Disusun oleh :
FITHRIYAH 836418112
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kewajiban pendidik sebagai
pelaku pendidikan adalah mencari solusi yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Masalah ini tentu harus ada juga faktor lain yang bisa
mendukung terciptanya kualitas pembelajaran yang baik, baik itu external maupun internal. Guru
pada kemampuan guru dalam mengaplikasikan metode pembelajaran. Sarana dan prasarana yang
banyak tidak akan berarti ditangan guru yang tidak mempunyai kemampuan.
diperlukan untuk menyajikan pelajaran yang dberikan pada peserta didiknya. Setiap anak
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh
guru. Guru harus bisa memberikan materi dan metode yang sesuai dengan karakteristik
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja bertujuan dan terkendali agar orang
lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain. Usaha ini
dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam
Pembelajaran IPS tidak juga tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui
pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-
latihan atau tugas IPS dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-
hari (Depdikbud, Rubiherlan 2010:4). Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana
yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.
Martorella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada
aspek “pendidikan” daripada transfer konsep”, karena dalam pembelajaran Pendidikan IPS
serta melatih sikap, niai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah
dmilikinya. Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan
Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan mendidik
anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas personal dan kualitas
sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital. Pelajaran IPS masih dianggap sebagai
salah satu mata pelaajaran yang sulit dan pada umumnya siswa mempunyai anggapan
bahwa IPS merupakan pelajaran hafalan yang membinggungkan. IPS pada umumya
merupakan mata pelajaran yang tidak begitu disukai. Apalagi pada meteri meneladani sikap
mendengarkan cerita dari guru, bahkan disuruh untuk memebca, hal itu memebuat bosan
anak-anak, mereka akan merasa jenuh dan menjadikan merekaa enggan untuk
belajar yang kurang menyenangkan khususnya pada materi IPS. Penyebab rendahnya
belajar yang menyenangkan mata pelajaran IPS pada materi tersebut adalah tepatnya guru
Berdasarkan latar belakang diatas, maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
demikian, diperlukan suatu perubahan dalam menyampaikan materi. Ada hal unik, hal yang
tidak pernah dilakukan oleh siswa, dengan menambah suatu media yang menarik. Peneliti
akan melakukan penelitian mengenai upaya untuk meningkatakan hasil belajar IPS dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
Nurul Furqon, dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bersifat teoritik pada khasanah
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam
a) Memberikan masukan kepada guru di sekolah tempat penelitian ini yang dapat
Hasil-hasil dari penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis, yaitu:
Dalam proses pelaksanaan penelitian ini para siswa akan lebih aktif, kreatif,
merasa senang dan antusias yang tinggi. Dengan suasana yang menyenangkan
melalui PTK. Dan melalui penelitian ini diharapkan guru yang lain agar
Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan
prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara
Selanjutnya guru memfasilitasi pelajaran dan siswa diminta untuk memahami materi secara
serius. Pada sesi berikutnya siswa akan menghadapi kuis, tentu mengenai materi yang telah
diberikan oleh guru dan mereka harus mengerjakan secara mandiri.
Model STAD adalah ruang lingkup pada pembelajaran kooperatif yang amat simpel dan
paling mudah untuk dijalankan. Tipe STAD cocok untuk guru yang baru mengenal model
pembelajaran kooperatif. Perangkat belajar ini diteliti oleh Robert Slavin dan kelompok
belajarnya di Universitas John Hopkin.
atau menguasai sesuatu sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan. Menurut Chaplin (2002),
“Prestasi merupakan hasil yang dicapai (dari yang dilakukan dan diharapkan). Dari definisi
tersebut maka prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditujukan dengan nilai-nilai atau angka-
angka yang diberikan oleh negara. Menurut Winkel (1997) belajar pada manusia dapat
dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar tidak hanya dapat dilakukan
di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan
masyarakat. Irwanto (1997) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut
Mudzakir (1997) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan 9
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Kemudian menurut Gagne (Suryabrata, 2003) hasil
belajar berupa lima kecakapan manusia meliputi : 1) informasi verbal, 2) kecakapan intelektual
, 3) diskriminasi, konsep konkret, konsep abstrak, aturan dan aturan yang lebih tinggi, 4) strategi
kognitif, dan sikap, serta 5) kecakapan materiil. Hasil belajar dalam dimensi
pengembangan/pencapaian tujuan akhir adalah kepercayaan diri yang lebih besar, peningkatan
partisipasi social dan kewarganegaraan, perbaikan hasil kerja dean pendapatan, peningkatan
dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis, penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan ilmu pelajaran yang dimiliki oleh siswa dan dioperasionalkan dalam bentuk
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar.
Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar.
Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian
prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan
bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan
kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya.
Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok
Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan penjelasan
tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang
dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa “hasil adalah
Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan
b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang
dikerjakan.
dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang
belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para
pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor
a. Faktor Internal
Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-
fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas
belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang
keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus
cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan
tersebut diantaranya:
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi
belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang
ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab
kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang
lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik
orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua
mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara
atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada
pula kekurangannya.
lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar
bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.
yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan
anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-
arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru
hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan
anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian,
dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat
ikut mempengaruhi.
Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi
1) Minat
Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan
baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat
diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif dalam
menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa.
Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu
pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial
2) Kecerdasan
seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang kurang
cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan
3) Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan
dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat memerlukan latihan dan
pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain
dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya
4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan
sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu
yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan
dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah,
diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih
mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Nurul Furqon Kota Bekasi Tahun
pelajaran 2020/2021. Pemilihan subjek ini didasarkan pada pertimbangan guru kelas IV,
prestasi belajar yang dimiliki siswa kelas IV belum semua mencapai nilai yang diharapkan,
terutama pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Diharapkan dengan Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD prestasi belajar IPS siswa kelas IV lebih
meningkat. Jumlah siswa kelas IV ada 26 yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan.
2. Tempat penelitian
a. Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau serta dekat dengan tempat perkuliahan.
b. Belum adanya penelitian yang serupa diadakan di MI Nurul Furqon Kota Bekasi
sehingga penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap sekolah agar dalam proses
pembelajaran guru dapat memberikan inovasi terhadap pembelajaran terutama pada media
c. Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum semuanya mencapai nilai yang
diharapkan.
3. Waktu Penelitian