Anda di halaman 1dari 34

SKRIPSI

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS IT MENGGUNAKAN METODE

KOPERATIF LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS VII DI SMP IT ISLAMILILLAH

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Tinggi

Keguruan Ilmu Pendidikan Al-Maksum Langkat Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPA

OLEH :

ANNISAA POETRY MUHADDIS

2003040023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

AL-MAKSUM LANGKAT

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat

masyarakat dapat mengembangkan potensi peserta didik memiliki pengendalian diri,

kepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, kekuatan spiritual keagamaan,

serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga

negara (Rini, 2008).

Pendidikan di Indonesia saat ini di atur oleh kurikulum. Untuk menyesuaikan

perkembangan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan menjadikan Indonesia saat ini

memilih Kurikulum Merdeka sebagai standart pendidikan. Kurikulum dianggap

sebagai suatu rencana yang disusun untuk membantu proses belajar serta mengajar

dibawah bimbingan dan tanggung jawab lembaga pendidikan serta pengajarnya

(Nasution, 2006:5). Jika kurikulum tidak ada maka pendidikan tidak akan terlaksana

dan tujuan pendidikan pun tidak akan terwujud. Dalam Kurikulum Merdeka, siswa

diberi kebebasan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri, sehingga mereka

merasa lebih bertanggung jawab atas pembelajaran mereka (Yani, 2023).

Belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana

perubahan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas prilaku, seperti peningkatan

daya pikir, pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan

lainnya. (Djamaluddin & Wardana, 2019).

Hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar seseorang. Hasil belajar
terkait dengan perubahan pada diri seseorang yang belajar. Bentuk perubahan sebagai

hasil dari belajar berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku,

keterampilan, dan kecakapan. Perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan

tidak di anggap sebagai hasil belajar. Perubahan hasil belajar bersifat relatif menetap dan

memiliki potensi untuk dapat berkembang (Lestari, 2015).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang

alam sekitar beserta isinya. (Ii, 2010). Dalam pembelajaran IPA atau sains, peserta didik

dituntut untuk terlibat secara fisika maupun mental. Pemberian pengalaman secara

langsung pada peserta didik dalam pembelajaran IPA sangat penting, guna

mengembangkan kompetensi. Sehinga peserta didik dapat bereksplorasi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah lebih dalam (Prasetyowati, 2014).

IPA memiliki peluang yang sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti

pada pesert didik. Hal ini dikarnakan kurikulum IPA yang disusun secara sistematis agar

pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik. Peserta didik juga diharapkan dapat melakukan pengamatan,

berpikir kritis, berpikir kreatif dan memiliki rasa ingin tau yang tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA kelas VII

menyatakan bahwa rendahnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA

disebabkan oleh media pembelajaran yang tidak inovatif, seperti menggunakan power

point dan video animasi. Guru hanya menggunakan media LKS, sehingga membuat

peserta didik bosan. Guru juga sudah menerapkan metode diskusi, akan tetapi proses

pembelajaran belum maksimal dan saat melakukan diskusi hanya sedikit peserta didik

yang aktif sedangkan peserta didik lainnya lebih senang bermain daripada

memperhatikan pelajaran. Akibatnya banyak didik yang belum mencapai keriteria

ketuntasan minimal(KKM). Penggunaan media berbasis IT diharapkan dapat


merangsang minat belajar peserta didik terhadap materi yang dianggap sulit untuk

dipahami sehingga hasil belajar peserta didik akan meningkat.

Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang sengaja didesain

atau dirancang dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat dilalui dan

diterima dengan mudah oleh peserta didik.

Model pebelajaran koopetif learning tipe jigsaw merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas

4-6 siswa yang saling bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif serta

bertanggung jawab atas ketuntasan materi yang dipelajari. Pembelajaran kelompok

tipe jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok ahli harus

menguasai materi, selanjutnya materi yang dikuasi itu akan dibawah kekelompok asal

untuk disampaikan kepada anggota kelompoknya. (Uki & Liunokas, 2021)

Berdasarkan masalah di atas peneliti mengadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pembelajaran Berbasis IT Menggunakan Metode Kooperatif

Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII

Di SMP IT ISLAMILILLAH”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat teridentifikasi beberapa

masalah antara lain sebagai berikut :

1. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA tidak inovatif, guru

hanya menggunakan media LKS.

2. Kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran IPA

sehingga hasil belajar peserta didik rendah.


C. Batasan Masalah

Berdasarkan keterkaitan maasalah peneliti memfokuskan pembatasan masalah

yang muncul dalam penelitian ini hanya berkaitan dengan “Pengaruh Pembelajaran

Berbasis IT Menggunakan Metode Kooperatif Learning Type Jigsaw Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII Di SMP IT ISLAMILILLAH

Dalam Pokok Materi Perubahan Wujud Benda”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah pembelajaran berbasis IT menggunakan metode kooperatif learning tipe

jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas VII SMP IT

Islamilillah pada materi Perubahan Wujud Benda?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IT dalam meningkatkan

hasil belajar peserta didik kelas VII mata pelajaran IPA di SMP IT Islamilillah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak yang

terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam pembelajaran dengan suasana

kerjasama dan berkelompok.

2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi guru agar dapat lebih

memperhatikan metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

agar dapat berjalan lebih efektif.

3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan pengetahuan yang baik untuk perbaikan proses

pembelajaran IPA disekolah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA serta

menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan mengenai

pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dlam interkasi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif dan

bersifat konstan (Yunus, 2021). Menurut Hilgard dan Bower belajar merupakan

aktivitas atau kegiatan dan penguasaan terhadap sesuatu.

Kebiasaan belajar adalah salah satu cara atau metode belajar yang dilakukan

seseorang secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan keterampilan yang menetap

pada diri siswa. Kebiasaan belajar dapat membantu siswa dalam mendengar,

mengajukan pernyataan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

(Umar Aliansyah et al., 2021) Belajar merupakan suatu proses yang kompleks

yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karna adanya

interaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang saat ini kita rasakan pada era

globalisasi. Kita dapat mengetahui orang itu telah belajar tatkala mereka telah

menjalani hidup, mengambil definisi belajar cangkupannya sangat luas bukan hanya

dikelas saja, akan tetapi diluar forum sekolah kita dapat mempelajari sesuatu hal ini

biasanya disebut dengan pengalaman dan disusul bahwa seseorang itu dapat dikatakan

telah belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin

disebabkan oleh terjadinya perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan, atau

sikapnya.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Hasil belajar tidak lepas dari proses belajar yang dijalani siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. (Ayu Desy N. Endah Lulup T P. dan Suharsono Naswan,

2014). Hasil belajar diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar

perlu ditingkatkan supaya tujuan pendidikan dapat tercapai sehingga tercipta siswa

yang berkompeten baik dibidang kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar

merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

laku nya terhadap proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil

belajar adalah realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang

diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan (Nainggolan et al., 2022).

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif learning

Pengertian pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untu bekerjasama dengan peserta didik

lain dalam tugas-tugas terstruktur selanjutnya guru bertindak sebagai fasilitator

(Purnomo, 2021). Konsep pembelajaran kooperatif learning pada intinya

menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa yaitu hasil dari aktivitas yang

dilakukan, bukan pengajaran yang diterima secara pasif.

(Therapy et al., 2018) Pembelajaran kooperatif secara sadar

menciptakan interkasi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

hanya guru dan buku ajar akan tetapi juga sesama siswa.

Kooperatif leaning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama

dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.


Pembelajaran kooperatif leaning adalah suatu keniscayaan ketika

pradigma pembelajaran sudah berubah dari berpusat pada guru (teacher centered)

menjadi lebih berpusat pada siswa (student centered). Ini bermakna bahwa peserta

didik tidak lagi dianggap sebagai objek pembelajaran, bahkan dia juga ikut dalam

menentukan perkembangan dirinya (Mukhlasin, 2020).

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan, sebagai berikut :

1. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pmbelajaran secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

membuat siswa belajar. Semua anggota tim (angoota kelompok ) harus saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan

perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.

3. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam

proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus

diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan

perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang

kurang pintar.

4. Keterampilan bekerja sama


Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerjasama.

Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

5. Prinsip-prinsip model pembelajaran kooperatif

Ada 5 unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif learning, yaitu :

1. Prinsip ketergantungan postitif, yaitu dalam pembelajaran

kooperatif keberhasilan tugas tergantung pada usaha yang

dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok

ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

2. Tanggung jawab peorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat

tergantung masing-masing anggota kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas

terhadap setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan

interaksi dan diskusi untuk memberi dan menerima informasi dari

anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan

lebih refektif.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw


Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model

pembelajaran yang mampu mengajak siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif

dalam proses pembelajaran (Simaremare & Thesalonika, 2021). Model ini tidak hanya

mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk

pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pembelajaran kooperatif

jigsaw membagi siswa menjadi bebrapa kelompok dengan karakteristik yang

heterogen.

(Harefa et al., 2022) Model pembelajaran kooperatif learning tipe

jigsaw bernaung dalam teori konstruktivitis yang menekankan pada konsep bahwa

siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk

saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

a. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1) Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan

metode jigsaw dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan

senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam pembelajaran ini.

Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan guna untuk

memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

2) Pengelompokkan

Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok, dimana

masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 siswa.

3) Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu


Menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan

tersebut serta pentingnya pokok pembahasan tersebut dipelajari. Dalam

proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pernyataan

atau masalah nyata yang terjadi dalam sehari-hari.

4) Kegiatan belajar dalam tim

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

Menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,

sehingga semua anggota menguasi dan masing-masing memberikan

komstribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,

memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan.

5) Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar siswa melalui pemberian kuis

tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian tethadap

presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

6) Penghargaan Presentasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan

diberikan angka dengan rentang 0-100.

b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

- Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw :

a) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

b) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengerjakan

materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain,


sehingga pengetahuannya jadi bertambah.

c) Peran guru juga lebih aktif dan lebih terfokus sebagai

fasilitator, mediator, dan motivator.

d) Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk

memberikan konstribusi kepada kelompoknya.

e) Melatih peserta didiik dalam mengembangkan aspek

kecapakan sosial.

f) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk

mempelajari materi yang telah ditugaskan.

- Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

a) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu

menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam

kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok

akan macet dalam pelaksanaan diskusi.

b) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apabila penataan

ruang belum terkondisi cengan baik sehingga perlu waktu

untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

4. Materi Perubahan Wujud Benda

a) Pengertian Perubahan Wujud Benda

Pada penelitian ini, peneliti memilih tema IPA dalam materi

PERUBAHAN WUJUD BENDA untuk siswa SMP kelas VII. Perubahan wujud

benda adalah salah satu bentuk terjadinya gejala perubahan pada suatu benda menjadi

benda berbeda wujud dari sebelumnya, baik ukuran, bentuk, warna, dan aroma yang

berubah.
A. Pengertian Perubahan Wujud Benda

Perubahan wujud benda adalah perubahan yang terjadi pada benda saat benda

tersebut berubah bentuk atau sifat fisiknya. Perubahan wujud benda ini termasuk

kedalam perubahan fisika.

Perubahan fisik, yaitu perubahan pada benda atau zat tanpa mengubah materinya.

Artinya, ketika es batu meleleh menjadi air, materinya tetap sama-sama air tanpa ada

perubahan apapun.

B. Wujud Benda

Wujud benda atau zat itu pasti mencakup bentuk dan volume dari benda atau

zat tersebut. Benda ini terdiri atas 3 macam, yaitu :

Table 11 2.1
Gambar

1. Benda Padat

Benda padat meiliki wujud dengan bentuk yang tetap dan volume yang tetap.

Materi atau patikel penyusun benda tersebut sangat rapat satu sama lain sehingga

sulit untuk bergerak.

2. Benda Cair

Benda cair memiliki wujud dengan bentuk mengikuti wadah. Artinya, benda cair
imi bisa berubah bentuk tergantung ia dituangkan pada wadah seperti apa.

Jika ia dituang kedlam gelas, maka bentuknya akan mengikuti gelas tersebut.

Selain itu, bend2 cair juga memiliki volume yag tetap. Benda cair akan selalu

memiliki volume yang sama meskipun bentuknya berubah-ubah.

1 liter air dalam botol akan tetap 1liter air ketika dipindahkan ke ember.

Perubahan bentuk yang mudah ini menunjukkan juga bahwa materi atau patikel

penyusun benda cair cukup renggang Oleh karna itu, partikel-partikelya bisa

bergerak cukup mudah.

3. Benda Gas

Benda gas memiliki wujud dengan bentuk menempati ruang. Sama seperti benda

cair, benda gas akan mengikuti bentuk wadah atau ruang tempat ia berada. Benda

gas ini bisa mengikuti bentuk balon yang bulat hingga bentuk ruangan yang kotak.

Satu hal yang perlu diingat, benda gas sulit untuk kita lihat dengan mata telanjang.

Selain itu, benda gas memiliki volume yang tidak tetap.

Ketika kita meniup 2 balon dengan masing-masing 2 kali tiupan, hal yang

mungkin terjadi adaalah 1 balon menjadi penuh dan 1 balon lagi belum cukup

penuh. Inilah salah satu bukti bahwa volume benda gas itu tidak tetap.

Perbedaan itu bisa terjadi karna benda gas memiliki materi atau partike penyusun

yang sangat renggang, partikelnya mampu bergerak kemana-mana sehingga

volume dan bentuknya pun tidak bisa menjadi tetap.

C. Sifat Fisis Benda

Selain memiliki beberapa jenis wujud, benda juga memiliki sifat fisis dan sifat

kimiawinya. Perubahan wujud benda termasuk dalam perubahan fisis atau perubahan

fisika pada benda.

Secara fisik. Benda memiliki titik didih dan titik leleh. Titik didih dan titik leleh ini
dipengaruhi oleh gaya antar partikel dalam benda terebut, yatu gaya kohesi. Semakin

kuat gaya kohesi pada suatu benda, semakin tinggi pula titik didih dan titik lelehnya.

Selain gaya kohesi, adapun yang disebut gaya adhesi. Gaya adhesi ini adalah

gaya tarik-menarik antar partikel dalam benda dengan partikel berbeda.

Contohnya, air yang menempel pada suatu permukaan logam. Fenomena ini terjadi

karna adanya gaya tarik-menarik antara parikel air dengan partikel padat pada

permukaan logam.

Benda juga memiliki massa jenis sebagai sifat fisisnya. Massa jenis ini

dipengaruhi oleh massa dan volume benda. Hal ini menjelaskan mengapa es batu bisa

melayang didalam segelas air.

Es batu dengan berat 1kg akan tetap melayang ketika dimasukkan kedalam segelas air

dengan berat yang sama. Mengapa demikian? Karna es batu dan segelas ais memiliki

volume yang berbeda.

Massa yang sama dan volume yang beda akan menghasilan massa jenis yan

beda. Sebaliknya, massa yang beda dan volume yang sama akan menghasilkan massa

jenis yang beda pula.

D. Macam dan Contoh Perubahan Wujud Benda

Setiap benda memiliki wujud yang berbeda-beda. Oleh karna itu, perubahan

wujud yang terjadi pada tiap benda pun akan berbeda-beda.

1. Pencairan

Pencairan adalah perubahan wujud benda dari padat ke cair. Contohnya, jika

kita memiliki minuman dingin dengan es batu, ketika kita tinggalkan cukup lama, es

batu aka menghilang. Bukan menghilang karna dicuri, melainkan menghilang karna

es tersebut menyatu dengan air minuman tersebut.

Umumnya. Proses mencair ini terjadi ketika partikel padat pada es batu
terpapar dengan suhu yang cukup tinggi atau panas. Suhu tersebut membuat partikel

padat perlahan merenggang hingga menjadi cair.

2. Penguapan

Penguapan adalah perubahan wujud benda cair ke gas. Contohnya, ketika

sedang memasak air dipanci. Ketika suhu semalin tinggi, biasanya akan keluar

uap air dari panci tersebut menandakan bahwa sebagian partikel air berubah

menjadi gas. Bahkan, air bisa sepenuhnya menguap kalo kita panaskan terlalu

lama.

Sama seperti pencairan, proses menguap ini terjadi ketika partikel cair yang

cukup renggang terpapar dengan suhu tinggi. Suhu terebut akan membuat partikel

cair menjadi semakin renggang dan membentuk uap air.

3. Pengkristalan

Pengkristalan adalah perubahan wujud benda dari gas ke padat. Contoh

perubahan dari gas ke padat adalah es kering. Biasanya es kering ini kita temukan

di cafe-cafe yang menjual makanan dingin dan manis. Es kering ini terbentuk

karena gas karbondioksida yang dibekukan secara langsung tanpa menjadi cair

terlenih dahulu.

4. Penyubliman

Penyubliman adalah perubahan wujud benda daripadat ke gas. Contoh

perubahan dari padat ke gas adalah kapur barus yang kita tinggalkan dikamar

mandi atau lemari. Kapur barus tersebut lama-kelamaan akan mengecil, bahkan

menghilang. Hal ini terjadi karna kapur barus yang padat itu perlahan berubah

menjadi gas.

5. Pengembunan
Pengembunan adalah perubahan wujud benda dari gas menjadi cair.

Contohnya adalah embun yang kita temui di pagi hari. Biasanya ketika matahari

baru terbit, daun-daun didepan rumah kita memiliki bintik-bintik air. Binti-bimtik

air tersebut adalah embun.

Proses pengemunan ini terjadi ketika uap air mengenai permukaan yang

dingin. Biasanya suhu dipagi hari masih cukup rendah sehingga benda-benda di

luar ruangan juga menjadi dingin. Salah satunya adalah dedaunan didepan rumah.

Uap air yang beterbangan diluar ruagan akan menempel pada permukaan daun

yang dingin. Perubahan suhu tersebut akhirnya membuat uap air berubah menjadi

tetsan embun.

6. Pembekuan

Pembekuan adalah perubahan wujud benda dari cair ke padat. Contohnya,

ketika kita membuat es batu dirumah. Untuk membuat es batu, kita pasti

membutuhkan air yang kita tuang kedalam cetakan es. Selanjutnya, cetakan es

tersebut akan kita masukkan kedalam kulkas atau freezer. Setelah kita tinggalkan

cukup lama. Air didalam cetakan akan mengeras menjadi blok es batu. Hal ini

terjadi karena suhu rendah dan dingin didalam freezer. Suhu dingin ini membuat

partikel air yang renggang akhirnya merapat satu sama lain dan menjadi padat.

4. Hasil Penelitian Yang Relavan

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relavan dalam penelitian

ini, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Herawati & Irwandi, 2019) yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

dan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 09 Lebong”

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan perbandingan hasil


perhitungan rata-rata dengan skor tes awal(pretest) yang diberikan model

pembelajaran jigsaw adalah 75,88, sedangkan untuk pembelajaran kelas kontrol

adalah 73,50.

2. Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh (Mapossa, 2018) yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Pemahaman

Konsep IPA Peserta Didik Kelas IV MI Ismaria Al-Qur’aniyyah Bandar

Lampung” dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA peserta didik kelas

eksperimen pada mteri energi dan penggunaannya menunjukkan nilai rata-rata

hasil postest yang jauh lebih tinggi dibandingan kelas kontrol, yaitu 73,5

sedangkan kelas kontrol hanya mendapat rata-rata sebesar 68,95. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik nilainya dibandingkan dengan

kelas kontrol.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Jabbar, 2015) yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Materi Volume Pada Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Qamar Bajeng

Kec.Pattallassang Kab.Takalar” dengan hasil peneletian tersebut dapat dilihat

bahwa terjadinya peningkatan hasil pembelajaran.

Rata-rata prestasi belajar pada siklus I yaitu 69,64 dan jumlah peerta didik yang
tuntas hanya sebanyak 8 orang(42, 11%) dan peserta didik yang tidak tuntas 11
orang (57,89%). Dan pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 15
orang (78,95%) dan yang tidak tuntas hanya 4 orang ( 21,05%) dengan prestasi
rata-rata 80,97 terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.
B. Kerangka Konseptual

Siswa kurang aktif dikelas, siswa


Kondisi awal bosan dengan pembelajaran, hasil
belajar IPA yang masih rendah

Menggunakan metode koopeatif


Tindakan
tipe jigsaw berbasis IT

Kondisi akhir Hasil belajar meningkat

C. Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII di SMP IT

Islamilillah dalam penggunaan metode pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw.

Ha = Ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII di SMP IT

Islamilillah dalam penggunaan metode pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMP IT Islamilillah Jl. Besitang No. 19

Simpang Tiga Lokasi tersebut dipilih dikarenakan sekolah tersebut lokasinya dekat

dengan tempat tinggal peneliti, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan

pengamatan dilapangan. Penelitian ini di fokuskan pada metode pembelajaran,

terutama pada pembelajaran IPA. Waktu peneliti dilakukan pada semester genap

tahun 2023/2024.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kuantitatif . Penelitian

ini akan melibatkan pengumpulan data berupa angka atau statistik untuk menganalisis

pengaruh model pembelajaran tertentu pada variabel variabel seperti peningkatan hasi

belajar siswa. Dengan menggunakan metode kuantitatif, peneliti mengukur dampak

secara numerik menggunakan analisis statistik untuk mengidentifikasi hubungan

signifikan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran Kooperatif Learning Type Jigsaw terhadap hasil belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Damayanti, 2020).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP IT Islamilillah Simpang

Tiga.

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Minor, 2016). Adapun yang dijadikan sampel penelitian ini

berjumlah 55 siswa yang terdiri dari 2 kelas yakni kelas VII-2 yang berjumlah 26

siswa dan kelas VII-3 yang berjumlah 29 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu objek penelitian yang menjadi

pusat perhatian dari penelitian yang dilakukan (Noor, 2011).

Secara sederhana variabel merupakan target penelitian yang memiliki variasi nilai.

Pada penelitian ini memiliki dua jenis variabel yang diterapkan yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat ( dependent variable).

Variabel bebas merupakan variabel yang dapat memengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahan. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

1. Variabel bebas (Indendent Variable) X = Penggunaan metode Kooperatif

tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPA.

2. Variabel terikat (Dependent Variable) Y = Hasil belajar IPA dengan

menggunakan metode Kooperatif tipe Jigsaw.

E. Instrumen Penelitian

(Minor, 2016) instrumen penelitin adalah alat bantu yang dipilih dan digunaan

oleh peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dapat dipermudah.


Adapun instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar Tes

Lembar tes yang akan diberikan adaah pretest dan posttest. Pretest diberikan

untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa mengenai materi pengolahan

data, sedangkan posttest diberikan untuk mendapatkan data kemampuan siswa setelah

melakukan proses pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw dengan materi

perubahan wujud benda.

Lembar tes ini berupa tes tertulis dengan menggunakan materi pengolahan

data yang sesuai dengan indikator yang ada. Tes yang dugunakan berbentuk pilihan

berganda. Sebanyak 30 soal. Peneliti dalam menyusun butir soal dan kisi-kisi soal

menyesuaikan dengan capaian pembelajaran dan indikator yang telah ada.

Berikut in adalah kisi-kisi istrumen tes :

Taksonomi Kognitif Jumlah


Capaian Pembelajaran Indikator Soal soal
C1 C2 C3 C4

Bentuk soal : Pilihan berganda


C1 = Mengingat, C2 = Memahami, C3 = Mengaplikasikan

Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok perlakuan yang meliputi kelompok

pelajar yang menerapkan pembelajaran dengan metode konvensional dan kelompok pelajar

yang menerapkan pembelajaran dengan metode berbasis IT. Penelitian ini melibatkan

beberapa tahapan yang terdiri dari :

1. Tahapan persiapan

Di tahapan persiapan, diterapkan berbagai kegiatan sebagai berikut :

 Menetapkan kelompok yang akan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol

yang menerima perlakuan yang berbeda.

 Menyusun materi yang akan diajarkan kepada kedua kelompok peserta didik.

 Membuat Modul yang menggambarkan penerapan metode pembelajaran

kooperatif learning berbasis IT.

 Menyusun test, termsuk tes pretest dan postest, sebagai alat evaluasi untuk

mengukur kemajuan siswa sebelum dan setelah perlakuan diberikan.

2. Tahap Pelaksanaan

Di tahap pelaksanaan, diterapkan serangkaian kegiatan sebagai berikut :

 Peneliti memperkenalkan diri kepada peserta didik dan memaparkan tujuan

dari kegiatan penelitian yang aan diterapkan.

 Peneliti dilakukan di kelas eskperimen yang telah dotentukan sebelumnya.

 Peneliti membeikan tes awal (pretest) kepada pesera didik dikelas eksperimen

sebelum memberikan pengajaran.

 Hasil test awal kemudian dikumpulkan untuk analisis lebih lanjut.

 Peneliti melaksanakan kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan jadwal materi

pelajaran yang digunakan di sekolah.


 Pengajaran dilakuan dengan menerapkan metode kooperatif learning kepada

siswa dikelas ekperimen.

 Setelah selesai melakukan pengajaran, penelitimelaksanakan tes akhir

(postest) guna mengukur peningkatan hasil belajar yang terjadi setelah

penggunaan metode kooperatif learning.

3. Tahap Pengumpulan Data

 Setelah penerapan pembelajaran, nilai hasil belajar peserta didik dikumpulkan

melalui pengerjaan test. Terdapat dua kali pemberian tes, yaitu sebelum proses

pembelajaran dimulai(tes awal) dan setelah proses pembelajaran

berlangsung(tes akhir). Tes yang diberikan pada kedu waktu tersebut adalah

tes yang sama. Nilai yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan

melakukan uji persyaratan data dan uji hipotesis penlitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang objektif dan valid hasil belajar siswa kelas VII

SMP IT Islamilillah Simpag Tiga, maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan.

Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa kelas VII maka peneliti

Menggunakan tes berupa pretest dan postest untuk mengukur hasil belajar siswa

dengan standar hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal ( KKM )

pada mata pelajaran IPA yaitu ≥75.


Adapun soal tes bentuk uraian sebanyak 10 soal.

Dalam teknik pengumpulan data teknik tes terdapat dua macam yakni postest

dan pretest. Pretest yakni tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai, bertjuan

untuk kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Pretest juga

sangat bermanfaat karena bisa mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar.

Posttest (test akhir) adalah test yang diberikan pada setiap akhir progam satuan

pengajaran. Tujuan postest adalah untuk mengetahu sampai dimana pencapaian siswa

terhadap bahan pengajaran ( pengetahuan maupun keterampilan ) setelah mengalami

suatu kegiatan belajar dengan mengunakan model jigsaw. Jika hasil posttest

dibandingan dengan hasil pretest, maka keduanya berfungsi untuk mengukur sampai

sejauh mana keefektifan pelaksanaan program pembelajaran.

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk melihat

seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran, pengamatan partisipasif

dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan.

Pengamatan ini dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format dan daftar cek),

catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas dikelas, penggambaran interkasi

dalam kelas, atau pemetaan kelas.

Skala Angka Predikat Klasifikasi


(0-100)
81-100 A SB (Sangat baik)

66-80 B B (Baik)

51-56 C C(Cukup)

0-50 D K(Kurang)
G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah

semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah

diperoleh secara lengkap (Ali, 2006). Analisis data digunakan untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian atau untuk menguji hipotesis yang diajukan

melalui penyajian data. Adapun analisis data pada penelitian ini adalah :

1. Tes Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa yang dihasilkan dalam penelitian ini bersifat interval.

Data yang di kelola dalam penelitian mencakup pre-test dan post-test yang

diperoleh dari dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Nilai Rata-rata hasil belajar siswa

a. Menghitung rata-rata nilai (Mean)

Untuk menghitung rata-rata menggunakan rumus :

∑ fi . xi
Rumus : X =
n

Keterangan : X = Nilai rata-rata

f i= Frekuensi nilai

x i= Jumlah nilai

3. Uji Persyaratan Data

a) Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas suatu instrumen mengindentifikasi sejauh mana instrumen

tersebut akurat dalam penilaian apa yang seharusnya diukur. Dengan istilah

lain, validitas instrumen adalah tingkat keakuratan alat ukur dalam mengukur
variabel yang dituju. Uji reabilitas digunakan untuk mengevaluasi konsistensi

alat pengukur, yaitu bagaimana alat tersebut dapat memberikan hasil yang tetap jika

pengukuran dilakukan secara berulang.

Rumus produk momen digunakan untuk menghitung koefisien korelasi antara

dua variabel yang terkait :

n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )

√{∑
r xy=
X
{
2−( ∑ X ) ² } n ∑ 2−( ∑ Y ) ² }
Y

Keterangan :

r xy : Koefisien kolerasi antara item yang di gunakan dengan variabel yang

Bersangkutan

X : Nilai item yang instrument yang akan digunakan

Y : Nilai semua item instumen dalam variabel tersebut

n : Jumlah responden

Kategori validitas instumen mengacu pada pengelompokkan berdasarkan jenis

validitas yang telah diukur. Merupakan sebagai berikut :

1) 0,08 < rxy 1,00, sangat baik (validitas sangat tinggi)

2) 0,60 <rxy 0,80, baik (validitas tinggi)

3) 0,40 <rxy 0,60, cukup (validitas sedang)

4) 0,20 <rxy 0,40, kurang (validitas rendah)

5) 0,00 <rxy 0,20, jelek (validitas sangat rendah)

6) Rxy 0,00, (tidak valid)

b) Uji Normalitas

Uji normalitas lillefors diterapkan sbagai penguji apakah sampel

Berdistribusi normal atau tidak normal.


Langkah-lanngkah sebagai berikut :

- Mencari bilangan baku :

x1− x
Dengan rumus : Z1 =
s

- Menghitung peluang F ( Z i )= P( Z i ≤ Z ) dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku

- Menghitung proporsi S( Z I ) :

Banyak nya z 1 , z 2 … … … … … … z ≤ z 1
S( Z I )=
N

- Menghitung selisih F( Z i )-S( Z i )

- Mengambil Lhitungyaitu harga paling besar diantara harga mutlak

dengan kriteria harga H o ditolak jika Lhitung > Ltabel

c) Uji homogenitas

Nilai data berdistribusi normal menunjukkan bahwa sampel berawal

dari populasi juga berdistribusi normal. Uji homogenitas digunakan untuk

menentukan apakah variasi antara dua atau lebih kelompok sampel adalah

homogen atau seimbang. Sebagai beikut :

Variansterbesar
F=
varians terkecil

Atau
12
s
F= 14 ααα
s

Dimana : s12 = Varians dari kelompok terbesar


14
s = Varians dari kelompok terkecil

Kriteria pengujian ialah terima H o jika f hitung> f tabel, kedua kelompok

sampel bersumber dari populasiyng homogenitas pada taraf nyata α =0.05 dengan
dk pembilang =n 1−1 dan dk penyebut=n 2−1. f tabel dapat di lihat dari

distribusi F untuk harga F lainnya maka H O ditolak.

d) Uji N-Gain

Selanjutnya uji n-gain digunakan sebagai pengukur kenaikkan hasil

belajar peserta didik dalam penelitian ini. N-Gain diperoleh dengan

menghitung selisih antara nilai pretest dn posttest siswa, yang mencerminkan

peningkatan pemahaman dan penguasaan materi setelah guru melakukan

kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan rumus :

g = posttest-pretest

Menghitung penigkatan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini

menggunakan teknik N-Gain ( Normalized Gain) dengan rumus sebagai

berikut :

G=
skor posttest−skor pretest
skormax −skor pretest
Dalam kategori : g<0,3 = rendah

G0,3≤0,7 = sedang

g>0,7 = tinggi

Peningkatan hasil belajar : rata-rata gain kelas eksperimen x 100%


e) Uji hipotesis
Sebagai upaya mengetahui signifikan digunakan uji t dengan taraf
Signifikan : α=0,05, denganderajat kebebasan (dk)=n-1 :
1 2
x −x

√ ( )( √ )
S1 S2
2 2
Rumus : t hitung = S1 S 2
+ −2 r
n1 n2 √ n1 n2

Keterangan : S1 = Varian dari data


x = Rata-rata nilai
n = subjek
Untuk menguji pengaruh signifikan dari metode pembelajaran
kooperatif leaning peningkatan hasil belajar siswa, nilai tersebut dapat di
konsultasikan dengan tabel nilai konstribusi t menggunakan kriteria berikut :
 Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel dengan tingkatan signifikan α=0,05
dengan derajat kebebasan dk=N-1, maka pengaruh tersebut dikatakan
signifikan.
 Jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel, maka Ho (hipotesis nol)
diterima, yang berati tidak terdapat pengaruh signifikan dari metode
pembelajaran kooperatif learning terhadap hasil belajar siswa.
 Jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel, maka Ha (hipotesis alternatif)
diterima, yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari metode
pembelajaran kooperatif learning terhadap hasil beajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2006). Teknik Analisis Kualitatif. Makalah Teknik Analisis II, 1–7.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132232818/pendidikan/Analisis+Kuantitatif.pdf
Ayu Desy N. Endah Lulup T P. dan Suharsono Naswan. (2014). Pengaruh Motivasi Belajar
dan Aktivitas Belajar Spiritual Hasil Belajar Akuntansi. Jurnal Ekonomi, 4(1), 4.
Damayanti, U. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Banarjoyo. Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(3), 1–125.
Djamaluddin, A., & Wardana. (2019). Belajar Dan Pembelajaran. In CV Kaaffah Learning
Center.
Harefa, D., Sarumaha, M., Fau, A., Telaumbanua, T., Hulu, F., Telambanua, K., Sari Lase, I.
P., Ndruru, M., & Marsa Ndraha, L. D. (2022). Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Belajar Siswa.
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(1), 325.
https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.325-332.2022
Herawati, L., & Irwandi. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Hasil Belajar dan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di SMP
Negeri 09 Lebong. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Entrepreneunship Vi, 1–9.
http://conference.upgris.ac.id/index.php/snse/article/view/211
Ii, B. A. B. (2010). T1_292013236_Bab Ii. 6–18.
Jabbar, E. (2015). M a k a s s a r.
Lestari, I. (2015). Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(2), 115–125.
https://doi.org/10.30998/formatif.v3i2.118
Mapossa, J. B. (2018). L WALISA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA. In New England Journal of Medicine (Vol. 372, Issue 2).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7556065%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC394507%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.humpath.2017.05.005%0Ahttps://doi.org/10.1007/s00401-018-1825-z%0Ahttp://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27157931
Minor, S. (2016). Skripsi Fix Pdf.
Mukhlasin, A. dan M. H. P. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Pada
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Invention, 1(1), 33–43.
Nainggolan, D. H., Sidabalok, N. E., Aritonang, E., & Efarina, U. (2022). Elektriese: Jurnal
Sains dan Teknologi Elektro Pengaruh Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Afiliation. Jurnal Sains Dan Teknologi Elektro, 12(01), 1–6.
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana. 1–23.
Prasetyowati, R. (2014). Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013. Universitas
Negeri Yogyakarta, 1–8.
Purnomo, C. (2021). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar. Journal of Education and Religious Studies, 1(02), 53–57.
https://doi.org/10.57060/jers.v1i02.22
Rini, yuli sectio. (2008). No TitleМаркетинг по Котлеру. 282.
Simaremare, J. A., & Thesalonika, E. (2021). Penerapan Metode Cooperatif Learning Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Tunas
Bangsa, 8(2), 113–133. https://doi.org/10.46244/tunasbangsa.v8i2.1642
Therapy, C., Gordon, V., Meditation, C., VanRullen, R., Myers, N. E., Stokes, M. G., Nobre,
A. C., Helfrich, R. F., Fiebelkorn, I. C., Szczepanski, S. M., Lin, J. J., Parvizi, J., Knight,
R. T., Kastner, S., Wyart, V., Myers, N. E., Summerfield, C., Wan-ye-he, L. I., Yue-de,
C. H. U., … No, S. (2018). No Title‫ ثقثقثقثق‬,)‫ ث ققثق(ثق ثقثقثق‬,‫ ثبثبثب‬.‫بیبیب‬.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=sph&AN=119374333&site=ehost-live&scope=site%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.neuron.2018.07.032%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.tics.2017.03.010%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.08.006
Uki, N. M., & Liunokas, A. B. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dan Make A Match terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa. Jurnal Basicedu,
5(6), 5542–5547. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1363
Umar Aliansyah, M., Mubarok, H., Maimunah, S., & Hamdiah, M. (2021). Pengaruh Media
Pembelajaran Berbasis Audio Visual Terhadap Minat Belajar Siswa Di Pesantren Ainul
Hasan. Jurnal Syntax Fusion, 1(07), 119–124. https://doi.org/10.54543/fusion.v1i07.28
Yani, E. E. (2023). Kurikulum Merdeka : Hakikat Kurikulum dalam Pendidikan. 02(05), 85–
88.
Yunus, S. (2021). Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Perbaikan Belajar (Remedial). Romeo :
Review of Multidisciplinary Education, Culture and Pedagogy, 1(1), 75–86.
https://doi.org/10.55047/romeo.v1i1.58

Anda mungkin juga menyukai