Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang

dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,

pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sekolah merupakan lembaga pembinaan sumber daya manusia yang

diharapkan dapat mengembangkan potensi diri, baik aspek kognitif, afektif

maupun psikomotor.

Guru adalah ujung tombak keberhasilan pelaksanaaan proses belajar

mengajar di dalam kelas mempunyai peran utama dalam mengatur, mengarahkan

dan menciptakan suasana belajar mengajar dengan baik sehingga dalam hal ini

guru dituntut harus inovatif, profesional, dan proaktif dalam melaksanakan tugas

pembelajarannya. Dalam melaksanakan pengajaran di sekolah dasar, setiap guru

SD senantiasa menghadapi situasi yang berbeda dan menantang yang mempunyai

pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri.

IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah

dasar masih dianggap mata pelajaran yang sulit, memperhatikan tujuan dan esensi

pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggara pembelajaran IPS mampu

mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai

pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di

masyarakat. Hasan (Solihatin, 2005) menjelakan bahwa untuk menjujung

1
2

tercapainya tujuan IPS terebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang

kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap gairah dan keberhasilan belajar siswa.

Salah satu kesulitan belajar yang dialami siswa ialah pada mata pelajaran

IPS akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal, baik

soal-soal ulangan harian, ulangan umum, dan soal-soal ujian nasional yang

berhubungan dengan mata pelajaran IPS.

Masalah dalam pembelajaran IPS seperti yang dikemukakan diatas harus

segera diatasi agar hasil belajar siswa meningkat. Salah satu alternatif adalah

dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) yang dapat diterapkan guru dalam mengajar untuk mencapai

ketuntasan belajar atau hasil belajar siswa. pendekaan kooperatif tipe STAD

merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif

yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran

kooperatif dalam kelas, selain dari pada hal tersebut diatas STAD juga merupakan

suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan

sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen

utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan

penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan

pengajaran yang teratur.

Hal tersebut terkait dengan kenyataan dilapangan yang menunjukkan

bahwa tidak selamanya proses belajar mengajar IPS pada suatu sekolah berjalan

lancar sesuai yang diharapkan. Fenomena tersebut masih dianggap wajar


3

mengingat bahwa dalam setiap kelas yang dihadapi terdiri dari beranekaragam

siswa dengan tingkat kecerdasan dan kecepatan siswa menyerap pelajaran.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka

peneliti terinspirasi untuk mengkaji secara ilmiah melalui penelitian tindakan

kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Dalam Mata

Pelajaran IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement

Division (STAD) Di Kelas IV SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas V dalam

mata pelajaran IPS melajaran koperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) Di Kelas IV SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan peningkatan Hasil

belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran

koperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD) SD Inpres Minasa

Upa Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memmberikan manfaat bagi guru dalam

pengelolaan pembelajaran sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar

yang baik. Adapun manfaat penelitian ini adalah :


4

1. Manfaat teoritis

a. Bagi akademis/lembaga pendidikan, khususnya bagi program studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar menjadi bahan informasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam peningkatan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif

Tipe STAD.

b. Sebagai masukan bagi guru dan sekolah untuk menerapakan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan juga prestasi

belajarnya

2. Manfaat praktis

a. b. Sebagai bahan acuan, perbandingan ataupun referensi bagi para peneliti

yang melakukan penelitian yang sejenis.


5

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,


DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Mata Pelajaran IPS

IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan

kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya

bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata

pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia.

Sedangkan Sumaatmadja (Badruddin, 2009) Mengemukakan tujuan

pendidikan IPS adalah membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi

dirinya serta bagi masyarakat dan negara.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan

kualitas proses belajar mengajar dalam pendidikan IPS merupakan suatu

kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Salah satu model

pembelajaran terebut adalah model cooperative learning.

Metode pembelajaran ini berangkat dari dasar pemikiran getting better

together yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas

dan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan

pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi

kehidupan di masyarakat. Di dalam pembelajaran dengan menggunakan model


6

cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan

oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta

mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Di samping itu,

kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan.

2. Pengertian Belajar

Hakikatnya belajar adalah perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,

penambahan ilmu pengetahuan atau perubahan tingkah laku. Jadi dapat

disimpulkan bahwa orang belajar memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui sesuatu

yang belum diketahui serta untuk berubah dari tidak baik menjadi baik. Proses

belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan

siswa atau dengan kata lain interaksi tersebut dapat disebut sebagai suatu

rangkaian aktivitas yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Menurut

Hilgard (Sanjaya, 2006) Belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau

prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan

alamiah.

Dari pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar itu

merupakan suatu kebutuhan manusia agar pada dirinya terjadi suatu perubahan-

perubahan baik pengetahuan, sikap dan nilai-nilai moral yang membentuk pribadi

seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan interaksinya terhadap lingkungan

sekitarnya.
7

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang

siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang

dapat menjadi indikator tentang kemampuan, kesanggupan, penguasaan

seseorang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki

oleh orang itu dalam suatu pelajaran. Dalam kaitannya dengan usaha belajar, hasil

belajar ditunjukkan oleh tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa terhadap

materi yang diajarkan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam kurun

waktu tertentu. Syah (2008: 150) mengemukakan “hasil belajar adalah hasil

pengungkapan belajar yang meliputi ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif),

dan ranah karsa (psikomotor)”.

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang

telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama

atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta

dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih

baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja

yang lebih baik.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan

sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif


8

dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih

dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar

kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat

interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Yasa, 2008). Hubungan kerja

seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat

dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan

dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar

bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus

diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu ; a) saling

ketergantungan positif, b) tanggung jawab perseorangan, c) tatap muka, d)

komunikasi antar anggota, dan e) evaluasi proses kelompok

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.
9

b. Tujuan pembelajaran kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang

menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada

kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Bagus (2008) Mengemukakan Tujuan pembelajaran kooperatif adalah:

1) Hasil belajar akademik

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

3) Pengembangan keterampilan social

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dkk, di Universitas John Hopkin

dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru

yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa,

menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan

presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi

kelompok dengan anggota 4 - 5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri

dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau

perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan

kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran
10

melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara

individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu

diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak

berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor

itu melampaui rata-rata skor yang lalu.

Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain,

diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor

perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis

itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan

dalam lembar itu.

Slavin (1995) menerangkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan menggunakan

kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar kegiatan

atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian

saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui

tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Tipe pembelajaran inilah

yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Inpres Minasa

Upa Kota Makassar.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

Slavin (1995 : 71) adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan


kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara
individual sehingga akan diperoleh skor awal.
11

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri


dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
(heterogen).
d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam
kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara
individual.
g. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya.

Herdian (2009), menjelaskan lima komponen utama model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah :

a. Penyajian kelas.
b. Belajar kelompok.
c. Kuis
d. Skor perkembangan.
e. Penghargaan kelompok.

Menurut Nurasma (Yurisa, 2009) pembelajaran kooperatif tipe STAD

memiliki kelebihan dan juga memiliki beberapa kekurangan:

a. Kelebihan :
1) Meningkatkan kecakapan individu
2) Meningkatkan kecakapan kelompok
3) Meningkatkan komitmen
4) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
5) Tidak bersifat kompetitif
6) Tidak memiliki rasa dendam
b. Kekurangan :
1) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
2) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang pandai lebih dominan

Dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pembelajaran dengan metode

kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Inpres Minasa

Upa Kota Makassar dilakukan dengan mengikuti langkah dan prosedur


12

pembelajaran kooperatif dan dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

dalam setiap proses belajar mengajar yang dilaksanakan sehingga dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang direncanakan secara maksimal. Maksimal dalam hal ini

adalah meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS itu sendiri.

B. Kerangka Pikir

Guru selaku penyelenggara proses belajar mengajar di dalam kelas dapat

menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dInginkan. Salah satu pendekatan

pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar

khususnya pada mata pelajaran IPS adalah kooperatif tipe STAD digunakan

dengan maksud untuk lebih memberikan kemudahan pengetahuan terhadap materi

pelajaran yang diberikan, sedangkan pemberian tugas bertujuan untuk

membangun kemandirian belajar siswa di luar jam pelajaran. Kemudian, kerja

kelompok yang juga merupakan bagian dari proses belajar mengajar bertujuan

untuk menciptakan rasa saling kerja sama, pengertian dan tanggung jawab serta

kepedulian antar sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan dapat diselesaikan sesuai dengan yang dInginkan bersama.

Diterapkannya metode kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di

kelas V SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar dimaksudkan untuk

meninngkatkan hasil belajar siswa. Hal yang perlu dilakukan dalam

meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui penyelenggaraan proses belajar

mengajar yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat

perannya masing-masing dimana dalam satu kelompok kerja yang telah dibentuk
13

terdapat ketua kelompok yang dapat menjadi ujung tombak keaktifan siswa

selama belajar. Adanya peran ketua kelompok dalam suatu kelompok

memungkinkan adanya saling koreksi, diskusi dan kerja sama yang baik antar

siswa dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sebagai tugas yang harus

diselesaikan.

Hal ini juga dilakukan saat hasil akhir tugas yang diselesaikan masing-

masing kelompok saling bertukar pekerjaan untuk mendapatkan koreksi dari

kelompok lainnya, dan sesudah itu maka pekerjaan atau tugas yang telah dibuat

dikumpulkan pada guru untnuk memperoleh penilaian. Lebih jelas dapat dilihat

pada skema kerangka pikir berikut :

Hasil Belajar IPS Rendah

Penerapan Metode Kooperatif


Tipe STAD

Hasil Belajar IPS Meningkat

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian pada kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dapat

diajukan dalam penelitian ini adalah : “jika pembelajaran kooperatif tipe STAD

diterapkan pada mata pelajaran IPS, maka hasil belajar siswa di kelas V SD Inpres

Minasa Upa Kota Makassar akan meningkat”.


14

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut

kualitatif karena data yang diperoleh melalui observasi untuk melihat gambaran

aktivitas guru dan siswa. Penelitian ini terdiri dari 1 siklus dimana masing-masing

siklus terdiri dari empat langkah yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan,

(3) Observasi, dan (4) Refleksi.

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan kooperatif tipe STAD

Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk siswa maupun guru dalam proses

pembelajaran.

2. Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui apakah hasil belajar IPS pada siswa kelas IV

meningkat setelah diterapkan pendekatan kooperatif tipe STAD. Adapun

hasil belajar yang dimaksud adalah nilai dari hasil tes dari tiap siklus.

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar


15

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Inpres Minasa Upa Kota

Makassar dengan jumlah siswa keseluruhan 31 orang yang terdiri dari 15

laki-laki dan 16 orang perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini

didasarkan pada masalah yang akan dipecahkan bagaimana Peningkatan Hasil

belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif

Tipe STAD di SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar. Pelaksanaan penelitian ini

diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Untuk lebih

jelasnya penulis akan menguraikan prosedur pelaksanaan penelitian ini melalui

siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

PENGAMATAN

SIKLUS N

Gambar 3.1 : Prosedur penelitian tindakan kelas oleh Arikunto, dkk (2008 : 16)
16

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang kehadiran siswa pada

suatu proses belajar, perhatian siswa pada saat proses belajar, siswa yang

melakukan kegiatan lain pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Tes

Tes yaitu serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu

atau kelompok.

3. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, penulis melakukan

penelitian terhadap buku-buku yang relevan dengan fokus kajian terutama

mengenai silabus, standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator, materi

pelajaran IPS, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), penilaian, bahan dan

media pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

1. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu menjawab

dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secara

menyeluruh dan utuh dari obyek yang diteliti guna mendapatkan kesimpulan yang

bersifat deskriptif sesuai dengan kondisi dan waktu. Adapun data yang diperoleh

melaui wawancara dan observasi dianalisis secara kualitatif. Sedangkan hasil

belajar yang diperoleh siswa akan dianalisis secara kuantitaif kemudian


17

dideskriptifkan secara sistematis sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan,

dengan menggunakan rumus:

∑fX
M=
n
Dimana:
M : Mean (rata-rata)

∑fX : Jumlah nilai

n : Jumlah siswa
Umar (2017: 15)

Kriteria yang digunakan untuk kategori ini berdasarkan teknik kategorisasi

standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

(Rahmawati, 2013) yaitu:

Tabel 3.1 Teknik Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan


Kemendikbud.
Skor Kategorisasi
0 - 34 Sangat Rendah
35 - 54 Rendah
55 - 64 Cukup
65 - 84 Tinggi
85 - 100 Sangat Tinggi
Sumber: KEMENDIKBUD (Rahmawati, 2013)

2. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah

apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa terhadap bahan ajar setelah

diterapkannya pembelajaran dengan metode kooperatif Tipe STAD. Apabila

terdapat 85% siswa yang memperoleh skor minimal 65 maka pembelajaran

dianggap tuntas secara klasikal.


18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Sebelum Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan dengan siswa kelas V

SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar pada tanggal 11 Maret sampai tanggal

13 Mei 2022. Metode pelakanaannya mengikuti prinsip kerja PTK yang terdiri

dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi. Data hasil penelitian yang diperoleh dikategorikan dalam dua

kelompok, yakni kelompok data kualitatif dan kelompok data kuantutatif

sesuai dengan bentuk instrument pengumpulan data yang digunakan.

Data penelitian berupa hasil belajar siswa diperoleh dengan

melakukan tes hasil belajar pada siklus pertama dan kedua, sedangkan data

pendukung berupa aktivitas belajar siswa selama pembelajaran kooperatif tipe

STAD diperoleh dengan menggunakan instrument observasi aktivitas model

checklist.

2. Deskripsi Data Siklus I

Siklus ini dilaksanakan dengan langkah yang hampir sama dengan

pelaksanaan siklus sebelumnya.

a. Perencanaan

Sebelum mengadakan penelitian pada siklus I, peneliti bekerjasama

dengan guru kelas mengidentifikasi dan merumuskan solusi dari masalah

berdasarkan hasil analisa pada refleksi siklus I, mempersiapkan instrumen


19

penelitian untuk pelaksanaan siklus I berupa instrument yang dibutuhkan

dalam penelitian berupa: 1) Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

mengacu pada penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam proses belajar

mengajar, 2) Lembar kerja kelompok, 3) Lembar pengamatan untuk siswa dan

guru serta lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran, 4) Butir soal untuk

evaluasi siklus I, dan merencanakan pembagian kelompok berdasarkan

kemampuannya (heterogen) agar saling bekerja sama dan aktif dalam kegiatan

diskusi.

b. Tindakan

Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan dalam tiga kali

pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan untuk pembelajaran (4 jam

pembelajaran) pertemuan pertama dilaksanakan membahas mengidentifikasi

ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia, pertemuan kedua membahas

Menunjukkan pada peta persebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia.

Adapun langkah- langkah pelaksanaan penelitian siklus I adalah sebagai

berikut:

1) Pembagian hasil tes evaluasi pada siklus I.

2) Memberikan appersepsi secara klasikal yang berkaitan dengan materi yang

akan dipelajari.

3) Menjelaskan tujuan yang dicapai dalam pembelajaran.

4) Menjelaskan materi pembelajaran.

5) Memberikan tes atau kuis untuk mengetahui skor awal siswa secara

individual.
20

6) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok.

7) Membagikan lembar kerja untuk kegiatan kelompok.

8) Mengawasi jalannya kerja kelompok dan memberikan bimbingan pada

kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.

9) Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk memaparkan hasil

kerja kelompoknya masing-masing.

10) Memberikan penguatan pada hasil kerja siswa.

11) Memberikan tes kepada siswa secara individu

12) Membuat kesimpulan pembelajaran

13) Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus I.

14) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi atas

proses pembelajaran yang dilakukan.

c. Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Observer mengamati kegiatan guru. Hasil pengamatan untuk guru

pada siklus I adalah sebagai berikut:

a) Hasil pengamatan untuk guru pada siklus I menunjukkan bahwa guru

mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan penerapan metode kooperatif tipe STAD dengan baik.

b) Pembelajaran terlaksana lebih baik, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, motivasi dan appersepsi pada bagian awal penbelajaran,

dan pada kegiatan inti guru memberi kuis atau tes untuk mengetahui skor
21

awal siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan

bekerja sama dalam kelompok dan membacakan hasil diskusinya.

Selain itu, Observer mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil

pengamatan proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

a) Pengelolaan proses pembelajaran sudah baik, kekurangannya hanya pada

siswa yang belum percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari

kelompok lain.

b) Perangkat yang digunakan sudah cukup efektif.

c) Penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD membuat siswa termotivasi

dalam belajar karena siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama

dalam kelompok

2) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Observer mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang

diajarkan. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I adalah sebagai

berikut:

a) Setiap siswa bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya masing-

masing. untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

b) Waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok

bervariasi. Ada yang selesai dengan tepat waktu, dan ada yang telah

selesai sebelum waktunya.

c) Persentasi dari tiap-tiap kelompok sudah lebih baik karena siswa dari

wakil tiap-tiap kelompok sudah menunjukkan kepercayaan dirinya dalam

mempersentasikan hasil kerja kelompoknya.


22

d) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan

evaluasi siklus I diperoleh hal-hal sebagai berikut:

(1) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi sudah baik.

(2) Meskipun sudah diperingatkan sebelumnya oleh guru agar teliti

dalam mengerjakan soal tetapi masih ada yang kurang teliti dan

tergesa-gesa dalam membaca soal sehingga menimbulkan kesalahan,

namun jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan kesalahan pada

siklus I.

3) Evaluasi

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana yang tercantum pada lampiran

hasil belajar siswa, maka rangkuman statistik tes hasil belajar IPS siswa dengan

diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 31

Skor Ideal 100

Skor Rata-rata 83,3

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 70

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS melalui

metode Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SD Inpres Minasa Upa

Kota Makassar pada siklus I sebesar 83,3. Skor yang dicapai responden
23

terbesar dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 70 dari skor tertinggi yang

mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa cukup bervariasi.

Jika skor tes hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima

kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar


pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 – 34 Sangat Rendah 0 0,00

35 – 54 Rendah 0 0,00

55 – 64 Cukup 0 0,00

65 – 84 Tinggi 17 54,83

85 – 100 Sangat Tinggi 14 45,16

Jumlah 31 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas IV SD Inpres

Minasa Upa Kota Makassar persentase skor hasil belajar IPS setelah

dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, tidak ada siswa (0,00

persen) yang berada pada kategori sangat rendah, tidak ada siswa yang berada

pada kategori rendah, tidak ada siswa yang berada pada kategori cukup, 17

siswa (54,83 persen) berada pada kategori tinggi dan 14 siswa (45,16 persen)

yang berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I, maka skor rata-rata hasil

belajar siswa adalah 83,3. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar IPS siswa
24

kelas IV SD Inpres Minasa Upa Kota Makassar,setelah dilaksanakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD berada pada kategori tinggi.

Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dan I dianalisis, maka

persentase ketuntasan belajar siswa setelah digunakannya penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan I dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5 Distribusi, Persentase, serta Kategori Ketuntasan Penguasaan IPS


Materi Perjuangan Melawan Penjajahan melalui Metode Kooperatif
Tipe STAD pada siswa kelas IV SD Inpres Minasa Upa Kota
Makassar.

Tes Persentase
Interval Nilai Kategori Frekuensi
Belajar (%)

Siklus I 65-100 Tuntas 31 100 %

0-64 Tidak Tuntas 0 0%

Sumber : Hasil Analisis Data Dari Lampiran

Dari table 4.5 di atas, menunjukan bahwa persentase ketuntasan nilai

kemampuan siswa pada siklus I persentase yang diperoleh sebesar 100 persen

atau 31 siswa berada dalam kategori tuntas dan tidak ada siswa berada dalam

kategori tidak tuntas.

d. Refleksi

Peneliti selaku observer (pengamat) bersama guru kelas

mendiskusikan hasil pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe STAD terlaksana

dengan baik.

2) Siswa sangat termotivasi dalam kegiatan diskusi dan aktif bekerja sama

dalam kelompok diskusi.


25

3) Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa penelitian telah mencapai

tolak ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu penelitian

dinyatakan telah berhasil.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I

Siklus ini dilaksanakan dengan langkah yang hampir sama dengan

pelaksanaan siklus sebelumnya. Hanya terdapat sedikit perubahan antara lain

1) Mengidentifikasi dan merumuskan solusi dari masalah berdasarkan hasil

analisa pada refleksi siklus I.

2) Rencana pelaksanaan pembelajaran dituliskan alokasi waktu yang lebih

jelas.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian untuk pelaksanaan siklus I

4) Merencanakan pembagian kelompok berdasarkan kemampuannya

(heterogen) agar saling bekerja sama dan aktif dalam kegiatan diskusi.

Sehubungan dengan apa yang telah direncanakan pada siklus I, maka

pelaksanaannya telah berjalan sesuai program seperti:

1) Observer mengamati kegiatan guru. Hasil pengamatan untuk guru pada

siklus I adalah sebagai berikut:

(a)Hasil pengamatan untuk guru pada siklus I menunjukkan bahwa guru

mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD.


26

(b)Pembelajaran terlaksana lebih baik, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, motivasi dan apersepsi pada bagian awal penbelajaran,

dan pada kegiatan inti guru memberi kuis atau tes untuk mengetahui

skor awal siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok dan membacakan hasil

diskusinya.

2) Observer mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang

diajarkan. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I adalah sebagai

berikut:

a) Setiap siswa bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya masing-

masing. untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

b) Waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok

bervariasi. Ada selesai dengan tepat waktu, dan ada yang telah selesai

sebelum waktunya.

c) Persentasi dari tiap-tiap kelompok sudah lebih baik karena siswa dari

wakil tiap-tiap kelompok sudah menunjukkan kepercayaan dirinya dalam

mempersentasikan hasil kerja kelompoknya.

d) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan

evaluasi siklus I diperoleh hal-hal sebagai berikut:

(1) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi sudah baik.

(2) Meskipun sudah diperingatkan sebelumnya oleh guru agar teliti

dalam mengerjakan soal tetapi masih ada yang kurang teliti dan

tergesa-gesa dalam membaca soal sehingga menimbulkan kesalahan,


27

namun jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan kesalahan pada

siklus I.

(3) Observer mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil

pengamatan proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

a) Pengelolaan proses pembelajaran sudah baik, kekurangannya hanya

pada siswa yang belum percaya diri dalam menjawab pertanyaan

dari kelompok lain.

b) Perangkat yang digunakan sudah cukup efektif.

c) Penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD membuat siswa

termotivasi dalam belajar karena siswa saling bertukar pendapat

dan bekerja sama dalam kelompok.

Hasil belajar siswa menunjukkan telah mencapai indikator

keberhasilan penelitian yang diharapkan. Penelitian dinyatakan telah berhasil

dan pelaksanaan siklus berikutnya tidak perlu lagi untuk dilakukan. Dengan

demikian dapat dIndikasikan bahwa pembelajaran koopeeratif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Inpres Minasa Upa Kota

Makassar.
28

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan hasil beajar IPS pada siswa kelas IV SD

Inpres Minasa Upa Kota Makassar. Hal ini dapat nampak pada siklus I bahwa

ketuntasan belajar klasikal berada pada kategori sangat tinggi.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan

kelas,maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Penerapan pembelajaran IPS dengan pendekatan kooperatif tipe STAD

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan

pembelajaran IPS di sekolah dasar agar siswa dapat mengalami proses

belajar yang lebih bermakna dan siswa akan merasa senang, tertarik,

terangsang dan bersikap positif terhadap pembelajaran IPS.

2. Belajar IPS dalam kelompok belajar di dalam kelas perlu diupayakan.

Berkelompok akan terjadi diskusi, tanya jawab, membantu dan menerima

masukan. Siswa yang pandai diharapkan membantu siswa yang kurang

pandai sehingga ketuntasan belajar klasikal dapat maksimal.


29

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S dan Samad, S. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar : FIP


UNM

Andayani, S. 2007. Penerapan Kooperatif Teknik STAD dalam Pembelajaran


Matematika, (Online), www.subcribs.com, diakses 24 Juli 2011)

Arikunto, S. dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asma,N. 2006. Model Pembelejaran Kooperatif. Jakarta: DEPDIKNAS

Aqib, Z. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.


Badruddin, A. 2009. Makalah Konsep Pendidikan IPS dan Karakteristik
Pendidikan IPS SD, (Online),
http://beduatsuko.blogspot.com/2009/02/makalah-konsep-pendidikan-ips-
dan.html, diakses 24 Juli 2011)
Bagus, A. 2009. Model Pembelajaran Jigsaw. Http// Adi_bagus. blogspot. Com,
(Online), diakses 24 Juli 2011)
Bandono. 2008. Menyusun Pembelajaran Contextual Teaching Learning.
www.wordpress.com, diakses 25 Juli 2011)
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dzaqi, M. F. 2008. Tinjauan-Umum-Model Pembelajaran .
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com//tinjauan-umum-model
pembelajaran.html, (Online), diakses 27 Juli 2011)
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Harjono. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Sebagai Upaya


Memaksimalkan Implementasi KBK 2004 Pada Mata Pelajaran Kimia di
Kelas X SMAN 5 Semarang, (Online), www.wikipedia.org.id, diakses 24
Juli 2011)
Herdian. 2009. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division),
(Online), www.blogspot.com, diakses 24 Juli 2011)
Karlina, I. 2008. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Sebagai
Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa, (Online),
www.wikipedia.org.id, diakses 24 Juli 2011)
Kasihani. K, dkk. 2002. Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and
Learning. Malang : UNM.

Anda mungkin juga menyukai