Anda di halaman 1dari 19

METODE DEMONTRASI DAN SOSIO DRAMA DALAM PEMBELAJARAN Editor : Drs. IHSAN 5.

Metode Sosiodrama Suatu cara mengajar dengan cara pementasan semacam drama atau sandiwara yang diperankan oleh sejumlah siswa dan dengan menggunakan naskah yang telah disiapkan terlebih dahulu. Tujuan metode ini adalah Melatih keterapilan social Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan renda diri Mendidik dan mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat Membiasakan diri untuk sanggup menerima pendapat orang lain I. METODE DEMONSTRARI A. Pengertian Metode Metode berasal dari bahasa latin methodos yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana ( 2002 : 260 ) Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar . Sedangkan menurut Sukartiaso ( dalam Moedjiono dan Dimyati 1995 :45 ) Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan . Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. B. Pengertian Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan ( Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82 ). Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses ( Roestiyah N. K 2001 : 83 ). Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk ( 2004 : 424 ) Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu . Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran . Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut

penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan. C. Keunggulan Menurut Elizar ( 1996 : 45 ), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru. Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 56 ) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. Dari ketiga pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya. D. Kelemahan Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 57 ), ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus. Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan-kelemahan, penulis melihat metode ini sangat bagus sekali apabila diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru mengenai cara Pendidikan Agama Islam, tetapi siswa juga dapat langsung mempraktekkan kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dipelajari. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan halhal berikut : rumuskan tujuan instruksional yang dapat dicapai oleh siswa, susun langkahlangkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan, persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai

dan atur sesuai skenario yang direncanakan, teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan, perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dari siswa bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan. Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut : apakah demonstrasi dapat diikuti oleh setiap siswa, apakah demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan, apakah keterangan yang diberikan dapat didengarkan dan dipahami oleh siswa, apakah siswa telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat, apakah waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien. Seperti yang dikemukakan Winarno metode demonstrasi adalah dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta ataupun siswa itu sendiri memperlihatkan suatu proses kepada seluruh siswa di kelas. Berdasarkan uraian di atas metode demonstrasi lebih menitik beratkan pada bagaimana proses, tindakan dan langkah-langkah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru kepada seluruh siswanya. E. Tahap-tahap pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam penggunaan metode demonstrasi ada tiga tahap yaitu : 1. Tahap Perencanaan yang meliputi : a. Merumuskan tujuan demonstrasi ( siswa mampu memahami, mempraktekkan dan memperoleh pengalaman materi PAI dengan panduan guru dan pedoman yang diberikan oleh guru), b. Penentuan masalah masalah yang akan di demonstrasikan. Dalam pembelajaran PAI masalah yang akan didemonstrasikan adalah bagaimana pelaksanaan dan praktek yang baik dan benar berdasarkan petunjuk dari guru. Selain itu bagaimana cara guru melakukan pembelajaran PAI di sekolah. Guru mempraktekkan ke depan kelas bagaimana mendemonstrasikan (sholat jenazah) berdasarkan petunjuk serta langkah-langkah yang telah guru berikan diawal demonstrasi. c. Persiapan terhadap alat dan bahan - Sebelum melakukan demonstrasi guru harus memeriksa kelengkapan media yang akan digunakan pada pembelajaran agar siswa tidak asal atau menerka dalam menentukan mataeri PAI d. Persiapan tentang variabel-variabel yang harus dikontrol dengan baik supaya demonstrasi tidak mengalami kegagalan. Dalam melakukan demonstrasi guru harus mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan demonstrasi. Hal yang perlu diperhatikan adalah kesiapan media dan kondisi serta keadaan siswa itu sendiri. Kondisi siswa sangat menetukan dalam keberhasilan Pendidikan Agama Islam agar siswa tidak bosan dan jenuh sewaktu guru memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru memberikan semacam motivasi agar siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan misalnya dengan mengajak siswa terlebih dahulu menyanyikan lagu-lagu yang bersemangat dan gembira serta lagu-lagu yang umumnya anak-anak suka. 2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan demonstrasi - Demonstrasi yang dilakukan harus sesuai dengan pokok-pokok yang telah direncanakan oleh guru sebelumnya. Dalam hal mendemonstrasikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini guru diharapkan dan seharusnya membimbing siswa dalam Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan media yang telah dipersiapkan oleh guru. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan pelaksanaan metode demonstrasi : Guru terlebih dahulu menentukan materi demonstrasi sholat jenazah

Guru menjelaskan syarat dan rukun yang harus dipenuhi untuk demonstrasi sholat jenazah. Guru mencontohkan praktek sholat jenazah Guru meminta semua siswa untuk berdiri tegak ditempatnya. Sebelum mulai Pendidikan Agama Islam guru terlebih dahulu mangatur shaf dan kerapian barisan Guru mengamati pelaksanaan demonstrasi tersebut sampai tidak ada lagi yang mengalami kesulitan dan kesalahan dalam pelaksanaan materi tersebut. b. Melakukan evaluasi tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam Evaluasi disini adalah berupa bagaimana penilaian guru tehadap siswa tentang beberapa aspek yang menjadi penilaian guru nantinya. Penilaian-penilaian tersebut adalah meliputi kelengkapan syarat dan rukun, ketepatan kaifiyah dan bacaan sholat jenazah. 3. Tahap Tindak lanjut a. Siswa menyimpulkan hasil demonstrasi yang telah dilakukan guru Hal ini dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan demonstrasi yang telah dilakukan. Dalam hal ini menyimpulkannya berupa bagaimana siswa dapat mencontohkan kembali bagaimana cara Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh guru. b. Mendiskusikan secara berkelompok hasil demonstrasi dengan melaksanakan sholat jenazah secara berkelompok. Mendiskusikannya dengan memberikan pertanyaan apabila ada yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut. Berdasarkan uaraian masalah di atas yang telah penulis kemukakan mengenai penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : A. Penggunaan metode demonstrasi sangat efektif digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena dari demonstrasi yang dilakukan guru siswa bisa langsung melihat cara Pendidikan Agama Islam dan siswa pun dapat mempraktekkan langsung bagaimana Pendidikan Agama Islam tersebut. B. Metode demonstrasi adalah metode yang menggunakan contoh dan peragaan dari guru yang diperlihatkan kepada seluruh siswa atau metode yang dalam pelaksanaannya menggunakan media yang mudah dipahami oleh siswa. C. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode demonstrasi siswa lebih mudah memahaminya karena siswa dapat mencontohkan langsung ke depan kelas. Selain itu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat disukai oleh siswa, sehingga siswa dengan mudah memahami pembelajaran Pendidikan Agama Islam. D. Media yang disediakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah berupa alat musik keyboard dan gitar agar dalam menemntukan nada guru dan siswa tidak menerka nerka nada tersebut. E. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru memilah atau memenggal frase lagu tersebut menjadi beberapa bagian yang tujuannya agar guru lebih dalam memberikan pembelajran bernyanyo di sekolah dasar. II. METODE SOSIODRAMA Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat, tentu saja akan berdampak pada persaingan yang semakin ketat di

masyarakat. Maka dari itu di Era Globalisasi ini dibutuhkan sumberdaya manusia yang benar-benar mempunyai kwalitas dan kreativitas yang tinggi. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika siswa mengalami berbagai pengalaman baru (new experiences) dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dan tidak ada siswa yang tertinggal, sehingga suasana kelas betul-betul kondusif., karena melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Dalam kamus bahasa Indonesia efek artinya pengaruh dari sesuatu perbuatan atau akibat. Efektif yaitu ada efeknya, (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Jadi, apa yang diinginkan atau dilakukan ada efek atau hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan parsial (bagian dari keseluruhan), melainkan harus holistic (system keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih dari pada sekedar kumpulan bagian), mulai dari perencanaan, komunikasi, pengajaran, dan evaluasi. Ada beberapa prosedur yang dapat dilakukan dalam melakukan proses pembelajaran efektif, yaitu : A. Melakukan Apersepsi (Pemanasan) - Apersepsi ini perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan dan memotivasi siswa dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorongnya untuk mengetahui hal-hal baru. B. Eksplorasi - Eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. kegiatan ini dapat di tempuh dengan : 1. Memperkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa. 2. Mengaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh siswa. 3. Menggunakan metode yang paling tepat dan variatif untuk meningkatkan penerimaan siswa terhadap materi standar dan kompetensi baru. C. Konsolidasi Pembelajaran - Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi, yaitu mengaitkan kompetensi dengan kehidupan siswa. D. Pembentukan Kompetensi, Sikap dan Perilaku - Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mendorong siswa agar menerapkan konsep, pengertian dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mempraktikkan pembelajaran langsung dengan melibatkan siswa aktif, agar dapat membangun kompetensi, sikap dan perilaku baru. 3. Menerapkan strategi pembelajaran yang variatif dan tepat yang berorientasi pada perubahan kompetensi, sikap, dan perilaku siswa. E. Penilaian - Penilaian dimaksudkan sebagai proses mengevaluasi hasil pembelajaran siswa sebagai bahan untuk menganalisis berbagai kekurangan dan kelemahan siswa untuk perubahan dan peningkatan proses pembelajaran yang akan datang. Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta sering digunakan dan sering pula ditekankan pentingnya pengembangan kreativitas terutama bagi siswa. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan produk baru.

Menurut Rogers dalam buku Utami Munandar, bahwa kreativitas adalah kecenderung-an untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekpresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Sedangkan menurut Sulaiman Sahlan : Bila ingin terwujudnya siswa yang berhasil belajarnya baik dan kreativitas yang tinggi, maka satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan kemampuan kreativitas terutama kreativitas belajar. Jadi kreatif atau kreativitas adalah kemampuan siswa dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas yang baru yang diperoleh dari hasil berfikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru. Metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajar-an tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama. Diharapkan dengan menggunakan metode sosiodrama siswa dapat melatih dirinya, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan. Diharapkan siswa dapat memunculkan bakat yang terdapat pada dirinya. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Tapi yang pernah kita temui dan bahkan kita alami sebagian guru belum menerapkan metode sosiodrama ini. Apalagi diperlukan waktu yang banyak, atau bahkan bisa mengganggu kelas lain oleh suara para pemain atau penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan lain-lain. Dan diperlukan juga keterampilan seorang guru dalam menerapkan metode sosiodrama ini dalam kaitannya dengan peningkatan kreativitas belajar siswa. Pendidikan nasional berusaha mengembangkan segala aspek potensi manusia, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini pendidikan berusaha untuk mengembangkan anak didik menjadi mampu berdiri sendiri, dengan kata lain pendidikan memberikan bantuan agar anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Suatu kegiatan belajar mengajar akan berhasil, jika siswa aktif menjadi pelaku kegiatan tersebut. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan selalu berusaha berorientasi kepada tujuan pendidikan nasional. Begitu pula di SMA Negeri 01 Tanjung Batu pendidikannya selalu berusaha mewujudkan tujuan pendidikan DAFTAR RUJUKAN Ardipal. 2004. Buku Ajar Pengantar Teknik Vokal. Padang : UNP Banoe Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius Ellizar. 1996. Pengembangan Program Pengajaran. Padang : IKIP Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta : Depdikbud,Dirjen Dikti, PPLPTK Lento.1980. Pelajaran Seni Musik Praktis. Jakarta : Aries Lima Moedjiono dan Dimyati. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti, PPLPTK Nana Sudjana. 2002. Dasar dasar Proses Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Puskur. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas Sagala dan Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfa Beta Sanjaya dan Wina. 2005. Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Bandung : Kencana Syaiful Bahri Djamarah. 1999. Kesenian Musik Minagkabau Sumatera Barat Udin S. Winata Putra, dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka Usman Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Press

Sosiodrama berasal dari kata : sosio dan drama. Sosio berarti sosial yaitu masyarakat, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan.Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Kebaikan-kebaikannya

Metode sosiodrama mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain : Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan murid harus tajam dan tahan lama. Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. Bakat yang terdapat pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kelemahan-kelemahannya

Metode sosidrama mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain : Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang aktif

Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahamam isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukannya Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para pemain menjadi kurang bebas. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadangkadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Cara-cara mengatasi kelemahan kelemahan Metode Sosiadrama


Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama antara lain ialah : Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tigas tertentu Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan baik dan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Oleh karena itu harus diusahakan agar para pemain berbicara dan melakukan gerakan jangan sampai banyak variasi yang kurang berguna.

Trik agar dalam menulis teks drma tidak mengalami hambatan

Hai teman-teman dan semua orang yang ada diseluruh dunia salam cinta dari aku untuk kalian semua. Hai teman apakai anda senang dengan menulis? Kegiatan menulis memang menyenangkan bukan, karena dengan menulis kita semua dapat mengekspresikan diri, berimajinasi, menggungkapkan isi hati dalam

bentuk puisi, cerpen novel, atau yang tidak kalah menariknya adalah menulis kreatif naskah drama. Nah bagi kalian semua yang senang dengan menulis drama sebaiknya kalian perhatikan beberapa tips untuk menghindari menulis teks drama. Menulis teks drama bukan suatu hambatan tapi ini sangat mengasyikan bukan?Hambatan itu terletak saat menuangkan ide, menggungkapkan imajinasi, mood untuk menulis naskah drama, dan meluangkan waktu untuk menulis teks drama. Di bawah ini ada beberapa tips atau trik agar dalam menulis tidak mengalami hambatan yaitu:
1. J

adikan alam pikiran kita sebagai sebuah layar lebar yang dengan mudah kita tembus untuk melihat adegan demi adegan. Mainkan segala imajinasi. Jangan menuliskannya dulu. Mainkan dan mainkan,

biarkan semuanya bergerak dan mengalir. Bila kita melakukan ini dan sudah terbiasa, segala macam cerita akan muncul begitu saja (biasanya). 2. Setelah kita menemukannya dan melihat gambaran adegan demi adegan itu, boleh kita cari bagaimana endingnya (kalau bisa, masalah ending diabaikan saja dulu). Yang terpenting, kita mendapatkan setting, tokoh, ide cerita dan konflik dalam cerita itu. 3. Mulailah kita menulis. (Teman-teman bisa klik di file sebelumnya, tentang bagaimana membuka sebuah cerita) Biasanya, saat menuliskan adegan yang terpampang di imajinasi kita, akan berbeda dengan hasil tulisannya. Abaikan masalah itu. Teruskan menulis. Bikin kronologisnya dengan rapih. Abaikan pula masalah ada salah pengetikan, salah eja, atau salah apa pun. Teruskan saja.

4. Cobalah dengan memulai cerita dari berbagai segi. Bisa dimulai dari dialog dulu, atau tentang deskripsi dulu, atau apa saja. Setelah oke, pilihlah salah satu dari apa yang kita tuliskan itu. Yang mana yang ingin kita pakai. Tentunya hanya satu saja yang bisa kita gunakan, dan yang lain itu bukan berarti tidak ada gunanya. Tapi menunjukkan semangat dan latihan kita. 5. Bermainlah dengan kata-kata. Boleh bermetafora atau lugas saja. Dalam beberapa cerita, saya menulis tidak perlu bermetafora. Dalam beberapa cerita, saya menulisnya dengan mempergunakan metafora. Dalam beberapa cerita, saya mengkombinasikannya. Ini bebas-bebas saja, terserah masing-masing ingin menuliskannya. Oke, silakan mencoba trik ini dan mudahmudahan berguna.

1 April 2005 - 11:38 (Diposting oleh: Rumah Dunia) MENYIASATI HAMBATAN MENULIS Oleh Fahri Asiza Diposkan oleh dusun imajinasi dunia drama di 21:29 3 komentar

Jumat, 11 April 2008


Buat anak-anak yang duduk di bangku SMP,SMA, kuliah atau yang sekarang yang sudah menjadi seorang pendidik atau mengajar khususnya bahasa Indonesia, tahukah anda tentang sedikit garis besar untuk penulisan naskah drama? Jika bellum tahu ini ada sedikit pengetahuan yang dapat menambah wawasan anda ataup engetahuan anda seputar penulisan drama coba anda atau kalian semua cermati ya..... ya..... Dalam hal ini dikutip dari sebuah internet yang selalu dekat di anda semua Playwright, Si Penulis Naskah Professions Wed, 25 Jul 2007 15:16:00 WIB Tahukah kalian atau anda semua apa si playwright itu ? Ayo caba tebak? Playwright adalah seorang penulis permain drama ataupun literatur yang berisikan atau mengandung drama di dalamnya. Biasanya penulisan drama ini bisa dimainkan di suatu pagelaran teater ataupun bisa juga tidak. Seperti misalnya closet drama (tulisan drama yang tidak diperuntukkan di pertunjukkan di sebuah teater namun lebih pada dibacakan di sebuah grup kecil saja), ataupun tulisan yang mengandung artian drama atau banyak memakai gaya penulisan dramatis namun bukan tulisan yang diperuntukkan pertunjukan drama teater. Penulisan playwright dan bukan playwrite memang ada ceritanya tersendiri. Pemilihan kata wright di sini adalah berasal dari kata English archaic yang berarti perupa, di sini artinya seperti orang yang membangun kisah drama di panggung. Mungkin kalau di sini, playwright seperti penulis naskah drama yang akan dimainkan di panggung teater. Di awalnya, playwright dalam literatur Barat, seorang playwright yang cukup dikenal pada masa 5 abad sebelum masehi seperti misalnya Aeschylus, Sophocles, Euripides ataupun Aristophanes. Penulis cerita/naskah drama panggung yang terkenal di masanya dan sepanjang waktu adalah Shakespeare yang banyak menuliskan beragam kisah klasik yang biasanya dimainkan di panggung. darinyalah kita banyak mengenal beragam kisah komedi, tragedi, sejarah, dan masih banyak karyanya yang tak hanya dimainkan di panggung namun juga dituangkan dalam film. Memang biasanya juga seorang penulis naskah drama menggunakan banyak penggunaan kalimat ataupun kata-kata yang berbau puitis. Sehingga banyak kalimat indah yang terjalin dan mengandung arti terselubung di dalamnya. Penulis naskah drama kontemporer saat ini memang tidak seterkenal dan mempunyai pengaruh kultur yang cukup besar tidak seperti penulis drama pada saat kejayaannya dulu. Ini dikarenakan seni teater pada saat ini tidak lagi menjadi pusat hiburan dan seni bagi masyarakat sejak munculnya film dan televisi. Karena itulah banyak juga penulis naskah drama yang menyeberang menjadi penulis naskah untuk film ataupun drama di TV. Namun demikian, mereka yang berhasil menjadi penulis naskah drama panggung mempunyai

profil yang jauh lebih diakui ketimbang penulis naskah untuk tv dan film, karena memang anggapan masyarakat mengenai seni teater sebagai akar dari seni puisi sehingga mereka yang mampu memproduksi naskah yang bisa diterima masyarakat seni dan tetap memegang ramburambu pembuatan naskah mempunyai posisi yang lebih baik ketimbang mereka yang hanya berkecimpung pada penulisan naskah film atau TV. Untuk menjadi penulis naskah memang tak hanya bakat yang diperlukan namun juga perlu mengetahui lebih lanjut tentang seni panggung/seni teater, agar anda semua dapat menggali kreativitas dalam menulis naskah drama .Langkah-langkahnya sebagai berikut : * Menyusun naskah drama Hal yang diperhatikan dalam menyusun naskah drama berdasarkan karya sastra sebagai berikut: 1.Memahami ciri-ciri substansi dan sistematika penulisan naskah drama. 2.Aspek konflik lebih ditekankan 3.Dialog antar pelaku diuraikan dalam kalimat langsung. 4.Monolog pelaku diuraikan tersendiri. 5.Pergantian antara adegan dijelaskan lebih konkrit.] 6.Karakteristik tokoh lebih jelas penggunaannya. Diposkan oleh dusun imajinasi dunia drama di 14:01 0 komentar

Drama dalam karya sastra


PENULISAN KREATIF NASKAH DRAMA Sebelum menulis naskah drama sebaikanya kalian atau anda semua harus mengerti tentan g sedikitmateri tentang drama. Kalian semua harus memahami ini semua Sekarang baca dulu materi yang berhungan tentang drama oke...... oke dech ....

* Pengertian Drama Kata Drama berasal dari Kata dramoi (kata kerja dran) dalam bahasa Yunani. Menurut Alvian B. Kernan (1969: 286) kata drama berasal dari kata drama, kata kerja dran yang artinya berbuat (to do) atau bertindak (to act)Dapat disimpulkan dram adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud pertunjukkan oleh actor (Indarti, 2006: 45) * Unsur Drama dalam Karya Sastra 1.Tema dan Amanat Pengalaman dramatik yang lahir dikehidupan itu, pada suatu saat merangsang dan menggetarkan jiwa pengarang untuk mencipta. Mereka mencipta untuk memberi bentuk (baca :

mengungkapkan) ekspresif atau impresil yang dapat mendukung pengalaman dramatic yang dapat menggetarkan jiwanya itu. Dari pengalaman dramatik, diangkatlah satu ide, gagasan atau persoalan pokok yang menjadi dasar sebuah tema. Jadi tema (theme) adalah gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa pokok (Sudjiman, 1984: 74). Amanat (message) dalam lakon adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada publiknya. Teknik menyampaikan pesan tersebut dapat secara langsung maupun tak langsung. Secara tersurat (melok, Jawa), atau secara simbolis (perlambangan) (Satoto, 1985: 16). 2. Alur (Plot) Menurut Riris K. Sarumpaet (1977: 14 -15), menyatakan alur ialah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hukum sebab-akibat; dan merupakan pola perkaitan peristiwa yang menggerakkan jalannya cerita ke arah pertikaian dan penyelesaiannya. Marjorie Boulton (1971 : 64) dalam bukunya yang ebrjudul The Anatomy of Drama pernah mengatakan bahwaalur itu seyogiyanya disesuaikan dengan lingkungan; terutama lingkungan publiknya (baca: Pembaca, pendengar atau penonton). Dilihat dari sisi lain, ada bermacam-macam alur sebagai berikut: a.Alur menanjak (rising plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang semakin menanjak sifatnya; b.Alur menurun (falling plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang semakin menurun sifatnya; c.Alur main (progressive plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang berurutan dan berkesinambungan secara kronologis dari tahap awal sampai tahap akhisr cerita (melalui tahap-tahap; pemaparan atau perkenalan, penggawatan atau perunutan, klimaks atau puncak, peleraian, dan kemudian penyelesaian); d.Alur mundur (regressive plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang urutan atau penahapannya bermula dari tahap akhir atau tahap penyelesaian, baru tahap-tahap peleraian, puncak, perumitan dan perkenalan; e.Alur iwus (straight plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra, yang penahapannya runtut atau urut, baik sebagai alur maju maupun alur mundur; f.Alur patah (break plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang penahapannya tidak urut atau runtut, tetapi patah-poatah. g.Alur sirkuler (circular plot), alur bindar atau alur lingkar. Bahkan sering terjadi alur yang melingkar-lingkar tak jelas ujung pangkalnya; disebut alur spiral (dari A ke A lagi. Contoh: drama kapai-kapai karya Arifin C. Noer); h.Alur linear (linear plot), yaitu alur lurus (progressive plot). Contoh dari tahap A sampai ke Z. i.Alur episodik (episodik plot). Sering disebut nonlinear plot. Jalinan peristiwanya tidak lurus, tetapi patah-patah. Alur episodik ini merupakan alur kecil. Peristriwa yang dijalin ke dalam alur episodik ini merupakan episode-episode atau bagian dari cerita panjang. Misalnya episodeepisode dalam Bharata Yudha (termasuk di dalamnya episode Karna Tanding) (Satoto, 1984: 17). 3. Penokohan (karakterisasi atau perwatakan)

Yang dimaksud penokohan disini adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak dalam suatu pementasan lakon. Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Karenanya, tokoh-tokoh harus dihidupkan. Penokohan menggunakan pelbagai cara. Watak tokoh dapat terungkap lewat; (a) tindakan; (b) ujaran atau ucapannya (c) pikiran, perasaan dan kehendaknya; (d) penampilan fisikny; dan (e) apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikehendaki tentang dirinya atau diri orang lain. Ada empat jenis tokoh peran yang merupakan anasir keharusan kejiwaan yaitu (1) Tokoh Protagonis peran utama, merupakan pusat atau sentral cerita; (2) Tokoh antagonis peran iwaan, ia suka menjadi musuh atau penghalang tokoh protagonis yang menyebabkan timbulnya tikaian (konflik); (3) Tokoh Tritagonis peran penengah, bertugas menjadi pelerai, pendamai atau pengantar protagonis dan antagonis; (4) Tokoh Peran Pembantu, peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik (tikaian) yang terjadi; tetapi ia diperlukan untuk membantu menyelesaikan cerita. 4.Latar (Setting) Istilah latar (setting) dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang dan waktu terjadinya peristiwa. Ada perbedaan yang tidak mudah dilihat antara setting bagian dari teks dan hubungan yang mendasari suatu lakuan (action) terhadap keadaan sekeliling. Latar, dapat menjadi lebih luas dari sekadar urutan lakuan; dan tidak tergantung pada arti dari setiap peristiwa. Jelasnya latar (setting) dalam lakon tidak sama dengan panggung (stage). Tetapi panggung merupakan perwujudan (visualisasi) dari setting. Stting mencakup dua aspek penting yaitu: (a) aspek ruang, dan (b) aspek waktu. Di samping dua aspek tersebut, ada satu aspek lagi yang perlu dipertimbangkan yaitu (c) aspek suasana. * Jenis-jenis drama a.Drama pendidikan Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau drama didaktis. Pada abad pertengahan, lakon menunjukkan perilaku-perilaku yang dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau keburukan, kematian, kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan sebagainya. Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton dengan maksud untuk mendidik. b.Drama duka (tragedy) Drama duka adalah drama yang pada akhir cerita tokohnya mengalami kedukaan. Romeojuliet. Machbeth. Hamlet, Roro Mendut-Pronocitro, pada hakikatnya adalah drama duka. Jika kemudian ada sebutan lain, maka karena tokoh-tokohnya pada pertengahan cerita menunjukkan sifat khas yang menyebabkan penamaan lain seperti peperangan, percintaan, dan sebagainya. c.Drama ria (Comedy) Drama ria (ng) adalah drama yang menyenagkan; cara memperoleh kesenangan pembaca tidak dengan mengorbankan struktur dramatik. d.Closed Drama (Drama untuk dibaca)

Drama jenis ini hanya indah untuk bahan bacaan. Para sastrawan yang tidak berpengalaman mementaskan drama biasanya menulis Closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau kemungkinan pentasnya kecil. e.Drama teatrikal (drama untuk dipentaskan) Menurut koordinatnya seharusnya semua naskah drama dapat dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya yang tidak mendukung pementasan. Dalam drama teatrikal mungkin nilai literernya tidak tinggi, tetapi kemungkinan untuk dipentaskan sangat tinggi. Drama treatrikal memang menciptakan untuk dipentaskan. f.Drama Romantik Jenis drama romantik ditulis pada zaman romantik, yaitu mulai akhir abad XVIII sampai awal abad XIX. Drama-drama Jerman karya Schiller dapat diklasifikasikan sebagai drama romantik. Jenis drama ini juga disebut drama puisi atau drama benbentuk sajak. g.Drama adat Drama adat mementingkan penggambaran adat-istiadat di dalam suatu masyarakat atau daerah atau suku tertentu. Dalam hal ini, drama tidak boleh bersifat imajinatif, sepanjang memotret adat suatu daerah, tata cara hidup, cara berpakaian, cara mengungkapkan sesuatu, adat perkawinan, pemakaman, dan sebagainya harus diungkapkan sejujur mungkin karena merupakan potret adat suatu tempat atau masyarakat. Pelaku dan ceritanya dapat bersifat imajinatif, akan tetapi potret adat tidak boleh demikian. h.Drama liturgi Pada awalnya, drama digunakan sebagai sarana upacara. Drama liturgi maksudnya adalah drama yang dikaitkan dengan pelaksanaan upacara agama, baik dalam liturgi inti, maupun hanya sebagai alat memperoleh daya tarik saja. i.Drama simbolis Drama simbolis atau drama lambang adalah drama yang menggunakan lambang artinya pelukisan lakon tidak langsung ke sasaran. Kejadian yang dilukiskan dipergunakan untuk melambangkan tokoh lain dalam masyarakat. j.Monolog Monolog sebenarnya lazim kita jumpai dalam masyarakat. Pelawak-pelawak dalam ludruk dan ketoprak biasanya melakukan monolog sebelum patner mainnya datang. Dalam ludruk, pelawak akan meyanyi juli-juli dulu sendirian, kemudian melakukan monolog, baru kemudian datanglah patner mainnya. Demikian juga halnya dalam ketoprak, wayang kulit, dan wayang orang. Dalam wayang kulit malahan seluruh lakon itu dipentaskan secara monolog. k.Drama lingkungan Drama lingkungan disebut juga teater lingkungan, yaitu jenis drama modern yang melibatkan penonton. Dialog drama dapat ditambah oleh pemain sehingga penonton dilibatkan dengan lakon. Tujuan utama teater lingkungan adalah membuat tontonannya akrab dengan penonton. Drama lingkungan telah dipelopori oleh Marjuki, seorang dramawan yang juga redaktur majalah

Semangat dari Yogyakarta sekitar tahun 1960-an. Dalam seniman sinting terdapat warna gilagilaan. Sebenarnya yang paling inti dalam drama lingkungan bukan sifat-sifat gilaan itu. Tetapi keterlibatan penonton dalam lakon. Drama-drama yang dipentaskan oleh Teater Jeprik Yogyakarta pada hakikatnya adalah drama lingkungan. l.Komedi Intrik (Intrique Comedy) Komedi intrik adalah jenis komedi yang mengundang ketawa secara langsung dengan melalui penciptaan situasi yang lucu dan bukan dari watak atau dialognya. m.Drama Mini Kata (Teater Mini Kata) Goenawan mohammad menyebutkan teater mini kata, sedangkan Arifin C. Noer menyebutkan teater primitif. Pada hakikatnya, sepertihalnya namanya, drama mini kata adalah jenis drama dengan kata-kata seminim mungkin. Di Indonesia, jenis drama mini kata dikembangkan oleh Rendra sekitar tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Drama-drama mini kata yang digubahnya, misalnya: Bip-Bop, RambateRate-rate Di Mana kau Saudaraku, dan Piiiip. n.Drama Eksperimental Penamaan drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan belum memasyarakat. Biasanya jenis drama ekperimental ini adalah drama nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum setruktur lakon, baik dalam hal struktur tematik maupun dalam hal struktur kebahasaan. o.Sosio drama Sosio drama adalah bentuk pendramatisiran peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat.bentuk sosio drama merupakan bentuk drama yang paling elementar. Simulasi dan rol plying dapat diklasifikasikan sebagai sosio drama. Latihan-latihan dasar penulisan lakon dan pemeranan tokoh biasanya dapat efektif dilakukan melalui sosio drama p.Drama Absurd Drama absurd sebenarnya berhubungan dengan sifat lakon dan sifat-sifat tokohnya-tokohnya. Penulisan drama absud berpandangan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat absurd, oleh sebab itu tokoh-tokohnya juga haruslah bersifat absurd pula. Absurditas adalah sifat yang muncul dari aliran filsafat eksistensialisme, yang memandang kehidupan ini mencekam, tanpa makna, memuakkan. Jika manusia sadar akan keberadaannya seperti dalam eksistensialisme, maka manusia akan merasa bahwa hidup ini absurd. q.Drama improvisasi Kata improvisasi sebenarnya berarti spontanitas. Drama-drama tradisional dan drama klasik kebanyakan bersifat improvisasi. Dalam teater mutakhir kata improvisasi digunakan untuk memberi nama jenis drama mutakhir yang mementingkan gerakan-gerakan (acting) yang bersifattiba-tiba dan penuh kejutan. Drama improvisasi biasanya digunakan untuk melatih kepekaan pemain sehingga pemain dapat memerankan tokoh yang dibawakan lebih hidup dan realistis. r.Drama sejarah

Drama sejarah juga disebut chronical play, yaitu drama yang disusun berdasarkan bahan-bahan sejarah, tetapi peristiwa dan karakter tokoh-tokohnya bersifat lebih bebas (longgar). Misalnya , drama Nogososro Sabuk Inten yang naskah aslinya disusun oleh S. H. Mintardjo, disusun berdasarkan fakta sejarah yang dibumbui dengan imaji pengarang. * Para Pelaku Suatu pementasan terlahir berkat kerja sama yang baik. Riuh rendahnya tepukan penonton bukan untuk satu orang saja. Sebabnya, dibalik suatu pementasan, terdapat para pekerja seni yang piawai dibidangnya. a.Penulis Naskah b.Sutradara c.Narator d.Pemain e.Penata Artistik f.Penata Rias g.Penata Kostum *Langkah dan pementasan drama 1. Langkah-langkah Pementasan Langkahg-langkah Pementasan Drama adalah sebagai berikut: a.Menyusun nasah naskah. b.Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan. c.Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran. d.Melakukan pemilihan peran. e.Mendalami peran yang akan dimainkan. f.Sutradara mengetur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain. g.Pemain menjalan latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas. h.Gladiresik atau latihan terakhir sebelum pentas. i.Pelaksanaan pementasan sesuai dengan yang telah direncanakan. 2. Teknik Pementasan Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bermain drama a.penggunaan bahasa, baik cara pelafalanmaupun intonasi, harus relevan. Logat yagn diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan. b.Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. c.Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat berimprovisasi di luar naskah. Membaca dengan baik tiap kalimat yang diucapkan tokoh drama, dapat menggambarkan karakter tokoh serta konflik yang timbul di dalamnya. Untuk itu seorang pemain drama harus meresapi isi cerita. Ia harus memeperhatikan petunjuk yang dituliskan pengarang (mengenai suasana, gerak tokoh) serta kalimat-kalimat yang diucapkannya. Kalimat yang diucapkan harus sesuai dengan suasana yang dimaksud. Begitupun

gerak yang dilakukannya. * Menanggapi pementasan drama Dalam sebuah ulasan drama, yang dikemukakan adalah garis besar dari isi drama itu. Hal lain yang perlu dikemukakan adalah hal-hal berikut: 1.Tema 2.Alur cerita 3.Penokan 4.Latar atau setting panggung 5.Tata suara 6.Suasana pertunjukan 7.Unsur-unsur pendukung pertunjukan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai