Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar  Belakang  Masalah
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peran guru dalam rangka memperbaiki
mutu pendidikan. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman
teoretis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena
dalam pembelajaran guru bukan sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus
berupaya agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan dan mudah dipahami bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat
mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar,
dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan
nilainilai. Dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan
terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan
hidupnya (Munib 2013: 29) dan tanpa pendidik yang standar, rasanya pembinaan yang
dilakukan oleh pendidik dalam rangka pengembangan skill anak didiknya berpeluang tidak
maksimal, ( Rahmatullah, A. S., et al., 2022).
Dalam proses pembelajaran, metode atau cara guru mengajar atau menyampaikan
pelajaran juga berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran karena hal tersebut
berkaitan dengan pemahaman peserta didik terkait materi yang diajarkan. Karakter dan
kemampuan peserta didik yang berbeda juga berpengaruh pada pemahaman peserta didik
terhadap suatu materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memilih dan menggunakan
metode atau cara belajar yang menyenangkan agar materi yang dipelajari lebih menarik dan
membuat peserta didik merasa gembira, aktif dan penuh semangat dalam belajar, sehingga
akan timbul perhatian terhadap materi tersebut dan diharapkan akan menimbulkan minat
dalam diri peserta didik. Dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya,
sebaliknya tanpa minat seseorang tidak akan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan proses belajar mengajar guru harus memilih metode mengajar yang relevan
guna meningkatkan mutu pendidikan. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu
mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yaitu peserta didik dapat berpikir secara
kreatif, dan memahami pengetahuan yang dipelajarinya.
Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketetapan metode mengajar
yang dipilih dengan tujuan, jenis dan sifat materi pelajaran serta dengan kemampuan guru
dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Ketidaktepatan dalam menggunakan
suatu metode dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga
mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran yang diberikan.
Untuk mengatasi kelemahan metode ceramah, maka diperlukan suatu metode
pembelajaran yang efektif dimana dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA. Proses peningkatan hasil belajar siswa ini
dilakukan dengan melakukan suatu penelitian tindakan dimana guru berupaya agar siswa
dapat memperoleh nilai hasil belajar yang optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah Discovery Learning.
Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Model pembelajaran Discovery
Learning mengajarkan para siswa untuk menemukan secara mandiri mengenai pengetahuan
yang disampaikan. Tak serupa dengan model pembelajaran lainnya yang cenderung
konvensional, Discovery Learning atau pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta
didik, bukan guru. Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama
dalam pelaksanaannya. Di sisi lain model Discovery Learning merupakan model yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung siswa dan lebih mengutamakan proses dari pada
hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning masuk dalam salah satu model
pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mengalami dan menemukan
pengetahuannya sendiri. Ini sebagai wujud murni dalam proses pendidikan yang memberikan
pengalaman yang mengubah perilaku sehingga dapat memaksimalkan potensi diri.
Guru perlu menerapkan metode pembelajaran dengan tepat dan bagus akan membuat siswa
dapat mengembangkan pelajarannya dengan baik dan benar pula penelian ini sejalan dengan
penelian yang dijalankan oleh Kusuma ( 2013 )

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan suatu penelitian melalui
pembelajaran dengan metode Discovery Learning. Penulis memilih judul sebagai berikut:
“Penerapan Metode Discovery untuk Mata Pelajaran IPA tentang Listrik Statis Kelas 5 SD
Negeri 1 Margotani”.

1. Identifikasi Masalah
a. Guru sangat kurang kreatif dan Inovatif dalam menyampaikan materi pelajaran
b. Siswa kurang bermalas-malasan dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelas
c. Siswa tidak beratusias dalam belajar
d. Hasil belajar siswa rendah
2. Analisis Masal
a. Strategi dalam pembelajaran kurang diterapkan secara maksimal
b. Guru tidak dapat menjadi motivator dalam proses pembelajaran
c. Guru tidak mengajak siswa untuk menyampaikan gagasan yang mereka lahirkan
3. Alternatif  dan Prioritas Pemecahan Masalah
a. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran
b. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa
B.  Rumusan  Masalah  
Dari  permasalahan  itu,  maka  rumusan   masalahnya adalah  :  Apakah dengan
menerapkan metode Metode Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada
mata Pelajaran IPA SD Negeri 1 Margo Tani?
C.  Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

a. Meningkatkan kreatifitas dan motivasi siswa untuk belajar


b. Meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah
c. Muntuk menerapakan pembelajaran menyenangkan
D.  Manfaat  Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Bagi  Guru

a. Agar dapat menumbuhkan kekreatifan guru dalam mengembangkan metode


pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
b. mengubah guru agar lebih pandai memilih pendekatan pembelajaran yang tepat

2. Bagi  Siswa
a. Memperoleh pengalaman dalam belajar
b. Meningkatkan rasa percaya diri siswa
c. Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
3. Bagi Sekolah
a. Menambah wawasan dan mempererat hubungan antara sekolah lain untuk menciptakan
siswa yang berkualitas
b. Mempererat hubungan antara guru lainnya yang berada diskeolah lain
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPS di SD

Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan Sains berupaya untuk
membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya
tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. BSNP
(2011) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Menurut Hendro Darmojo  menyatakan bahwa “IPA adalah pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Samatowa 2012:2). IPA
merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,
termasuk pada jenjang sekolah dasar.

Susanto (2013:166), Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami
alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (2006), bahwa ”IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Dari uraian tentang pengertian IPA tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan
alam merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA melalui pengamatan, diskusi
dan penyelidikan sederhana. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan alam sekitarnya, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP,
2006).
Menurut Susanto (2013:169) “Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA dapat
dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, observasi, simulasi, atau kegiatan
proyek di lapangan”. Pembelajaran IPA di SD memberi kesempatan untuk memupuk rasa
ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan
bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir
ilmiah. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep,
prinsip, atau teori semata. Tetapi IPA juga menyangkut tentang cara kerja, cara berpikir dan
cara memecahkan masalah. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), BSNP (2011:13) menyatakan mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan


keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Sains yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Sains sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Samatowa (2011:10) menyatakan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan guru dalam
pembelajaran IPA di SD adalah:

-  Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannnya, siswa


telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka
pelajari. Pemahaman akan pengetahuan pengetahuan apa yang dibawa siswa dalam
pembelajaran akan membantu siswa untuk meraih pengetahuan yang seharusnya mereka
miliki.
- aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam
pembelajaran IPA. Dengan berbagai aktivitas nyata, siswa akan dihadapkan langsung
dengan fenomena yang akan dipelajari sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar
yang interaktif.
- dalam pembelajaran IPA, kegiatan bertanya menjadi bagian yang penting. Melalui
kegiatan bertanya, siswa akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan respon
yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan.
- pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
Berdasarkan pendapat ahli yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA merupakan salah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu
pengetahuan yang mempelajari alam semesta dengan jalan mengamati berbagai jenis dan
perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan. IPA merupakan ilmu yang mencari
tahu tentang alam yang dilakukan secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap
ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan kegiatan-kegiatan belajar yang memberikan
pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. 
Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga siswa dapat
memperoleh pemahamannya mengenai alam di sekitarnya dengan lebih mendalam. 

B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil “ dan “
belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam
mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian “ hasil “ dan “ belajar”. Menurut
Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan
selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan
perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh,
kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
C. Metode Discovery
Metode discovery merupakan proses mental siswa mampu mengasimilasi suatu proses
atau prinsip-prinsip. ( Roestiyah, 1991 ). Disimpulkan oleh penulis bahwa metode discovery
ini adalah dimana siswa bisa mendapatkan hasil yang sama pada akhirnya dengan cara yang
berbeda sesuai dengan pemikirannya masing-masing. Dalam hal inipada siswa diharapkan
siswa dapat mendapatkan tema serta membuat larik-larik yang indah sesuai dengan
imajinasinya sendiri tanpa ditentukan oleh guru. Setelah proses terjadi dan hasil diperoleh
kemudian guru akan menjelaskan cara yang sebenarnya dengan hasil yang sama sebagai
penyelsaian dari masalah yang ditemukan oleh siswa pada saat siswa menemukan atau
berjalan sendiri. Menurut Subana metode discovery adalah suatu metode unik dan dapat
disusun olehguru dalam berbagai cara, meliputi pengajaran keterampilan inquiry dan
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Ciri – Ciri Metode Discovery

Dalam proses belajar mengajar tradisional, guru sering mengajar untuk menyelsaikan
target materi pelajaran. Apabila dapat menyelesaikan target pealajarannya, dia merasa bahwa
tanggung jawabnya sebagai guru telah terpenuhi. Dia tidak menyadari bahwadalam proses
belajar semacam ini, targetmateri pelajaran yang diberikan cukup banyak, tetapi siswa belajar
lebih sedikit. Orientasi guru itu memandang siswa sebagai tempat penyimpanan ilmu
pengetahuan dan proses mengajarnya bersifat subjek-centered. Dalam proses belajar
mengajar discovery-inqiury, guru lebih sedikit memberikan materi pelajaran kepada siswa.
Sebaliknya, siswa belajar dan memperoleh pengalaman yang lebih banyak. Orientasi guru
ialah memandang siswa sebagai individu yang memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
Guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa.
Proses mengajar semacam ini bersifat student-centered dengan tujuan mengembangkan bakat
siswa dan membantu siswa mengembangkan self-consept-nya.

- Keunggulan Metode Discovery


Setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan maupun kelemahan tersendiri.
Pada sub bab berikut ini penulis mendeksripsikan tentang keunggulan jika metode discovery
ini diterapkan pada siswa pada proses pembelajaran. Menurut Yamin (2003) mengatakan
metode discovery (penemuan) memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :

a. Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa.


b. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan
maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c. Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengarahan siswa.
d. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribdi atau individual
sehingga kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

Dari apa yang dijelaskan diatas sehingga disimpulkan oleh penulis bahwa dalam
pembelajaran menulis puisi siswa akan lebih bergairah dan mampu mengembangkan
inspirasinya menjadi sebuah puisi yang indah dan memenuhi kriteria penilaian yang sudah
ditentukan. Siswa mampu mengembangkan potensi sebagai seorang seniman pada dirinya.

Kelemahan Metode Discovery


Setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan maupun kelemahan tersendiri.
Pada sub bab berikut ini penulis mendeksripsikan tentang keunggulan jika metode discovery
ini diterapkan pada siswa pada proses pembelajaran. Menurut Yamin (2013) mengatakan
metode discovery (penemuan) memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
1. Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini meningkatkan proses pengertian saja.
2. Teknik ini tidak memberikan kesempatan berpikir kreatif.
3. Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental.
4. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil.
5. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional
akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
BAB. III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek,Tempat,dan Waktu Penelitian ,Pihak yang Membantu


1. Subyek pada penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa Kelas V semester II.
Jumlah siswa ada 35 orang yang terdiri dari 16 Laki-laki dan 19 perempuan.
2. Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SD Negeri 1 Margo Tani Kecamatan
Madang Suku 11 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
3. Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dengan dua tahap.
1. Tahap Pra Siklus dilaksanakan pada hari Senin , 11 Apriil 2022
2. Tahap Siklus I dilaksanaka pada hari Selasa , 12 April 2022
3. Tahap Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu , 13 April 2022
4. Pihak yang membantu pelaksanaan perbaikan
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini penulis dibantu oleh :

1. Ibu Noviria Sukmawati, M.Pd selaku Dosen/tutor mata kuliah PKP sebagai pembimbing.
2. Suryati S.Pd selaku Teman Sejawat sebagai pengamat dalam proses pembelajaran
3. Rekan-rekan guru SD Negeri 1 Margo Tani sebagai pemberi motivasi pada pelaksanaan
pembelajaran.
- Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal,
pelaksanaanya yang akan diteruskan pada pembelajaran perbaikan siklus I dan siklus II. Pada
masing-masing pembelajaran terdiri dari a) perencanaan, b) Pelaksanaan, c) Pengamatan, dan
d) refleksi dengan rincian sebagai berikut :

1. Siklus I
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Rincian pelaksanaan perbaikan siklus I adalah
sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan siklus I ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari hasil
pembelajaran awal pada materi Listrik Statis pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas V. Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ,hasil evaluasi siswa
pada siklus tidak memuaskan guru. Adapun rencana kegiatan yang dilakukan guru pada
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut :
 Menyusun rencana perbaikan pembelajaran I
 Menyiapkan materi dan alat yang akan digunakan.
 Menyiapkan lembar observasi sebagai lampiran
 Menyusun Lembar Kerja Siswa
 Menyusun alat evaluasi berupa butir soal tes formatif.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan pada tanggal 04 Mei 2020 yang
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Dalam kegiatan ini,supervisor 2 / teman
sejawat mengamati kegiatan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan metode
Kerja Kelompok. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Kegiatatan Awal ( 10 Menit )
1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Siswa membaca pancasila bersama-sama

b. Kegiatan Inti ( 50 Menit )


1. Guru menjelaskan tentang bangsa barat yang datang ke Indonesia
2. Siswa membaca Teks proklamasi
3. Guru menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai daya tarik sendiri sehingga bangsa barat
datang ke Indonesia
4. Guru memberikan soal tentang bagian barat mana saja yang pernah datang ke Indonesia
5. Siswa mengerjakan tugas latihan bersama kelompoknya masing-masing
6. Setiap kelompok maju kedepan untuk
c. Kegiatan Penutup ( 10 Menit )
c. Guru dan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan
d. Guru melakukan Tanya jawab bersama siswa
e. Guru menutup pelajaran dengan berdo’a bersama-sama
c. Pengamatan ( Observasi )
Jika Pada Pengamatan ini dilakukan oleh Supervisor 2 / teman sejawat hasil belajar
siswa belum tercapai indikator pelajaran yang diharapkan. dengan tujuan utama dilaksanakan
dari pengamatan itu adalah untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan guru dalam
melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran. jika belum mencapai apa yang diharapkan
guru maka peneliti akan mengadakan perbaikan siklus selanjutnya.

d. Refleksi
Setelah melihat hasil belajar siswa yang dilakukan dari pengamatan selama proses
pelaksanaan perbaikan siklus I, maka teman sejawat akan melaksanakan refleksi untuk
mengetahui mengenai kekurangan serta kelebihan yang ada pada perbaikan pembelajaran
siklus I. Jika ternyata hasil belajar siswa masih belum memuaskan guru. Maka akan
mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II

II. Siklus II
Pelaksanaan untuk perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ,
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Rincian pelaksanaan
perbaikan siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada perbaikan siklus II ini dilaksanakan berdasarkan hasil dari refleksi perbaikan
pembelajaran sebelumnya Rencana kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran siklus
II adalah sebagai berikut :
a.  Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II

b. Menyiapkan sumber bahan /media dari berbagia sumber.


c. Mengganti metode yang tepat yaitu dengan metode Kerja Kelompoki
d. Menyiapkan lembar observasi yang akan di isi oleh teman sejawat
e.  Menyiapkan Soal Latihan

a. Menyiapan segala sesuatu untuk persiapan kerja kelompok


b. Pelaksanaan
Pelaksanaan Pembelajaran siklus II selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Dalam
kegiatan ini, supervisor 2 / teman sejawat mengamati kegiatan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran dengan metode Kerja Kelompok. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatatan Awal ( 10 Menit )
a. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa.
b. Guru mengecek kerapian dan kebersihan lingkungan kelas
c. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah seorang siswa.
d. Siswa membaca pancasila bersama-sama
2. Kegiatan Inti ( 50 Menit )
a. Guru membacakan kisah proklamator dan pejuang Indonesia melawan bangsa barat yang
datang ke Indonesia
b. Siswa mencatat kata kunci yang dijelaskan oleh guru

c. Guru memberikan sebuah teks bacaan tentang sejarah pejuang Indonesia


d. Siswa mengerjakan latihan soal yang ada dibuku secara berkelompok
e. Guru membimbing siswa secara bergantian
f. Siswa kelompok maju kedepan mempresentasikan hasil diskusi
g. Guru dan siswa membahas soal yang belum dapat di selesaikan
c. Kegiatan Penutup ( 10 Menit )
- Guru dan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan
- Guru melakukan Tanya jawab bersama siswa
- Guru menutup pelajraan dengan berdo’a bersama-sama
d. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh Supervisor 2 / teman sejawat menggunakan lembar
observasi kegiatan guru, siswa beserta indikator pembelajarannya. Tujuan dalam mengamati
agar mengetahui kekurangan dan kelebihan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Apakah terjadi peningkatan dibanding siklus I atau tidak. Sehingga dapat menjadi konsep
untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

e. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan perbaikan siklus II
yang dilakukan oleh teman sejawat, adalah untuk melihat kekurangan dan kelebihan pada
proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Ternyata hasil belajar siswa pada siklus II
menjadi lebih meningkat jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I

C. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh rata-rata nilai dari hasil evaluasi menggunakan rumus sebagai
berikut :
Σx
X=
n

X : Nilai rata-rata suluruh siswa

Σx : Jumlah semua nilai siswa

n : banyak siswa siswa

( Arikunto,2010:264)

Sedangkan untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah Siswa Tuntas/ Tidak tuntas


T= x 100 %
Jumlah seluruh siswa

Agip ( 2006: 41)

Anda mungkin juga menyukai