Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di dalam Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebut bahwa, “ Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”.
Prihal pendidikan, yaitu guru dan dosen, secara yuridis diakui sebagai
pekerjaan atau profesi yang professional dalam UU No 14/2005, tentang guru dan
dosen. Pada bab ini pasal 1 dinyatakan bahwa; Guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting
keberadaannya. Setiap orang mengakui tanpa menyelasaikan pendidikan pada
sekolah dasar atau yang sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat
mengikuti pendidikan di SLTP.
Permasalahan pendidikan selalu muncul diakibatkan karena menurunya
kemampuan dan minat belajar siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,
pengaruh informasi dan kebudayaan yang merusak nilai moral anak, serta
berkembangnya ilmu pengetuahuan dan teknologi, rendanya proses pembelajaran
tidak terlepas dari kemampuan guru dalam pengembangan model-model
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan pembelajaran yang bersifat
konvensional serta intensitas keterlibatan siswa yang kurang efektif di dalam
proses pembelajaran.

1
Berdasarkan observasi di kelas IV SD Inpres Lansot dalam pembelajaran
yang berlangsung terlihat guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
mencari, menyelidiki, menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Guru hanya
berfokus pada buku teks, begitu juga dengan siswa, sehingga terlihat saat guru
menjelaskan materi dalam buku, siswa ada yang bermain, bercerita, siswa tidak
memperhatikan guru menjelaskan. Kurang terfokusnya siswa berdampak pada
hasil belajar siswa rendah. Dari 9 siswa , terdapat 4 siswa yang tuntas sedangkan 5
siswa belum tuntas.

Untuk itulah dalam kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam


(IPA) guru diharapkan dapat meperhatikan hal-hal yang menunjang terlaksananya
belajar mengajar dengan baik sebagaimana tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA pada kelas IV,
ditemukan pembelajaran yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran satu
arah yang sumbernya datang dari guru yang bersangkutan. Siswa tidak pernah
diperhadapkan dengan masalah dalam kehidupan dengan konsep apa yang akan
dipelajari kemudian siswa kurang dimotivasi untuk menunjukan reaksi perhatian
pada pembelajaran terlebih siswa kurang dilibatkan dalam memecakan masalah
melalui kelompok belajar.
Dalam proses belajar mengajar berlangsung pertama-tama pada kegiatan
awal guru membuka pelajaran dan menyampaikan apersepsi yaitu guru
mengingatkan kembali materi yang lalu dan mengaitkan dengan materi yang akan
diajarkan, ada beberapa siswa yang sudah tidak dapat mengingat materi yang telah
diajarkan sebelumnya, namun juga ada sebagian siswa masih dapat menjawab
dan mengingat materi yang telah diajarkan sebelumnya. Kemudian masuk pada
kegiatan inti guru hanya menyampaikan materi dengan cara berceramah dimana
guru berlaku sebagai satu-satunya pemberi informasi, siswa ditempatkan hanya
sebagai pendengar yang baik sehingga membuat suasana pembelajaran kurang
aktif.

2
Cara guru mengajar hanya berpusat pada guru itu sendiri (teacher
centered), tanpa memperhatikan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran
sehingga tidak ada minat siswa untuk belajar, tidak ada siswa yang berani
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan sehingga tidak terjalin
interaksi (timbal balik) antara guru dan siswa, membuat siswa jenuh,banyak yang
bermain, materi yang diajarkan tidak dapat dipahami dengan baik oleh siswa, dan
bahkan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.. Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi berupa tes
tertulis dan hasilnya hanya sebagian siswa dapat menjawab dengan benar. Hal
tersebut berdampak pada hasil belajar siswa rendah. Ini terlihat dari 9, siswa
hanya terdapat 4 siswa yang tuntas sedangkan 5 siswa belum tuntas.
Untuk mengubah cara belajar tersebut maka penulis termotivasi
menerapkan model pembelajaran Group Investigation dalam pembelajaran
IPA.Penulis mengambil judul penerapan model pembelajaran Group Investigation
untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres Lansot.
Model pembelajaran Investigasi Group Investigation.

2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang di atas,
maka rumusan masalah adalah bagaimana menerapkan model pembelajaran
Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD
Inpres Lansot?

3
3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV Sd Inpres
Lansot melalui model pembelajaran Group Investigation
2. Melatih siswa agar dapat bekerja sama dengan baik
3. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

4 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa :
Meninngkatkan hasil belajar siswa dalam mengubah cara belajar siswa
menjadi lebih menyenangkan dan lebih aktif lagi.
2. Bagi guru Mengubah cara belajar guru menjadi lebih kreatif dan lebih
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran
yang dilakukan menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
3. Bagi sekolah
Memberikan referensi bagi guru, kepala sekolah model yang dapat
dipakai dalam pembelajaran IPA sehingga pembelajaran yang
dilakukan disekolah menjadi lebih baik dan lebih dan lebih bermakna
serta dapat meninngkatkan hasil belajar siswa.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Group Investigatoin
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain model
diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesunggunya. Uraian
selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukan pengertian pertama
sebagai kerangka konseptual. Joyce & Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain
(Rusman,2014: 133). Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud
dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas ;pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

2. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation


Model pembelajaran Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan
dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan
pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif Group
Investigation adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan
unit materi (pokok bahasan) yang diajarkan, dan kemudian membuat atau
menghasilkan laporan kelompok.
Teknik Group Investigation sangat cocok untuk bidang kajian yang
memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi menurut Slavin (Rusman, 2014:
221), yang mengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi

5
dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karenanya, kesuksesan
implementasi teknik kooperatif Group Investigation sangat tergantung dari
pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-
tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota
kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya
sekadar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat
faktual (apa, siapa, di mana, atau sejenisnya).
Di dalam implementasinya model group investigation, setiap kelompok
presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain,
ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian
kelompok.
Dengan demikian penerapan model group investigation dapat membuat
pembelajaran yang dilakukan siswa lebih aktif dan lebih baik lagi karena setiap
kelompok bukan saja memperhatikan apa yang menjadi tugas mereka tetapi juga
memperhatikan kelompok lain saat mempersentasikan hasil mereka.
Berdasakan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan pembelajaran Goup
Investigation merupakan pembelajaran menggunakan teknik kooperatif dimana
siswa dibentuk kelompok dalam mencari, menyelidiki dan menemukan konsep
dari materi yang dipelajari. Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran
investigasi kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran Group Invstigation adalah :
a. Siswa menjadi lebih aktif.
b. Diskusi menjadi lebih aktif.
c. Tugas guru menjadi lebih ringan.
d. Siswa yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat
mendorongsemangat belajar siswa.
e. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak
mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain
Kekurangan model pembelajaran Group Invstigation adalah:.
a. Membutuhkan waktu yang lama.
b. Siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.

6
c.Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil
temuannya kepada temannya.
Dengan beberapa kelebihan dan kelemahannya model investigasi
kelompok merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
dijadikan sebagai alternative dalam pembelajaran.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Group Investigation
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran Group Investigation
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu
kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif berisi penemuan
e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara ketua menyampaikan
hasil pembahasan kelompok.
f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi
kesimpulan.
g. Evaluasi
h. Penutup.

7
B. Hakikat Pembelajaran IPA di SD
1. Pengertian IPA
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu
siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam
Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
1. Tujuan IPA di SD
a. Tujuan
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.

8
b. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
e. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
f. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
g. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
h. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

C. Belajar Dan Hasil Belajar


Proses belajar mengajar (Pembelajaran) adalah upaya secara sistematis
yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran secara efektif dan
evisien efektif yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kemampuan mengelolah pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru agar
terwujud kompetensi profesionalnya. Konsekuensinya, guru harus memiliki
pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.
Belajar menurut teori behavioristic diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara
stimulus dan respon. Menurut teori behavioristic, inti belajar adalah kemampuan
seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang dating kepada dirinya.
Belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses untuk
membangun persepsi seseorang dari sebuah objek yang dilihat. Oleh sebab itu,
belajar menurut teori ini adalah lebih mementingkan proses dari pada hasil.

9
Adapun menurut pandangan teori konstruktivisme belajar adalah upaya
untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami
siswa, oleh sebab itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses
untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa .
Sedangkan mengajar adalah kemampuan mengondisikan situasi yang
dapat dijadikan proses belajar bagi siswa. Oleh sebab itu, mengajar tidak harus
terikat ruang/tempat atau waktu. Inti mengajar adalah kemampuan guru
mendesain situasi dan kondisi yang dapat mendukung praktik mengajar siswa
secara utuh,tepat, dan baik.
Maka dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah interaksi antara” keadaan internal dan proses kognitif siswa”
dengan “stimulus dari lingkungan”.
Dari setiap kegiatan belajar mengajar pasti akan berakhir dengan hasil
belajar, hasil belajar menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar,
hal inilah yang menjadikan hasil belajar sangat penting dan berguna baik bagi
siswa maupun bagi guru itu sendiri. Menurut Poerwodarminto dalam Paizaluddin
dan Ermalinda (2013:211) “ hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah
siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu”. Hasil pengajaran dapat
dikatakan berhasil apabila pengajaran itu mencapai tujuan.

Menurut Juliah dalam (Jihad 2008:15) “Hasil belajar adalah segala


sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
dilakukannya”.

Hamalik Oemar (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Terdapat dua faktor
yang mempengaruhi hasil belajar antara lain; faktor individu, yang meliputi
kematangan, pertumbuhan dan kecerdasan. Faktor sosial, seperti keluarga, guru
dan cara mengajar, alat bantu pembelajaran, lingkungan dan kesempatan belajar.
Kedua faktor inilah yang sering mempengaruhi hasil belajar siswa.Untuk

10
memahami lebih lanjut tentang hasil belajar, berikut terdapat beberapa pengertian
tentang hasil belajar, dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli.

Kunandar (2007:251) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah


kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman
belajar dalam suatu kompetensi dasar. Biasa juga disebut nilai yang diperoleh
siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam selang waktu tertentu. Dimyati
dan Mudjiono (2006:3-4) mengemukakan, hasil belajar merupakan hasil suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Untuk dapat
menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran, perlu dilakukan
suatu usaha atau tindak penilaian.

Hasil belajar sering disamakan dengan prestasi belajar siswa. Dalam


rumusan sistem pendidikan nasional, baik tujuan kurikuler maupun instruksional,
hasil belajar dibagi kedalam tiga ranah yaitu; kognitif, afektif dan psikomotor.
Oleh karena itu peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan
dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai
dasar dan acuan penilaian.

Dari pendapat ahli di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah sebagai nilai yang diperoleh siswa dari hasil pengetahuan,
keterampilan dan sikap setelah mengikuti proses belajar mengajar untuk selang
waktu tertentu misalnya satu semester.

11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Secara
lebih luas penelitian tindakan kelas diartikan sebagai penelitian yang berorientasi
pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan
masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan
lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi
dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart (Trianto, 2011: 14).
Metode pnelitian tindakan kelas yang digunakan mengacu pada desain
dari Kemmis dan Mc Taggart yang berupa siklus, dimana tiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu : tahap perencanaan, tahap tindakan, observasi, dan refleksi.
Alur penelitian tindakan kelas dapat diliat pada gamba di bawah ini :

ALUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Indentifikasi Masalah

Perencanaan

Siklus I
Tindakan

Refleksi

Observasi

Perencanaan

12
Siklus II
Refleksi

Observasi

Tindakan

Siklus penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart


(Zainal Aqib, 2006:31)

B. Deskripsi Pensiklus
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SD Inpres
Lansot. Pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus, yang mengikuti alur
sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
Untuk menyusun rencana tindakan pada siklus kesatu kegiatan-
kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah ;
a. Menyusun rancangan tindakan pembelajaran berupa persiapan
mengajar
b. Merancang pengorganisasian kelas
c. Melaksanakan diskusi bersama dengan guru untuk menyamakan
persepsi dan memberi penjelasan tentang prosedur tata cara
pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation :

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini, mengikuti langkah-langkah
pembelajaran Group Investigation
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

13
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok itu
beranggotakan 2 sampai 3 orang yang berbentuk heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
Guru menjelaskan maksud dari pembelajaran yang akan dilakukan
kemudian memberikan tugas pada setiap kelompok.
c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu
kelompok mendapat tugas satu materi atau tugas yang berbeda dari
kelompok lain.
Guru memanggil masing-masing ketua kelompok kemudian
memberikan tugas pada masing-masing kelompok. Masing-masing
kelompok mendapat tugas yang berbeda pula.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif berisi penemuan.
Masing –masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
berkelompok dan menemukan jawaban atas materi yang telah dibahas
e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil
pembahasan kelompok.
Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok, setiap kelompok menunjuk
juru bicara untuk menyampaikan hasil diskusi atau hasil pembahasan
dari setiap kelompok
f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
Setelah selesai mendengarkan jawaban dari semua kelompok guru
menjelaskan kembali materi dengan singkat dan kemudian membuat
kesimpulan
g. Evaluasi
Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai penilaian keberhasilan
siswa
h. Penutup
Guru menutup pelajaran dengan memberikan penguatan dan motivasi
kepada siswa

14
3. Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan dengan pelaksanaan tindakan, yakni dimana
guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Group
Investigation untuk itu pengamatan ini dilakukan di dalam kelas tempat
proses pembelajaran berlangsung sehingga harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya agar data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
4. Refleksi
Dalam penelitian refleksi dilaksanakan dengan cara mendiskusikan
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal –hal yang didiskusikan
adalah kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan pembelajaran,
kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dan kemajuan yang
dicapai oleh siswa. Serta rencana pembelajaran pada siklus kedua, apabila
belum berhasil pada siklus kedua, apabila belum berhasil pada siklus
pertama.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini pada siswa kelas IV SD Inpres Lansot, dengan
jumlah siswa 9 orang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 5 orang perempuan

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik sebagai berikut :
- Observasi
- Tes formatif
Dalam kegiatan obervasi atau pengamatan, peneliti melakukan
pengamatan terhadap keseluruhan pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar, kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun yang dilakukan oleh
siswa. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang objektif
dalam mengumpulkan data. Dengan demikian terjamin objektifitas hasil

15
pengamatan yang telah disusun berdasarkan indikator-indikator penelitian
yang harus diamati selama pelaksanaan kegiatan penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menterjemakan jenis data dari hasil
obervasi menjadi data kualitatif dalam bentuk deskriprif yaitu dihitung
dengan presentase skor perolehan siswa, baik hasil belajar siswa, aktivitas
siswa selama pelaksanaan KBM, aktivitas guru melalui penggunaan model
pembelajaran Group Investigation. Analisis data adalah suatu strategi
untuk mengetahui data yang telah ditentukan kemudian ditarik kesimpulan
sebagai hasil akhir dengan menggunakan rumus :

𝑇
𝐾𝐵 = 𝑥 100 %
𝑇𝑡
Ket :
KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total
Trianto (2009 : 241 )9

16
DAFTAR PUSTAKA
Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Aqib Zainal. 2013. Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual.


Bandung : Yarma Widya

Aqib Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yarma Widya.

Depdikbut. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20. Sisdiknas. Jakarta : Depdiknas

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

https://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan dan - mata - pelajaran-ilmu-


pengetahuan-alam-sdmi/.

Ibrahim. 2003. Maajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta : PT Bumi


Aksara

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin : Aswaja


Presindo

Sudarwan. 2011. Pengantar Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Supriadi. 2011. Profesi Pendidikan. Yogyakarta. : LaksBang PRESSindo

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers

Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi


Pustakaraya

17
https://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan dan - mata - pelajaran-ilmu-
pengetahuan-alam-sdmi/.

18

Anda mungkin juga menyukai