Anda di halaman 1dari 10

Paradigma Guru terhadap Strategi Mengajar Di SDN 255 MUARASOMA

Siti Asiyah
Sitiasiyahlubis91@gmail.com

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MANDAILING NATAL

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the teaching strategies of educators
at SDN 255 Muarasoma. Teaching strategies are updated every year by educators so that
students can understand carefully the material that has been given. So the results of the
renewal of the teaching strategy come from the understanding of the students. The data
collection method used by the author uses the case study method, namely through an effort
to analyze or describe a case. The purpose of this article is to explain the strategies used by
SDN 255 Muarasoma teachers in teaching in the classroom. Teaching strategies that always
need renewal make educators think extra so that their students understand the material
being taught not only for one student but as a whole. The success of a teacher in educating
is evidenced by his students who easily understand all the material given.

Keywords: teaching strategies, educators, students

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi mengajar tenaga pendidik
di SDN 255 Muarasoma. Pembaharuan strategi mengajar tiap tahunnya selalu dilakukan
tenaga pendidik agar anak didik dapat memahami secara cermat materi yang telah
diberikan. Jadi hasil dari pembaharuan strategi mengajar tersebut berasal dari pemahaman
para peserta didik. Cara pengumpulan data yang digunakan oleh penulis menggunakan
metode studi kasus (Case Studies) yaitu melalui upaya menganalisis atau mendeskripsikan
suatu kasus. Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan tentang strategi yang
digunakan oleh guru SDN 255 Muarasoma dalam mengajar di kelas. Strategi mengajar yang
selalu perlu pembaharuan membuat tenaga pendidik untuk berpikir ekstra agar anak
didiknya memahami materi yang diajarkan tidak hanya untuk satu orang siswa tapi secara

1
keseluruhan. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik dibuktikan dengan anak didiknya
yang dengan mudah memahami segala materi yang diberikan.

Kata kunci: strategi mengajar, pendidik, peserta didik

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau
komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan
berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa tugas utama guru ialah mengajar
yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan
atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman
pelaksanaan proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana


memilih dan menentukan strategi pembelajaran atau strategi belajar mengajar (SBM).
Strategi belajar mengajar menentukan jenis interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi
pembelajaran yang di gunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, aktif, kreatif,
efektif dan efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Berkenaan dengan hal itu diperlukan strategi belajar mengajar. Selain itu metode mengajar
juga diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara atau
jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar mempengaruhi belajar,
metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik
pula. Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan lebih dari satu metode. Dengan
menguasai teori belajar mengajar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik
bahkan dapat memotivasi anak didik untuk berminat belajar.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 255 Muarasoma Kecamatan Batang Natal


Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada hari Sabtu,

2
16 April 2022. 1Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak
berdasarkan angka. Penelitian ini digolongkan ke dalam jenis studi kasus (Case Studies).
Studi kasus adalah upaya melakukan deskripsi atau analisis secara mendalam tentang suatu
kasus berupa seseorang, anggota masyarakat, sesuatu kelompok ataupun sebuah program. 2

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komponensial


(Componential Analysis). Analisis komponensial adalah tekhnik analisis yang terfokus pada
domain yang berbeda atau yang kontras, data yang dicari berdasarkan observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang
bersifat triangulasi tersebut sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen
akan dapat ditemukan.3

Sumber data yang digunakan berasal dari buku dan juga jurnal-jurnal terkait untuk
mendapatkan kenyataan-kenyataan jamak sebagaimana yang terdapat dalam data.
Penelitian ini juga melibatkan tenaga pendidik yang ada.

C. PEMBAHASAN

1. Kajian Teoretik
a. Paradigma Guru (pendidik) terhadap strategi mengajar

Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung pada pola pikir


orang yang menggunakan nya. Seperti yang dikemukakan oleh elfidawati, S.Pd.I selaku
kepala sekolah di SDN 255 Muarasoma bahwa paradigma adalah sebuah gambaran yang
dijadikan sebagai acuan dalam berpikir. Sedangkan menurut para ahli, paradigma adalah
hasil beberapa kajian yang digabungkan menjadi satu. Dimana di dalamnya terdiri atas
seperangkat konsep, nilai, teknik yang digunakan secara bersamaan oleh suatu komunitas
untuk menentukan keabsahan suatu masalah serta solusinya. 4

Dengan demikian, paradigma sangat berhubungan erat dengan pola berpikir


manusia dalam menghadapi suatu masalah. Dalam dunia kependidikan, peran paradigma

1
Rifa'i, Abubakar. “Pengantar Metodologi Penelitian”, (Yogyakarta: SUKA- Press, 2021), hlm. 7.
2
St, Suwarsono. “Pengantar Penelitian Kualitatif”, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016), hlm. 5
3
Sugiyono. “METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 264
4
Ulfa Kesuma, Ahmad Wahyu Hidayat. “PEMIKIRAN THOMAS S. KUHN TEORI REVOLUSI PARADIGMA” . ISLAMADINA jurnal
pemikiran islam. Vol, 21 No, 2 (2020). 175

3
teramat penting untuk menunjang peserta didik dapat berperan aktif serta berkolaborasi
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu seorang tenaga pendidik harus mampu
memperbaharui paradigma yang lama dalam versi baru agar dalam proses belajar mengajar
terjalin komunikasi dua arah. Dalam pendidikan islam, tenaga pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).

5
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan “gu dan ru” yang berarti
“digugu” dan “ditiru”. Yang dimaksud digugu adalah dipercaya karena tenaga pendidik
memiliki seperangkat ilmu yang cukup untuk memberikan wawasan dan juga pandangan
yang luas dalam melihat setiap inci kehidupan. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru
memiliki kepribadian yang dapat dijadikan sebagai panutan dan suri tauladan oleh peserta
didik nya. Dalam periode baru, paradigma pendidik tidak hanya sebatas sebagai pengajar
tapi juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manager of learning), pengarah (director of
learning) fasilitator, dan perencanaan (the planner of future society).

6
Untuk menjadi seorang pendidik yang profesional perlu memiliki kompetensi
keguruan. W. Robert Houston mengartikan kompetensi dengan “competence ordinarily
Islam defined as adequacy for a task or as possessi on of require knowledge, skill, and
abilities” (suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang). Dari penjabaran di atas, dapat kita
simpulkan bahwa tenaga pendidik yang profesional perlu memiliki kompetensi yang
lengkap, meliputi:

1. Penguasaan materi yang baik serta wawasan dan juga bahan pengayaan,
terutama bidang yang sedang menjadi tugasnya.
2. Penguasaan strategi (meliputi pendekatan, metode, dan teknik)
3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dala. Menafsirkan hasil penelitian pendidikan, guna
keperluan pengembangan pendidikan dimasa depan.
5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung ataupun sebaliknya
guna mendukung kepentingan tugasnya.
5
Bukhari, Umar. “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 87-88
6
NK, Rostiah. “Masalah-masalah ilmu keguruan”, (Jakarta: Bina Aksara, 1982). Hlm. 12

4
Guru adalah kurikulum berjalan. Menurut salah satu mantan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung
oleh mutu guru yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia–sia. Peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia tidak cukup dengan pembenahan di bidang kurikulum saja, tetapi
harus juga diikuti dengan peningkatan mutu guru di jenjang tingkat dasar dan menengah.
Tanpa upaya meningkatkan mutu guru, semangat tersebut tidak akan mencapai harapan
yang diinginkan. Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan
ketidak pastian, dibutuhkan pendidik yang visioner dan mampu mengelola proses belajar
mengajar secara efektif dan inovatif. Diperlukan perubahan strategi dan model
pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan bagi pendidik
dan peserta didik.
Apa yang dikenal dengan sebutan “Quantum Learning“ dan “Quantum Teaching”,
pada hakekatnya adalah mengembangkan suatu model dan strategi pembelajaran yang
penuh gairah serta bermakna. Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan
belajar sering dipersepsikan sebagai suatu lingkungan yang menyiksa, membosankan,
kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga peserta didik belajar secara
terpaksa dan kurang bergairah.
Di lain pihak para pendidik juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang
menyenangkan dan sering kali terjebak dalam rutinitas seharai-hari. Oleh karena itu,
diperlukan perubahan paradigma (pola pikir) pendidik, dari pola pikir tradisional menuju
pola pikir profesional. Apalagi lahirnya Undang-undang Guru dan Dosen menuntut sosok
pendidik yang berkualifikasi, berkompetensi, dan bersertifikasi. Sementara itu, menurut
Mulyana (2005) sedikitnya ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam
pembelajaran, yaitu : (1) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, (2) menunggu
peserta didik berperilaku negatif, (3) menggunakan destructive discipline, (4) mengabaikan
perbedaaan peserta didik, (5) merasa paling pandai dan tahu, (6) tidak adil (diskriminatif),
dan (7) memaksa hak peserta didik.
Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
7

tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memberdayakan diri
sendiri terus-menurus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui
pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakrya, dan kegiatan sejenisnya. Guru
7
https://radarsulteng.id/mengubah-paradigma-guru/

5
jangan terjebak pada aktivitas datang, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga
lupa mengembangkan potensi diri secara maksimal.
Pendidik mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang dapat menggairahkan
motivasi belajar peserta didik. Pendidik harus menguasai berbagai macam strategi dan
pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berlangsung dalam
suasana yang kondusif dan menyenangkan. Dominasi guru dalam pembelajaran dikurangi,
sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik, untuk lebih berani, mandiri, dan
kreatif dalam proses belajar mengajar. Guru mampu memodifikasi dan memperkaya bahan
pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih bervariasi.
Paradigma Guru amat penting dilakukan mengingat jauhnya perbedaan yang
digunakan oleh tenaga pendidik di era 90-an dengan yang sekarang. Pendidik perlu
memperhatikan kurikulum pendidikan yang terus berkembang di Indonesia agar mampu
memilah strategi mengajar dan menciptakan suasana kelas dengan peserta didik yang aktif
dalam kelas. 8 Berikut ini beberapa strategi yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Grab Student’s Attention
Adalah menarik atensi peserta didik agar terfokus pada pendidik yang
memberikan materi pembelajaran.
2. Selalu melakukan Review Pelajaran
Review pelajaran yang telah pendidik ajarkan dapat dilakukan dengan
melakukan pengulangan setelah pembelajaran atau sebelum memulai
pembelajaran berikutnya. Hal ini diperlukan untuk memastikan apakah siswa
sudah menguasai kompetensi dan materi yang telah diajarkan.
3. Beritahu Siswa Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari menjelaskan informasi tentang tujuan pembelajaran adalah untuk
memberikan gambaran secara umum tentang manfaat dan tujuan mempelajari
materi yang akan dipelajari.
4. Lakukan Kegiatan Non Rutin
Yang dimaksud dengan kegiatan non rutin adalah seorang pendidik harus bisa
memberikan pengajaran yang tidak monoton.
5. To the Point
8
http://smpn1kalibawang.sch.id/read/7/mengenal-metode-dan-model-pembelajaran-pada-kurikulum-2013

6
Dalam mengajar pendidik haruslah praktis. Maksudnya adalah pendidik harus
mampu menjelaskan secara simple supaya mudah dimengerti. Siswa akan dapat
memahami dan mengolah materi pelajaran, tugas, dan PR dengan mudah jika
menjelaskan materi langsung pada pokoknya dan tidak bertele-tele apalagi
sampai melebar kemana-mana.
6. Berikan Stimulus
Pemberian stimulus penting untuk memotivasi siswa agar berprestasi dan
semakin maju. Stimulus dapat diberikan dalam bentuk apa saja, baik berbentuk
materi dan non-materi. contohnya adalah pemberian hadiah ata pujian atas
prestasi yang sudah dicapai.
7. Perhatikan Kinerja Siswa
Kinerja siswa merupakan cerminan keberhasilan dari pembelajaraan. Siswa yang
memiliki kinerja bagus harus selalu dirawat sehingga tidak turun semangat
belajarnya. Sebaliknya siswa dengan kinerja kurang optimal memerlukan
dukungan dan pendampingan lebih dari guru. Jangan sampai guru hanya fokus
pada siswa yang pintar dan menunjukkan kinerja yang baik saja. Hal ini dapat
menimbulkan kecemburuan bahkan hilangnya motivasi belajar dari siswa yang
memerlukan bantuan.

D. HASIL
Strategi mengajar adalah salah satu rencana yang digunakan oleh tenaga pendidik
untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.
Kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” diartikan sebagai suatu
bentuk usaha untuk mencapai sebuah kemenangan dalam peperangan atau dalam dunia
militer, namun seiring dengan berkembangnya teknologi kata strategi digunakan dalam
berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama salah satunya dalam dunia
pendidikan dan juga pembelajaran. Jika dalam peperangan perlu adanya strategi untuk
memperoleh kemenangan, maka perlu untuk mengidentifikasi siapa musuh yang akan
dilawan, berapa pasukan yang dibawa, akomodasi yang disediakan, jenis senjata yang
digunakan, dan lain sebagainya adalah hal penting untuk memperoleh kemenangan.

7
9
Demikian pula dengan proses belajar mengajar, seorang pendidik harus bisa
mengidentifikasi segala hal yang berhubungan dengan pembelajaran yang dilakukan.
Pendidik perlu mengetahui siapa yang akan menjadi peserta didiknya, apa saja yang menjadi
kelemahan dan juga kelebihan peserta didik dalam pembelajaran, apa motivasinya, dan
bagaimana keadaan psikomotorik dan juga pola berpikirnya. Tanpa melakukan identifikasi
ini, seorang pendidik akan mengalami kendala sehingga pembelajaran tidak kondusif dan
tidak terarah.
Seperti halnya dengan hasil wawancara dan observasi langsung dengan 3
narasumber yaitu pendidik di SDN 255 Muarasoma yang pada saat itu sedang melakukan
kegiatan pesantren kilat rutin dilakukan setiap bulan ramadhan dengan mengusung tema
risalah nabi dan menjunjung tinggi derajat perempuan. Dari hasil wawancara dengan pak
Fahri Suhunan selaku guru PAI (14 tahun masa pengabdian), beliau mengatakan jika metode
kurikulum yang digunakan pada anak SD tidak secara mendasar sehingga anak didik sulit
untuk menerima pembelajaran. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, beliau
menyusun strategi agar peserta didik tidak hanya mendapatkan materi berdasarkan
kurikulum tapi juga tahu dasar dari pembelajaran tersebut.
Cara jitu yang dipilih beliau agar anak didiknya paham akan materi yang diajarkan
adalah dengan praktek langsung atau dengan metode ceramah (dongeng). Sebagai contoh
cara melaksanakan shalat, beliau menyuruh anak didiknya untuk memperhatikan lalu
mempraktekkan nya langsung. Metode ini sangat ampuh agar peserta didik mudah untuk
memahami pembelajaran, tapi ada beberapa kendala yang beliau katakan menghambat
proses belajar mengajar salah satunya adalah alat peraga yang tidak memadai.
Sedangkan menurut ibu Nurwasti Matondang, S. Pd selaku guru kelas I dengan
masa pengabdian 17 tahun beliau mengatakan bahwa strategi mengajar perlu diterapkan
dan setiap tahun harus terus direnovasi, karena tingkat penyimpanan memori setiap anak
didik itu berbeda-beda. Jika anak didiknya lamban dalam menerima informasi, seorang
pendidik harus bisa lebih sabar menyampaikan nya dari peserta didik yang lain. Dalam
memilah strategi mengajar beliau selalu menggunakan pertama; Metode ceramah dengan
menjelaskan secara rinci dan juga perlahan, kedua; Metode diskusi dengan membentuk
kelompok dan yang ketiga; Metode praktek guna untuk mengetes seberapa jauh peserta
didik dalam mengingat semua materi yang dijelaskan oleh guru.
9
Haidir dan Salim. “Strategi pembelajaran”, (Medan: Perdana Publishing, 2012), Hlm. 97-98

8
Menurut ibu Rosmawati NST, S. Pd selaku guru kelas II dengan masa pengabdian 29
tahun beliau mengatakan dalam menentukan strategi mengajar pada sekolah dasar memiliki
tingkatan yang berbeda-beda. Strategi mengajar pada peserta didik kelas I tidak bisa
disamakan dengan kelas VI. Anak didik kelas I hanya perlu metode ceramah dan juga
praktek sedangkan anak didik kelas VI tidak hanya sekedar ceramah dan praktek tapi juga
bisa melakukan diskusi kelompok. Dalam menyusun strategi mengajar, beliau juga
mengalami kendala dimana peserta didik di era 90-an berbeda dengan peserta didik
sekarang. Memori ingatan anak didik sekarang lebih lamban dibandingkan dengan anak
didik 90-an dan beliau juga menambahi mungkin ada pengaruh dari benda-benda elektronik
seperti TV dan juga handphone. Tidak hanya pada peserta didiknya, kendala juga datang
dari alat peraga yang sangat kurang untuk proses belajar mengajar.
E. KESIMPULAN

Strategi merupakan kegiatan pembelajaran yang di harus dilakukan oleh seorang


guru dalam proses pembelajaran dan disertai oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat di
capai secara efektif dan efesien. Sebab itu kedudukan strategi dalam proses pendidikan
khususnya dalam dunia pendidikan dikatakan sangat penting . Oleh karena itu SBM
merupakan komponen terpenting dalam sistem pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar untuk memberi pemahaman peserta didik
agar tujuan pembelajaran itu bisa tercapai. Akan tanpa tetapi dalam kegiatan strategi bila
tidak di dampingi oleh komponen-komponen kurikulun seperti pendekatan, metode, model,
tehnik, dan lain sebagainya, proses pembelajaran yang di lakukan oleh guru terhadap
siswanya tidak akan berjalan efektif dan efesian. Oleh karena itu guru harus dan di wajibkan
untuk menguasai hal-hal tersebut.

9
10

Anda mungkin juga menyukai