tentang penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe student time achievement division (STAD) dikelas.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

9
a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang

memberikan gambaran sistematis untuk melaksanakan

pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu

yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan

gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model

pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-

tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas.10

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.11

Menurut Joice dalam Trianto Model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman

10
Gunanto Amintoko, “Model Pembelajaran Direct Instruction Dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Definisi Limit Bagi Mahasiswa,”
SJME (Supremum Journal of Mathematics Education) 1, no. 1 (2017): 7–12,
https://doi.org/10.35706/sjme.v1i1.549.
11
“Pengertian_Pendekatanx-Libre.Pdf,” 3, accessed November 15, 2023,.

10
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan

lain-lain.12

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat

membatu guru/pendidik dalam proses pembelajaran terhadap

peserta didik.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil

yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu

untuk memahami suatu bahan pembelajaran.13 pembelajaran

kooperatif juga dapat dikatakan pembelajaran yang secara sadar

dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar

siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman

yang dapat menimbulkan permusuhan.14

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi

pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari

proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja

sama dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

12
Endang Lovisia, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Hasil Belajar,” Science and Physics Education Journal (SPEJ 2, no. 1 (December 27,
2018): 2, https://doi.org/10.31539/spej.v2i1.333.
13
Wartono, dkk. Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.2004
14
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

11
kemampuan akademik dalam penegertian penguasaan bahan

pelajaran, tetapi juga adanyaa unsur kerja sama untuk penguasaan

materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas

dari pembelajaran kooperatif. Dengan demikian karakteristik

pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai berikut:

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara

tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh

karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.

Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria keberhasilan

pembelajaran di tentukan oleh keberhasilan tim.

2) Kemampuan untuk kerja sama

Keberhasilan pembelajaran koopertif ditentukan

oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip

bekerja sama perlu ditentukan dalam proses pembelajaran

kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus

diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan

tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.

3) Keterampilan untuk bekerja sama

12
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian

dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang

tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan

demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa

perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam

berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat

menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, memberikan

kontribusi kepada keberhasilan kelompok.15

Menurut Hamid Hasan cooperative mengandung pengertian

bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. dalam

pembelajaran kooperatif, siswa secara individual mencari hasil

yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. 16 Jadi,

pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil

dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bekerja

untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya

dalam kelompok tersebut.

b. Macam-macam Model Pembelajaran

1) Model pembelajaran kooperatif

15
Santi Utami, “Peningkatan Hasil Belajar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
pada Pembelajaran Dasar Sinyal Video,” Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 22,
no. 4 (2015): 424–31, https://doi.org/10.21831/jptk.v22i4.7840.
16
Eko Sigit Purwanto, Strategi Pembelajaran (Eureka Media Aksara, 2021), 37,
https://repository.penerbiteureka.com/id/publications/349478/.

13
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

merupakan bentuk pembalajaran dengn cara siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen.17

2) Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung adalah adalah teori

behaviorisme dan teori belajar sosial. Dari kedua teori

tersebut pembelajaran langsung menekankan belajar

sebagai perubahan perilaku, jika behaviorisme

menekankan belajar sebagai proses stimulasi respon

bersifat mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi

pada perubahan perilaku bersifat organis melalui

peniruan.18

3) Model pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and

learning) merypakan konsep belajar yang dapat membantu

guru meningkatkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya


17
Rusman, Model-Model Pembelajaran (jakarta: PT Raja Grafindo Persadais, 2011), 202.
18
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Pustaka Pelajar, 2009), 47.

14
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dn masyarakat.19

4) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Tan (2003) Pembelajaran berbasis masalah

adalah inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM

kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan

melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,

sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,

menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya

secara berkesinambungan.20

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut :

1) Menurut teori pendidikan dan teori belajar dari

beberapa ahli. Contohnya, Herbert Thelen merancng

model penelitian kelompok berdasarkan teori John

Dewey.

2) Memiliki tujuan pendidikan khusus, seperti

merancang model berfikir induktif untuk

meningktkan proses berfikir induktif.


19
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 189.
20
Rusman, 229.

15
3) Pedoman ini dapat digunakan untuk meningkatkan

kualitas kegiatan belajar mengajar dikelas,

contohnya model synectic telah dirancang untuk

meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran

menulis.

4) Mempunyai bgian-bagian model, model yang di

sebut dengan : Urutan langkah-langkah

pembelajaran, prinsip-prinsip reaksi, system sosial,

dan system pendukung. Keempat bagian itu

memberikan panduan yang berguna bagi guru saat

mereka ingin menerapkan suatu model

pembelajaran.

5) Efek dari kerusakan itu mencakup : Efek

pembelajaran yaitu hasil belajar yang bisa diukur,

Efek pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang.

6) Menyusun persiapan mengajar (desain intruksional)

berdasarkan model pembelajaran yang dipilih.21

d. Fungsi Model Pembelajaran

Model berasal dari Bahasa Yunani “Methodos”

yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Fungsi model

21
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 2 (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2012), 136.

16
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan

tentang model-model sangat diperlukan oleh para pendidik,

karena berhasil tidaknya siswa belajar sangat bergantung

kepada tepat tidaknya model mengajar yang digunakan oleh

guru. Model pembelajaran mampu membangkitkan

motivasi, minat atau gairah belajar siswa bahkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.22

2. Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Model kooperatif Tipe STAD

Menurut salvin (1985) yang dikutip oleh Isjoni

cooperative learning adalah dimana siswa belajar dan

berkolaborasi dalam kelompok kecil yang bernggotakan 4-

6 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen.23

Pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning)

merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

22
Sri Lahir, Muhammad Hasan Ma’ruf, and Muhammad Tho’in, “Peningkatan
Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar Sampai
Perguruan Tinggi,” JURNAL ILMIAH EDUNOMIKA 1, no. 01 (March 15, 2017): 4,
https://doi.org/10.29040/jie.v1i01.194.
23
Isjon, Cooperative Learning (Bandung: Alfabeta, 2012), 15.

17
kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran.24

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa cooperative learning ialah pembelajaran yang

menekankan keterlibatan semua peserta didik melalui

kegiatan diskusi kelompok kecil. Kelompok kecil tersebut

terdiri dari beberapa peserta didik yang kemampuan

berbeda.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat

cocok bila diterapkan pada pelajaran IPA dan juga dapat

diterapkan di kelas mana saja, baik di kelas-kelas tinggi

maupun di kelas-kelas rendah. Dengan demikian STAD

merupakan model pembelajaran kooperatif yang menitik

beratkan atau memusatkan pada pencapaian tim siswa.

Masing-masing siswa dalam tim atau kelompoknya

bertanggung jawab secara perseorangan untuk menjawab

kuis-kuis yang diberikan guru. Dari kuis-kuis tersebut

siswa mengumpulkan poin dalam kelompok, di mana

kelompok tertinggi poinnya mendapatkan penghargaan

(reward) dari guru.25


24
Ni Made Sueni, “Metode, Model Dan Bentuk Model Pembelajaran (Tinjauan
Pustaka),” Wacana : Majalah Ilmiah Tentang Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya 19,
no. 1 (April 12, 2019): 13, https://doi.org/10.46444/wacanasaraswati.v19i1.35.
25
Hazmiwati Hazmiwati, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar,” Primary: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 7, no. 1 (April 27, 2018): 179,

18
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ialah

model pembelajaran dengan pendekatan strategi yang

membentuk kelompok atau kerja sama yang terdiri dari 4

orang atau lebih.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD

Ciri-ciri model pembelajaran koopertaif

1) Bertujuan menuntaskan materi yang

dipelajari dengan cara siswa belajar dalam

kelompok secara kooperatif;

2) Kelompok yang dibentuk terdiri dari siswa-

siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah;

3) Dalam kelas, terdapat siswa yang berbeda

baik ras, suku, budaya jenis kelamin. Untuk

itu, dalam tiap kelompokpun diupayakan

teridiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin

yang berbeda pula;

https://doi.org/10.33578/jpfkip.v7i1.5359.

19
4) Penghargaan atas keberhasilan belajar lebih

diutamakan pada kerja kelompok daripada

perorangan.26

c. Langkah-langkah Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah model pembelajaran STAD

(Student Teams Achievement Division), yaitu:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang

secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis

kelamin, suku, dan lain-lain).

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan

oleh anggota- anggota kelompok. Anggotanya yang sudah

mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai

semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh

peserta didik.

5) Memberi evaluasi

6) Kesimpulan.27

d. Kelebihan dan Kekurangan Koopertif Tipe STAD


26
Sueni, “Metode, Model Dan Bentuk Model Pembelajaran (Tinjauan Pustaka),” 13.
27
Wulandari, “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division) Dalam Pembelajaran MI,” 20.

20
Kelebihan model pembelajaran STAD (Student

Teams Achievement Division):

(1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok,

(2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk

berhasil bersama,

(3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok,

(4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan

kemampuan mereka dalam berpendapat.

Sedangkan kelemahan dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Kurniasih

yakni sebagai berikut:

(1) Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat

duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu.

Hal ini biasanya disebabkan belum tersedianya

ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara

langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok.

(2) Jumlah siswa yang besar (kelas gemuk) dapat

menyebabkan guru kurang maksimal dalam mengamati

21
kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara

perorangan.

(3) Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan

tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang

dilaksanakan, di antaranya mengoreksi pekerjaan

siswa, menghitung skor perkembangan maupun

menghitung skor rata-rata kelompok yang harus

dilakukan pada setiap akhir pertemuan.

(4) Menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan

pembelajaran (Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin:

2015).28

Uraian diatas mengindikasikan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam

penggunaanya. Oleh karena itu diperluknya ketelitian dan kecermatan

dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Hasil belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Garret Belajar merupakan proses yang

berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun

pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan

28
Wulandari, 22.

22
perubahan cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

Berdasarkan para ahli di atas bahwa belajar adalah suatu proses

atau kegiatan perubahan tingkah laku individu dalam

memperoleh suatu pengetahuan setelah ia mendapatkan suatu

pembelajaran atau pengalaman, hal ini sudah tentu perubahan

kearah yang lebih baik (positif), misalnya yang tadinya tidak

tahu setelah mengalami proses belajar setidaknya menjadi tahu.

Untuk menuju ke hal yang lebih baik lagi dalam proses belajar

ini akan memerlukan waktu yang lama dan perlu adanya

urutan-urutan yang sistematis didalam proses belajar.29

Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang

setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar

yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah

mengikuti belajar mengajar. Berdasarkan uraian tentang konsep

belajar di atas, dapat dipahami tentang makna asil belajar, yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar.30

29
Dani Fimansyah, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Belajar Matematika,” JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA) 3, no. 1 (March 1, 2015): 36,
https://doi.org/10.35706/judika.v3i1.199.
30
Ahmad Fadillah, “Analisis Minat Belajar Dan Bakat Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa,” Mathline : Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika 1, no. 2 (August
1, 2016): 114, https://doi.org/10.31943/mathline.v1i2.23.

23
Menurut Sukmadinata menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan

potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Menurut Nana

Sudjana dalam Sukriswati, hasil belajar merupakan

kemampuan- kemampuan yang dimiliki setelah ia menempuh

pengalaman belajarnya (proses belajar mengajar).31

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan berupa kecakapan fisik, mental, intelektual

yang berproses dari kegiatan belajar baik di jenjang pendidikan

formal seperti sekolah dan di jenjang pendidikan non formal

seperti dilingkup keluarga dan masyarakat yang akan

digunakan dalam kegiatan sehari- hari baik didalam sekolah

maupun bermasyarakat.32

b. Indikator Hasil Belajar

Beberapa indikator digunakan untuk pengukuran hasil

belajar diklasifikasikan menjadi tiga bidang yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotorik :

a) Ranah kognitif berfokus pada bagaimana siswa

memperoleh pengetahuan akademis melalui metode

pembelajaran dan transfer pengetahuan.

31
Metta Ariyanto, “Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Kenampakan Rupa Bumi
Menggunakan Model Scramble,” Profesi Pendidikan Dasar 3, no. 2 (December 12, 2016): 135,
https://doi.org/10.23917/ppd.v3i2.3844.
32
Ariyanto, 135.

24
b) Ranah afektif mencakup sikap, nilai, keyakinan yang

menjadi pemain penting dalam mengubah perilaku dan

ranah.

c) Psikomotor mengacu pada bidang keterampilan dan

pengembangan diri, dimana kinerja keterampilan dan

praktik berlaku untuk pengembangan managemen

keterampilan.33

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar ada pada tiga bidang, yaitu kognitif

mengacu pada pengetahuan, afektif pada sikap anak, dan

psikomotorik pada kemampuan anak.

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk aktif mengeksplorasi konsep dan

prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik baik

secara individu maupun dalam kelompok.pembelajaran terpadu

berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan ini berawal

dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan atau

33
Ricardo Ricardo and Rini Intansari Meiliani, “Impak Minat Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa, “Jurnal Pendidikan Managemen Perkantoran 2, no.2 (2017);
79,.https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.810.

25
hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan serta

struktur intelektual anak. Para tokoh psikologi Gestalt,

termasuk Piaget mendorong teori pembelajaran yang

menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna yang

sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak.

Pembelajran terpadu lebih fokus pada konsep belajar sambil

melakukan (learning by doing).34

Sebagai suatu model pembelajaran disekolah dasar,

pembelajaran tematik memiliki prinsip. Adapun beberapa

prinsip dari pembelajaran tematik ini menurut tim pengembang

PGSD yaitu :

1) Holistik, adalah suatu indikasi atau kasus yang menjadi

pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan

dikaji dari sejumlah bidang studi sekaligus.

2) Bermakna, pengkajian suatu peristiwa dari berbagai ragam

aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan

antarseksama yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada

giliranya akan meberikan dampak kebermanaan dari materi

yang dipelajari.

3) Aktif, pembeljaran tematik dikembangkan dengan

berdasarkan terhadap pendekatan diskonversi inkuiri, yaitu

34
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 254.

26
peserta didik terlibat secara aktif pada proses pembelajaran,

berawal dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses

evaluasi.35

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang mengaitkan pada beberapa materi maupun beberapa

mata pelajaran dengan menggunakan tema agar dapat memberikan

pengalaman belajar yang lebih bermakna terhadap peserta didik.

b. Karakteristik pembelajaran Tematik

Sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Pembelajaran terpusat pada siswa.

2) Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.

3) Belajar melalui pengalaman langsung.

4) Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata.

5) Memiliki integrasi dan interkoneksi dengan berbagai mata

pelajaran.

6) Holostik, yaitu suatu peristiwa atau fenomena yang menjadi

pusat perhatian dalam penerapan pembelajaran terpadu.

35
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011.), hlm. 106.

27
7) Bermakna, yaitu pengkjian suatu fenomena atau peristiwa

dari berbagai macam aspek semacam jalinan konsep

pemahaman yang dimiliki setiap peserta didik.

8) Otentik, yaitu informasi dan pengetahun yang diperoleh

sifatnya menjadi otentik atau valid.

9) Aktif, yaitu peserta didik harus terlibat langsung dalam

proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan

hingga peoses evaluasi.36

c. Materi Kelas V Tema 3 Subtema 1 Bagaimana Tubuh

Mengelola Makanan

1) Sistem pencernaan pada hewan Ruminansia (sapi)

a) Hewan ruminnsia adalah hewan pemamah biak

pemakan tumbuhan atau bisa disebut dengan herbivore.

b) Makanan dari mulut melewati kerongkongan kemudian

masuk kedalam perut besar (rumen) dan terjadi proses

fermentasi dengan bantuan mikrob.

c) Abomasum juga disebut lambung sebenarnya, disini

makanan akan dicerna dengan bantuan enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh obomasum.

36
Masrurotul Mahmudah, Muh. Ngali Zainal Makmum dan Mai Zuniati, Strategi
Pembelajaran Terpadu Dan Tematik SD/MI (Malang: CV. Pustaka Learning Center, 2020),
hal.23-25.

28
2) Sistem pencernaan manusia

a) Proses pencernaan ialah suatu proses yng melibatkan

oragn-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar

pencernaan.

b) Proses pencernaan makanan dibedakan menjadi dua

yaitu proses mekanisme dan proses kimiawi.

c) Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan

berada didalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-

sisa makanan hasil pencernaan.

3) Organ pencernaan makanan manusia

Proses pencernaan makanan didukung oleh alat

pencernaan. Adapun beberapa susunan alat pencernaan

yaitu :

a) Rongga mulut

b) Kerongkongan

c) Lambung

d) Usus dua belas jari

e) Usus halus

f) Usus besar.

29
d. Manfaat Pembelajaran Tematik

Dengan menerapkan pembelajaran tematik, peserta didik

dan guru mendapatkan banyak manfaat. Diantara manfaat

tersebut adalah:

1) Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman

konseptual peserta didik terhadap realitas sesuai dengan

tingkat perkembangan intelektualitasnya.

2) Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik mampu

mengeksporasi pengetahuan melalui serangkaian proses

kegiatan pembelajaran.

3) Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan

hubungan antarpeserta didik.

4) Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan

profesionalismenya.

5) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan

anak.

6) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan

bermakna.

30
7) Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi.

8) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja,

toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang

lain.37

e. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Tematik

Adapun bebrapa kelebihan-kelebihn pembelajaran tematik

sebagai berikut :

1) Pengalaman dan pembelajaran anak akan selalu releven

dengan tingkat perkembangan anak .

2) Kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak pada minat dan

kebutuhan anak.

3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak

sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4) Pembelajaran tematik akan mampu menumbuh

kembangkan keterampilan berfikir anak.

5) Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.

37
Moh Muklis, “Pembelajaran Tematik,” FENOMENA 4, no. 1 (June 1, 2012): 69,
https://doi.org/10.21093/fj.v4i1.279.

31
6) Menumbuh kembangkan religiusitas akan dalam hal

kebermaknaan dan hikmah positif dan kekuasaan Tuhan

dan mampu menjadi hamba yang beriman, bertaqwa dan

berbudi pekerti yang baik.

7) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti

kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap

gagasan orang lain.38

B. Kajian Penelitian yang Releven

Berikut ini adalah beberpa penelitian dengan menerapkan model

kooperatif tipe Student Achievement division (STAD) pada proses

pembelajaran.

1. Nida Saifatun Nisa dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Model

kooperatif Tipe Student Team Achivement Division (STAD) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Siswa

kelas V SD Al-Quran Roudotut Tholobin Metro Utara Tahun Ajaran

2023". Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada membelajaran Tema V

ekosistem. Hal ini terbukti dengan peningktan hasil belajar siswa

mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 55,6% dan siklus II

sebesar 85,2%. Persamaan Penelitian yang dilakukan dengen

38
Masrurotul Mahmuda, muh. Ngali Zainal Makmum, Mai Zuniati, Strategi
Pembelajaran Terpadu Dan Tematik (jawa Timur: Pustaka Learning Center, n.d.), 25–26.

32
penelitian ini terkait pada variable yaitu Hasil belajar siswa, sedangkan

perbedaanya terletak pada mata pelajaran dan lokasi penelitian.39

2. Sudana dan Wesnawa dalam penelitian yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPA, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa kelas IV A di SD No. 3 Dalung,

Kecamatan Kuta Utara, Badung. Penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV A

semester ganjil SD No. 3 Dalung Tahun Pelajaran 2016/2017 yang

berjumlah 28 orang dan objek penelitiannya adalah hasil belajar IPA.

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan metode

tes. Selanjutnya diolah menggunakan tehnik analisis deskriptif

kuantitatif. Hasil penelitian ini menujukan bahwa persentase hasil

belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 62 % dengan katagori

“Rendah” pada siklus II sebesar 88 % dengan katagori “Tinggi”.

Peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke Siklus II sebesar 26 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

Tipe STAD dapat meningatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV A

semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD No. 3 Dalung.40

39
Nida Saifatun Nisa, “Penerapan Model kooperatif Tipe Student Team Achivement
Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Siswa
kelas V SD Al-Quran Roudotut Tholobin Metro Utara” ”,(Skripsi ,Universitas Maarif Metro
Lampung) UMALA, 2023.
40
I. Putu Ari Sudana and I. Gede Astra Wesnawa, “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA,” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 1,
no. 1 (May 22, 2017): 1–8, https://doi.org/10.23887/jisd.v1i1.10128.

33
Persamaan dari penelitian ini adalah sama sama menggunakan model

Kooperatif dan hasil belajar. Perbedaan ialah lokasi waktu dan tema

pembelajaranya.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Theresia Anisensia, Gregorius Sebo Bito,

dan Marselina Wali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Pada

Siswa Kelas V di SD I Blidit Waigete Kabupaten Sikka. Berdasarkan

hasil analisis data dan pembahasan hasil dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar matematika siswa kelas V setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I belum mencapai

ketuntasan belajar. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai

KKM atau kriteria ketuntasan minimal sebanyak 6 orang (60,5%) dari

20 siswa, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dengan

persentase keseluruhan sebesar 86%. Aktivitas guru dan siswa juga

meningkat dari siklus I ke siklus II; (56,15%) pada siklus I dan

(84,61%) pada siklus II dengan kriteria sangat baik. Sedangkan

aktivitas siswa siklus I (50%) dan siklus II (87,7%) berada pada

kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan

bahwa siswa termotivasi ketika materi pembelajaran dilaksanakan

dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.41

41
Theresia Anisensia, Gregorius Sebo Bito, and Marselina Wali, “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa
Kelas V SDI Blidit Kabupaten Sikka,” Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan 1, no. 1 (May
15, 2020): 61–69, https://doi.org/10.37478/jpm.v1i1.351.

34
Persamaan penelitian yang dilakukan ini yaitu sama-sama

menggunakan Model Koopertif Tipe Stad serta tujuan dan perbedaan

diantaranya yaitu lokasi dan waktu.

4. Penelitian ini dilkukan oleh Made Suparmini, Penelitian ini bertujuan

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Penjasorkes melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas

VI SD. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang melibatkan

siswa kelas VI yang berjumlah 30 orang siswa. Dalam penelitian ini

data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan lembar observasi, metode

analisis data dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini mengalami peningkatan hasil belajar antara siklus I

dan siklus II, menunjukan kenaikan rata-rata daya serap 7% dan pada

ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 37%. 42 Kesimpulan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas

VI SD Negeri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

Penelitian ini memiliki persamaan terkait pada variable yaitu Hasil

belajar siswa, sedangkan perbedaanya terletak pada mata pelajaran dan

lokasi penelitian.

C. Kerangka Berfikir

42
` Made Suparmini, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar,” Journal of Education Action Research 5, no. 1
(January 27, 2021): 67–73, https://doi.org/10.23887/jear.v5i1.31559.

35
Pengaruh utama keberhasilan proses belajar mengajar adalah guru,

dimana tugas guru adalah mengatur lingkungan dan dimana siswa juga

dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif. Dalam hal ini guru juga

mendorong semangat dan kemampuan siswa dalam memperlancar

penerimaan materi pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar

siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran

Kooperatif tipe Student time Achivemen division (STAD) untuk

meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa. Model kooperatif tipe

STAD sendiri dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran tematik dengan cara mendiskusikanya bersama teman

kelompok. Dengan kata lain model kooperatif tipe STAD digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran berlanjutan.

Disimpulkan bahwa model kooperatif tipe STAD merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kegiatan pembelajaran agar tidak

mudah bosan dan mudah pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar terhadap siswa MI Walisongo.

36
Kondisi Awal

 Rendahnya hasil belajar siswa

 Siswa kurang menangkap apa yang


disampaikan oleh guru

 Siswa cenderung malu bertanya dengan


guru

Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD

Guru Siswa Kelas V

Hasil Belajar Meningkat

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini tentang Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Tematik Kelas V MI Walisongo Sukajadi peneliti

menggunakan metode kualitatif, penelitian ini termasuk jenis penelitian

lapangan (field researd) yang merupakan suatu penelitian yang dilakukan

secara matang.

Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang

bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui

proses berfikir induktif. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi

dan setting fenomenanya yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu

memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang

diteliti.43Dengan demikian Metode penelitian kualitatif juga dilakukan

secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat

secara hati-hati apa yang terjadi,melakukan analisis reflektif terhadap

berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan

penelitian secara mendetail.44

43
Miza Nina Adlini et al., “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka,” Edumaspul:
Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (March 1, 2022): 3, https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3394.
44
“Buku Metode Penelitian Kualitatif.Abdul Fattah.Pdf,” 22, accessed February 1, 2024,
http://repository.uinsu.ac.id/19091/1/buku%20metode%20penelitian%20kualitatif.Abdul
%20Fattah.pdf.

38
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang peneliti pilih yaitu dilakukan dikelas V MI

Walisongo Sukajadi. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini akan

dilaksanakan dari bulan Februari – April pada tahun ajaran 2023/2024.

C. Subjek dan Teknik Sampling

a) Subjek

Dalam penelitian kulitatif dikenal dengan istilah subjek

penelitian. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang didasarkan

pada data kualitatif, yang mana data kualitatif adalah data yang

tidak berbentuk angka atu bilngan sehingga hanya berbentuk


45
pernyataan-pernyataan atau kalimat. Subjek penelitian dalam

penelitian kualitatif disebut dengan istilah informan yaitu orang

yang memberikan informasi mengenai data yang d.inginkan

penelitian yang sedang dilaksankan. Informasi ini dapat berupa

situasi dan kondisi latar belakng penelitian.

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu

seluruh siswa-siswi kelas V MI Walisongo Sukajadi yang berjumlah 23

orang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 10 perempuan.

b) Teknik Sampling

45
Suliyanto (2018), HI. 19.

39
Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih

sering digunakan adalahpurposive sampling dan snowball

sampling. Peneliti menggunakan teknik snowball sampling,

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. 46

Hal ini dikarnakan jumlah data yang sedikit itu belum memuaskan

maka harus mencari orang lagi untuk digunakan sebagai sumber

data.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam proses penelitian ini bersifat kualitatif.

Sumber data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan,

selebihnya yaitu data tambahan seperti dokumen atau sumber data yang

tertulis, foto, dan statistic. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang dimati

atau diwawancarai merupakan sumber data yang utama. Sumber data yang

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video/audio tapes,

pengambilan foto atau film. Sedangkan sumber data tambahan yang

berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah

ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.47

Pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan data sesuai

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitin ini, data yang

didapat dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan skunder.
46
Sugiono, Metode Penelitian Kualittif, Kuantitatif, Dan R&D (Alfabeta, 2012), 300.
47
Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif,” Jurnal Ilmu Dakwah: Alhadrah 17,
no. 33 (2019): hal. 81-95.

40
Data primer yaitu data yang didapat oleh peneliti dalam bentuk kata-kata

atau sebuah ucapan langsung, sedangkan data sekunder ialah data yang

didapat dari sebuah perilaku subjek penelitian yang dicurahkan dalam

penelitian.

Sumber data penelitian yaitu guru kelas V, kepala sekolah, siswa

kelas V, dan dokumentasi. Guru kelas V termasuk informan utama yang

akan diteliti, karena guru kelas merupakan orang yang berperan langsung

terhadap siswa dalam proses belajar dan yang lebih memahami karakters

siswa kelasnya. Guru kelas V merupakan subjek penelitian yang

mengajarkan materi tematik, sehingga guru kelas dapat mengetahui faktor-

faktor yang terjadi dalam aktivitas dan hasil belajar siswa pada proses

pembelajaranya.

Data dari kepala sekolah berupa gambaran umum dari MI tempat

peneliti melaksanakan penelitian. Data juga dapat beruma interaksi siswa,

interaksi antar guru, evaluasi program pembelajaran, sumber peljaran, dan

juga interaksi antar siswa dengan guru. Sedemikian itu dapat digambarkan

faktor-faktor dari luar proses pembeljaran.

Data yang didapat pada siswa kelas V diambil dari pengamatan

atau observasi. Pengamatan dilakukan dengan memperhatikan perilaku

siswa terhadap proses pembelajaran berlangsung. Data yang didapat,

supaya bersifat konkret dan dapat dibuktikan sesuai kenyataan, peneliti

41
membutuhkn data berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan yang

penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian. Maka dari itu, untuk memudahkan dalam pengambilan

data lapangan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Observasi

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara

langsung subjek penelitian dengan memiliki tujuan tertentu. Teknik

ini merupakan metode paling sederhana dan lebih bersifat humanis.

peneliti dapat mengetahui secara langsung penglaman mengenai

proses pembelajaran yang dilakukan di MI. Pada implementasi

data tahap berikutnya, peneliti dapat lebih ringan menuangkan

hasil pengamatan kedalam bentuk tulisan.

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan

menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman,

pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk

menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas,

kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan

perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh

42
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab

pertanyaan penelitian.48

Fungsi observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengamati secara langsung mengenai penerapan kooperatif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam

mengumpulkan informasi atau data. Wawancara merupakan

keterampilan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap lulusan

psikologi, karena pada umumnya lulusan psikologo melengkapi

informasinya dari sebuah wawancara.49 Dapat diambil inti

wawancara adalah Percakapan yang memiliki maksud tertentu.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

mengajukan pertanyaan dan narasumber yang memberikan

jawaban atas pertanyan itu.

Hal ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif tippe STAD dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas

V MI Walisongo Sukajadi. Data yang diambil sesuai dengan

penelitian yang ada.

48
Mudjia Rahardjo, “Metode pengumpulan data penelitian kualitatif,” Teaching
Resources, 2011, 3, http://repository.uin-malang.ac.id/1123/.
49
Fandi Rosi Sarwo Edi, Teori Wawancara Psikodignostik (Penerbit
LeutikaPrio, n.d.), hlm. 1.

43
3. Dokumentasi

Menurut Arikuto yang dikutip oleh uswatun hasanah

Metode Dokumentasi adalah alat pengumpulan data yang

digunakan untuk mencari, mengenal hal – hal atau variable yang

berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, peraturan –

peraturan, notulen rapat dan sebagainya.50

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang

gambaran umum sekolah, seperti letak geografis, struktur

organisasi dan hal – hal yang berkaitan dengan sekolah dan proses

belajar mengajar sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang

sekolah yang akan penulis teliti. Metode dokumentasi juga

digunakan untuk memperoleh gambar proses pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam pengumpulan data terhadap penelitian ini digunakan

untuk menggali informasi serta memecahkan masalah dalam kegiatan

dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Lembar Observasi

50
Uswatun Hasanah, “Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Melalui
Penerapan Metode PQRST (Preview, Question, Read, Summarize, Test)Peserta Didik
Kelas V Di Mi Ismaria Al-Qur’aniyah Islamiyah Raja Basa Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2016/2017”.,” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (May 12,
2017): 5, https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2093.

44
Instrumen aktivitas siswa menggunakan lembar observasi aktivitas

belajar siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Instrumen aktivitas

siswa bersfungsi untuk mengukur aktivitas siswa berdasarkan

akumulasi nilai yang kemudian dikategorikan sesuai tingkat aktivitas.

Observasi dilkukan secara langsung terhadap aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk menggambarkan kegiatan siswa,

selain itu dokumentasi sebagai bukti nyata aktifitas dan memperkuat

analisis tentang proses pembelajaran yang dilakukan.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data digunakan untuk menunjukan bahwa semua data

yang diperoleh dan diteliti releven dengan apa yang sesungguhnya. Teknik

yang diperoleh untuk memperoleh keabsahan data pada penelitian yaitu

dengan triagulasi, triagulasi berartikan suatu teknik keabsahan data yang

dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain. Data yang dikumpulkan

kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis induktif. Teknik

analisis induktif adalah analisis yang berpijak dari pengertian-pengertian

atau fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dari penghasilan

pengertian umum.

45
H. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Imam Gunawan ialah mencari dan

mengamati kecenderungan setiap penyelidikan yang ketat untuk

mengidentifiksi bagian-bagian penyusunannya, jalinan antar studi, dan

sighnifikansi terhadap keseluruhannya dikenal sebagai analisis kualitatif.

Sugiono mengklim bahwa mengklasifikasikan dan mengorganisasikan

data yang telah dikumpulkan melalu wawancara. Catatan lapangan, dan

dokumentasi ialah analisis data.51

Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara bermkna

sehingga dapat dipahami penganalisaan data merupakan suatu proses yang

dimulai sejak pengumpulan data dilapangan, kemudian data yang

terkumpul diperiksa kembali dan diklarifiksikn sehingga dapat diolah

untuk dapt di anlisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis induktif

yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang lebih bersifat umum

dilapangan, kemudian data yang dikumpul diperiksa kembali dan

diklarifiksi sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang

dianalisis berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang bergerak dari

hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum.52

Metode Induktif adalah metode “berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan dilapangan dan kemudian dikontribusikan menjadi hipotesis

51
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik (Bumi Aksara 2022)
52
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, hlm. 135.

46
atau teori”. Teori induktif merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai

kelompok hukum yang diperoleh secara empiris suatu bidng tertentu.53

Dalam penelitian metode induktif digunakan untuk menganlisis

peran guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V yang bersifat khusus kemudian

dianalisis.

DAFTAR PUSTAKA

Adlini, Miza Nina, Anisya Hanifa Dinda, Sarah Yulinda, Octavia Chotimah, and
Sauda Julia Merliyana. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka.”
Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (March 1, 2022): 974–80.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3394.

Agus Suprijono. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar, 2009.

Amintoko, Gunanto. “Model Pembelajaran Direct Instruction Dalam


Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Definisi Limit Bagi
Mahasiswa.” SJME (Supremum Journal of Mathematics Education) 1, no. 1
(2017): 7–12. https://doi.org/10.35706/sjme.v1i1.549.

53
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, hlm.53

47
Anisensia, Theresia, Gregorius Sebo Bito, and Marselina Wali. “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas V SDI Blidit Kabupaten Sikka.” Prima
Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan 1, no. 1 (May 15, 2020): 61–69.
https://doi.org/10.37478/jpm.v1i1.351.

Ariyanto, Metta. “Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Kenampakan Rupa Bumi
Menggunakan Model Scramble.” Profesi Pendidikan Dasar 3, no. 2
(December 12, 2016): 134–40. https://doi.org/10.23917/ppd.v3i2.3844.

“Buku Metode Penelitian Kualitatif.Abdul Fattah.Pdf.” Accessed February 1,


2024.http://repository.uinsu.ac.id/19091/1/buku%20metode%20penelitian
%20kualitatif.Abdul%20Fattah.pdf.

Edi, Fandi Rosi Sarwo. Teori Wawancara Psikodignostik. Penerbit LeutikaPrio,


n.d.

Fadillah, Ahmad. “Analisis Minat Belajar Dan Bakat Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa.” Mathline : Jurnal Matematika Dan Pendidikan
Matematika 1, no. 2 (August 1, 2016): 113–22.
https://doi.org/10.31943/mathline.v1i2.23.

Fimansyah, Dani. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap


Hasil Belajar Matematika.” Judika (jurnal pendidikan unsika) 3, no. 1
(march 1, 2015). https://doi.org/10.35706/judika.v3i1.199.

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Hasanah, Uswatun. “Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Melalui


Penerapan Metode PQRST (Preview, Question, Read, Summarize,
Test)Peserta Didik Kelas V Di Mi Ismaria Al-Qur’aniyah Islamiyah Raja
Basa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017”.” Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (May 12, 2017): 1–14.
https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2093.

48
Hazmiwati, Hazmiwati. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar.”
Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 7, no. 1 (April 27, 2018):
178–84. https://doi.org/10.33578/jpfkip.v7i1.5359.

Isjon. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta, 2012.

Lahir, Sri, Muhammad Hasan Ma’ruf, and Muhammad Tho’in. “Peningkatan


Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah
Dasar Sampai Perguruan Tinggi.” Jurnal Ilmiah Edunomika 1, no. 01
(March 15, 2017). https://doi.org/10.29040/jie.v1i01.194.

Lovisia, Endang. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap


Hasil Belajar.” Science and Physics Education Journal (SPEJ 2, no. 1
(December 27, 2018): 1–10. https://doi.org/10.31539/spej.v2i1.333.

Masrurotul Mahmuda, muh. Ngali Zainal Makmum, Mai Zuniati. Strategi


Pembelajaran Terpadu Dan Tematik. jawa Timur: Pustaka Learning Center,
n.d.

Muklis, Moh. “Pembelajaran Tematik.” Fenomena 4, no. 1 (June 1, 2012).


https://doi.org/10.21093/fj.v4i1.279.

“Pengertian_Pendekatanx-Libre.Pdf.” Accessed November 15, 2023.


https://d1wqtxts1xzle7.

Purwanto, Eko Sigit. Strategi Pembelajaran. Eureka Media Aksara, 2021.


https://repository.penerbiteureka.com/id/publications/349478/.

Rahardjo, Mudjia. “Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.” Teaching


Resources, 2011. http://repository.uin-malang.ac.id/1123/.

Rusman. Model-Model Pembelajaran. jakarta: PT Raja Grafindo Persadais, 2011.

Rusman. Model-Model Pembelajaran. 2. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012.

49
Sudana, I. Putu Ari, and I. Gede Astra Wesnawa. “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA.” Jurnal
Ilmiah Sekolah Dasar 1, no. 1 (May 22, 2017): 1–8.
https://doi.org/10.23887/jisd.v1i1.10128.

Sueni, Ni Made. “Metode, Model Dan Bentuk Model Pembelajaran (Tinjauan


Pustaka).” Wacana : Majalah Ilmiah Tentang Bahasa, Sastra Dan
Pembelajarannya 19, no. 1 (April 12, 2019): 3–3.
https://doi.org/10.46444/wacanasaraswati.v19i1.35.

Sugiono. Metode Penelitian Kualittif, Kuantitatif, Dan R&D. Alfabeta, 2012.

Suparmini, Made. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk


Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar.” Journal of Education Action
Research 5, no. 1 (January 27, 2021): 67–73.
https://doi.org/10.23887/jear.v5i1.31559.

Utami, Santi. “Peningkatan Hasil Belajar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe


STAD pada Pembelajaran Dasar Sinyal Video.” Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan 22, no. 4 (2015): 424–31.
https://doi.org/10.21831/jptk.v22i4.7840.

Wulandari, Innayah. “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student


Teams Achievement Division) Dalam Pembelajaran MI.” Jurnal Papeda:
Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 1 (January 31, 2022): 17–23.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1754.

50

Anda mungkin juga menyukai