Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV MI Nurul Furqon Melalui


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Disusun oleh :

FITHRIYAH 836418112

UPBJJ BOGOR POKJAR KOTA WISATA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2020
BAB I : Pendahuluan

A. Latar belakang masalah


Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan guru

adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kewajiban pendidik sebagai

pelaku pendidikan adalah mencari solusi yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik

dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Masalah ini tentu harus ada juga faktor lain yang bisa

mendukung terciptanya kualitas pembelajaran yang baik, baik itu external maupun internal. Guru

adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar-mengajar. Belajar-mengajar tergantung

pada kemampuan guru dalam mengaplikasikan metode pembelajaran. Sarana dan prasarana yang

banyak tidak akan berarti ditangan guru yang tidak mempunyai kemampuan.

Guru harus mempunyai kemampuan melaksanakan proses kegiatan belajar-

mengajar, terutama menguasai dan terampil menggunakan metode mengajar yang

diperlukan untuk menyajikan pelajaran yang dberikan pada peserta didiknya. Setiap anak

memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh

guru. Guru harus bisa memberikan materi dan metode yang sesuai dengan karakteristik

peserta didik yang perlu diterapkan dalam suatu pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja bertujuan dan terkendali agar orang

lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain. Usaha ini

dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam

merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.

Pembelajaran IPS tidak juga tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui

pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan

pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-
latihan atau tugas IPS dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada

orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).

Tujuan pendidikan IPS di SD adalah agar siswa mampu mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-

hari (Depdikbud, Rubiherlan 2010:4). Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana

yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.

Martorella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada

aspek “pendidikan” daripada transfer konsep”, karena dalam pembelajaran Pendidikan IPS

siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan

serta melatih sikap, niai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah

dmilikinya. Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang

sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan

terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti

dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994).

Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan mendidik

anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas personal dan kualitas

sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital. Pelajaran IPS masih dianggap sebagai

salah satu mata pelaajaran yang sulit dan pada umumnya siswa mempunyai anggapan

bahwa IPS merupakan pelajaran hafalan yang membinggungkan. IPS pada umumya

merupakan mata pelajaran yang tidak begitu disukai. Apalagi pada meteri meneladani sikap

kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya, anak-anak hanya

mendengarkan cerita dari guru, bahkan disuruh untuk memebca, hal itu memebuat bosan

anak-anak, mereka akan merasa jenuh dan menjadikan merekaa enggan untuk

mempelajarinya.dari kenyataan tersebut, ditemukan fakta dilapangan bahwa siswa kelas 4


di MI Nurul Furqon terdapat kurangnya hasil belajar IPS yang diakibatkan karena situasi

belajar yang kurang menyenangkan khususnya pada materi IPS. Penyebab rendahnya

belajar yang menyenangkan mata pelajaran IPS pada materi tersebut adalah tepatnya guru

dalam pemilihan cara dan media dalam pembelajaraan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi

demikian, diperlukan suatu perubahan dalam menyampaikan materi. Ada hal unik, hal yang

tidak pernah dilakukan oleh siswa, dengan menambah suatu media yang menarik. Peneliti

akan melakukan penelitian mengenai upaya untuk meningkatakan hasil belajar IPS dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD kelas IV di MI Nurul Furqon.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD kelas IV di MI

Nurul Furqon, dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD kelas IV di MI Nurul Furqon?

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bersifat teoritik pada khasanah

pengetahuan khususnya dalam bidang pembelajaran di SD.

1. Dilihat dari segi teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam

pembelajaran IPS, adapun manfaatnya adalah :

a) Memberikan masukan kepada guru di sekolah tempat penelitian ini yang dapat

digunakan sebagai upaya peningkatan proses pembelajaran melalui suasa kelas

yang menyenangkan selama KBM berlangsung.


b) Memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan yang ada kaitannya

dengan upaya meningkatkan Prestasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

2. Dilihat dari segi praktis

Hasil-hasil dari penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis, yaitu:

a) Kegunaan bagi siswa

Dalam proses pelaksanaan penelitian ini para siswa akan lebih aktif, kreatif,

merasa senang dan antusias yang tinggi. Dengan suasana yang menyenangkan

dan tidak monoton (membosankan) siswa akan mempunyai semangat antusias

yang tinggi terhadap pembelajaran serta kemampuannya dalam penguasaan

materi akan meningkat.

b) Kegunaan bagi guru

Kemampuan guru mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran pada

pengembangan potensi diri siswa juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih

menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu

penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan

dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya

melalui PTK. Dan melalui penelitian ini diharapkan guru yang lain agar

berusaha semaksimal mungkin menciptakan kelas yang menyenangkan agar

tercapai semua kompetensi dan tujuan belajar.

c) Kegunaan bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan

dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan

prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara

guru dengan kepala sekolah.


BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


STAD atau Student Team Achievement Divisions adalah model pembelajaran paling mudah
dan simpel pada tipe kooperatif. Dalam prosesnya siswa dibentuk dalam grup belajar yang
memiliki anggota 4 hingga 5 orang heterogen (berbeda-beda dari mulai beda gender, suku,
agama dan faktor pembeda lainnya).

Selanjutnya guru memfasilitasi pelajaran dan siswa diminta untuk memahami materi secara
serius. Pada sesi berikutnya siswa akan menghadapi kuis, tentu mengenai materi yang telah
diberikan oleh guru dan mereka harus mengerjakan secara mandiri.

Model STAD adalah ruang lingkup pada pembelajaran kooperatif yang amat simpel dan
paling mudah untuk dijalankan. Tipe STAD cocok untuk guru yang baru mengenal model
pembelajaran kooperatif. Perangkat belajar ini diteliti oleh Robert Slavin dan kelompok
belajarnya di Universitas John Hopkin.

B. Pengertian prestasi belajar


Belajar merupakan kebutuhan semua orang , sebab dengan belajar seseorang dapat memahami

atau menguasai sesuatu sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan. Menurut Chaplin (2002),

“Prestasi merupakan hasil yang dicapai (dari yang dilakukan dan diharapkan). Dari definisi

tersebut maka prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditujukan dengan nilai-nilai atau angka-

angka yang diberikan oleh negara. Menurut Winkel (1997) belajar pada manusia dapat

dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai

sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar tidak hanya dapat dilakukan

di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan

masyarakat. Irwanto (1997) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum

mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut

Mudzakir (1997) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan 9

perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu

pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Kemudian menurut Gagne (Suryabrata, 2003) hasil

belajar berupa lima kecakapan manusia meliputi : 1) informasi verbal, 2) kecakapan intelektual

, 3) diskriminasi, konsep konkret, konsep abstrak, aturan dan aturan yang lebih tinggi, 4) strategi

kognitif, dan sikap, serta 5) kecakapan materiil. Hasil belajar dalam dimensi
pengembangan/pencapaian tujuan akhir adalah kepercayaan diri yang lebih besar, peningkatan

partisipasi social dan kewarganegaraan, perbaikan hasil kerja dean pendapatan, peningkatan

pemanfaatan layanan umum, peningkatan perhatian atas pendidikan anggota

keluarga/masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis, penguasaan pengetahuan dan

ketrampilan ilmu pelajaran yang dimiliki oleh siswa dan dioperasionalkan dalam bentuk

indicator berupa nilai raport.

C. Pengertian Hasil belajar

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar.

Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar.

Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian

prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan

bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan

kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya.

Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok

bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai berikut:

Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan penjelasan

tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang

dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa “hasil adalah

kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”.

Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

macam, yaitu:
a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan

atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.

b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang

dikerjakan.

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak

dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang

pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para

pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan

hasil belajar yang akan diperoleh.

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-

fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas

belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang

keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus

cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan

jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.

Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor

tersebut diantaranya:

- Adanya keinginan untuk tahu

- Agar mendapatkan simpati dari orang lain.

- Untuk memperbaiki kegagalan

- Untuk mendapatkan rasa aman.


b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi

belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

1. Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang

ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab

kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan

mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan

perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang

diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan

kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang

lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

2. Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik

orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua

mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara

atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada

pula kekurangannya.

Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila

lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar

anak, tidak akan masuk terlalu dalam.

Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan

bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.

Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan

yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan

anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-

arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru

Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga

hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan

anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian,

dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.

3. Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat

kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit

dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga

ikut mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Minat

Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan

baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat

diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif dalam

menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa.

Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu

pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial

ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.

2) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya

seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang kurang

cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan

dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11).

3) Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan

dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat memerlukan latihan dan

pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain

kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya seseorang

dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya

akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.

4) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan

sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu

yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi

instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan

dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh

faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah,

persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap

diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan

siswa.

Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih

gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam mengahadapi masalah-masalah

dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi

yang cocok dengan permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan

mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum

yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.

BAB III : PELAKSANAAN PERBAIKAN


A. Subyek, tempat, dan waktu penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Nurul Furqon Kota Bekasi Tahun

pelajaran 2020/2021. Pemilihan subjek ini didasarkan pada pertimbangan guru kelas IV,

prestasi belajar yang dimiliki siswa kelas IV belum semua mencapai nilai yang diharapkan,

terutama pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Diharapkan dengan Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD prestasi belajar IPS siswa kelas IV lebih

meningkat. Jumlah siswa kelas IV ada 26 yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10 siswa

perempuan.

2. Tempat penelitian

Penelitian diadakan di MI Nurul Furqon Kota Bekasu Tahun pelajaran 2020/2021.

Pemilihan tempat ini didasarkan atas beberapa alasan diantaranya:

a. Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau serta dekat dengan tempat perkuliahan.

b. Belum adanya penelitian yang serupa diadakan di MI Nurul Furqon Kota Bekasi

sehingga penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap sekolah agar dalam proses

pembelajaran guru dapat memberikan inovasi terhadap pembelajaran terutama pada media

dalam proses belajar mengajar.

c. Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum semuanya mencapai nilai yang

diharapkan.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021.

B. Teknik Pengumpulan data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh melalui hasil tes pada akhir tindakan. Sedangkan data kualitatif diperoleh melalui
lembar observasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang terdaftar pada tahun
pelajaran 2020/2021 sebanyak 26 orang, dan guru kelas IV MI Nurul Furqon Kota Bekasi.
Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu :
Tes untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan siswa selama pembelajaran IPS yang
di berikan di setiap akhir tindakan (siklus). Hasil kemampuan akhir siswa dapat pula sebagai
acuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran IPS. Observasi
dilakukan selama kegiatan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 berlangsung. Pelaksanaan
observasi dilakukan dengan cara mengisi format observasi yang telah di siapkan oleh peneliti
dengan tujuan untuk mengetahui aktifitas siswa dan aktifitas guru pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
C. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Lembar observasi, untuk
memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model pembelajaran IPS di kelas. Lembaran
tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah diberikan
pembelajaran kooperatif. Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data. Adapun tahap-
tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah
1) mereduksi data 2) menyajikan data dan 3) verifikasi data / penyimpulan. (Arikunto,
1997:34).
Teknik analisa data yang digunakan dalam menganalisa data yang diperoleh dari hasil
tes, data kuantitatif diperoleh dari hasil presentase keberhasilan anak dalam menyelesaikan
tugas individual
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah apabila hasil data yang diperoleh
telah menunjukan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Furqon selama kegiatan
pembelajaran. Hal ini ditandai dengan adanya daya serap individu minimal 70% dan
ketuntasan belajar klasikal minimal 80% dari jumlah siswa yang ada, ketentuan ini sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diberlakukan di MI Nurul Furqon Kota
Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA

Agung (1997). Penggunaan Media pembelajaran (www.Google.co.id).

Model Pembelajaran STAD. Penggunaan Media pembelajaran (www.Google.co.id)

Prestasi Belajar. Penggunaan Media pembelajaran (www.Google.co.id)

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Ilmiah, Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bruner 1978. ). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindi

Degeng (1989), Penggunaan Media pembelajaran (www.Google.co.id).

Depdiknas, (2005). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Direktorat Pendidikan


Nasional

Ibrahim, M. Fida Racmadiarti, Moh. Nur dan Iswanto,2000. Pembelajaran


Kooperatif.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Isjoni. (2009). Model Pembelajaran (online). http:// word press.com

Narulita Yusron. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Bandung: Kencana Prenada Media Group

Nur, (1996). Model Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai