Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia pada dasarnya memiliki akal pasti tidak luput dari ilmu yang
didapat baik dari lingkungan maupun proses pengajaran yang ia alami semasa
hidupnya, dengan tujuan untuk merubah dirinya menjadi insan yang lebih baik
dari yang sebelumnya. Maka dari itu munculah ilmu pendidikan, Pendidikan
bertujuan meningkatkan kualitas manusia, dalam rangka mencapai tujuan ini
para pakar pendidikan telah berusaha merumuskan, mempelajari, memperbaiki
sistem pembelajaran, salah satu diantaranya menyusun langkah-langkah untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Penjelasan Tentang Pendidikan dan Mengajar?
2. Bagaimana Pengertian Strategi Pengajaran?
3. Bagaimana Metode Pengajaran yang Baik?
4. Bagaimana Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Penjelasan Tentang Pendidikan dan Mengajar
2. Mengetahui Pengertian Strategi Pengajaran.
3. Menjelaskan Metode Pengajaran yang Baik
4. Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar
Mengajar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN MENGAJAR

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode -


metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku. seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan
sebagai subdisiplin psikologi terapan adalah Arthur S. Reber (1988, seorang
guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City).
Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna
dalam hal-hal sebagai berikut, pertama, Penerapan prinsipprinsip belajar dalam
kelas; kedua, Pengembangan dan pembaharuan kurikulum; ketiga, Ujian dan
evaluasi bakat dan kemampuan; keempat, Sosialisasi proses-proses dan
interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif; kelima,
Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Psikologi pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah disiplin


psikologi yang menyelidiki masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam
dunia pendidikan. kemudian hasil-hasil penyelidikan ini dirumuskan kedalam
bentuk konsep, teori, dan metode yang dapat diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.

Mengajar dalam istilah merupakan usaha untuk menciptakan kondisi


atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Juga bisa disebut sebagai kegiatan guru.
Disamping itu, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik.
fungsi pokok dalam mengajar yaitu menyediakan kondisi yang kondusif,
sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya,
dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Guru dalam hal ini
adalah membimbing. Dalam membimbing dan menyediakan kondisi yang

2
kondusif, itu sudang barang tentu guru tidak dapat mengabaikan faktor atau
komponen-komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar-mengajar,
termasuk misalnya bagaimana dirinya sendiri, keadaan siswa, alat-alat peraga
atau media, metode dan sumber-sumber belajar lainnya.

Biggs (1991), seorang pakar psikologi, membagi konsep mengajar


menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai berikut:

1. Pengertian kuantitatif, dimana mengajar diartikan sebagai the


transmission of knowledge, yaitu penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru
hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan
kepada siswa dengan sebaikbaiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa,
bukan tanggung jawab pengajar.

2. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient


orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar
secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk siap mengadaptasikan
berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe
belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

3. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the


facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar
siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.1

B. STRATEGI PENGAJARAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata strategi yaitu Ilmu dan
seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu di perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala
tentara untuk menghadapi musuh di perang, dikondisi yang menguntungkan.
Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.

1
Muhammad Ichsan, S. Pd.I., M. Ag. 2016 Psikologi Pendidikan Dan Ilmu Mengajar, Jurnal Edukasi
vol 2. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry. Hal 63.

3
Menurut B.S. Sidjabat strategi dalam pembelajaran mengandung arti
bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching)
sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik. Maka dari
itu, terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana
yang dikemukakan oleh para ahli pembelajaran. Sehingga istilah dari
‘pengajaran’ sangat terkait dengan istilah ‘pembelajaran’.

Wina Sanjaya, dalam bukunya strategi pembelajaran mengemukakan


tujuh jenis strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan standar proses
pendidikan, yaitu:

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Dengan strategi ini guru bercerita, berceramah atau bertutur guna


menyampaikan konsep, ide, gagasan dan keyakinannya kepada peserta didik.
Strategi ini pada dasarnya berfokus pada guru, guru harus bijak dalam
mengendalikan proses agar tujuan belajar tercapai.

Strategi Pembelajaran Ekspositori menuntut peran aktif guru dalam


proses pembelajaran, sedangkan siswa dalam pembelajaran cenderung hanya
menerima apa yang diajarkan oleh guru. Terkadang dalam menyampaikan
sesuatu materi tertentu strategi ini merupakan strategi yang tepat.

2. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Dalam strategi ini guru ialah sebagai fasilitator, penuntun dan rekan
kerja, dengan demikian gurulah yang memotivasi peserta didik dalam proses
belajar agar mereka mencari dan menemukan gagasan.

Pembelajaran dimulai dengan penjelasan topik dan tujuan, kemudian


penyajian masalah (kasus) secara tepat dan jelas, mungkin juga perlu
dilakukan sebuah demonstrasi. Selanjutnya guru menuntun murid didalam
proses belajar melalui berbagai pertanyaan, mengemukakan hipotesa
(jawaban sementara), lalu melakukan pengujian untuk akhirnya menarik
kesimpulan.

4
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Menekankan pada pengenalan masalah agar dapat memahami


(analisis), perumusan langkah penyelesaian, pengujian data atau informasi,
dan penyimpulan.

4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir


(SPPKB)

Strategi menekankan pembentukan kemampuan berpikir peserta didik.


Guru menuntun murid bukan hanya untuk mengetahui isi bahan ajar
(knowing what), melainkan juga dalam rangka memahami kode belajar dan
merumuskan konsep, ide atau gagasan (knowing how).

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Strategi Pembelajaran yang memiliki asumsi bahwa pengetahuan


dibentuk dan dibangun melalui kerjasama dalam aktivitas belajar, termasuk
menyelidiki, berdiskusi, memahami dan memecahkan masalah.

6. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Strategi pembelajaran itu mengasumsikan bahwa konteks kehidupan


sosial dan budaya merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna,
orang tidak hanya dapat belajar dari membaca buku atau literatur.

Strategi juga menekankan konsep belajar konstruksionis, yaitu


pengetahuan dibentuk melalui penyelidikan hal-hal yang terjadi di
lingkungan (konteks) bukan diberikan sebagai hasil olahan.

7. Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran itu tidak cukup hanya dengan memproses


informasi atau meningkatkan kemampuan intelektual. Nilai hidup harus
dipraktekkan dan dibiasakan. Strategi ini menekankan metode pemecahan
masalah dan penjelasan atau klarifikasi2

2
https://koreshinfo.blogspot.com/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

5
C. METODE PENGAJARAN

Pengertian metode mengajar itu adalah suatu cara tertentu yang tepat dan
serasi untuk menyajikan suatu materi pelajaran, sehingga tercapai tujuan
pelajaran tersebut, baik tujuan jangka pendek (tujuan khusus) maupun tujuan
jangka panjang (tujuan umum); dimana murid-murid dapat merasa mudah
menerima atau mengerti pelajaran tersebut sehingga tidak terlalu
memusingkan (memberati) fikiran mereka, dan murid-murid menerima
pelajaran tersebut dengan rasa lega, senang, optimis dan penuh minat; tentunya
kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa,
pendidikan, sosiologi dan sebagainya.

Dalam proses belajar-mengajar, pengajar harus memperhatikan keadaan


pelajar, tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat di antara
mereka. Karena para ahli dalam hal ini menggolongkan murid kepada tiga tipe,
yaitu Tipe Auditif, yang mudah menerima pelajaran melalui pendengaran. Tipe
Visual, yang mudah merima pelajaran melalui penglihatan. Tipe Metodik,
yang mudah menerima pelajaran melalui gerakan

1. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan


informasi dan pengetahuan secara lisann kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini guru biasanya memberikan
uraian mengenai topik (pokok bahasan) tertentu di tempat tertentu dan dengan
alokasi waktu tertentu. Metode ini adalah sebuah cara melaksanakan
pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya
menyimak sambil sesekali mencatat. Meskipun begitu, para guru yang terbuka
kadangkadang memberi peluang bertanya kepada sebagian kecil siswanya.
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi.

Di samping itu, metode ini juga dipandang paling efektif dalam


mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan

6
daya beli dan daya paham siswa. Namun demikian, dari kenyataan sehari-hari
ditemukan beberapa kelemahan metode ceramah tersebut, antara lain:

a. membuat siswa pasif. Dalam hal ini, timbul kesan siswa hanya sebagai
objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang disampaikan guru.
Padahal, posisi siswa selain sebagai penerima pelajaran ia juga menjadi
subjek pengajaran dalam arti individu yang berhak untuk aktif mencari
dan memeroleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
b. mengandung unsur paksaan kepada siswa. Dalam hal ini siswa hanya
diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar
informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal
dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang
memungkinkannya untuk menolak di samping menerima informasi dari
guru.
c. menghambat daya kritis siswa. Hal ini karena segala informasi yang
disampaikan guru biasanya ditelan mentah-mentah, tanpa dibedakan
apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak. Dengan
demikian, sulit bagi siswa untuk mengembangkan kreatifitas ranah
ciptanya secara optimal.

2. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya


dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi bersama. Aplikasi metode
diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang
diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi
ialah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (memberi
rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. Dalam
dunia pendidikan dewasa ini, metode diskusi mendapat perhatian besar karena
memiliki arti penting dalam merangsang para siswa untuk berpikir dan
mengekspresikan pendapatnya secara bebas dan mandiri. Pada umumnya,
metode ini diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar untuk mendorong
siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara

7
bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan
masalah bersama, dan mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
yang seksama.

Namun demikian, metode diskusi yang dari permukaannya tampak


bagus dan sangat menjanjikan hasil belajar yang optimal itu, ternyata juga
mengandung kelemahankelemahan, antara lain:

a. Jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa partisipan yang


pandai, sehingga mengurangi peluang siswa lain untuk memberi
kontribusi;
b. Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh pembicaraan yang
menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pertukaran
pikiran menjadi asal-asalan dan bertele-tele
c. Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak
sejalan dengan prinsip efisiensi.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mempragakan


barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode
demonstrasi dalam proses belajar-mengajar ialah untuk memperjelas
pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu
atau proses terjadinya sesuatu.

Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih denga


menggunakan metode demonstrasi, antara lain: Perhatian siswa dapat lebih
dipusatkan, Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari, Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekaat
dalam diri siswa. Seperti metode-metode lainnya.

Metode ini juga mengandung kelemahan-kelemahan, yakni mahalnya


biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern, dan

8
demonstrasi tak dapat diikuti atau dilakukan dengan baik oleh siswa yang
memiliki cacat tubuh atau kelainan / kekurangmampuan fisik tertentu.3

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAJARAN


1. FAKTOR GURU

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi


suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idenya
suatu strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Guru dalam proses
pembelajaran memegang peran penting. Tetapi dalam proses pembelajaran,
guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang
diajarnya.

Guru sebagai mediator (penghubung/perantara) antara pengetahuan dan


keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya, sangat berpengaruh pada
hasil pembelajaran. Dalam jurnal Belajar dan Pembelajaran dijelaskan peran
guru dalam pembelajaran sebagai berikut:

a) Korektor. Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengoreksi


semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di
sekolah maupun di luar sekolah sehingga pada akhirnya siswa dapat
mengetahui
b) Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi
atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.
c) Informator. Sebagai informator guru harus harus dapat memberikan
informasi yang baik dan efektif mengenai materi pelajaran yang telah
diprogramkan dalam kurikulum serta informasi mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d) Organisator. Sebagai organisator guru berperan untuk mengelola
berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar anak didik.. Diantara

3
Muhammad Ichsan, S. Pd.I., M. Ag. 2016 Psikologi Pendidikan Dan Ilmu Mengajar, Jurnal Edukasi
vol 2. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry. Hal 74.

9
berbagai kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah
menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga
memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil
guna.
e) Motivator. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong
anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan akif
belajar.
f) Inisiator. Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus ide-
ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran
hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g) Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat belajar secara optimal.
Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas
yang memadai atau media belajar yang lengkap, akan tetapi juga
fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar, interaksi guru
dengan anak didik yang harmonis, maupun adanya dukungan penuh
guru sehingga anak didik senantiasa memilki motivasi tinggi dalam
belajar.
h) Pembimbing. Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat memberikan
bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi tantangan maupun
kesulitan belajar. Akhirnya, diharapkan melalui bimbingan ini anak
didik dapat mencapai kemandirian dalam mencapai tujuan pembelajara
secara optimal.
i) Demonstrator. Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat
memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak didik
dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal.
j) Pengelola Kelas. Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun
guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas
yang baik diharapkan siswa dapat memiliki motivasi tinggi dalam
belajar dan pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar optimal.

10
k) Mediator. Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan sebagai
penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik.
Melalui guru, siswa dapat memperoleh materi pembelajaran dan umpan
balik dari hasil belajarnya.
l) Supervisor. Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu,
memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang
dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal.
m) Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai produk
(hasil) pembelajaran serta proses (jalannya) pembelajaran. Dari proses
ini diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran untuk
optimalisasi hasil pembelajaran.4

Tidak hanya peran, namun ada karakteristik guru yang perlu


diperhatikan, Karakteristik guru yang erat kaitannya dengan pembelajaran
mencakup:

a) Karakteristik intelektual guru yang meliputi: potential ability (kapasitas


ranah cipta bawaan) dan actual ability (kemampuan ranah cipta yang
nyata).
b) Kecakapan ranah karsa guru, seperti: tingkat kefasihan berbicara, tingkat
kecermatan menulis dan menerangkan keterampilanketerampilan
lainnya.
c) Karakteristik ranah rasa guru yang meliputi: tingkat minat, keadaan
emosi dan sikap terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri, dan
sebagainya.
d) Usia guru yang berhubungan dengan bidang tugas yang diemban,
misalnya: pengajaran yang berorientasi pada penanaman budi pekerti
akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia relatif lebih tua
dari guru-guru lainnya.
e) Jenis kelamin guru yang berhubungan dengan bidang tugas yang
diemban, umpamanya: pengajaran bahasa dan kesenian akan lebih pas
jika dilakukan oleh wanita, walaupun sebenarnya tidak mutlak.

4
Sugiyanto, M.Pd. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Hal. 12

11
f) Kelas sosial guru yang berhubungan dengan minat dan sikap guru
terutama terhadap profesinya. Guru yang berasal dari strata sosial
menegah kebawah relative lebih positif dan bangga menjadi guru
dibandingkan dengan guru yang berasal dari strata sosial yang tinggi. 5

2. FAKTOR SISWA

Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai dengan tahapan


perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing
anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping
karakteristik lain yang melekat pada diri anak.6

Adapun faktor siswa yang bermasalah yaitu:

a) Siswa Yang Berprestasi Rendah Dan Mempunyai Ekspetasi


Keberhasilan Rendah

Siswa dengan kemampuan rendah serta ekspetasi keberhasilan rendah


sering membutuhkan dorongan dan dukungan, tetapi perlu diingatkan pula
bahwa kemajuan dapat diterima hanya jika disertai dengan usaha yang
keras.Seorang siswa dengan sindrom kegagalan (yang mempunyai ekspetasi
sukses rendah dan mudah menyerah) kemungkinan akan mendapatkan manfaat
dari metode pelatihan kognitif seperti pelatihan efikasi,pelatihan
atribusi,pelatihan strategi.

b) Siswa Yang Melindungi Nilai Diri Mereka Dengan Menghindari


Kegagalan

Siswa yang termotivasi untuk melindungi nilai diri dan menghindari


kegagalan sering kali terlibat dalam satu atau lebih strategi tidak efektif
berikut: nonkinerja,peokastinasi,atau penetapan tujuan yang tidak

5
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, MA. 2014. Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif, Vol 6 No 2.
Forum Paedagogik. Hal 136.
6
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, MA. 2014. Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif, Vol 6 No 2.
Forum Paedagogik Hal 137.

12
terjangkau,Siswa siswi ini lebih membutuhkan bimbingan dalam menetapkan
tujuan yang menentang, tetapi realistis, membutuhkan dikuatkannya hubungan
antara usaha mereka dan nilai diri serta mendapatkan manfaat dari
mengembangkan keyakinan positif mengenai kemampuan mereka.

c) Siswa Yang Melakukan Prokastinasi

Prokastinasi memiliki banyak bentuk,termasuk mengabaikan tugas


dengan harapan tugas tersebut akan pergi, meremehkan jumlah kerja yang
dibutuhkan suatu tugas,mengahabiskan waktu berjam jam pada aktivitas yang
mengalihkan rendah,dan lainnya.Strategi untuk membantu siswa mengatasi
prokastinasi termasuk mengakui bahwa mereka mempunyai masalah
prokastinasi,mendorong mengelola waktu secara lebih efektif,membuat
mereka membagi tugas ke dalam bagian yanglebih kecil,serta mengajar
mereka untuk menggunakan strategi ilmu perilaku dan kognitif.

d) Siswa Yang Perfeksionis

Berpikir perfeksionis adalah bahwa kesalahan tidak dapat diterima dan


standar tertinggi kinerja selalu harus tercapai.Perfeksionis rentan terkena
sejumlah masalah kesehatan fisik dan mental . Guru dapat membantu siswa
dengan kecenderungan perfeksionis dengan meminta mereka membuat daftar
keuntungan dan kerugian dari usaha menjadi semourna,membimbing siswa
menjadi sadar atau sifat kritis diri dari pemikiran”semua-atau-tidak-sama-
sekali”.Membantu mereka untuk menjadi lebih realistis mengenai apa yang
dapat mereka capai. Mendorong mereka untuk menetapkan batasan waktu
pada proyek mereka,dan membantu mereka belajar menerima kritik.

e) Siswa Dengan Kecemasan Tinggi

Kecemasan adalah sebuah perasaan tidak menyenangkan akan ketakutan


dan kekhawatiran yang tidak begitu jelas.Kecemasan tinggi dapat dihasilkan
dari ekspetasi orang tua yang tidak realistis.Kecemasan siswa meningkat
seiring bertambah tuanya usia merekan serta menghadapi lebih banyak
evaluasi perbandingan sosial,dan kegagalan (bagi sejumlah siswa).Program
kognitif lebih positif dan konstruktif yang menggantikan pemikiran siswa yang

13
nerusak diri dengan pemikiran yang lebih positif dan konstruktif lebih efektif
dibandingkan program relaksasi dalam membawa manfaat pada prestasi siswa.

f) Siswa Yang Tidak Tertarik Atau Terasing

Strategi untuk membantu siswa yang tidak berminat atau terasing


meliputi pembentukan hubungan positif dengan siswa ,mebuat sekolah lebih
menarik secara intrinsik,menggunakan strategi pengajaran untuk membuat
pekerjaan akademis lebih menyenangkan, dan mempertimbangkan
penggunaan mentor dalam komunitas atau siswa yang lebih tua sebagai pribadi
pendukung bagi siswa tersebut.7

3. FAKTOR LINGKUNGAN

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat


mempengaruhi proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a) Faktor organisasi kelas yang didalam meliputi jumlah siswa dalam satu
kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran.
b) Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis. Maksudnya,
keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran.

4. FAKTOR SOSIAL

Mejelaskan bagaimana konteks sosial dapat menaikkan atau


menurunkan motivasi seseorang

a) Motivasi Sosial

7
Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi 2). Rawamangun Jakarta: Prenada Media
Group. Hal. 248

14
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dipelajari melalui
pengalaman terhadap dunia sosial. Kebutuhan untuk afiliasi atau keterkaitan
merupakan motif untuk secara aman terhubung kepada orang lain, yang terdiri
dari pembentukan, pemeliharaan, serta pemulihan hubungan yang hangat,
dekat, dan personal.

b) Hubungan Sosial

Dalam pengertian persetujuan sosial,baik persetujuan dari guru maupun


teman sebaya merupakan hal yang penting. Kecocokan dengan teman sebaya
memuncak pada awal masa remaja, waktu untuk memberi keputusan penting
baik untuk mengejar motif akademis atau sosial.Pemahaman akan peran orang
tua dalam motivasi siswa akan berfokus pada karakteristik demografis (seperti
tingkat pendidikan, waktu yang dihabiskan ditempat kerja,dan struktur
keluarga ). Praktik mengasuh anak (seperti memberikan tantangan dan
dukungan dalam jumlah yang tepat), serta pemberian pengalaman spesifik
dirumah (seperti pemberian bahan bancaan). Teman sebaya dapat
mempengaruhi motivasi siswa melalui perbandingan sosial,kompetensi
sosial,dan pengaruh kelompok teman sebaya. Penelitian menunjukkan bahwa
dukungan dan perhatian seorang guru dapat memainkan peran yang kuat dalam
motivasi siswa.Gaya pembelajaran dan manajerial guru juga dapat memainkan
peran dalam prestasi siswa.Sebuah aspek penting dari motivasi siswa adalah
dengan melibatkan orangtua sebagai rekanan anda dalam mendidik siswa.

c) Konteks Sosial Budaya

Guru harus mengenali dan menghargai keberagaman dalam kelompok


budaya manaun serta harus berhati hati untuk membedakan pengaruh status
sosial ekonomi dari status etnitas. Perbedaan dalam persepsi lebih
dihubungkan dengan status sosial ekonomi dibandingkan pada
etnisitas.Kualitas sekolah untuk banyak siswa yang miskin secara sosial
ekonomi adalah lebih rendah dibandingkan siswa berpenghasilan menengah.
Perbedaan gender dalam prestasi melibatkan keyakinan dan nilai nilai. Sebagai
contoh, anak perempuan mempunyai keyakinan kompetensi lebih tinggi untuk
bahasa inggris dan membaca serta anak laki laki mempunyai keyakinan

15
kompetensi leih tinggi untuk matematika dan olahraga.Yang menjadi perhatian
khusus adalah perbedaan gender dalam interaksi guru-siswa,kurikulum dan
materi, pelecehan seksual,serta bias gender.

16
BAB III
KESIMPULAN

Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari


tingkahlaku manusia yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar.
mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar.
Mengajar mengandung tujuan agar pelajar dapat memperoleh pengetahuan
yang kemudian dapat mengembangkan dengan pengembangan pengetahuan itu
pelajar mengalami perubahan tingkah laku.

17
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ichsan, S. Pd.I., M. Ag. (2016) Psikologi Pendidikan Dan Ilmu


Mengajar, Jurnal Edukasi vol 2. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

https://koreshinfo.blogspot.com/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, MA. (2014). Menciptakan Pembelajaran Yang
Efektif, Vol 6 No 2. Forum Paedagogik

Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi 2). Rawamangun Jakarta:


Prenada Media Group.

18

Anda mungkin juga menyukai