Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah

kurikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar.

Menurut Sudjana (2005) guru menempati kedudukan sentral, sebab

peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu menterjemahkan dan

menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian

mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses

pengajaran di sekolah.

Sementara itu, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

pemerintah bersama kalangan yang bergerak di bidang pendidikan secara

bersama-sama terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui

pengembangan dan perbaikan terhadap kurikulum dan sistem evaulasi,

perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi bahan

ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Walaupun

demikian, pada kenyataannya upaya tersebut belum cukup berarti dalam

meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu indikator kekurang-berhasilan

ini ditunjukkan antara lain dengan nilai raport siswa untuk berbagai mata

pelajaran tidak memperlihatkan kenaikan yang signifikan.

Menurut Munir (dalam Risnani, 2003) berdasarkan beberapa

pengamatan, dijumpai adanya beberapa hal yang menyebabkan siswa kurang

1
termotivasi untuk belajar yaitu: (1) sistem pengajaran yang monoton; (2) tidak

muncul variasi pengajaran; (3) tidak adanya sikap kompetisi sesama siswa;

(4) belum cukup alat peraga; (5) kurang adanya praktik di lapangan; (6) tidak

banyak tantangan; (7) siswa belajar soal bukan belajar ilmu.

Proses pembelajaran sebaiknya disajikan dengan menggunakan

filosofi konstruktivisme. Menurut filosofi ini siswa harus bertanggung jawab

atas pembelajarannya sendiri. Siswa bukanlah penerima pasif informasi yang

disampaikan guru, melainkan harus secara aktif terlibat dalam proses

pembelajarannya dan secara aktif menyusun pengetahuannya. Meskipun

setiap siswa menyusun pengertiannya sendiri, hal ini tidak berarti masing-

masing berlangsung dalam kesendiran, malahan sangat dianjurkan agar

pembelajaran dilaksanakan secara kooperatif. Pembelajaran konstruktivistik

menekankan pada proses sampai ke suatu jawaban, tidak sekedar meminta

siswa mengulang kembali jawaban yang ‘benar’. Oleh karena itu, guru dalam

pembelajaran konstrukvistik perlu memainkan peran yang bermacam-macam

yang secara umum berfungsi sebagai fasilitator dalam penyusunan

pengetahuan siswa. Salah satu aspek yang harus diusahakan guru adalah

bagaimana membuat siswa menikmati suasana belajarnya, sehingga siswa

belajar dengan gembira. Dengan pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat

berlatih berpikir tingkat tinggi untuk mengembangkan penalarannya dengan

cara mengkaitkan data baru ke dalam struktur pengetahuan yang sudah ada

dalam pikirannya. Salah satu pelaksanaan pembelajaran konstruktivistik

adalah perlunya cukup waktu untuk memberi siswa kesempatan berpikir.

2
Untuk mengatasi hal ini siswa perlu disiapkan belajar di rumah sebelum

kegiatan tatap muka di kelas.

Pembaharuan dalam proses pendidikan umumnya dititikberatkan pada

metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting tetapi karena mengajar

itu bermaksud untuk menimbulkan efek belajar pada diri siswa. Seperti

diketahui bersama bahwa tugas utama guru sebenarnya bukanlah memberikan

pengetahuan, tetapi menyiapkan situasi yang menggiring anak bertanya,

mengamati, bereksperimen, menemukan fakta dan konsep sendiri (Semiawan,

1984). Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang sangat

berpengaruh dalam belajar mengajar adalah guru, karena itu harus betul-betul

membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Tugas utama guru

adalah untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar ini

diimplementasikan metode mengajar yang digunakan oleh guru.

Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah mudah, ini

dibutuhkan kepandaian guru dalam mengelola kelas, oleh karena itu perlu

dicari alternatif metode lain yang dapat melibatkan siswa untuk berpartisipasi

selama proses belajar mengajar salah satu metode tersebut adalah metode

tanya jawab.

Menurut Roestiyah (1986) metode tanya jawab adalah suatu cara

mengajar dimana guru dan murid aktif bersama, guru bertanya murid mencari

jawaban, murid mengemukakan ide baru. Dalam proses belajar mengajar,

tujuan pertanyaan yang digunakan guru adalah agar siswa belajar, artinya

memperoleh pengetahuan (informasi) dan meningkatkan kemampuan berpikir

3
(Hasibuan, 1988). Tujuan ini dapat tercapai jika pertanyaan yang digunakan

guru baik dan menggunakan teknik bertanya yang baik.

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1986) ciri-ciri pertanyaan yang

baik adalah pertanyaan yang bisa menstimulus anak untuk berpikir,

pertanyaan yang singkat, pertanyaan yang jangan meminta jawaban “ya” atau

“tidak”, pertanyaan yang menimbulkan jawaban yang agak panjang,

pertanyaan yang mempunyai tujuan tertentu. Adapun tehnik mengajukan

pertanyaan yang baik adalah pertanyaan diajukan kepada seluruh kelas dan

kemudian baru menunjuk salah satu anak untuk menjawab, bila seorang anak

tak sanggup menjawab maka berikanlah giliran pada anak yang lain.

Pada metode tanya jawab siswa aktif berpartisipasi pada

pembelajarannya dan tidak sebagai penerima kehendak guru, karena siswa

dapat belajar lebih banyak seorang guru tidak banyak mengajar mereka. Pada

metode tanya jawab ini menuntut siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran. Guru disini merangsang siswa menemukan fakta, konsep atau

prinsip bagi siswa dan menjadi katalisator.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,

sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan

dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Depdiknas,

2006).

4
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,

terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Proses belajar-mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di SD Negeri 3

Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang masih sangat monoton dan

jauh dari harapan. Berdasarkan pernyataan guru mata pelajaran Pendidikan

Kearganegaraan di Kelas VI SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak

Kabupaten Malang, permasalahan yang sering di hadapi saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung antara lain: 1) masih rendahnya motivasi siswa untuk

belajar Pendidikan Kewarganegaraan, 2) belum ada metode pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat membuat siswa tertarik pada

pembelajaran tersebut, 3) siswa menganggap bahwa Pendidikan

Kewargenagaraan merupakan pelajaran yang tidak penting dan

membosankan, 4) masih rendahnya kemampuan siswa untuk

mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki, (5) sarana dan

prasarana yang kurang mendukung.

Metode pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran Penddikan

Kewarganegaraan di Kelas VI SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak

Kabupaten Malang masih belum membangkitkan siswa untuk belajar. Pada

observasi awal peneliti melihat jalannya proses belajar mengajar di Kelas VI

di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang, jalannya proses

belajar mengajar antara guru dengan siswa tidak sesuai dengan sistem cara

5
belajar siswa aktif, dimana guru sebagai fasilitator sedangkan siswa aktif

sendiri untuk menemukan permasalahan-permasalahan dan siswa juga

diharapkan mampu menemukan jawaban-jawaban yang jadi pokok masalah.

Lemahnya kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Pendidikan Kewarganegaraan tersebut di atas, disebabkan penggunaan

strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar relatif

belum optimal. Pada penggunaan strategi tersebut, strategi tanya jawab belum

terlaksana secara optimal. Di sisi lain, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

guru cenderung pertanyaan literal atau tingkat pertanyaan dengan kognisi

rendah dan cenderung bersifat spontan tanpa perencanaan yang matang.

Misalnya, ada kecenderungan bahwa guru yang mengajar Pendidikan

Kewarganegaraan hanya menugasi siswa menjawab pertanyaan yang ada pada

teks saja.

Mengingat pentingnya untuk mengatasi dan mencari jalan keluar yang

positif bagi peningkatan penguasaan siswa, maka perlu diterapkan metode

yang dapat membuat siswa aktif dan prestasi belajarnya meningkat secara

signifikan. Oleh karena itu dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

metode Tanya jawab mandiri.

Metode yang dapat melibatkan siswa aktif dalam proses belajar

mengajar, salah satunya adalah metode tanya jawab. Dalam menerapkan

metode tanya jawab ini guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena

dengan menerapkan keterampilan ini maka guru dapat mengembangkan Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) (Hasibuan, 1988).

6
Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar yang dapat

memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya

selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

dan siswa menjawab. Pertanyaan-pertanyaan itu tentang isi pelajaran yang

sedang diterangkan guru. Dalam metode tanya jawab itu, pada umumnya guru

menanyakan tentang fakta tertentu tu tentang proses pemikiran yang dialami

oleh siswa. Adapun memberikan metode tanya jawab, yaitu:

a. Tanya jawab menyebabkan siswa lebih aktif dibandingkan metode

ceramah atau yang lainnya.

b. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa akan dapat menemukan jawaban yang baik.

c. Memutuskan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas

d. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang

sedang dibicarakan

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan hal-hal yang

belum jelas atau belum dimengerti, sehingga guru dapat menjelaskannya

kembali.

Kebaikan metode tanya jawab ditunjang pula dengan pendapat

Hasibuan (1988) yang menyatakan dengan mengajukan pertanyaan secara

terencana, siswa diantarkan untuk berpikir kritis, kreatif dan lebih terlatih

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Menurut guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, siswa di

SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang tergolong ke

dalam siswa yang pasif, hal ini terjadi karena siswa menganggap bahwa

7
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang sulit dan

membosankan, untuk itu guru dituntut untuk bisa membangkitkan suasana

kelas dalam kegiatan belajar mengajarnya. Berdasarkan permasalahan di atas,

peneliti melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode

Tanya Jawab Mandiri dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas VI SD

Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang”.

A. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan

masalah yang perlu dipecahkan melalui tindakan kelas adalah mencakup hal-

hal sebagai berikut:

a. Apakah penerapan metode tanya jawab mandiri dapat meningkatkan

minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di

Kelas VI SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang ?

b. Apakah penerapan metode tanya jawab mandiri dapat meningkatkan

kemampuan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar di Kelas VI SD

Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang?

2. Cara Pemecahan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka cara untuk

pemecahan masalah adalah melalui tindakan kelas dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

8
1. Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus

kegiatan yaitu siklus I dan II.

2. Masing- masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu 1) Menyusun

rencana tindakan, 2) Melaksanakan tindakan; 3) Melakukan observasi;

dan 4) Membuat analisis dilanjutkan dengan melakukan refleksi.

3. Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah peneliti

sendiri.

4. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah metode Tanya jawab Mandiri dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan pada siswa Kelas VI di SDN Negeri 3 Sempol

Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.

B. Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus penelitian ini

adalah:

a. Mengetahui apakah penerapan metode tanya jawab dapat meningkatkan

minat siswa belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

di Kelas VI SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang

b. Mengetahui apakah metode tanya jawab mandiri yang digunakan uru

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 3

Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.

9
2. Kemanfaatan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi Pengawas Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

masukan bagi Pengawas Sekolah untuk melakukan pembinaan terhadap

para guru terutama yang ada dalam wilayah binaannya.

b. Bagi guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam

menggunakan metode tanya jawab pada proses belajar mengajar mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga cara mengajar guru

dapat diperbaiki.

c. Bagi siswa, penerapan metode tanya jawab dapat lebih menyenangkan,

mendorong dan mengaktifkan siswa dalam keterampilan bertanya dalam

proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Konstruktivisme sebagai Prinsip Belajar Mengajar

Hal yang penting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam

proses belajar siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Merekalah yang

harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru ataupun

orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Penekanan belajar siswa aktif ini dalam dunia pendidikan, terlebih di

Indonesia, kiranya sangat penting dan perlu dikembangkan. Kreatifitas dan

keaktifan siswa yang membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam

kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis

menganalisis suatu hal karena mereka berpikir dan bukan meniru saja

(Suparno, 1997).

Proses mandiri dalam berpikir perlu dibandu oleh pihak pendidik.

Anggapan lama yang mengatakan bahwa anak itu tidak tahu apa-apa,

sehingga pendidik harus mencecoki dengan macam-macam hal, kiranya tidak

cocok lagi dengan prinsip konstruktivisme. Pengajaran dengan cara

indoktrinasi, sehingga siswa hanya menerima secara pasif tanpa boleh

mengajukan pertanyaan secara kritis, tidak cocok dengan semangat

konstruktivis. Transfer ini pengetahuan yang tidak melibatkan kegiatan dan

penilaian dari siswa, hanya akan menjadikan siswa tidak kreatif dan lebih

11
pasif. Pendidik perlu menyadari bahwa anak, meski kecil, sudah punya satu

pemikiran dalam taraf mereka. Hal ini yang perlu dibantu perkembangannya.

Sistem yang menekankan agar murid mengkonstruksikan sendiri

pengetahuannya, pasti menuntut waktu yang lama dan penanganan berbeda-

beda untuk setiap murdi. Ini yang dapat menjadi hambatan, terlebih bila

berhadapan dengan kurikulum yang sudah baku, yang menuntut agar banyak

bahan yang diselesaikan. Dalam pengertian konstruktivisme, banyaknya

bahan bukan sangat penting karena tekanannya pada siswa mengerti dan

membangun sistem berpikirnya sendiri. Sistem berpikir inilah yang nantinya

harus dikembangkan sendiri dalam hidup mereka. Menurut pengalaman,

banyak bahan pada akhirnya akan dilupakan. Kalau seseorang ingin

mengetahui bahan tersebut nantinya, ia dapat melihatnya di perpustakaan atau

bertanya (Suparno, 1997).

Kendala lain dalam pelaksanaan konstruktivisme adalah bahwa situasi

dan kondisi setiap sekolah tidak sama. Ada beberapa sekolah yang tidak

mempunyai macam-macam sarana yang dapat membantu keaktifan dan

kreatifitas murid. Dalam situasi seperti ini, menurut Suparno (1997) kita tidak

perlu menjadi idealis untuk melaksanakan prinsip ini secara ketat. Lebih baik

dalam situasi itu mencoba beberapa hal yang dapat dikerjakan. Dalam situasi

yang konkret, kita perlu memilih hal-hal yang dapat dilakukan dalam

memupuk siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.

Untuk itu, perlu disadari bahwa sistem pengajaran yang lama

mempunyai kelemahannya sendiri. Justru dalam semangat konstruktivis, kita

akan tetap menggunakan sistem yang ada, sejauh itu membantu murid lebih

12
aktif mengembangkan pengetahuan mereka. Kadang dalam situasi tertentu,

hanya diminta bahwa sistem lama ditambahi atau dimodifikasi dengan

beberapa prisnp baru yang menekankan siswa aktif membentuk pengetahuan

mereka. Misalnya, daripada terus berceramah yang kadang membuat siswa

mengantuk dan bosan, lebih baik diberi waktu bagi siswa untuk

mengekspresikan gagasan, mengerjakan keaktifan, meneliti, merumuskan

kesimpulan, dan berdiskusi.

Menurut Suparno (1997) yang kiranya perlu dikembangkan dalam

sistem mengajar kita, adalah semakin dikembangkannya kesempatan bagi

siswa untuk mengekspresikan apa yang mereka ketahui dan yang tidak

mereka ketahui. Dengan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya tersebut,

siswa akan dibantu untuk lebih berpikir dan merefleksikan pengetahuan

mereka. Diskusi kelompok, debat, menulis paper, membuat laporan penelitian

di majalah, berdiskusi dengan para ahli, meneliti di lapangan,

mengungkapkan pernyataan dan juga sanggahan terhadap yang diungkapkan

oleh guru, dan lain-lain. Semua ini data menantang siswa untuk berpikir dan

membangun pengetahuan mereka.

Menurut Susilo (2001) pelaksanaan pembelajaran konstruktivistik

dapat dikelompokkan menjadi empat aspek sebagai berikut:

a. Perencanaan kegiatan

1) Mencoba menggali dan menggunakan pertanyaan serta ide-ide siswa

untuk mengarahkan pelajaran dan unit-unit pembelajaran seluruhnya.

2) Menerima dan menggalakkan siswa untuk memulai menyampaikan

ide-idenya atau gagasan-gagasannya dalam kegiatan belajar mengajar.

13
3) Menggalang kepemimpinan oleh siswa, kerjasama antar siswa,

pencarian sumber informasi dan pengambilan tindakan nyata sebagai

hasil proses pembelajaran

b. Strategi dalam kelas

1) Menggunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk

mengarahkan pembelajaran (hal ini seringkali berarti mengubah

rencana pembelajaran yang telah disiapkan guru).

2) Menggalakkan pemanfaatan sumber-sumber informasi alternatif

berupa materi tertulis dan “pakar” selain buku teks, dan

3) Menggunakan pertanyaan terbuka

c. Kegiatan siswa

1) Menggalakkan siswa untuk mengelaborasi pertanyaan dan jawaban

mereka dalam membahas suatu tema masalah dalam kegiatan belajar

mengajar.

2) Menggalakkan siswa untuk menyarankan sebab-sebab dari suatu

peristiwa dan situasi

3) Menggalakkan siswa untuk memprediksi konsekuensi

4) Menggalakkan siswa untuk menguji ide mereka sendiri, misalnya

menjawab pertanyaan mereka, membuat dugaan-dugaan mengenai

penyebab, dan membuat prediksi-prediksi mengenai konsekuensi

d. Teknik mengajar

1) Mencari ide-ide dari siswa sebelum menyebutkan ide-ide guru atau

sebelum mempelajari ide-ide yang diperoleh dari buku teks atau

sumber-sumber lain.

14
2) Menggalakkan siswa untuk saling membandingkan dan mendebat ide

dan konsep teman-temannya

3) Menggunakan strategi pembelajaran kooperatif yang menekankan

kolaborasi, menghormati individualitas, dan penggunaan taktik

pembagian kerja.

4) Menggalakkan pemberian waktu yang cukup untuk melakukan refleksi

dan analisis

5) Menghargai dan menggunakan semua ide yang dikemukakan siswa

6) Menggalakkan analisis pribadi, pengumpulan bukti-bukti nyata untuk

mendukung ide, perumusan kembali ide setelah ada pengalaman dan

bukti baru.

2. Metode Tanya Jawab

Metode yang dapat melibatkan siswa aktif dalam proses belajar

mengajar, salah satunya adalah metode tanya jawab. Dalam menerapkan

metode tanya jawab ini guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena

dengan menerapkan keterampilan ini maka guru dapat mengembangkan Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) (Hasibuan, 1988).

Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar yang dapat

memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya

selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

dan siswa menjawab. Pertanyaan-pertanyaan itu tentang isi pelajaran yang

sedang diterangkan guru. Dalam metode tanya jawab itu, pada umumnya guru

menanyakan tentang fakta tertentu tu tentang proses pemikiran yang dialami

oleh siswa. Adapun memberikan metode tanya jawab, yaitu:

15
f. Tanya jawab menyebabkan siswa lebih aktif dibandingkan metode

ceramah atau yang lainnya.

g. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa akan dapat menemukan jawaban yang baik.

h. Memutuskan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas

i. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang

sedang dibicarakan

j. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan hal-hal yang

belum jelas atau belum dimengerti, sehingga guru dapat menjelaskannya

kembali.

Kebaikan metode tanya jawab ditunjang pula dengan pendapat

Hasibuan (1988) yang menyatakan dengan mengajukan pertanyaan secara

terencana, siswa diantarkan untuk berpikir kritis, kreatif dan lebih terlatih

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

1. Pengertian dan Rasional Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut

Bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-

hari di kantor, dirumah, disekolah, diperjalanan dan dimana saja selalu

terjadi kegiatan tanya jawab ini. Pertanyaan dalam kehidupan sehari-

hari, biasanya bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal

yang belum diketahui penanya. Dalam proses belajar mengajar tujuan

pertanyaan yang diajukan guru ialah agar siswa belajar, yaitu

memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir.

Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat

tanya atau suruhan yang menuntut respon siswa sehingga siswa dapat

16
memperoleh pengetahuan dna meningkatkan kemampuan berpikir,

dimasukkan dalam golongan pertanyaan.

Dalam proses belajar mengajar umumnya guru mengajukan

pertanyaan kepada siswanya. Cara yang ditempuh guru dalam

mengajukan pertanyaan mempunyai pengaruh dalam pencapaian hasil

belajar dan peningkatkan cara berpikir siswa. Cara mengajukan

pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar siswa

merupakan suatu hal yang tidak mudah. Sebab itu seorang guru perlu

berusaha agar memahami dan menguasai keterampilan bertanya sebagai

salah satu keterampilan mengajar (Bolla, John. I & Pah, D. N, 1994).

Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan bertanya

dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya dasar

mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam

mengajukan segala jenis pertanyaan. Sedangkan keterampilan bertanya

lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih

mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa,

memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif

sendiri (Bolla, Jonh. I, & Pah, D.N, 1984). Ada beberapa alasan

mengapa keterampilan bertanya ini sangat perlu dimiliki guru dan calon

guru. Pertama, telah berakarnya kebiasaan mengajar dengan

menggunakan metode ceramah yang cenderung menempatkan guru

sebagai sumber informasi, sedangkan siswa menjadi penerima informasi

yang pasif. Kedua, latar belakang kehidupan anak dalam lingkungan

keluarga dan masyarakat yang kurang bisa mengajukan pertanyaan dan

17
mengeluarkan pendapat. Ketiga, menggalakkan penerapan gagasan

CBSA sekarang ini yang menuntut siswa lebih banyak terlibat secara

mental dalam proses mengajar, seperti bertanya, berusaha menemukan

jawaban-jawaban masalah yang dihadapinya. Keempat, pandangan yang

salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan

hanya dipakai untuk mengevaluasi hasil belajar siswa (Bolla, Jonh. I, &

Pah, D.N. 1984).

Berdasarkan keempat hal tersebut diatas, jelas bahwa

penguasaan keterampilan bertanya bagi seseorang guru dan calon guru

sangat penting. Karena dengan penggunaan keterampilan bertanya yang

efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar diharapkan timbul

perubahan sikap pada guru dan siswa. Perubahan pada guru ialah, dari

banyak memberi informasi menjadi lebih banyak mengundang interaksi.

Pada siswa, dari lebih banyak mendengarkan informasi guru, menjadi

lebih banyak berpartisipasi dalam bentuk bertanya, menjawab dan

mengajukan pendapat (Hasibuan, 1988).

2. Penggunaan Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut

Seorang guru yang mengajukan pertanyaan dengan

menggunakan keterampilan bertanya secara tepat, dapat mengharapkan

tercapainya beberapa tujuan yang merupakan kemungkinan

kemanfaatan dari penggunaan keterampilan bertanya dalam kelas.

Adapun tujuan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa

adalah untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap

suatu pokok bahasan, memusatkan perhatian siswa terhadap suatu

18
pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus

yang menghambat siswa dalam belajar, mengembangkan kolaborasi,

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi informasi,

mendorong siswa mengemukakan pandangan-pandangannya dalam

diskusi, menguji dan mengukur hasil belajar siswa (Hasibuan, 1988).

Menurut Abimanyu (1999) dalam usaha pencapaian tujuan

tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian guru

waktu mengunakan keterampilan bertanya dalam proses belajar

mengajar, baik keterampilan bertanya dasar, dan keterampilan bertanya

lanjut

3. Kehangatan dan Keantusiasan

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar, guru perlu mengunjukkan sikap kehangatan, baik waktu

mengajukan pertanyaan, maupun ketika menerima jawaban siswa.

Dalam hal ini keterampilan memberikan penguatan, baik verbal

maupun non verbal perlu dilaksanakan sbaik-baiknya. Sikap dan gaya

guru, termasuk suara, ekspresi wajah, dan gerakan ataupun posisi

badan, menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan. Suatu

cara lain lagi yang dapat menunjukkan adanya kehangatan dan

keantusiasan guru ialah dengan cara menerima jawaban siswa dan

menggunakan jawaban itu sebagai titik tolak uraian selanjutnya.

4. Kebiasaan-kebiasaan yang Perlu Dihindari

Dalam mengajukan pertanyaan ada beberapa kebiasaan yang

perlu dihindari. Kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud antara lain ialah:

19
a. Mengulang pertanyaan sendiri

Guru yang terbiasa mengulangi pertanyaan sendiri menyebabkan

menurunnya perhatian dan partisipasi siswa. Sering terjadi

sebelum siswa mendapat kesempatan khusus cukup untuk

memikirkan dan memberi jawaban, guru mengulangi pertanyaan

sendiri. Kebiasaan seperti ini akan menyebabkan siswa tidak

memperhatikan pertanyaan guru, karena mengharap pertanyaan itu

akan diulang.

b. Mengulagi jawaban siswa

Setelah bertanya dan siswa menjawab, seorang guru mengulangi

jawaban siswa tersebut. Kadang-kadang kegiatan ini memang dapat

merupakan suatu penguatan terhadap jawaban yang disampaikan

siswa, tetapi apabila mengulangi jawaban siswa ini telah menjadi

kebiasaan guru, akan terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, antara

lain waktu terbuang percuma untuk mengulangi jawaban yang

sebenarnya tidak perlu, sementara itu siswa tidak mendengarkan

dan memperhatikan jawaban temannya. Oleh karena itu,

mengharap guru mengulangi jawaban yang disampaikan oleh siswa

tersebut, sehingga mengurangi kesempatan siswa belajar dari

jawaban siswa lainnya.

c. Pertanyaan yang memancing jawaban serentak

Kadang-kadang guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya

meminta siswa menjawab bersama-sama. Ada beberapa jenis

pertanyaan yang mempunyai sifat demikian. Pertama, pertanyaan

20
yang jawabannya terlalu mudah. Kedua, pertanyaan yang

mempunyai kata-kata pancingan tertentu yang mengundang

jawaban serentak. Pertanyaan yang tidak termasuk kedua jenis

pertanyaan diatas, dapat saja dijawab serentak oleh siswa, jika guru

secara tidak sadar, telah membiasakan siswa menjawab serentak.

Kebiasaan ini perlu dihindari, karena dengan menjawab serentak

guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang benar

menjawab dan siapa yang salah, dan menutup kemungkinan

berinteraksi selanjutnya.

d. Pertanyaan ganda

Kadang-kadang secara sadar atau tidak, guru mengajukan

pertanyaan yang meminta siswa melakukan lebih dari satu tugas.

Pertanyaan ganda ini dapat mematahkan semangat siswa yang

hanya sanggup menyesuaikan satu dari semua tugas itu, dan karena

partisipasi siswa dapat berkurang.

e. Menentukan siswa tertentu untuk menjawab, sebelum mengajukan

pertanyaan

Kebiasaan ini dapat menyebabkan siswa yang tidak ditentukan

untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan, sebab itu

pertanyaan hendaknya ditunjukkan keseluruhan kelas lebih dahulu,

dan setelah menunggu sejenak, barulah ditentukan siswa yang

menjawabnya.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan penelitian

kualitatif. Semua kegiatan proses penelitian ini berlangsung didasarkan pada

paradigma kualitatif, diantaranya yaitu lebih mengutamakan proses dari pada

hasil penelitian itu berupa aneka macam aneka macam cara (observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi).

Penelitian tindakan kelas (PTK) pada hakikatnya merupakan suatu

proses dimana melalui proses ini guru dan siswa menginginkan terjadinya

perbaikan, peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. PTK merupakan suatu

bentuk kajian yang bersifat refleksif oleh pelaku tindakan yang dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang

dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktik-

praktik pembelajaran itu dilakukan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom

action research), karena dari analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan

dilakukan tindakan yang berdasarkan hasil analaisis dan refleksi yang dibuat

sebelumnya. Ciri penelitian tindakan kelas ini adalah digunakannya prosedur

kerja siklus dalam suatu penelitian yang terdiri dari 4 tahap, yaitu:

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

22
Gambar 3.1. Alur Kerja PTK
Sumber: Soedarsono, 2001

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak

Kabupaten Malang. Subjek yang dijadikan penelitian adalah siswa Kelas VI

SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang yang jumlahnya

ada 21 siswa.

C. Peran penelitian

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci

sekaligus pengumpul data. Oleh karena itu, kehadiran peneliti dilapangan

mutlak diperlukan. Penelitian bertindak sebagai pengamat pengajaran,

pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, pelapor hasil

penelitian. Jadi pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat penuh.

Keterlibatan pihak lain hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam

persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru sekiranya layak untuk

diuraikan melalui penelitian kelas. Selain instrumen kunci juga digunakan

instrumen lain yaitu dokumentasi.

23
Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat sekaligus

pelaksana tindakan, dimana peneliti berperan sebagai guru yang menerapkan

metode tanya jawab dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

D. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data tentang minat

belajar dan kemampuan berpikir kritis analitis siswa dengan menggunakan

strategi pembelajaran atau metode tanya jawab yang diterapkan selama

pembelajaran berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari

siswa Kelas VI, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

observer.

Data minat belajar digali dari sumber primer yang merupakan data

empiris berupa perilaku siswa di dalam kelas yang berkaitan dengan

pemberian tindakan selama proses belajar mengajar, yaitu menggunakan hasil

angket tes minat belajar dan observasi minat siswa di dalam kelas ketika

proses belajar mengajar berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui minat

siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan.

Data kemampuan berpikir kritis analitis siswa diperoleh dari tes yang

diberikan setelah dilaksanakannya tindakan serta kemampuan siswa untuk

memenuhi indikator yang ada pada lembar observasi berpikir kritis analitis

ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui perantara

atau pihak lain. Selain itu data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar

presensi siswa.

24
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, tes berpikir kritis analitis siswa, kuesioner, catatan lapangan.

1. Observasi

Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung maksudnya

peneliti melihat dan mengamati sendiri proses belajar mengajar

Pendidikan Kewarganegaraan yang menerapkan metode atau

keterampilan bertanya kemudian mencatat kejadian, jawaban-jawaban

siswa atas pertanyan guru, dan perilaku siswa sebagaimana yang terjadi

pada keadaan yang sebenarnya. Catatan tentang kejadian, jawaban-

jawaban siswa atas pertanyaan guru, dan perilaku siswa selanjutnya

disebut catatan lapangan.

2. Tes Berpikir Kritis Analitis

Tes yang digunakan adalah tes untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam berpikir kritis analitis setelah diberi tindakan.

3. Kuesioner

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui minat siswa terhadap metode

tanya jawab dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kuesioner ini

diberikan dua kali dalam penelitian, yaitu diberikan pada awal atau

sebelum pelaksanaan tindakan serta diberikan pula pada akhir siklus yang

terakhir.

4. Catatan lapangan

Dalam catatan lapangan ini peneliti mencatat semua kegiatan dalam

proses belajar mengajar. Catatan lapangan digunakan untuk menjaring

25
data yang berkaitan dengan situasi kelas atau subjek. Catatan lapangan ini

ditulis oleh observer yang terdiri dari empat orang yang dilatih tentang

cara-cara pengisian catatan lapangan tersebut.

F. Analisis Data

Analisa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data

kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil observasi minat,

hasil angket minat, hasil obsrevasi kemampuan berpikir kritis analitis, dan

hasil tes. Data kualitatif berupa hasil catatan lapangan.

Adapun cara menghitung untuk masing-masing data dijelaskan

sebagai berikut ini:

1. Cara menghitung data hasil observasi minat, hasil observasi kemampuan

berpikir kritis analitis, serta hasil tes dihitung dengan membandingkan

antara skor total dengan skor maksimal.

Skor total
Nilai ketercapaian = Skor maksimal x 100

2. Jawaban angket minat dari siswa dihitung dengan skala likert yang

menggunakan skala 1-4, yaitu sangat setuju (SS)= 4, setuju (S) = 3,

tidak setuju (TS) = 2, dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Untuk

menyesuaikan dengan pernyataan dan pilihan yang ada, maka dalam

penelitian ini digunakan skala 1-4, yaitu sangat benar (SB) = 4, benar

(B) = 3, tidak benar (TB) = 2, dan sangat tidak benar (STb) = 1. Dalam

menjawab angket ini siswa hanya memberikan tanda cheklist () pada

kemungkinan skala yang dipilih atau yang sesuai dengan pilihannya.

26
Cara menghitung data hasil angket minat adalah dengan

membandingkan skor total dengan jumlah siswa.

Skor total
Skor rata-rata = Jumlah siswa

Untuk lebih mempermudah dalam menganalisis data maka dilakukan

beberapa metode yang terdiri dari tiga komponen yang dilakukan secara

berurutan, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data ditunjukkan untuk penyederhanaan data-data yang

terkumpul dari siklus I dan siklus II. Data hasil obsrevasi yang berupa

data minat dan berpikir kritis analitis siswa akan dikumpulkan dan

digabungkan. Kemudian dari data tersebut akan dipilih yang sesuai untuk

dijadikan sebagai sumber data.

2. Display data

Display data merupakan haisl dari proses reduksi data. Display data

berupa ungkapan-ungkapan deskriptif tentang proses pembelajaran dari

hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut yang dilakukan dengan

menggunakan metode tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman

siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terutama pada

materi Menganalisis Penerapan Nilai-Nilai Pancsila dalam Kehidupan

Sehari-hari.

G. Prosedur Kerja dalam Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua

siklus kegiatan yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari

27
empat tahap kegiatan, yaitu 1) Menyusun rencana tindakan; 2) Melaksanakan

tindakan; 3) Melakukan observasi; dan 4) Membuat analisis dilanjutkan

dengan melakukan refleksi. Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan

mengajar adalah peneliti sendiri.

1. Siklus I

a. Menyusun Rencana Tindakan

1) Identifikasi masalah dilakukan setelah dilakukan observasi proses

belajar mengajar yang biasa dilaksanakan guru pada pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Banyak ditemukan kesalahan konsep

ketika guru menerangkan materi. Setelah itu peneliti dan guru

menyusun rencana pembelajaran dengan metode tanya jawab

berdasarkan pokok bahasan yang akan diajarkan tentang

2) Kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan merumuskan tujuan

pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran,

merencanakan alat yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan

diajarkan.

3) Mempersiapkan daftar pengamatan sebagai instrumen untuk

mengumpulkan data tentang minat siswa dalam mengikuti pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan serta menyiapkan instrumen penilaian

terhadap kemampuan berpikir kritis analitis.

4) Menyiapkan angket minat awal yang akan diberikan kepada siswa

sebelum tindakan siklus I dilakukan.

28
5) Memberikan tes diakhir pelajaran yang dimaksud untuk mengetahui

perkembangan berpikir analitis siwa.

b. Pemberian Tindakan

1) Sebelum melakukan tindakan, dilaksanakan penyebaran angket minat

kepada siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak

Kabupaten Malang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui minat awal

siswa sebelum dilakukan tindakan dan nantinya akan dibandingkan

dengan minat akhir yang disebarkan setelah tindakan siklus II

berakhir.

2) Saat pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru dengan

dibantu oleh observer sebagai pengamat yang memantau jalannya

proses pembelajaran yang hasilnya berupa rekaman data kegiatan

pembelajaran.

3) Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan metode tanya

jawab untuk meningkatkan minat dengan kemampuan berpikir kritis

analitis siswa, dimana guru menggunakan alat peraga yang

mendukung sesuai dengan materi yang disampaikan, guru kemudian

memberikan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas sehingga siswa

dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas sehingga

siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan alat

peraga yang disediakan.

c. Pelaksanaan Observasi

1) Pada waktu guru mengajar, peneliti dibantu observer yang lain

melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama

29
kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sejauh mana

data tentang minat belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis

analitis jika dibandingkan sebelum dengan sesudah siswa diberi

tindakan.

2) Untuk mengetahui perkembangan minat siswa diberikan angket

minat pada awal kegiatan sebelum melakukan tindakan dan juga

pada lembar jawaban observasi minat yang dibawa oleh para

observer. Untuk mengetahui perkembangan berpikir kritis analitis

siswa dilakukan melalui lembar observasi berpikir kritis analitis dan

hasil tes yang diberikan setiap akhir siklus, dan untuk mengetahui

jalannya proses pembelajaran yang direkam dalam bentuk catatan

lapangan.

d. Penyusunan Analisis dan Refleksi

Dari hasil observasi, dilakukan analisis pada tindakan I, kemudian

dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan data hasil analisis dan refleksi

yang dilakukan bersama-sama ini, perlu dilakukan tindakan selanjutnya.

Berdasarkan data tentang perilaku siswa yang diperoleh dari tindakan I

berupa data jawaban tes siswa, angket minat awal, lembar observasi baik

minat maupun berpikir kritis analitis dan pemantauan proses pembelajaran

dikelas dengan catatan lapangan, maka data tersebut diolah dan dianalisis

serta direfleksi.

2. Siklus II

1. Penyusunan Rencana Tindakan

30
a. Rencana tindakan II disusun berdasarkan dari hasil analisis dan

refleksi selama siklus I. Bila pada siklus I guru menyampaikan materi

dengan metode tanya jawab tanpa memberikan tugas-tugas apapun,

maka pada siklus II guru meminta siswa untuk mempelajari dan

membaca buku pegangan yang digunakan.

b. Menyusun rencana pembelajaran pada siklus II dan sebagai

kelengkapan proses belajar mengajar tersebut adalah membuat atau

menyusun bahan yang akan diajarkan yaitu pada kompetensi dasar 3.1

Menganalisis Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan

Sehari-hari.

c. Mempersiapkan daftar pengamatan sebagai instrumen untuk

mengumpulkan data tentang minat siswa dalam mengikuti pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan serta menyiapkan instrumen penilaian

terhadap kemampuan berpikir kritis analitis.

d. Memberikan tes pada akhir pelajaran untuk mengetahui

perkembangan tingkat berpikir siswa.

2. Pemberian tindakan

a. Tindakan pada siklus ke II ini disusun berdasarkan refleksi dari hasil

tindakan pertama. Hasil analisis data pada siklus I tersebut digunakan

sebagai bahan acuan refleksi untuk menentukan rencana tindakan

tahap ke II dengan mengadakan beberapa perbaikan serta

pengembangan dari rencana tindakan pada tahap pertama.

b. Pada siklus II ini lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa

untuk berekspresi dengan melontarkan ide atau gagasan pada saat

31
diskusi dengan tanya jawab. Pada saat pelaksanaan tindakan ini

didapat hasil rekaman data tentang kegiatan pembelajaran dari

observer.

3. Pelaksaaan observasi

a. Selama proses pembelajaran, akan dilakukan pengamatan yang

seksama terhadap minat siswa dan kemampuan berpikir kritis analitis

selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

metode tanya jawab.

b. Sambil melakukan tindakan dilakukan observasi terhadap jalannya

tindakan untuk mendapatkan data tentang minat siswa dan

kemampuan berpikir kritis analitis. Dengan demikian akan dapat

diketahui sejauh mana perubahan tingkah laku siswa jika

dibandingkan dengan sebelum tindakan dan dapat diketahui apakah

pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana atau mengalami

perubahan pada situasi kegiatan belajar mengajar.

c. Untuk mengetahui perkembangan minat siswa dilakukan pengisian

lembar observasi minat dan untuk mengetahui perkembangan berpikir

kritis analitis siswa dilakukan pengisian melalui lembar observasi dan

hasil dari tes yang diberikan setiap akhir siklus, serta untuk

mengetahui jalannya proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap siswa Kelas VI dilakukan pengamatan

yang direkam dalam bentuk catatan lapangan.

4. Penyusunan Analisis Refleksi

32
Berdasarkan data tentang perilaku siswa yang diperoleh pada

pemberian tindakan yang berupa data jawaban tes siswa, angket minat

awal, lembar observasi baik minat maupun berpikir kritis analitis dan

pemantauan proses pembelajaran di kelas melalui catatan lapangan,

maka data tersebut diolah dan dianalisis. Hasil analisis tersebut

kemudian dimanfaatkan sebagai salah satu masukan untuk melakukan

refleksi dan digunakan sebagai bahan untuk menyusun tindakan

berikutnya.

33
BAB IV

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Dalam pembelajaran siklus I peneliti merencanakan menyajikan

kompetensi dasar menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari. Metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan terhadap siswa Kelas VI di SD Negeri 3 Sempol

Kecamatan Pagak Kabupaten Malang adalah metode tanya jawab mandiri

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, hal-hal yang perlu

dipersiapkan dalam pemberian tindakan I sebagai berikut:

1) Menyusun rencana pembelajaran untuk pertemuan 1 dan 2

2) Menyiapkan peralatan untuk mencatat hasil pengamatan selama proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VI di SD Negeri 3

Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.

3) Menyusun pedoman wawancara untuk wawancara pada akhir siklus.

4) Menyiapkan soal tentang penerapan nilai-nilai Pancasila yang diambil dari

buku paket dan buku penunjang yang relevan sebanyak 10 soal.

b. Pelaksanaan

Proses pembelajaran pada siklus kesatu dilaksanakan peneliti tanggal 13

dan 21 Agustus 2017 dengan perincian sebagai berikut:

34
Tahap 1: 14 Agustus 2017 jam ke 1 dan 2: menjelaskan dan diskusi tentang nilai-

nilai Pancasila sila ke-1 dan ke-2 serta penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Tahap 2: 21 Agustus 2017 jam ke 1 dan 2: tanya jawab menganalisis penerapan

nilai-nilai Pancasila sila ke-1 dan ke-2

Prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut. Setelah tanda

bel masuk berbunyi, peneliti berada di depan kelas dan mengucapkan salam serta

menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa. Menciptakan kondisi awal

pembelajaran dengan cara mengecek kehadiran siswa, menciptakan kesiapan

belajar siswa, dan menciptakan suasana belajar yang demokrasi. Melaksanakan

apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang nilai-nilai

Pancasila. Memberi komentar terhadap jawaban siswa serta membangkitkan

motivasi dan perhatian siswa. Setelah itu menghubungkan materi pembelajaran

yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dibahas. Memberitahukan

judul materi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari serta ditulis di papan

tulis. Peneliti menyampaikan kegiatan belajar yang ditempuh siswa. Menyajikan

materi pelajaran nilai-nilai Pancasila secara ceramah dan diskusi kolaboratif.

Siswa berdiskusi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan bertanya

tentang hal-hal yang belum dimengerti. Peneliti sebagai guru menjadi fasilitator

dari diskusi siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kembali. Siswa dengan bimbingan

guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Menjawab pertanyaan

materi pembelajaran yang telah dipelajari secara lisan sebanyak 5 soal sebagai

latihan.

35
Pada akhir siklus kesatu (Tahap 2), siswa mengerjakan tes dengan

kompetensi dasar menganalisis nilai-nilai Pancasila dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari sebanyak 10 soal yang diambil dari buku paket dan buku

penunjang yang relevan. Tes tersebut diberikan dengan tujuan untuk mendapatkan

data prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Lembar tes

siswa dikumpulkan untuk dikoreksi dan diberi nilai, kemudian dikembalikan agar

siswa mengetahui kesalahannya. Mengadakan wawancara dengan siswa Kelas VI

di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang untuk mencari

informasi tentang kesulitan belajar yang dihadapi dan komentar terhadap proses

pembelajaran yang diterapkan peneliti.

c. Pengamatan

Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan hasil belajar siswa

sehubungan dengan tindakan yang diberikan. Data prestasi belajar siswa diperoleh

dari hasil belajar yang berupa nilai tes atau ulangan.

Dari pemberian tes didapatkan data nilai sebagai berikut:

Tabel 4.1 : Data Nilai Tes Siklus 1

No Nama Nilai Ketuntasan Belajar Kualifikasi


1 ADI ROHMAN 6 Belum Kurang
2 AKHMAD FEBRI
6 Belum Kurang
ANSYAH
3 AMA TULLAH
MUFIDAH 8 Tuntas Cukup
APRILIAN
4 ANDIKA
6 Belum Kurang
SAPUTRA
5 DEA SULISTIO
ANGGUN 6 Belum Kurang
PRATIWI
6 DIRGA MARGA
8 Tuntas Cukup
SAPUTRA

36
7 ERISKA MAWAR
4 Belum Gagal
SARI
8 FANI FLORAIN 7 Belum Kurang
9 FEBI PUTRI
7 Belum Kurang
RAHMADHANI
10 GIOVANA
7 Belum Kurang
ADERITUS
11 INDAH MONIKA
8 Tuntas Cukup
SARI
12 LALITHA
INDRASWARI 8 Tuntas Cukup
DEVI
13 LINDA SUSANTI 8 Tuntas Cukup
14 NIKATUS
7 Belum Kurang
PITASARI
15 PUGO WAHYUDI 7 Belum Kurang
16 RISKI ARDANI 8 Tuntas Cukup
17 SAPUTRI ADINDA
10 Tuntas Memuaskan
PANGESTI
18 SEPTIAN SILFI
8 Tuntas Cukup
ADE ANGGRENI
19 SUGENG ADI
8 Tuntas Cukup
LESMANA
20 WAHYU HADI
8 Tuntas Cukup
SUMANTORO
21 YUSUF TRI
5 Belum Kurang
MUKTI
Jumlah 150
Rata-rata 7,14 Belum Cukup
Sumber: data diolah dari lapangan.

Dari tabel 4.1. dapat diketahui nilai rata-rata tes yang dicapai siswa adalah

7,14 dan kualifikasi penguasaan cukup. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa

sebagai berikut: siswa yang mengikuti tes sebanyak 21 siswa, siswa yang tuntas

belajar sebanyak 10 siswa, siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa.

Persentase banyak siswa yang tuntas belajar adalah 47,82%. Persentase banyak

siswa yang belum tuntas belajar adalah 52,17%.

Dari data nilai tes Siklus 1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang

dilaksanakan kurang berhasil karena persentase siswa yang tuntas belajar adalah

37
47,82% atau kurang 75%. Siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 11 siswa dan

perlu adanya program perbaikan untuk membantu kesulitan belajar. Nama siswa

yang mengikuti program perbaikan adalah nomer absen 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 14,

15, 21.

d. Refleksi

Berdasarkan temuan penelitian setelah diberi tindakan I, proses

pembelajaran yang dilaksanakan kurang berhasil karena persentase ketuntasan

belajar siswa adalah 47,37% atau kurang dari 75%. Peneliti berusaha mencari

penyebab kekurangberhasilan dengan memperhatikan temuan-temuan di kelas.

Siswa masih belum bisa membedakan nilai-nilai masing-masing sila Pancasila

dalam menyelesaikan soal tes. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

soal tentang penerapan nilai-nilai Pancasila. Siswa masih rancu membedakan nila-

nilai sila Pancasila.

Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tes karena waktu proses

pembelajaran kurang memahami, kurang teliti dan tidak diberi tugas. Metode

mengajar yang diterapkan peneliti kurang efektif. Oleh karena itu untuk

melaksanakan tindakan selanjutnya, peneliti akan menerapkan metode tanya

jawab mandiri dalam bentuk cerdas cermat agar prestasi belajar siswa meningkat.

Mengadakan wawancara dengan siswa untuk menggali informasi tentang

kesulitan belajar yang dihadapi dan komentar terhadap proses pembelajaran yang

diterapkan peneliti.

2. Siklus II

a. Perencanaan

38
Dari hasil refleksi pada siklus kesatu, proses pembelajaran yang dilakukan

kurang berhasil. Siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal tes. Prestasi

belajar siswa masih kurang memuaskan (kurang dari 75%). Nilai rata-rata tes

adalah 7,17.

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, hal-hal yang perlu

dipersiapkan dalam pemberian tindakan II sebagai berikut.

a. Menyusun rencana pembelajaran mata pelajaran Pendidikan

Kewaraganegaraan untuk pertemuan 1 dan 2.

b. Menyiapkan peralatan untuk mencatat hasil pengamatan selama proses

pembelajaran.

c. Menyusun pedoman wawancara untuk wawancara pada akhir siklus.

d. Menyiapkan soal-soal latihan dan tugas rumah (PR) tentang penerapan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

e. Menyiapkan soal-soal tes kompetensi dalam bentu cerdas cermat tentang nilai-

nilai Pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang diambil

dari buku paket dan buku penunjang yang relevan sebanyak 20 soal.

Pada siklus kedua, peneliti merencanakan menyajikan materi pembelajaran

dengan pokok bahasan yang sama dengan siklus kesatu. Peneliti menerapkan

metode tanya jawab mandiri disamping menerapkan metode ceramah. Diterapkan

metode tanya jawab mandiri dalam proses pembelajaran untuk mengetahui

keefektifan metode tersebut dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tugas

yang dilakukan siswa meliputi tugas di kelas dan di rumah dengan menyelesaikan

soal-soal latihan baik secara individu, kelompok, dan klasikal.

b. Pelaksanaan

39
Pada pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan peneliti pada tanggal 4

September 2017, dan 11 September 2017 dengan perincian sebagai berikut.

Tahap 3: 4 September 2017 jam ke 1 dan 2, menyajikan pokok bahasan

menjelaskan nilai-nilai Pancasila sila ke-3 dan ke-4 serta penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Tahap 4: 11 September 2017 jam ke 1 dan 2, menyajikan tanya jawab mandiri

dalam bentu cerdas cermat tentang penerapan nilai-nilai Pancasila.

Prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut. Setelah tanda

bel masuk berbunyi, peneliti berada di depan kelas dan mengucapkan salam serta

menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa. Menciptakan kondisi awal

pembelajaran dengan cara mengecek kehadiran siswa, menciptakan kesiapan

belajar siswa, dan menciptakan suasana belajar yang demokrasi. Melaksanakan

apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang nilai-nilai

Pancasila. Memberi komentar terhadap jawaban siswa serta membangkitkan

motivasi dan perhatian siswa. Setelah itu menghubungkan materi pembelajaran

yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dibahas. Memberitahukan

judul materi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari serta ditulis di papan

tulis. Peneliti menyampaikan kegiatan belajar yang ditempuh siswa. Menyajikan

materi pelajaran nilai-nilai Pancasila sila ke-4 dan ke-5 secara ceramah dan

diskusi kolaboratif. Siswa berdiskusi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dan bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Peneliti sebagai

guru menjadi fasilitator dari diskusi siswa serta memberi kesempatan kepada

siswa untuk bertanya, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kembali. Siswa

dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

40
Menjawab pertanyaan materi pembelajaran yang telah dipelajari secara lisan

sebanyak 5 soal sebagai latihan.

Pada akhir siklus kedua (Tahap 2), siswa diajak tanya jawab mandiri

tentang analisis nilai-nilai Pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari sebanyak 20 soal yang dalam bentuk cerdas cermat. Tes tersebut diberikan

dengan tujuan untuk mendapatkan data motivasi dan daya serap belajar siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran. Berikutnya siswa mengerjakan tes dengan

kompetensi dasar menganalisis nilai-nilai Pancasila dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari sebanyak 10 soal untuk mengujur data hasil belajar siswa.

Lembar tes siswa dikumpulkan untuk dikoreksi dan diberi nilai, kemudian

dikembalikan agar siswa mengetahui kesalahannya. Mengadakan wawancara

dengan siswa Kelas VI di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten

Malang untuk mencari informasi tentang kesulitan belajar yang dihadapi dan

komentar terhadap proses pembelajaran yang diterapkan peneliti.

c. Pengamatan

Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan hasil belajar siswa

sehubungan dengan tindakan yang diberikan oleh guru. Data prestasi belajar siswa

diperoleh dari hasil belajar yang berupa nilai rata-rata tugas dan nilai tes.

Dari pemberian tes didapatkan data nilai sebagai berikut:

Tabel 4.2. Data Nilai Tes Siklus II

Nilai Ketuntasa
No Nama Rata-rata n Belajar Kualifikasi
Tes (Tes)
Tugas

1 Arie Sandy 7,5 7,5 Tuntas Cukup

41
Bagus
2 6,8 6 Belum Kurang
Endar

3 Iqbal Alan 8 8 Tuntas Cukup

4 Mita Ariska 8 8 Tuntas Cukup

Riki
5 8 8 Tuntas Cukup
Andrian

6 Yopan. F 8,3 9 Tuntas Baik

7 Barit 8,3 9 Tuntas Baik


8 David 6,2 7.5 Tuntas Cukup
9 Dewi. L 8,3 9 Tuntas Baik

10 Devi Nur. S 8,3 6 Belum Kurang

11 Dwi Aprilia 8,3 9 Tuntas Baik


12 Fauzia. R 8,5 8 Tuntas Cukup
13 Ikhwatul 7,5 7.5 Tuntas Cukup
14 Lafi Bustoni 7,3 7.5 Tuntas Cukup

15 M. Afis 9,1 10 Tuntas Memuaskan

16 Adi Widodo 7,5 9 Tuntas Baik

17 Arwani 9,1 10 Tuntas Memuaskan

18 Nuzron 8,8 9 Tuntas Baik


19 Nevi Regita 7,8 9 Tuntas Baik

20 Nuriyah 8,4 9.5 Tuntas Memuaskan


Putri
21 7,5 6 Belum Kurang
Najemah
Jumlah 167,5 140,5
Rata-rata 7,98 8,26 Tuntas Baik
Sumber: data diolah dari lapangan.

Dari tabel 4.2. dapat diketahui nilai rata-rata tugas yang dicapai siswa

adalah 7,98, sedangkan nilai rata-rata tes adalah 8,26 dan termasuk dalam

kualifikasi penguasaan baik. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa sebagai

berikut: siswa yang mengikuti tes sebanyak 21 siswa, siswa yang tuntas belajar

sebanyak 18 siswa, siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa. Persentase banyak

42
siswa yang tuntas belajar adalah 82,6%. Persentase banyak siswa yang belum

tuntas belajar adalah 17, 39%.

Dari data nilai tes Siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang

dilaksanakan sudah berhasil karena persentase siswa yang tuntas belajar adalah

82,6% atau lebih dari 75%. Siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 4 siswa dan

perlu adanya program perbaikan untuk membantu kesulitan belajar. Nama siswa

yang mengikuti program perbaikan adalah siswa nomer absen 2, 10, 21. Siswa

yang tuntas belajar sebanyak 18 siswa, sehingga kelompok ini perlu diberi

program pengayaan.

d. Refleksi

Data tentang hasil belajar siswa yang diperoleh setelah pemberian tindakan

II, kemudian dianalisis untuk memperoleh temuan-temuan.

Berdasarkan temuan penelitian pada Siklus II, hasil belajar yang diperoleh

siswa mengalami peningkatan 1,06 atau 10,6 % dari siklus I. Peningkatan hasil

belajar siswa tampak dari perubahan nilai rata-rata tes. Pada siklus I, nilai rata-rata

tes 7,17 dan pada siklus II nilai rata-rata tes 8,23

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 48% dan ketuntasan belajar

siswa pada siklus II adalah 82,6%. Kenaikan prestasi belajar siswa diduga

merupakan hasil dari perubahan penerapan metode mengajar. Pada siklus I,

peneliti menerapkan metode ceramah dan metode tanya jawab, sedangkan pada

siklus II, peneliti menekankan pada penerapan metode tanya jawab mandiri.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil karena ketuntasan belajar

siswa adalah 82,6% atau lebih dari 75%. Pencapaian target keberhasilan proses

43
pembelajaran telah melebihi batas minimal keberhasilan kelas sehingga peneliti

tidak perlu lagi untuk melnjutkan ke siklus III.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus, yaitu

Siklus I, Siklus II. Sedangkan Kompetensi Dasar yang diajarkan dalam

pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap siswa

Kelas VI di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang ini

adalah “Menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehdupan sehari-

hari.” Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan metode ceramah yang

dipadukan dengan metode tanya jawab mandiri.

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 47,37% dan ketuntasan

belajar siswa pada siklus II adalah 82,6%. Proses pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus II berhasil karena ketuntasan belajar siswa adalah

82,6% atau lebih dari 75%. Yang jelas adalah bahwa setelah melalui tahap-

tahap dua siklus yang dilaksanakan dengan menerapkan metode tanya jawab

mandiri dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap siswa

Kelas VI di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten Malang cukup

efektif serta memberikan kontribusi dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa.

44
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penerapan metode tanya jawab mandiri yang dilaksanakan dalam

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap

siswa Kelas VI di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten

Malang dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

2. Penerapan metode tanya jawab mandiri yang dilaksanakan dalam

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap

siswa Kelas VI di SD Negeri 3 Sempol Kecamatan Pagak Kabupaten

Malang terbukti secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 82,6%

atau lebih dari 75%.

B. Saran

Hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam perbaikan proses

pembelajaran sebagaimana penelitian tindakan kelas ini dilakukan. Saran

utamanya ditujukan kepada guru dan siswa.

1. Bagi Guru :

45
a. Guru sebaiknya menerapkan pembelajaran metode tanya jawab

mandiri dalam melaksanakan proses pembelajaran terutama yang

berhubungan dengan adanya perubahan-perubahan dalam

pembelajaran seperti penerapan metode tanya jawab yang dapat

meningkatkan minat dan kemampuan berpikir kritis analitis siswa pada

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar.

b. Pada pembelajaran konstruktivisme guru hanya berperan sebagai

fasilitator dimana guru sebaiknya mengajak siswa untuk

mendiskusikan hasil kerja kelompok dalam kelas untuk meningkatkan

minat dan kemampuan berpikir kritis analitis siswa serta

menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap hasil belajarnya.

2. Untuk Siswa :

a. Siswa sebaiknya lebih berani dan tidak malu menjawab pertanyaan

atau mengemukakan pendapat walaupun jawaban yang dikemukakan

kurang benar, sehingga penerapan metode tanya jawab mandiri dalam

proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif.

b. Siswa sebaiknya bersikap lebih kritis dalam menerima pelajaran yang

disampaikan guru dan ditunjukkan dengan keaktifannya di dalam

kelas dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapat

apabila ada materi pelajaran yang kurang atau tidak mengerti.

46
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S, dan Pah, D.N. 1999. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut
Jakarta:Depdikbud.

Hasibuan, J.J, dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar


Mengajar Mikro. Bandung: CV. Remaja Rosdar Karya.

Bolla, Jonh. I., dan Pah, D.N. 1984. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut.
Depdikbud.

Ibrahim, Ridwan. 2000. Kontribusi Pengetahuan Sematik dan Gramatika


terhadap Penalaran Kalimat Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Jurnal Ilmu Pendidikan, 7 (2): 135-140.

Moleong, L. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Munandir, 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Depdikbud/

Nurkancana, W, dan Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Partowisastro, Koestoer, dan Hadisuparto A. 1986. Diagnosa dan Pemecahan


Kesulitan Belajar. Jakarta: Elarngga.

Pasaribu, I. L, dan Simandjuntak, B. 1986. Dikdaktik dan Metodik. Bandung:


Tarsito.

Roestiyah, N. K. 1982. Didaktik dan Metodik. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Semiawan, C. 1984. Pendekatan Keterampilan dalam Proses Belajar Mengajar.

Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Diknas.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius.

Suparno, Paul, dkk. 2002. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.


Yogyakarta. Kanisius.

47
LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP) SIKLUS I

Satuan Pendidikan : SDN 3 Sempol PAGAK


Kelas / Semester : VI (Enam) / 1
Tema 1 : Selamatkan Makhluk Hidup
Sub Tema 1 : Tumbuhan Sahabatku
Pembelajaran : 2
Alokasi Waktu : 140’
Hari / Tgl Pelaksanaan : 14, 21 Agustus 2017

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca dan menanya ) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia

48
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
PPKn
NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR
1 1.1 Bersyukur kepada Tuhan 1.1.1Memahami tiga contoh
Yang Maha Esa atas pelaksanaan sila kesatu
nila-nilai Pancasila dan kedua dari sila
secara utuh sebagai satu Pancasila dalam kehidupan
kesatuan dalam sehari-hari.
kehidupan sehari-hari .
2 2.1 Bersikap penuh tanggung 2.1.1 Melakukan dua kegiatan
jawab sesuai nilai-nilai yang sesuai dengan sila
Pancasila dalam kesatu dan kedua dari sila
kehidupan sehari-hari. Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
3 3.1 Menganalisis penerapan 3.1.1Menemukan tiga contoh
nilai-nilai Pancasila pelaksanaan sila kesatu
dalam kehdupan sehari- dan kedua dari sila
hari Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
4 4.1Menyajikan hasil analisis 4.1.1 Menerapkan dua kegiatan
pelaksanaan nilai- yang sesuai dengan sila
nilaiPancasila dalam kesatu dan kedua dari sila
kehidupan sehari-hari. Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari

C. TUJUAN PEMEBALAJARAN
1. Setelah mendiskusikan cerita, siswa mampu menemukan tiga
contoh pelaksanaan sila kesatu dan kedua dari sila Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
2. Setelah berdiskusi, siswa mampu menerapkan dua kegiatan
yang sesuai dengan sila kesatu dan kedua dari sila Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.

49
3. Dengan tanya jawab, siswa mampu menganalisis penerapan
nilai Pancasila sila kesatu dalam kehidupan sehari-hari.

 Karakter siswa yang diharapkan : Religius


Nasionalis
Mandiri
Gotong Royong
Integritas

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahulua  Guru memberikan salam dan mengajak 10 menit
n semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing. Religius
 Menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
bersama-sama. dilanjutkan lagu
Nasional “Bagimu Negeri (Padamu
Negeri)”. Nasionalis
 Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
 Pembiasaan Membaca 15 menit.
Literasi
 Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ”Selamatkan
Makhluk Hidup”. Nasionalis
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan
yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi,

50
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
mengomunikasikan dan menyimpulkan.
Communication
Inti  Guru bersama siswa mendiskusikan 115 menit
pengamalan nilai Pancasila. Nasionalis
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai
berikut.
1. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
2. Toleransi, penghormatan kepada
agama atau kepercayaan lain
3. Kerukunan antarumat beragama
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila
“Kemanusian yang adil dan beradab”
sebagai berikut.
1. Persamaan derajat
2. Menghargai hak asasi manusia
3. Solidaritas setia kawan antarsesama
manusia
4. Perdamaian
 Siswa melanjutkan kegiatan dengan
mengamati gambar dan
mencocokkannya dengan nilai-nilai yang
diminta. Guru memberi waktu sekitar 2
menit dan mendiskusikannya. Satu orang
siswa bisa menyampaikan hasilnya dan
guru dapat memberi penguatan.
Communication
 Siswa secara individu harus menemukan
contoh pengamalan sila kesatu dan

51
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
kedua dalam kehidupan sehari-hari dan
penerapannya. Mandiri
 Guru menerangkan daftar periksa yang
akan digunakan dalam penilaian.
Tulisan siswa dinilai dengan daftar
periksa yang terdapat di halaman
penilaian.
 Guru memberikan tanya jawab untuk
menganalisis tentang penerapan nilai
Pancasila sila kesatu dam bentuk soal
cerita. Mandiri
 Siswa melakukan perenungan dengan
menjawab pertanyaan yang terdapat
dalam Buku Siswa.
 Guru dapat menambahkan pertanyaan
perenungan berdasarkan panduan yang
terdapat pada lampiran Buku Guru.
Penutup  Bersama-sama siswa membuat 15 menit
kesimpulan / rangkuman hasil belajar
selama sehari Integritas
 Bertanya jawab tentang materi yang
telah dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
 Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang
telah diikuti.
 Melakukan penilaian hasil belajar
 Menyanyikan lagu daerah “Garuda
Pancasila”

52
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
 Mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran) Religius

E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

 Buku Pedoman Guru Tema : Selamatkan Makhluk Hidup Kelas 6


(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

 Buku Siswa Tema : Selamatkan Makhluk Hidup Kelas 6 (Buku


Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2017).

Mengetahui Pagak, 14 Agustus 2017


Kepala Sekolah Guru Kelas VI

Surateni, S.Pd SD. Dra. R. Indah Sri H


NIP. 19640204 198504 2 003 NIP. 19670118 199403 2
007

53
LAMPIRAN 1
F. MATERI
 Mengidentifikasi sikap yang mencerminkan sila ke-1 dan ke-2
serta menyebutkan langkah perbaikan atas sikap yang belum
mencerminkan sikap dari kedua sila.

RANGKUMAN MATERI PKn


TEMATIK KELAS 6

KD. 3.1
Menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pengamalan Sila Pancasila:


1)    Sila Pertama
Ketuhanan yang Maha Esa
Lambang: Bintang
Contoh:
         Me nghormati orang yang berbeda agama
         Menjalankan kewajiban umat beragama
         Tidak mengganggu/mencela umat beragama lain
         Menjaga kerukunan antar umat beragama.

2)    Sila Kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradap
Lambang: Rantai
Contoh:
         Menghomati hak asasi manusia
         Tidak membeda-bedakan teman
         Mengembangkan sikap peduli dan gotong royong

3)    Sila Ketiga

54
Persatuan Indonesia
Lambang: Pohon beringin
Contoh:
         Cinta tanah air
         Mengutamakan persatuan
         Rela berkorban demi kepentingan bangsa

4)    Sila Keempat
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Lambang: Kepala banteng
Contoh:
         Mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah
         Tidak memaksakan pendapat/kehendak
         Menghormati pendapat orang lain
         Melaksanakan dan mentaati hasil musyawarah
         Mengutamakan semangat kekeluargaan
         Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi

5)    Sila Kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Lambang: Padi dan kapas
Contoh:
         Bersikap adil terhadap sesama
         Menjaga keseimbangan hak dan kewajiban
         Suka bekerja keras
         Menghargai hasil karya orang lain
         Suka menolong
         Menghormati hak orang lain

55
G. METODE PEMBELAJARAN
 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab,
penugasan dan ceramah

56
LAMPIRAN 2
Penilaian Sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Arie Sandy v v v

2 Bagus Endar v v v

3 Iqbal Alan v v v

4 Mita Ariska v v v

5 Riki Andrian v v v

6 Yopan. F v v v

7 Barit v v v

8 David v v v

9 Dewi. L v v v

10 Devi Nur. S v v v

11 Dwi Aprilia v v v

12 Fauzia. R v v v

13 Ikhwatul v v v

14 Lafi Bustoni v v v

15 M. Afis v v v

16 Adi Widodo v v v

17 Arwani v v v

18 Nuzron v v v

19 Nevi Regita v v v

20 Nuriyah v v v

21 Putri Najemah v v v

57
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4

Penilaian
1. PPKn
Tulisan siswa dinilai dengan daftar periksa

Kerja Sama dengan Orang Tua


 Siswa diminta berdiskusi bersama orang tua bagaimana cara
menerapkan sila kesatu dan kedua di lingkungan rumah.
 Siswa menyampaikan hasilnya kepada guru.

LAMPIRAN 3

58
Data Nilai Tes Siklus 1

No Nama Nilai Ketuntasan Belajar Kualifikasi


1 Arie Sandy 6 Belum Kurang
2 Bagus Endar 6 Belum Kurang
3 Iqbal Alan 8 Tuntas Cukup
4 Mita Ariska 6 Belum Kurang
5 Riki Andrian 6 Belum Kurang
6 Yopan. F 8 Tuntas Cukup
7 Barit 4 Belum Gagal
8 David 7 Belum Kurang
9 Dewi. L 7 Belum Kurang
10 Devi Nur. S 7 Belum Kurang
11 Dwi Aprilia 8 Tuntas Cukup
12 Fauzia. R 8 Tuntas Cukup
13 Ikhwatul 8 Tuntas Cukup
14 Lafi Bustoni 7 Belum Kurang
15 M. Afis 7 Belum Kurang
16 Adi Widodo 8 Tuntas Cukup
17 Arwani 10 Tuntas Memuaskan
18 Nuzron 8 Tuntas Cukup
19 Nevi Regita 8 Tuntas Cukup
20 Nuriyah 8 Tuntas Cukup
21 Putri Najemah 7 Belum Kurang

Jumlah 50165
Rata-rata 7,14 Belum Cukup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

59
(RPP) SIKLUS II

Satuan Pendidikan : SDN 3 Sempol PAGAK

Kelas / Semester : VI (Enam) / 1

Tema 1 : Selamatkan Makhluk Hidup

Sub Tema 1 : Tumbuhan Sahabatku

Pembelajaran : 4

Alokasi Waktu : 140’

Hari / Tgl Pelaksanaan: 4 September, 11 September 2017

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca dan menanya ) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


PPKn

60
NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR
1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang 1.1.1Memahami tiga contoh
Maha Esa atas nilainilai pelaksanaan sila ketigan dan
1 Pancasila secara utuh sebagai keempat dari sila Pancasila
satu kesatuan dalam dalam kehidupan sehari-hari.
kehidupan sehari-hari .
2.1 Bersikap penuh tanggung 2.1.1Melakukan refleksi terkait
jawab sesuai nilai-nilai penerapan sila ketiga dan
2
Pancasila dalam kehidupan keempat dari sila Pancasila.
sehari-hari.
3.1 Menganalisis penerapan nilai- 3.1.1Menemukan tiga contoh
nilai Pancasila dalam pelaksanaan sila ketiga dan
3
kehdupan sehari-hari keempat dari sila Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menyajikan hasil analisis 4.1.1Melakukan refleksi terkait
pelaksanaan nilai-nilai penerapan sila ketiga dan
4
Pancasila dalam kehidupan keempat dari sila Pancasila
sehari-hari.

C. TUJUAN PEMEBALAJARAN
1. Setelah mengamati gambar situasi, siswa mampu menemukan
tiga contoh pelaksanaan sila ketiga dan keempat dari sila
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
2. Setelah berdiskusi, siswa mampu melakukan refleksi terkait
penerapan sila ketiga dan keempat dari sila Pancasila dengan
benar.

 Karakter siswa yang diharapkan : Religius

Nasionalis

61
Mandiri

Gotong Royong

Integritas

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahulua  Guru memberikan salam dan mengajak semua 10 menit


n siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing. Religius

 Menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama-


sama. dilanjutkan lagu Nasional “Satu Nusa Satu
Bangsa”. Nasionalis

 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi


lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.

 Pembiasaan Membaca 15 menit. Literasi

 Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan


yaitu tentang ”Selamatkan Makhluk Hidup”.
Integritas

 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang


meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan
menyimpulkan. Communication

Inti  Siswa diberi tugas mengamati gambar dan 150


menjawab pertanyaan tentang pengamalan nilai menit
Pancasila sila ketiga dan keempat serta

62
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

mendiskusikannya dengan teman kelompoknya.


Collaboration

 Guru mendiskusikan jawaban siswa secara


klasikal. Guru meminta salah seorang dari siswa
untuk mempresentasikan hasilnya. Siswa lain
bisa memberikan komentar atau
mempertanyakan isi dari yang dipresentasikan.

 Siswa secara individu harus menemukan contoh


pengamalan sila ketiga dan keempat dalam
kehidupan sehari-hari dan penerapannya.
Mandiri

 Guru menerangkan daftar periksa yang akan


digunakan dalam penilaian.

 Di akhir kegiatan, guru bersama siswa melakukan


Tanya jawab mandiri dalam bentuk cerdas
cermat tentang pengamalan nilai Pancasila yang
sudah dipelajari. Integritas

Selam proses pembelajaran dinilai dengan daftar


periksa yang terdapat di halaman penilaian.

 Guru dapat menambahkan pertanyaan


perenungan berdasarkan panduan yang terdapat
pada lampiran di Buku Guru.

Penutup  Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / 15 menit

rangkuman hasil belajar. Integritas

 Bertanya jawab tentang materi yang telah


dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian
materi)

63
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk


menyampaikan pendapatnya tentang
pembelajaran yang telah diikuti.

 Melakukan penilaian hasil belajar

 Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama


dan keyakinan masing-masing (untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran) Religius

E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

 Buku Pedoman Guru Tema : Selamatkan Makhluk Hidup Kelas 6


(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

 Buku Siswa Tema : Selamatkan Makhluk Hidup Kelas 6 (Buku


Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

 Tumbuhan dalam pot.

Mengetahui Pagak, 4 September 2017


Kepala Sekolah Guru Kelas VI

Surateni, S.Pd SD. Dra. R. Indah Sri H


NIP. 19640204 198504 2 003 NIP. 19670118 199403 2 007

Lampiran 1

64
F. MATERI
 Menemukan sikap yang mencerminkan sila ke-3 dan ke-4 serta
merefleksi sikap diri yang belum sesuai dengan sila tersebut
dan usaha untuk memperbaikinya.
 RANGKUMAN MATERI PKn
 TEMATIK KELAS 6

 KD. 3.1
 Menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.


 Pengamalan Sila Pancasila:


 1)    Sila Pertama
 Ketuhanan yang Maha Esa
 Lambang: Bintang
 Contoh:
          Me nghormati orang yang berbeda agama
          Menjalankan kewajiban umat beragama
          Tidak mengganggu/mencela umat beragama lain
          Menjaga kerukunan antar umat beragama.

 2)    Sila Kedua
 Kemanusiaan yang adil dan beradap
 Lambang: Rantai
 Contoh:
          Menghomati hak asasi manusia
          Tidak membeda-bedakan teman
          Mengembangkan sikap peduli dan gotong royong

 3)    Sila Ketiga
 Persatuan Indonesia

65
 Lambang: Pohon beringin
 Contoh:
          Cinta tanah air
          Mengutamakan persatuan
          Rela berkorban demi kepentingan bangsa

 4)    Sila Keempat
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Lambang: Kepala banteng
 Contoh:
          Mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah
          Tidak memaksakan pendapat/kehendak
          Menghormati pendapat orang lain
          Melaksanakan dan mentaati hasil musyawarah
          Mengutamakan semangat kekeluargaan
          Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi

 5)    Sila Kelima
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Lambang: Padi dan kapas
 Contoh:
          Bersikap adil terhadap sesama
          Menjaga keseimbangan hak dan kewajiban
          Suka bekerja keras
          Menghargai hasil karya orang lain
          Suka menolong
          Menghormati hak orang lain

G. METODE PEMBELAJARAN
 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab mandiri
(cerdas cermat), penugasan dan ceramah

66
Lampiran 2
Penilaian Sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Arie Sandy v v v

2 Bagus Endar v v v

3 Iqbal Alan v v v

4 Mita Ariska v v v

5 Riki Andrian v v v

6 Yopan. F v v v

7 Barit v v v

8 David v v v

9 Dewi. L v v v

10 Devi Nur. S v v v

11 Dwi Aprilia v v v

12 Fauzia. R v v v

13 Ikhwatul v v v

14 Lafi Bustoni v v v

15 M. Afis v v v

16 Adi Widodo v v v

17 Arwani v v v

18 Nuzron v v v

19 Nevi Regita v v v

20 Nuriyah v v v

21 Putri Najemah v v v

67
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4

Penilaian

1. PPKn
Tulisan dinilai dengan daftar periksa

2. Catatan anekdot untuk mencatat sikap (peduli)


(Contoh terlampir di lampiran pada Buku Guru)

Pengayaan
Semua soal siswa dikumpulkan di pojok kelas dan siswa lain dapat
memilihnya untuk dikerjakan di waktu luang.
Remedial
 Kegiatan dapat dilakukan untuk beberapa siswa sekaligus.

Kerja Sama dengan Orang Tua


 Siswa diminta memperhatikan lingkungan dan mencatat
contoh-contoh sikap yang sesuai dengan sila ketiga dan
keempat Pancasila yang perlu mereka contoh.
 Siswa diminta untuk menyampaikan hasilnya kepada guru.

68
Data Nilai Tes Siklus II

Nilai
Ketuntasan
No Nama Rata-rata Kualifikasi
Tes Belajar (Tes)
Tugas
1 Arie Sandy 7,5 7,5 Tuntas Cukup
2 Bagus Endar 6,8 6 Belum Kurang
3 Iqbal Alan 8 8 Tuntas Cukup
4 Mita Ariska 8 8 Tuntas Cukup
5 Riki Andrian 8 8 Tuntas Cukup
6 Yopan. F 8,3 9 Tuntas Baik
7 Barit 8,3 9 Tuntas Baik
8 David 6,2 7.5 Tuntas Cukup
9 Dewi. L 8,3 9 Tuntas Baik
10 Devi Nur. S 8,3 6 Belum Kurang
11 Dwi Aprilia 8,3 9 Tuntas Baik
12 Fauzia. R 8,5 8 Tuntas Cukup
13 Ikhwatul 7,5 7.5 Tuntas Cukup
14 Lafi Bustoni 7,3 7.5 Tuntas Cukup
15 M. Afis 9,1 10 Tuntas Memuaskan
16 Adi Widodo 7,5 9 Tuntas Baik
17 Arwani 9,1 10 Tuntas Memuaskan
18 Nuzron 8,8 9 Tuntas Baik
19 Nevi Regita 7,8 9 Tuntas Baik
20 Nuriyah 8,4 9.5 Tuntas Memuaskan
21 Putri 7,5 6 Belum Kurang
Najemah
Jumlah 172,2 156,5
Rata-rata 7,98 8,23 Tuntas Baik
Sumber: data diolah dari lapangan.

69

Anda mungkin juga menyukai