Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Tinggi
OLEH :
2003040023
AL-MAKSUM LANGKAT
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat
serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga
sebagai suatu rencana yang disusun untuk membantu proses belajar serta mengajar
(Nasution, 2006:5). Jika kurikulum tidak ada maka pendidikan tidak akan terlaksana
dan tujuan pendidikan pun tidak akan terwujud. Dalam Kurikulum Merdeka, siswa
Hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar seseorang. Hasil belajar
terkait dengan perubahan pada diri seseorang yang belajar. Bentuk perubahan sebagai
hasil dari belajar berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku,
tidak di anggap sebagai hasil belajar. Perubahan hasil belajar bersifat relatif menetap dan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
alam sekitar beserta isinya. (Ii, 2010). Dalam pembelajaran IPA atau sains, peserta didik
dituntut untuk terlibat secara fisika maupun mental. Pemberian pengalaman secara
langsung pada peserta didik dalam pembelajaran IPA sangat penting, guna
IPA memiliki peluang yang sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti
pada pesert didik. Hal ini dikarnakan kurikulum IPA yang disusun secara sistematis agar
memotivasi peserta didik. Peserta didik juga diharapkan dapat melakukan pengamatan,
berpikir kritis, berpikir kreatif dan memiliki rasa ingin tau yang tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA kelas VII
menyatakan bahwa rendahnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA
disebabkan oleh media pembelajaran yang tidak inovatif, seperti menggunakan power
point dan video animasi. Guru hanya menggunakan media LKS, sehingga membuat
peserta didik bosan. Guru juga sudah menerapkan metode diskusi, akan tetapi proses
pembelajaran belum maksimal dan saat melakukan diskusi hanya sedikit peserta didik
yang aktif sedangkan peserta didik lainnya lebih senang bermain daripada
atau dirancang dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat dilalui dan
Model pebelajaran koopetif learning tipe jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas
4-6 siswa yang saling bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif serta
tipe jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok ahli harus
menguasai materi, selanjutnya materi yang dikuasi itu akan dibawah kekelompok asal
Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII
Di SMP IT ISLAMILILLAH”
B. Identifikasi Masalah
1. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA tidak inovatif, guru
yang muncul dalam penelitian ini hanya berkaitan dengan “Pengaruh Pembelajaran
D. Rumusan Masalah
jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas VII SMP IT
E. Tujuan Penelitian
hasil belajar peserta didik kelas VII mata pelajaran IPA di SMP IT Islamilillah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak yang
1. Bagi siswa
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi guru agar dapat lebih
3. Bagi Sekolah
siswa.
4. Bagi Peneliti
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dlam interkasi aktif
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif dan
bersifat konstan (Yunus, 2021). Menurut Hilgard dan Bower belajar merupakan
Kebiasaan belajar adalah salah satu cara atau metode belajar yang dilakukan
pada diri siswa. Kebiasaan belajar dapat membantu siswa dalam mendengar,
(Umar Aliansyah et al., 2021) Belajar merupakan suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karna adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang saat ini kita rasakan pada era
globalisasi. Kita dapat mengetahui orang itu telah belajar tatkala mereka telah
menjalani hidup, mengambil definisi belajar cangkupannya sangat luas bukan hanya
dikelas saja, akan tetapi diluar forum sekolah kita dapat mempelajari sesuatu hal ini
biasanya disebut dengan pengalaman dan disusul bahwa seseorang itu dapat dikatakan
telah belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin
sikapnya.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Hasil belajar tidak lepas dari proses belajar yang dijalani siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. (Ayu Desy N. Endah Lulup T P. dan Suharsono Naswan,
2014). Hasil belajar diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar
perlu ditingkatkan supaya tujuan pendidikan dapat tercapai sehingga tercipta siswa
yang berkompeten baik dibidang kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
laku nya terhadap proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil
belajar adalah realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang
2. Model Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada peserta didik untu bekerjasama dengan peserta didik
menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa yaitu hasil dari aktivitas yang
menciptakan interkasi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan
hanya guru dan buku ajar akan tetapi juga sesama siswa.
Kooperatif leaning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama
pradigma pembelajaran sudah berubah dari berpusat pada guru (teacher centered)
menjadi lebih berpusat pada siswa (student centered). Ini bermakna bahwa peserta
didik tidak lagi dianggap sebagai objek pembelajaran, bahkan dia juga ikut dalam
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat siswa belajar. Semua anggota tim (angoota kelompok ) harus saling
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam
diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang
kurang pintar.
pembelajaran.
lebih refektif.
pembelajaran yang mampu mengajak siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran (Simaremare & Thesalonika, 2021). Model ini tidak hanya
heterogen.
jigsaw bernaung dalam teori konstruktivitis yang menekankan pada konsep bahwa
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
1) Orientasi
2) Pengelompokkan
5) Kuis (Evaluasi)
kecapakan sosial.
PERUBAHAN WUJUD BENDA untuk siswa SMP kelas VII. Perubahan wujud
benda adalah salah satu bentuk terjadinya gejala perubahan pada suatu benda menjadi
benda berbeda wujud dari sebelumnya, baik ukuran, bentuk, warna, dan aroma yang
berubah.
A. Pengertian Perubahan Wujud Benda
Perubahan wujud benda adalah perubahan yang terjadi pada benda saat benda
tersebut berubah bentuk atau sifat fisiknya. Perubahan wujud benda ini termasuk
Perubahan fisik, yaitu perubahan pada benda atau zat tanpa mengubah materinya.
Artinya, ketika es batu meleleh menjadi air, materinya tetap sama-sama air tanpa ada
perubahan apapun.
B. Wujud Benda
Wujud benda atau zat itu pasti mencakup bentuk dan volume dari benda atau
Table 11 2.1
Gambar
1. Benda Padat
Benda padat meiliki wujud dengan bentuk yang tetap dan volume yang tetap.
Materi atau patikel penyusun benda tersebut sangat rapat satu sama lain sehingga
2. Benda Cair
Benda cair memiliki wujud dengan bentuk mengikuti wadah. Artinya, benda cair
imi bisa berubah bentuk tergantung ia dituangkan pada wadah seperti apa.
Jika ia dituang kedlam gelas, maka bentuknya akan mengikuti gelas tersebut.
Selain itu, bend2 cair juga memiliki volume yag tetap. Benda cair akan selalu
1 liter air dalam botol akan tetap 1liter air ketika dipindahkan ke ember.
Perubahan bentuk yang mudah ini menunjukkan juga bahwa materi atau patikel
penyusun benda cair cukup renggang Oleh karna itu, partikel-partikelya bisa
3. Benda Gas
Benda gas memiliki wujud dengan bentuk menempati ruang. Sama seperti benda
cair, benda gas akan mengikuti bentuk wadah atau ruang tempat ia berada. Benda
gas ini bisa mengikuti bentuk balon yang bulat hingga bentuk ruangan yang kotak.
Satu hal yang perlu diingat, benda gas sulit untuk kita lihat dengan mata telanjang.
Ketika kita meniup 2 balon dengan masing-masing 2 kali tiupan, hal yang
mungkin terjadi adaalah 1 balon menjadi penuh dan 1 balon lagi belum cukup
penuh. Inilah salah satu bukti bahwa volume benda gas itu tidak tetap.
Perbedaan itu bisa terjadi karna benda gas memiliki materi atau partike penyusun
Selain memiliki beberapa jenis wujud, benda juga memiliki sifat fisis dan sifat
kimiawinya. Perubahan wujud benda termasuk dalam perubahan fisis atau perubahan
Secara fisik. Benda memiliki titik didih dan titik leleh. Titik didih dan titik leleh ini
dipengaruhi oleh gaya antar partikel dalam benda terebut, yatu gaya kohesi. Semakin
kuat gaya kohesi pada suatu benda, semakin tinggi pula titik didih dan titik lelehnya.
Selain gaya kohesi, adapun yang disebut gaya adhesi. Gaya adhesi ini adalah
Contohnya, air yang menempel pada suatu permukaan logam. Fenomena ini terjadi
karna adanya gaya tarik-menarik antara parikel air dengan partikel padat pada
permukaan logam.
Benda juga memiliki massa jenis sebagai sifat fisisnya. Massa jenis ini
dipengaruhi oleh massa dan volume benda. Hal ini menjelaskan mengapa es batu bisa
Es batu dengan berat 1kg akan tetap melayang ketika dimasukkan kedalam segelas air
dengan berat yang sama. Mengapa demikian? Karna es batu dan segelas ais memiliki
Massa yang sama dan volume yang beda akan menghasilan massa jenis yan
beda. Sebaliknya, massa yang beda dan volume yang sama akan menghasilkan massa
Setiap benda memiliki wujud yang berbeda-beda. Oleh karna itu, perubahan
1. Pencairan
Pencairan adalah perubahan wujud benda dari padat ke cair. Contohnya, jika
kita memiliki minuman dingin dengan es batu, ketika kita tinggalkan cukup lama, es
batu aka menghilang. Bukan menghilang karna dicuri, melainkan menghilang karna
Umumnya. Proses mencair ini terjadi ketika partikel padat pada es batu
terpapar dengan suhu yang cukup tinggi atau panas. Suhu tersebut membuat partikel
2. Penguapan
sedang memasak air dipanci. Ketika suhu semalin tinggi, biasanya akan keluar
uap air dari panci tersebut menandakan bahwa sebagian partikel air berubah
menjadi gas. Bahkan, air bisa sepenuhnya menguap kalo kita panaskan terlalu
lama.
Sama seperti pencairan, proses menguap ini terjadi ketika partikel cair yang
cukup renggang terpapar dengan suhu tinggi. Suhu terebut akan membuat partikel
3. Pengkristalan
perubahan dari gas ke padat adalah es kering. Biasanya es kering ini kita temukan
di cafe-cafe yang menjual makanan dingin dan manis. Es kering ini terbentuk
karena gas karbondioksida yang dibekukan secara langsung tanpa menjadi cair
terlenih dahulu.
4. Penyubliman
perubahan dari padat ke gas adalah kapur barus yang kita tinggalkan dikamar
mandi atau lemari. Kapur barus tersebut lama-kelamaan akan mengecil, bahkan
menghilang. Hal ini terjadi karna kapur barus yang padat itu perlahan berubah
menjadi gas.
5. Pengembunan
Pengembunan adalah perubahan wujud benda dari gas menjadi cair.
Contohnya adalah embun yang kita temui di pagi hari. Biasanya ketika matahari
baru terbit, daun-daun didepan rumah kita memiliki bintik-bintik air. Binti-bimtik
Proses pengemunan ini terjadi ketika uap air mengenai permukaan yang
dingin. Biasanya suhu dipagi hari masih cukup rendah sehingga benda-benda di
luar ruangan juga menjadi dingin. Salah satunya adalah dedaunan didepan rumah.
Uap air yang beterbangan diluar ruagan akan menempel pada permukaan daun
yang dingin. Perubahan suhu tersebut akhirnya membuat uap air berubah menjadi
tetsan embun.
6. Pembekuan
ketika kita membuat es batu dirumah. Untuk membuat es batu, kita pasti
membutuhkan air yang kita tuang kedalam cetakan es. Selanjutnya, cetakan es
tersebut akan kita masukkan kedalam kulkas atau freezer. Setelah kita tinggalkan
cukup lama. Air didalam cetakan akan mengeras menjadi blok es batu. Hal ini
terjadi karena suhu rendah dan dingin didalam freezer. Suhu dingin ini membuat
partikel air yang renggang akhirnya merapat satu sama lain dan menjadi padat.
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relavan dalam penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Herawati & Irwandi, 2019) yang berjudul
dan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 09 Lebong”
adalah 73,50.
2. Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh (Mapossa, 2018) yang berjudul
Lampung” dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA peserta didik kelas
hasil postest yang jauh lebih tinggi dibandingan kelas kontrol, yaitu 73,5
sedangkan kelas kontrol hanya mendapat rata-rata sebesar 68,95. Hasil tersebut
kelas kontrol.
Matematika Materi Volume Pada Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Qamar Bajeng
Rata-rata prestasi belajar pada siklus I yaitu 69,64 dan jumlah peerta didik yang
tuntas hanya sebanyak 8 orang(42, 11%) dan peserta didik yang tidak tuntas 11
orang (57,89%). Dan pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 15
orang (78,95%) dan yang tidak tuntas hanya 4 orang ( 21,05%) dengan prestasi
rata-rata 80,97 terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.
B. Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII di SMP IT
Jigsaw.
Jigsaw.
BAB III
METODE PENELITIAN
Simpang Tiga Lokasi tersebut dipilih dikarenakan sekolah tersebut lokasinya dekat
terutama pada pembelajaran IPA. Waktu peneliti dilakukan pada semester genap
tahun 2023/2024.
B. Jenis Penelitian
ini akan melibatkan pengumpulan data berupa angka atau statistik untuk menganalisis
pengaruh model pembelajaran tertentu pada variabel variabel seperti peningkatan hasi
signifikan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh model
1. Populasi
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Damayanti, 2020).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP IT Islamilillah Simpang
Tiga.
2. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Minor, 2016). Adapun yang dijadikan sampel penelitian ini
berjumlah 55 siswa yang terdiri dari 2 kelas yakni kelas VII-2 yang berjumlah 26
D. Variabel Penelitian
Secara sederhana variabel merupakan target penelitian yang memiliki variasi nilai.
Pada penelitian ini memiliki dua jenis variabel yang diterapkan yaitu variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang dapat memengaruhi atau yang menjadi sebab
E. Instrumen Penelitian
(Minor, 2016) instrumen penelitin adalah alat bantu yang dipilih dan digunaan
oleh peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan
1. Lembar Tes
Lembar tes yang akan diberikan adaah pretest dan posttest. Pretest diberikan
untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa mengenai materi pengolahan
data, sedangkan posttest diberikan untuk mendapatkan data kemampuan siswa setelah
Lembar tes ini berupa tes tertulis dengan menggunakan materi pengolahan
data yang sesuai dengan indikator yang ada. Tes yang dugunakan berbentuk pilihan
berganda. Sebanyak 30 soal. Peneliti dalam menyusun butir soal dan kisi-kisi soal
Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok perlakuan yang meliputi kelompok
pelajar yang menerapkan pembelajaran dengan metode konvensional dan kelompok pelajar
yang menerapkan pembelajaran dengan metode berbasis IT. Penelitian ini melibatkan
1. Tahapan persiapan
Menetapkan kelompok yang akan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol
Menyusun materi yang akan diajarkan kepada kedua kelompok peserta didik.
Menyusun test, termsuk tes pretest dan postest, sebagai alat evaluasi untuk
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti membeikan tes awal (pretest) kepada pesera didik dikelas eksperimen
melalui pengerjaan test. Terdapat dua kali pemberian tes, yaitu sebelum proses
berlangsung(tes akhir). Tes yang diberikan pada kedu waktu tersebut adalah
tes yang sama. Nilai yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan
Untuk memperoleh data yang objektif dan valid hasil belajar siswa kelas VII
SMP IT Islamilillah Simpag Tiga, maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam
1. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan.
Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa kelas VII maka peneliti
Menggunakan tes berupa pretest dan postest untuk mengukur hasil belajar siswa
dengan standar hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal ( KKM )
Dalam teknik pengumpulan data teknik tes terdapat dua macam yakni postest
dan pretest. Pretest yakni tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai, bertjuan
untuk kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Pretest juga
sangat bermanfaat karena bisa mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
Posttest (test akhir) adalah test yang diberikan pada setiap akhir progam satuan
pengajaran. Tujuan postest adalah untuk mengetahu sampai dimana pencapaian siswa
suatu kegiatan belajar dengan mengunakan model jigsaw. Jika hasil posttest
dibandingan dengan hasil pretest, maka keduanya berfungsi untuk mengukur sampai
2. Observasi
dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan.
Pengamatan ini dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format dan daftar cek),
66-80 B B (Baik)
51-56 C C(Cukup)
0-50 D K(Kurang)
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah
semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah
diperoleh secara lengkap (Ali, 2006). Analisis data digunakan untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian atau untuk menguji hipotesis yang diajukan
melalui penyajian data. Adapun analisis data pada penelitian ini adalah :
Data hasil belajar siswa yang dihasilkan dalam penelitian ini bersifat interval.
Data yang di kelola dalam penelitian mencakup pre-test dan post-test yang
diperoleh dari dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
∑ fi . xi
Rumus : X =
n
f i= Frekuensi nilai
x i= Jumlah nilai
tersebut akurat dalam penilaian apa yang seharusnya diukur. Dengan istilah
lain, validitas instrumen adalah tingkat keakuratan alat ukur dalam mengukur
variabel yang dituju. Uji reabilitas digunakan untuk mengevaluasi konsistensi
alat pengukur, yaitu bagaimana alat tersebut dapat memberikan hasil yang tetap jika
n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
√{∑
r xy=
X
{
2−( ∑ X ) ² } n ∑ 2−( ∑ Y ) ² }
Y
Keterangan :
Bersangkutan
n : Jumlah responden
b) Uji Normalitas
x1− x
Dengan rumus : Z1 =
s
- Menghitung proporsi S( Z I ) :
Banyak nya z 1 , z 2 … … … … … … z ≤ z 1
S( Z I )=
N
c) Uji homogenitas
menentukan apakah variasi antara dua atau lebih kelompok sampel adalah
Variansterbesar
F=
varians terkecil
Atau
12
s
F= 14 ααα
s
sampel bersumber dari populasiyng homogenitas pada taraf nyata α =0.05 dengan
dk pembilang =n 1−1 dan dk penyebut=n 2−1. f tabel dapat di lihat dari
d) Uji N-Gain
g = posttest-pretest
berikut :
G=
skor posttest−skor pretest
skormax −skor pretest
Dalam kategori : g<0,3 = rendah
G0,3≤0,7 = sedang
g>0,7 = tinggi
√ ( )( √ )
S1 S2
2 2
Rumus : t hitung = S1 S 2
+ −2 r
n1 n2 √ n1 n2
Ali, M. (2006). Teknik Analisis Kualitatif. Makalah Teknik Analisis II, 1–7.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132232818/pendidikan/Analisis+Kuantitatif.pdf
Ayu Desy N. Endah Lulup T P. dan Suharsono Naswan. (2014). Pengaruh Motivasi Belajar
dan Aktivitas Belajar Spiritual Hasil Belajar Akuntansi. Jurnal Ekonomi, 4(1), 4.
Damayanti, U. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Banarjoyo. Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(3), 1–125.
Djamaluddin, A., & Wardana. (2019). Belajar Dan Pembelajaran. In CV Kaaffah Learning
Center.
Harefa, D., Sarumaha, M., Fau, A., Telaumbanua, T., Hulu, F., Telambanua, K., Sari Lase, I.
P., Ndruru, M., & Marsa Ndraha, L. D. (2022). Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Belajar Siswa.
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(1), 325.
https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.325-332.2022
Herawati, L., & Irwandi. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Hasil Belajar dan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di SMP
Negeri 09 Lebong. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Entrepreneunship Vi, 1–9.
http://conference.upgris.ac.id/index.php/snse/article/view/211
Ii, B. A. B. (2010). T1_292013236_Bab Ii. 6–18.
Jabbar, E. (2015). M a k a s s a r.
Lestari, I. (2015). Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(2), 115–125.
https://doi.org/10.30998/formatif.v3i2.118
Mapossa, J. B. (2018). L WALISA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA. In New England Journal of Medicine (Vol. 372, Issue 2).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7556065%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC394507%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.humpath.2017.05.005%0Ahttps://doi.org/10.1007/s00401-018-1825-z%0Ahttp://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27157931
Minor, S. (2016). Skripsi Fix Pdf.
Mukhlasin, A. dan M. H. P. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Pada
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Invention, 1(1), 33–43.
Nainggolan, D. H., Sidabalok, N. E., Aritonang, E., & Efarina, U. (2022). Elektriese: Jurnal
Sains dan Teknologi Elektro Pengaruh Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Afiliation. Jurnal Sains Dan Teknologi Elektro, 12(01), 1–6.
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana. 1–23.
Prasetyowati, R. (2014). Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013. Universitas
Negeri Yogyakarta, 1–8.
Purnomo, C. (2021). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar. Journal of Education and Religious Studies, 1(02), 53–57.
https://doi.org/10.57060/jers.v1i02.22
Rini, yuli sectio. (2008). No TitleМаркетинг по Котлеру. 282.
Simaremare, J. A., & Thesalonika, E. (2021). Penerapan Metode Cooperatif Learning Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Tunas
Bangsa, 8(2), 113–133. https://doi.org/10.46244/tunasbangsa.v8i2.1642
Therapy, C., Gordon, V., Meditation, C., VanRullen, R., Myers, N. E., Stokes, M. G., Nobre,
A. C., Helfrich, R. F., Fiebelkorn, I. C., Szczepanski, S. M., Lin, J. J., Parvizi, J., Knight,
R. T., Kastner, S., Wyart, V., Myers, N. E., Summerfield, C., Wan-ye-he, L. I., Yue-de,
C. H. U., … No, S. (2018). No Title ثقثقثقثق,) ث ققثق(ثق ثقثقثق, ثبثبثب.بیبیب.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=sph&AN=119374333&site=ehost-live&scope=site%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.neuron.2018.07.032%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.tics.2017.03.010%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.08.006
Uki, N. M., & Liunokas, A. B. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dan Make A Match terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa. Jurnal Basicedu,
5(6), 5542–5547. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1363
Umar Aliansyah, M., Mubarok, H., Maimunah, S., & Hamdiah, M. (2021). Pengaruh Media
Pembelajaran Berbasis Audio Visual Terhadap Minat Belajar Siswa Di Pesantren Ainul
Hasan. Jurnal Syntax Fusion, 1(07), 119–124. https://doi.org/10.54543/fusion.v1i07.28
Yani, E. E. (2023). Kurikulum Merdeka : Hakikat Kurikulum dalam Pendidikan. 02(05), 85–
88.
Yunus, S. (2021). Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Perbaikan Belajar (Remedial). Romeo :
Review of Multidisciplinary Education, Culture and Pedagogy, 1(1), 75–86.
https://doi.org/10.55047/romeo.v1i1.58