Anda di halaman 1dari 4

B.

Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran

a. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran untuk Memperoleh Hasil yang Lebih


Baik
Secara teoritis untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, menurut Arifin (2012:
29-30), diperlukan memperhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi sebagai berikut:
1) Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena pembelajaran itu sendiri adalah
suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu:
(a) Dalam melakukan evaluasi dilakukan secara kontinu.

(b) Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan
dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran
yang jelas dan berarti tentang perkembangan peserta didik.
(c) Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk saja
tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input.
2) Komprehensif

Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek,

(a) Mengambil seluruh objek, sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi
itu adalah peserta didik,
(b) Seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor.
(c) Mengevaluasi objek-objek evaluasi lainnya.

3) Adil dan Objektif

Dalam melaksanakan evaluasi, harus berlaku adil tanpa pilih kasih, dilakukan
dengan cara:
(a) Semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa “pandang bulu”.

(b) Hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
(c) Sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat
negatif harus dijauhkan.
(d) Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan
hasil manipulasi atau rekayasa.
4) Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi, hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti:


(a) Orang tua peserta didik,

(b) Sesama guru,

(c) Kepala sekolah,

(d) Peserta didik itu sendiri.

Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-
pihak tersebut merasa dihargai.
5) Praktis

Praktis mengandung arti mudah digunakan,

(a) Bagi yang menyusun alat evaluasi maupunorang lain yang akan menggunakan
alat tersebut.
(b) Harus memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
b. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar (Depdiknas, 2003)

Dalam konteks hasil belajar, menurut Depdiknas (2003: 7), terdapat prinsip- prinsip
umum penilaian adalah:

1) Mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan
kompetensi serta tujuan pembelajaran;
2) Mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan bahan-
bahan yang tercakup dalam pengajaran; mencakup jenis-jenis instrumen penilaian
yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan;
3) Direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan secara
khusus;
4) Dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-
hati;
5) Dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.
c. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar

Dalam tataran praktis, penilaian hasil belajar, menurut Arifin (2012: 53), perlu
memperhatikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
1) Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus
dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian.
2) Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.

3) Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes.
4) Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

5) Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta


didik, seperti : tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan
portofolio.
6) Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai.
7) Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang
kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami
dan apa yang dapat dilakukan.
8) Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur
kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
9) Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut.

10) Penilaian harus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

C. Ciri-Ciri Evaluasi Hasil Belajar


Diantara ciri-ciri yang dimiliki oleh evaluasi hasil belajar adalah sebagaimana dikemukakan pada
uraian berikut ini:
Ciri pertama, bahwa evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan
belajar peserta didik tersebut, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung. Seorang pendidik
(guru, dosen dan lain-lain) yang ingin menentukan diantara para peserta didik (murid, siswa,
mahasiswa) yang tergolong “lebih pandai” ketimbang peserta didik lainnya, maka yang diukur
bukanlah “pandai”nya melainkan gejala atau fenomena yang tampak atau memancar dari
kepandaian yang dimiliki oleh para peserta didik yang bersangkutan.
Ciri kedua, bahwa pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik
pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif, atau lebih sering
menggunakan simbol-simbol angka. Hasil-hasil pengukuran yang berupa angka-angka itu
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode statistik untuk pada akhirnya diberikan
interpretasi secara kualitatif. Sebagai contoh untuk tingkat SD, SMP, SMA diberikan nilai
standar berskala sepuluh, di perguruan tinggi dipergunakan nilai standar berskala seratus.
Ciri ketiga, bahwa pada kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-
unit atau satuan-satuan yang tetap. Penggunaan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap itu
didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya
heterogen.
Ciri keempat, bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh para peserta didik dari waktu ke
waktu adalah bersifat relatif, dalam arti: bahwa hasil-hasil evaluasi terhadap keberhasilan belajar
pesera didik itu pada umumnya tidak selalu menunjukkan kesamaan atau keajegan.
Ciri kelima, bahwa dalam kegiatan evaluasi hasil belajar sulit untuk dihindari terjadinya
kekeliruan pengukuran (eror). Kegiatan evaluasi hasil belajar memerlukan data yang diperoleh
melalui kegiatan pengukuran. Kegiatan pengukuran memerlukan alat ukur atau instrumen yang
diharapakan menghasilkan data yang sahih dan andal. Kegiatan pengukuran dilakukan dalam
bentuk tugastugas rumah, kuis, ulangan tengah semester, dan akhir semester

DAFTAR PUSTAKA
Wulan,Elis Ratna Wulan. dan Rusdiana,. H. A. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka
Setia

Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.


Siregar, Raja Lottung.2017. Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Islam. HIKMAH Pendidikan
Islam Vol. 6, No. 1, 67-68

Anda mungkin juga menyukai