PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peran guru dalam rangka memperbaiki
mutu pendidikan. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman
teoretis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena
dalam pembelajaran guru bukan sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus
berupaya agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan dan mudah dipahami bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat
mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar,
dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan
nilainilai. Dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan
terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan
hidupnya (Munib 2013: 29) dan tanpa pendidik yang standar, rasanya pembinaan yang
dilakukan oleh pendidik dalam rangka pengembangan skill anak didiknya berpeluang tidak
maksimal, ( Rahmatullah, A. S., et al., 2022).
Dalam proses pembelajaran, metode atau cara guru mengajar atau menyampaikan
pelajaran juga berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran karena hal tersebut
berkaitan dengan pemahaman peserta didik terkait materi yang diajarkan. Karakter dan
kemampuan peserta didik yang berbeda juga berpengaruh pada pemahaman peserta didik
terhadap suatu materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memilih dan menggunakan
metode atau cara belajar yang menyenangkan agar materi yang dipelajari lebih menarik dan
membuat peserta didik merasa gembira, aktif dan penuh semangat dalam belajar, sehingga
akan timbul perhatian terhadap materi tersebut dan diharapkan akan menimbulkan minat
dalam diri peserta didik. Dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya,
sebaliknya tanpa minat seseorang tidak akan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan proses belajar mengajar guru harus memilih metode mengajar yang relevan
guna meningkatkan mutu pendidikan. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu
mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yaitu peserta didik dapat berpikir secara
kreatif, dan memahami pengetahuan yang dipelajarinya.
Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketetapan metode mengajar
yang dipilih dengan tujuan, jenis dan sifat materi pelajaran serta dengan kemampuan guru
dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Ketidaktepatan dalam menggunakan
suatu metode dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga
mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran yang diberikan.
Untuk mengatasi kelemahan metode ceramah, maka diperlukan suatu metode
pembelajaran yang efektif dimana dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA. Proses peningkatan hasil belajar siswa ini
dilakukan dengan melakukan suatu penelitian tindakan dimana guru berupaya agar siswa
dapat memperoleh nilai hasil belajar yang optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah Discovery Learning.
Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Model pembelajaran Discovery
Learning mengajarkan para siswa untuk menemukan secara mandiri mengenai pengetahuan
yang disampaikan. Tak serupa dengan model pembelajaran lainnya yang cenderung
konvensional, Discovery Learning atau pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta
didik, bukan guru. Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama
dalam pelaksanaannya. Di sisi lain model Discovery Learning merupakan model yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung siswa dan lebih mengutamakan proses dari pada
hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning masuk dalam salah satu model
pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mengalami dan menemukan
pengetahuannya sendiri. Ini sebagai wujud murni dalam proses pendidikan yang memberikan
pengalaman yang mengubah perilaku sehingga dapat memaksimalkan potensi diri.
Guru perlu menerapkan metode pembelajaran dengan tepat dan bagus akan membuat siswa
dapat mengembangkan pelajarannya dengan baik dan benar pula penelian ini sejalan dengan
penelian yang dijalankan oleh Kusuma ( 2013 )
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan suatu penelitian melalui
pembelajaran dengan metode Discovery Learning. Penulis memilih judul sebagai berikut:
“Penerapan Metode Discovery untuk Mata Pelajaran IPA tentang Listrik Statis Kelas 5 SD
Negeri 1 Margotani”.
1. Identifikasi Masalah
a. Guru sangat kurang kreatif dan Inovatif dalam menyampaikan materi pelajaran
b. Siswa kurang bermalas-malasan dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelas
c. Siswa tidak beratusias dalam belajar
d. Hasil belajar siswa rendah
2. Analisis Masal
a. Strategi dalam pembelajaran kurang diterapkan secara maksimal
b. Guru tidak dapat menjadi motivator dalam proses pembelajaran
c. Guru tidak mengajak siswa untuk menyampaikan gagasan yang mereka lahirkan
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
a. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran
b. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan itu, maka rumusan masalahnya adalah : Apakah dengan
menerapkan metode Metode Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada
mata Pelajaran IPA SD Negeri 1 Margo Tani?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi Guru
2. Bagi Siswa
a. Memperoleh pengalaman dalam belajar
b. Meningkatkan rasa percaya diri siswa
c. Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
3. Bagi Sekolah
a. Menambah wawasan dan mempererat hubungan antara sekolah lain untuk menciptakan
siswa yang berkualitas
b. Mempererat hubungan antara guru lainnya yang berada diskeolah lain
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPS di SD
Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan Sains berupaya untuk
membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya
tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. BSNP
(2011) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Menurut Hendro Darmojo menyatakan bahwa “IPA adalah pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Samatowa 2012:2). IPA
merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,
termasuk pada jenjang sekolah dasar.
Susanto (2013:166), Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami
alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (2006), bahwa ”IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Dari uraian tentang pengertian IPA tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan
alam merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA melalui pengamatan, diskusi
dan penyelidikan sederhana. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan alam sekitarnya, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP,
2006).
Menurut Susanto (2013:169) “Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA dapat
dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, observasi, simulasi, atau kegiatan
proyek di lapangan”. Pembelajaran IPA di SD memberi kesempatan untuk memupuk rasa
ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan
bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir
ilmiah. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep,
prinsip, atau teori semata. Tetapi IPA juga menyangkut tentang cara kerja, cara berpikir dan
cara memecahkan masalah. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), BSNP (2011:13) menyatakan mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut.
Samatowa (2011:10) menyatakan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan guru dalam
pembelajaran IPA di SD adalah:
B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil “ dan “
belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam
mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian “ hasil “ dan “ belajar”. Menurut
Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan
selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan
perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh,
kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
C. Metode Discovery
Metode discovery merupakan proses mental siswa mampu mengasimilasi suatu proses
atau prinsip-prinsip. ( Roestiyah, 1991 ). Disimpulkan oleh penulis bahwa metode discovery
ini adalah dimana siswa bisa mendapatkan hasil yang sama pada akhirnya dengan cara yang
berbeda sesuai dengan pemikirannya masing-masing. Dalam hal inipada siswa diharapkan
siswa dapat mendapatkan tema serta membuat larik-larik yang indah sesuai dengan
imajinasinya sendiri tanpa ditentukan oleh guru. Setelah proses terjadi dan hasil diperoleh
kemudian guru akan menjelaskan cara yang sebenarnya dengan hasil yang sama sebagai
penyelsaian dari masalah yang ditemukan oleh siswa pada saat siswa menemukan atau
berjalan sendiri. Menurut Subana metode discovery adalah suatu metode unik dan dapat
disusun olehguru dalam berbagai cara, meliputi pengajaran keterampilan inquiry dan
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar tradisional, guru sering mengajar untuk menyelsaikan
target materi pelajaran. Apabila dapat menyelesaikan target pealajarannya, dia merasa bahwa
tanggung jawabnya sebagai guru telah terpenuhi. Dia tidak menyadari bahwadalam proses
belajar semacam ini, targetmateri pelajaran yang diberikan cukup banyak, tetapi siswa belajar
lebih sedikit. Orientasi guru itu memandang siswa sebagai tempat penyimpanan ilmu
pengetahuan dan proses mengajarnya bersifat subjek-centered. Dalam proses belajar
mengajar discovery-inqiury, guru lebih sedikit memberikan materi pelajaran kepada siswa.
Sebaliknya, siswa belajar dan memperoleh pengalaman yang lebih banyak. Orientasi guru
ialah memandang siswa sebagai individu yang memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
Guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa.
Proses mengajar semacam ini bersifat student-centered dengan tujuan mengembangkan bakat
siswa dan membantu siswa mengembangkan self-consept-nya.
Dari apa yang dijelaskan diatas sehingga disimpulkan oleh penulis bahwa dalam
pembelajaran menulis puisi siswa akan lebih bergairah dan mampu mengembangkan
inspirasinya menjadi sebuah puisi yang indah dan memenuhi kriteria penilaian yang sudah
ditentukan. Siswa mampu mengembangkan potensi sebagai seorang seniman pada dirinya.
1. Ibu Noviria Sukmawati, M.Pd selaku Dosen/tutor mata kuliah PKP sebagai pembimbing.
2. Suryati S.Pd selaku Teman Sejawat sebagai pengamat dalam proses pembelajaran
3. Rekan-rekan guru SD Negeri 1 Margo Tani sebagai pemberi motivasi pada pelaksanaan
pembelajaran.
- Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal,
pelaksanaanya yang akan diteruskan pada pembelajaran perbaikan siklus I dan siklus II. Pada
masing-masing pembelajaran terdiri dari a) perencanaan, b) Pelaksanaan, c) Pengamatan, dan
d) refleksi dengan rincian sebagai berikut :
1. Siklus I
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Rincian pelaksanaan perbaikan siklus I adalah
sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan siklus I ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari hasil
pembelajaran awal pada materi Listrik Statis pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas V. Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ,hasil evaluasi siswa
pada siklus tidak memuaskan guru. Adapun rencana kegiatan yang dilakukan guru pada
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut :
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran I
Menyiapkan materi dan alat yang akan digunakan.
Menyiapkan lembar observasi sebagai lampiran
Menyusun Lembar Kerja Siswa
Menyusun alat evaluasi berupa butir soal tes formatif.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan pada tanggal 04 Mei 2020 yang
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Dalam kegiatan ini,supervisor 2 / teman
sejawat mengamati kegiatan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan metode
Kerja Kelompok. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Kegiatatan Awal ( 10 Menit )
1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Siswa membaca pancasila bersama-sama
d. Refleksi
Setelah melihat hasil belajar siswa yang dilakukan dari pengamatan selama proses
pelaksanaan perbaikan siklus I, maka teman sejawat akan melaksanakan refleksi untuk
mengetahui mengenai kekurangan serta kelebihan yang ada pada perbaikan pembelajaran
siklus I. Jika ternyata hasil belajar siswa masih belum memuaskan guru. Maka akan
mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
II. Siklus II
Pelaksanaan untuk perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ,
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Rincian pelaksanaan
perbaikan siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada perbaikan siklus II ini dilaksanakan berdasarkan hasil dari refleksi perbaikan
pembelajaran sebelumnya Rencana kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran siklus
II adalah sebagai berikut :
a. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II
e. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan perbaikan siklus II
yang dilakukan oleh teman sejawat, adalah untuk melihat kekurangan dan kelebihan pada
proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Ternyata hasil belajar siswa pada siklus II
menjadi lebih meningkat jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I
Untuk memperoleh rata-rata nilai dari hasil evaluasi menggunakan rumus sebagai
berikut :
Σx
X=
n
( Arikunto,2010:264)
Sedangkan untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa menggunakan rumus sebagai berikut :