Anda di halaman 1dari 19

PENGOLAHAN NILAI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Chusnul Ma’idah
Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Chusnulmaidah13@gmail.com

ABSTRAK

Pengolahan penilaian hasil belajar dilakukan dalam rangka memenuhi tujuan untuk
mengukur pencapaian peserta didik atas proses ataupun hasil ujiannya, pendidik atau
tester tentu wajib menguasai teknik tentang bagaimana pengolahan hasil asesmen,
agar nantinya pendidik dapat mengetahui seberapa jauh kualitas penguasaan mata
pelajaran peserta didik yang diampunya. Mengolah data adalah proses untuk berarti
ingin memberi nilai dan makna pada data yang terlah terkumpul. Hasil pengolahan
data tergantung jenis data yang diolah. Semisal yang diolah adalah prestasi belajar,
maka nantinya data itu akan menjadi nilai yang merujuk pada prestasi belajar peserta
didik yang tentunya mengacu pada kualitas hasil pekerjaan peserta didik. Tujuan hal
ini tidak lain untuk bisa memberi makna tersendiri dari hasil proses belajar peserta
didik salah satunya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kata Kunci: Pengolahan Nilai, Penilaian, Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN

Penilaian atau asesmen merupakan kegiatan pengumpulan insformasi hasil


belajar peserta didik secara berkesinambungan. Menetapkan apakah peseta didik telah
menguasai kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum. Berdasarkan data dan
informasi yang telah diperoleh, seorang guru dapat memberikan keputusan terhadap
prestasi peseta didiknya.

Setelah data dan informasi peseta didik terkumpul, baik secara langsung
mapun tidak langsung maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data
(hasil penilaian). Mengolah data berarti memberikan nilai dan makna terhadap data

1
yang sudah dikumpulkan sebagaimana dikatakan oleh Carl H. Witherington “an
evaluation is a declaration that samething has or does not have value”.1 Apabila
datanya mengenai prestasi belajar, maka pengolahan data tersebut memberi nilai
kepada peserta didik berdasarkan kualitas hasil pekerjaannya.

Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pecapaian belajar


peserta didik. Hasil penilaian tentunya harus dapat dinyatakan dan dirasakan sebagai
penghargaan kepada peserta didik yang berhasil atau sebagai pemicu semangat
belajar bagi peserta didik yang masih harus berjuang memperoleh keberhasilan.2
Fenomena yang terjadi banyak guru (evaluator) yang sudah mengumpulkan data hasil
tes dari peserta didiknya, namun belum tahu bagaimana mengolahnya sehingga data
tersebut menjadi mubadzir, data tanpa makna. Sebaliknya jika ada data yang relatif
sedikit, tetapi sudah mengetahui cara pengolahannya maka data tersebut akan
mempunyai makna.

Agar data yang terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus
menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan dilakukan secara adil
sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Mengingat begitu pentingnya pengolahan
data dan informasi yang kemudian akan memberikan makna terhadap peserta didik,
maka pemaparan tentang pengolahan hasil penilaian yang harus dilakukan oleh
seorang evaluator dinilai penting, agar dalam pelaksanaan penilaian dapat dilakukan
dengan benar sehingga tidak membawa kerugian kepada semua pihak. Sebab
tanggung jawab ini merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh guru agar ia
mau dan mampu melakukan perbaikan mutu pendidikan.3

Sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional, bahwa agar mutu pendidikan terjamin kegiatan evaluasi

1
Henry Carl Witheringthon, Educational Psychology, (Boston : Ginn & Co, 1952), hal. 256.
2
Sudjatmiko dan Lili Nurlaili, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan – Ditjen Dikdasmen Depdiknas, 2003), hal. 18
3
Harun Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 77

2
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Tentang penilaian
juga diatur di Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi
dalam rangka mengukur pencapaia asil belajar peserta didik.4 Tanggung jawab itu
tentu harus dilakukan oleh guru ketika memberikan penilaian dan mengolah nilai
berdasarkan data dan informasi terhadap peserta didik secara obyektif sehingga tidak
melakukan kesalahan.

PEMBAHASAN

Pengertian Pengolahan Nilai Hasil Belajar

Istilah pengelolaan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
kelola (mengelola) yang artinya mengendalikan, menyelengarakan, mengurus. Kata
pengelolaan artinya proses, cara, perbuatan mengelola. Sedangkan pengertian
pengelolaan, menurut George R. Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-
tujuan organisasi atau maksud yang nyata.5 Menurut Mulyasa pengelolaan merupakan
komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Alasannya, tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
diwujudkan secara optimal.6

Sedangkan penilaian merupakan suatu keputusan tentang nilai suatu objek


yang digunakan untuk membuat keputusan tentang siswa, yang mana keputusan
tersebut dalam bentuk baik dan buruk.7 Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto,
yaitu penilaian merupakan pengambilan keputusan tentang sesuatu dengan ukuran

4
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (Bandung: Citra Umbara).
5
George R. Terry, Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, Cet. IX, terj. G.A. Ticoalu,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 1
6
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 20
7
Ikhwan Mahmudi, Evaluasi Pendidikan, (Sleman: Lintang Books, 2020), hal. 10

3
baik atau buruk, dan penilaian bersifat kualitatif.8 Dengan demikian penilaian
merupakan bagian dari proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran yang
digunakan untuk pengambilan keputusan tentang siswa

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengolahan penilaian


merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur proses
dan hasil belajar peserta didik mulai dari kemampuan mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, menilai dan mengkreasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, procedural dan metakognitif, yang dilakukan dengan berbagai teknik
diantaranya yaitu tes tulis, tes lisan dan penugasan.

Teknik Pengolahan Hasil Belajar

Langkah awal dari pengolahan hasil tes adalah pemberian skor. Pemberian
skor sendiri adalah proses untuk menghasilkan angka-angka dari jawaban soal tes
yang telah dilakukan. Selanjutnya angka tersebut akan diubah menjadi nilai dengan
tahap tertentu. Adapun cara yang dilakukan dan berlaku untuk tes objektif maupun
subjektif adalah dengan membandingkan hasil kerja peserta didik dengan kunci yang
telah disusun, dimana dalam prosesnya sendiri. Penggunaan simbol untuk
menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang tertuang dalam bentuk angka rentangan 0
sampai dengan 10, antara 0 sampai dengan 100 dan ada pula dalam bentuk hurup A,
B, C, D, dan E.9

A. Teknik Penskoran Hasil Pembelajaran


1. Ranah Kognitif
a. Tes bentuk pilihan ganda

8
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
hal. 3
9
M. Zulkifli, Evaluasi Pembelajaran, In Program Pascasarjana Unimed,
http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-Evaluasi-
Pembelajaran.pdf, 2009.

4
Untuk proses pemberian skor pada tes pilihan ganda memiliki 2
cara: tanpa sistem denda/ mengabaikan pilihan yang salah pada jawaban
yang telah dipilih, dan yang kedua memberikan denda pada jawaban yang
ditebak. Pertama, pemberian skor dengan mengabaikan pilihan yang salah
atau sistem tanpa denda. Cara memungkinkan dengan dua cara, yakni
dengan pertimbangan bobot skor setiap soal dan dengan mengabaikan
bobot skor.10 Untuk cara pernyataan yakni dengan menghitung jawaban
benar, selanjutnya dikalikan bobot skor setiap soal. Kedua, menjumlah
jawaban yang benar dengan setiap soal diberi skor satu. Maka hasil
jawaban yang benar adalah skor yang diperoleh peserta didik. 11
b. Tes bentuk jawaban singkat dan menjodohkan
Secara umum untuk melakukan penskoran pada kedua bentuk tes
ini adalah dengan tidak memperhitungkan sangsi berupa denda. Secara
umum jawab benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah diberi skor nol
c. Soal uraian/esai
Tes Uraian/Esai merupakan tes yang memerlukan jawaban dengan
bentuk uraian kata-kata dalam mengukur kemajuan belajar. Adapun
klasifikasi bentuk pertanyaan umumnya dimulai menggunakan kata
seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan,
dan sebagainya.12
2. Ranah Psikomotorik
Skala penilaian umumnya menggunakan rentangan dari sangat
sempurna sampai dengan tidak sempurna. Adapun bila disusun dalam bentuk
skala 5, didapatkan skala 5 sangat sempurna dan skala 1 paling tidak
sempurna dan skala 5 paling sempurna. Teknik pemberian skor dengan
10
Zainul Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991), hal. 13
11
Sukiman, Sistem Penilaian Pembelajaran, Cet.1, (Yogyakarta: Media Akademi, 2017), hal.
169
12
Khairuddin Alfath & Fajar Fauzi Raharjo, Teknik Pengolahan Hasil Asesmen: Teknik
Pengolahan Dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan
(PAP). Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, Vol. 8, No. 1, hal. 4

5
menggunakan skala penilaian ini adalah dengan memberikan skor untuk
seluruh indikator yang relevan dengan kemampuan yang bisa perlihatkan
oleh peserta didik yang dinilai. Langkah berikutnya adalah menambahkan
skor seluruh indikator yang diukur tersebut agar diperoleh skor total masing-
masing siswa.13
3. Ranah Afektif
Penilaian hasil belajar afektif dinilai dengan menggunakan instrumen
berupa skala penilaian dan pedoman pengamatan. Skala penilaian maupun
pedoman pengamatan tersebut pada umumnya menggunakan model Skala
Likert dengan jarak skala atau rentangan 3, 4, atau 5. Kemudian untuk
memberikan penafsiran menggunakan kategori verbal seperti sangat tinggi,
tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah, atau Sangat baik, baik, sedang,
kurang, dan sangat kurang.14
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan pedoman penafsiran dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung skor terendah
Skor terendah diperoleh dengan mengalikan skor terendah dari masing-
masing indikator.
b. Menghitung skor tertinggi
Skor tertinggi diperoleh dengan mengalikan skor tertinggi masing-
masing indikator.
c. Menghitung selisih skor
Selisih skor diperoleh dari skor tertinggi dikurangi skor terendah.
d. Menentukan jumlah kategori
Jumlah kategori ini sebaiknya sebanding dengan pedoman penskoran
awal.
e. Menentukan rentangan kategori

13
Sukiman, Sistem Penilaian Pembelajaran…, hal. 170
14
Ibid, hal. 172

6
f. Langkah terakhir adalah dengan memberikan pemaknaan atau
penafsiran terhadap siswa
B. Pengolahan Hasil Penilaian
Pemberian skor bukan menjadi bagian final dalam melakukan kegiatan
penilaian. Karena secara umum skor tersebut belum memberi makna yang berarti
untuk kepentingan pengambilan keputusan pendidikan. Maka dari itu penskoran
tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pengolahan mejadi nilai. Dari nilai inilah
kemudian bisa untuk dijadikan patokan dala pengambilan keputusan pendidikan.
Skor merupakan data dari hasil pekerjaan menyekor (pemberian angka)
yang didapatkan melalui penjumlahan angka-angka yang telah dijawab oleh
peserta didik, dengan pertimbangan bobot jawaban yang benar. Untuk nilai dapat
dipahami sebagai angka atau huruf yang merupakan hasil dari skor yang yang
telah dijumlah dengan skor-skor lain dengan standar tertentu dan telah diubah.
Maka dari itulah sering kali nilai dapat dikatakan sebagai skor standar (standard
score).15
1. Pengolahan Nilai dengan Menggunakan Pendekatan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) atau pada istilah lain Criterion
Referenced Test merupakan penilaian yang acuannya terletak pada kriteria
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah diformulakan.16 Penilaian Acuan
Patokan (PAP) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil
pengukuran terhadap mahasiswa dengan patokan "batas lulus" yang
ditetapkan untuk masing-masing bidang mata pelajaran.17 PAP adalah
membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau

15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 171
16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1988), hal 57
17
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution, Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: PAU-PPAI, 1997),
hal. 146.

7
norma absolut.18 Nilai-nilai yang didapatkan peserta didik berkaitan dengan
penguasaan materi yang dicapai peserta didik berdasarkan pada tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan.19 PAP berfokus pada hal yang dapat
dikerjakan oleh peserta didik dan mengetahui tingkat penguasaan mata
pelajaran peserta didik.20
Penilaian hasil belajar menggunakan pengolahan jenis ini berari
standar mutlak atau juga kriteria penialain yang sudah ditetapkan menjadi
acuan dalam memberikan nilai yang diberikan.21 Untuk prosesnya sendiri
adalah dengan membandingkan skor mentah hasil penilaian dengan skor
maksimum yang bisa didapatkan peserta didik. Sehingga jika peserta didik
dapat menjawab semua soal ujian.
Jadi, PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan
bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya,
melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang
dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi
dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar
berlangsung.22 Misalnya, kriteria yang digunakan 75% atau 80%. Bagi
peserta didik yang kemampuannya dibawah kriteria yang telah ditetapkan
dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial.
2. Pengolahan Nilai dengan Menggunakan Pendekatan Penilaian Acuan Norma
(PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang membandingkan
hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya.
PAN adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan

18
Zainul Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 233
19
Shirran, Mengevaluasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 145
20
Ananda Asrul & Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, (Medan: Citapustaka Media, 2014), hal.
88
21
Asmawi Zainul, Noehi Nasution, Penilaian…, hal. 147
22
Zainul Arifin, Evaluasi Pembelajaran, hal. 233

8
standar atau norma relatif.23 Karena apabila seorang siswa yang terjun ke
kelompok A termasuk “hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok lainnya
hanya menduduki kualitas “sedang saja”.24 Pendekatan penilaian ini dapat
dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti bahwa patokan
pembanding sematamata diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh
pada saat pengukuran/ penilaian berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang
diukur. PAN tidak dikaitkan sama sekali dengan patokan-patokan yang ada
di luar hasil pengukuran sekelompok siswa.
Pendekatan ini menggunakan cara membandingkan prestasi atau skor
mentah peserta didik dengan sesama peserta didik dalam kelompok/kelasnya
sendiri. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat
relatif, artinya bila sudah berhasil menyusun pedoman konversi skor
berdasarkan tes yang sudah dilakukan pada suatu kelas/kelompok maka
pedoman itu hanya berguna bagi kelompok/kelas itu dan kemungkinan besar
pedoman itu tidak berguna bagi kelompok/kelas lain karena distribusi skor
peserta tes sudah lain. Kecuali, pada saat pengolahan skor kelompok/kelas
yang lain tadi disatukan dengan kelompok/kelas pertama.25
Penilaian acuan norma adalah menskor nilai peserta didik dengan
membandingkan hasil belajar satu peserta dengan hasil peserta lainnya
dalam satu kelompok kelas.26 Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan
pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada
suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes

23
Ibid, hal. 238.
24
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003),
hlm. 238
25
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, (Semarang: Penerbit Unissula
Press, 2013), hal. 85
26
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran…, hal. 240

9
yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang
menggunakan prinsip belajar kompetitif.27
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian
acuan normatif (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu
pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan
dengan nilai-nilai siswa yang lain, yang termasuk dalam kelompok itu.28
Perbedaan PAN dan PAP
Pengembangan tes

Standar Penilaian Performance Siswa

27
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal. 59.
28
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, Cet. Ke 2, (Bandung: Pustaka
Setia, 2017), hal. 237

10
Maksud tes

Implementasi Teknik Pengolahan Nilai Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

A. Ranah Kognitif
Teknik pengolahan dan penilaian ranah kognitif (pengetahuan)
disampaikan pendidik dalam bentuk angka, predikat, dan deskripsi. Untuk
menjelaskan nilai pencapaian pengetahuan dengan menggunakan angka (Skala 1-
100), untuk menjelaskan predikat dalam bentuk abjad (A= sangat baik, B= Baik,
C= Cukup, D= Kurang), sedangkan deskripsi berua kalimat positif yang mengacu
pada KD pada mata pelajaran.29
Untuk mempermudah melakukan penilaian dalam satu semester, dapat
digambarkan dengan skema berikut: contoh skema dalam satu semester tingkat
SMP

Dari skema diatas dapat diketahui penilaian pembelajaran yang dilakukan


dalam satu semester, penilaian dalam skema diatas kemudian dijabarkan dengan
penjelasan sebagai berikut:

29
Siti Nurhayati, Pengelolaan Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mts
Pada Aspek Pengetahuan, Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung 8, 2019, hal. 156.

11
Penghitungan Rata Rata Nilai Ulangan Harian (NUH)
Nilai ulangan harian merupakan nilai rata rata yang didapatkan dari tes
tertulis maupun penugasan pada setiap KD. Penilaian ulangan harian dapat
sepenuhnya ditetapkan oleh guru dengan koordinasi kepada satuan pendidikan.
Penilaian Ulangan Harian dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk KD yang
gemuk sehingga tidak perlu menunggu pembelajaran KD terebut selesai. Berikut
adalah contoh pengolahan Nilai Ulangan Harian.
Tabel Contoh Pengolahan Nilai Ulangan Harian
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/Ganjil

Penginputan Nilai Ulangan Harian (NUH), Nilai Ulangan Tengah Semester


(NUTS), Nilai Ulangan Akhir Semester (NUAS), dan Penghitungan Nilai
Akhir (NA)
Pengolahan nilai akhir (NA) siswa didasarkan atas pembobotan terhadap
penilaian dalam satu semester, dengan pembobotan sebagai berikut: NUH:
NUTS: NUAS dengan perbandingan 2: 1: 1, sehingga didapatkan rumus NA=
((2xNUH)+(1xNUTS)+(1xNUAS)):4. Misal penghitungan nilai akhir Fajar:

12
Dari penghitungan nilai akhir, siswa Fajar mendapatkan komulatif nilai
akhir sebesar 86.5 kemudian dibulatkan menjadi 87. Berikut adalah contoh nilai
dalam satu semester:

Penentuan Predikat dan Pendeskripsian Capaian Pengetahuan


Pendeskripsian capaian Pengetahuan berbasis nilai yang didapatkan siswa
pada tiap KD yang dibandingkan dengan skala nilai untuk penetapan predikat,
penilaian ini cenderung lebih rumit karena mendahulukan nilai KD yang tinggi
dan mengakhirkan nilai KD yang rendah, namun penilaian ini dapat dipahami
pembaca secara detail.
Tabel Contoh Pengolahan Nilai Ulangan Harian
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester: VII/Ganjil

13
Contoh pendeskripsian capaian pengetahuan sebagai berikut:

Pendeskripsian Capaian Pengetahuan Berbasis Kata Kerja Operasional


(KKO) Taksonomi Bloom.30
Cenderung lebih memudahkan guru dalam penilaian dalam bentuk
deskripsi nilai akhir siswa, namun kurang bisa menjelaskan dengan detil hasil
belajar siswa, karena penilaian ini hanya menggunakan nilai akhir siswa dan
membandingkan dengan skala Taksonomi Bloom. Pembuatan skala bloom
dengan berpatokan pada nilai KKM, kemudian sisa nilai dari KKM dibagi jumlah
sesuai dengan Taksonomi Bloom kemudian dibuat kelas interval sesuai hasil
penghitungan, contoh pembuatan skala bloom apabila KKM 65 sebagai berikut:

30
Keputusan Menteri Agama No. 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab
Pada Madrasah, hal. 69

14
Berdasarkan skala tersebut, pendeskripsian nilai didasarkan atas capaian
yang diperoleh siswa dalam nilai akhir. Pendeskripsian minimal yang di dapat
adalah “mengingat” dan akan ditambah deskripsian sesuai dengan hasil capaian
nilai akhir siswa, sebagai contoh:

B. Ranah Afektif
Langkah-langkah untuk membuat deskripsi nilai atau perkembangan
sikap selama satu semester:31
1. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing
mengelompokkan (menandai) catatan-catatan sikap pada jurnal yang
dibuatnya kedalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal
belum ada kolom butir nilai).
2. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan
catatan-catatan jurnal untuk setiap peserta didik.

31
Tim Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Kemdikbud, 2017), hal. 54.

15
3. Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran
dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan
sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan,
wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual
dan sosial setiap peserta didik.
4. Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi.
Contoh Rumusan Deskripsi Capaian Sikap Spiritual dan Sosial
Sikap spiritual

Sikap sosial:

Sikap sosial:

C. Ranah Psikomotorik
Pengolahan penilaian aspek psikomotorik adalah pengumpulan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan tinjauan terhadap
kemampuan dalam melakukan atau mempraktikkan suatu perbuatan yang
berdasarkan potret atau profil kemampuanya. Hal ini sesuai dengan daftar
kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum. Kemudian penerapan pada
Pendidikan Agama Islam penilaian aspek psikomotorik berorientasi pada

16
keterampilan motorik atau kemampuan mempraktikkan ajaran agama seperti
wudlu, sholat, baca tulis al Qur’an dan sebagainya.32
Contoh pengolahan nilai pada bab sholat

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhamad, 2013, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Semarang: Penerbit


Unissula Press.
Arifin, Zainul, 1991, Evaluasi Instruksional, Bandung: Remaja RosdaKarya.
____________, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi, 2003, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara.
_________________, 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Alfath, Khairuddin, & Fajar Fauzi Raharjo, Teknik Pengolahan Hasil Asesmen:
Teknik Pengolahan Dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Norma (PAN)
dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP). Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan
Islam, Vol. 8, No. 1
Asrul, Ananda, & Rosnita, 2014, Evaluasi Pembelajaran, Medan: Citapustaka Media.

32
Sudirman, Implementasi Penilaian Psikomotor Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Dan Budi Pekerti, Jurnal al-Fikrah, Vol. IV, No. 1, Januari-Juni 2016, hal. 109

17
Carl Witheringthon, Henry, 1952, Educational Psychology, Boston : Ginn & Co.
Keputusan Menteri Agama No. 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa
Arab Pada Madrasah.
Lili Nurlaili, Sudjatmiko, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Direktorat
Tenaga Kependidikan – Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Mahmudi, Ikhwan, 2020, Evaluasi Pendidikan, Sleman: Lintang Books.
Mulyasa, E, 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Nasution, Harun, 2011, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhayati, Siti, 2019, Pengelolaan Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa
Inggris Mts Pada Aspek Pengetahuan, Jurnal Balai Diklat Keagamaan
Bandung 8.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bandung: Citra Umbara.
Ratnawulan, Elis, dan Rusdiana, 2017, Evaluasi Pembelajaran, Cet. Ke 2, Bandung:
Pustaka Setia.
R. Terry, George, Leslie W. Rue, 2005, Dasar-dasar Manajemen, Cet. IX, terj. G.A.
Ticoalu, Jakarta: Bumi Aksara.
Shirran, 2008, Mengevaluasi Siswa, Jakarta: Grasindo.
Slameto, 1988, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sudirman, 2016, Implementasi Penilaian Psikomotor Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti, Jurnal al-Fikrah, Vol. IV, No. 1, Januari-Juni.
Suharsimi Arikunto, Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi IV, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukardi, 2008, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi
Aksara.
Sukiman, 2017, Sistem Penilaian Pembelajaran, Cet.1, Yogyakarta: Media Akademi.
Tim Direktorat Pembinaan SMP, 2017, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan, Jakarta: Kemdikbud.

18
Zainul, Asmawi, dan Noehi Nasution, 1997, Penilaian Hasil Belajar, Jakarta: PAU-
PPAI.
Zulkifli, M, 2009, Evaluasi Pembelajaran, In Program Pascasarjana Unimed,
http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-
Evaluasi-Pembelajaran.pdf.

19

Anda mungkin juga menyukai