Anda di halaman 1dari 20

PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN

KURIKULUM

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Dosen: Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 6
Rini Ima Purwanti (20144711008)
Eko Wahyudi (2014471966)
Setyo Heru Kurniawan (2014471984)
Sulikah Fisyeni (20144711012)
Toha Maksun (2014471988)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Desain dan Perencanaan Pembelajaran.
Penyusunan tugas ini, bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami
sebagai seorang mahasiswa. Dalam tugas ini kami membahas mengenai “Prinsip
Dan Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum”. Dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Nurul Amin, M. Pd.I. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung
2. Dosen Pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI, Bapak Afiful
Ikhwan, M.Pd.I.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka
semua dan selalu memberikan berkah-Nya.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami
dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahan kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan untuk dikembangkan lebih lanjut dan dapat memberi sumbangsih
baik kepada penyusun maupun kepada masyarakat. Amiin.

Tulungagung, September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ ii


Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah........................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum ................................................................ 2
2.2 Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum ......................................................... 3
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum ......................................................... 4
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 13
3.2 Kritik dan Saran........................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu upaya membina dan membangun generasi muda yang tangguh
diantaranya adalah melalui pendidikan, baik yang diberikan dalam lingkungan
keluarga, melalui pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan dalam
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal harus ditentukan oleh adanya pelaksanaan kurikulum sekolah itu.
Keberhasilan sumber daya manusia dalam segi pendidikan sangat dipengaruhi
oleh adanya pemahaman seluruh personal di sekolah itu dalam melaksanakan
kurikulum.
Kurikulum pendidikan yang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan pendidikan yang mana seluruh komponen bangsa ikut memberikan
dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses
perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu pendidikan, kurikulum merupakan
perangkat yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi
keluaran dari proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik
untuk menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
b. Mengapa faktor-faktor dijadikan dasar dalam pengembangan kurikulum ?

1.3 Tujuan Masalah


a. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pengembangan kurikulum
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Memberikan pengetahuan tentang hambatan-hambatan yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Terdapat berbagai macam pengertian diberikan kepada istilah kurikulum. Ada
yang memberikan pengertian secara luas maupun secara singkat. Kata kurikulum
sendiri bukan berasal dari Indonesia asli, namun kata serapan dari bahasa Yunani.
[1] Dalam bahasa Yunani, kurikulum berarti Cucere yang berubah menjadi kata
benda Curriculum. Jamaknya adalah Curicula yang pertama kali dicapai dunia
atlantik[.2] Dalam kamus Webster terdapat arti dari kurikulum, diantaranya:
1. Tempat berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba
2. Pelajaran-pelajaran tertentu yang diberikan di sekolah maupun Perguruan
Tinggi yang ditujukan untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah
3. Keseluruhan pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut Hamalik dinyatakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.[3]
Dalam buku Secondary School Improvement (1971) karya J. Lloyd Trump
dan Delmas F. Miller menyebutkan bahwa kurikulum itu termasuk metode
pembelajaran, cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran, perubahan
tenaga pengajar, bimbingan penyuluh, supervisi dan administrasi, alokasi waktu
dan ruang, serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
Oleh karena itu, pembentukan kurikulum yang baik dalam pembelajaran
dijenjang pendidikan dsar sampai perguruan tinggi memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi serta prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh.[4]
1
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
PBM, Surabaya : Rajawali Pers,1995, Hal. 97
2
Afiful Ikhwan, Pengembangan Kurikulum PAI, Tulungagung:STAIM Press, 2013, Hal. 1
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Hal. 2
4
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Hal. 6
2.2 Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Prinsip yang dijadikan acuan oleh setiap tenaga pengajar dalam suatu lembaga
dengan lembaga yang lain terkadang memiliki perbedaan. Namun perbedaan
tersebut pada dasarnya tetap mengacu pada prinsip mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kurikulum yang
baik. Seperti yang dikutip dari Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktik, prinsip tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu
prinsip umum dan khusus.[5]
Prinsip umum meliputi:
1. Prinsip Relevansi: mengandung makna bahwa kompetensi yang dimiliki
siswa harus relevan dan sesuai kebutuhan di masyarakat. Sehingga dapat
juga diartikan bahwa prinsip ini harus memili keterkaitan/hubungan
timbal baik antara komponen-komponen di dalam dan luar sekolah.
2. Prinsip Fleksibel: mengandung makna bahwa setiap kurikulum
hendaknya bersifa fleksibel atau lentur, terutama yang berkaitan dengan
implementasinya. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
jati diri program studi yang ada.
3. Prinsip Kontinuitas: Mengandung makna bahwa adanya proses
pengembangan komponen-komponen kurikulum secara
berkesinambungan. Harus ada ketuntasan dalam penguasaan suatu
kompetensi. Jika putus-putus maka dikhawatirkan makna ketuntasan
tersebut susah diperoleh
4. Prinsip Kepraktisan: mengandung makna bahwa serangkaian kegiatan
pengembangan kurikulum mudah diikuti dan dilaksanakan. Seberapa
baiknya kurikulum jika tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksanan
lapangan maka sudah dapat ditebak pula apa hasil yang akan dicapai

5
Hanun Asrohah dkk, Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Kopertais IV Press, 2014, Hal.64
5. Prinsip Efektifitas: mengandung makna bahwa prinsip yang dilaksanakan
harus mampu menghasilkan atau menyiapkan lulusan yang memenuhi
harapan masyarakat penggunaannya. Disinilah dimensi kepuasan
pengguna lulusan prodi yang diutamakan.[6]
Sedangkan prinsip khusus yang tentu tidak dapat disampingkan adalah:
1. Prinsip yang berkaitan dengan tujuan pendidikan: bahwa pembentukan
kurikulum harus berdasarkan pada tujuan pendidikan baik dalam jangka
pendek, menengah maupun panjang. Dan tujuan tersebut harus bersumber
pada kebijakan pemerintah, tuntutan dari masyarakat, pandangan para ahli
pendidikan, hasil riset maupun pengalaman dari Negara lain
2. Prinsip yang berkaitan dengan isi pendidikan: memilih isi pendidikan
harus mempertimbangkan penjabaran tujuan pendidikan ke dalam
kemampuan hasil belajar, isi bahan pelajaran, yang meliputi pengetahuan,
sikap, keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun secara logis.
3. Prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses belajar-mengajar: metode
belajar mengajar setidaknya harus menyesuaikan materi yang diajarkan.
Metode ini berhubungan dengan tehnik pembelajaran yang efektif untuk
dilakukan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran agar materi
mampu diserap oleh siswa.
4. Prinsip yang berkaitan dengan media atau alat pembelajaran: pemilihan
alat peraga dalam proses pembelajaran tentu memiliki fungsi lebih dalam
proses penyerapan materi oleh siswa. Media yang dipilihpun juga harus
sesuai dengan karakteristik materi, metode dan kondisi kelas.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kegiatan penilaian: dalam setiap kurikulum
pasti memiliki metode dalam pemberian nilai. Karena nilai tersebut
merupakan tujuan akhir dari setiap proses pembelajaran yang diberikan
oleh pengajar dan dinantikan oleh siswa. Pemberian nilai tersebut harus
objektif dan adil.[7]

6
Ibid, Hal :65
7
Ibid, Hal. 67
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap
kurikulum sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi
banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses
pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi
akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga
mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan
serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum,
terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-
guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang
studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat
mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang
ada dewasa ini, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program,
yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak
guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-
angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi
pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.

2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya
bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat
di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut
berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat
penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan
masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban
menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah
satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha.
Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar
mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup,
bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat
berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai
moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai
lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan
pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang
kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu.
Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis,
kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok
spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas
dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial,
ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-
aspek tersebut sering juga mengandung nwilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi
berbagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah,
diantaranya:
a) Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat
b) Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c) Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
d) Menghargai nlai-nilai kelompok lain
e) Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri.
Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan
kurikulum karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi
pengembangan kurikulum.[8] Berdasarkan analisis kami, maka faktor-
faktor lain yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, diantaranya :
 Filosofis
 Psikologis
 Sosial budaya
 Politik
 Pembangunan negara dan perkembangan dunia
 Ilmu dan teknologi (IPTEK)
1. Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan
kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan
pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada

8
Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung : PT Remaja
Rosyada Karya, 2005, Hal. 60
pemikiran Ella Yulaelawati di bawah ini diuraikan tentang isi dari masing-
masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran
dan  keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan
pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum
yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
d) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
e) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model
Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme
memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan
Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam
pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan
keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan
kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara selektif
untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini,
pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai
terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan
lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Ini merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum (dari
teacher center menjadi student center).
2. Psikologis
Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan
dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya
yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji
tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek
perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi,
yaitu:
a) Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten
atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b) Bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten
berbagai situasi atau informasi.
c) Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d) Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
e) Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap
perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan
pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang,
sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih
mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi
permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan.
Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini.
Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali
dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa
menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik.
Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan
karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2)
perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta
didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.[9]
3. Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan

9
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006,
Hal. 250
bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan
baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan
bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia –
manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi
justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-
sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan
antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial
budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan
berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap
warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut
serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan
datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam
konteks lokal, nasional maupun global.
4. Politik
Wiles Bondi dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide
to Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan
pengembangan kurikulum. Hal ini jelas menunjukkkan bahwa
pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, kerana setiap
kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah
kurikulum pendidikan berubah.[10]
5. Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia
Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor
pembangunan negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju
dan membangun tidak seharusnya mempunyai kurikulum yang statis. Oleh
karena itu kurikulum harus diubah sesuai dengan perkembangan zaman
dan kemajuan sains dan teknologi.
Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan
teknologi telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia
di muka bumi ini. Oleh karena itu pengembangan kurikulum haruslah
sejajar dengan pembangunan negara dan dunia. Kandungan kurikulum
pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan
kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir
diperlukan dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini.
Namun terkadang kurikulum yang ada di suatu Negara tidak sesuai
dengan kenyataan perkembangan teknologi dan sosial politik di
masyarakatnya. Sehingga ketika seseorang yang baru masuk dalam dunia
pendidikan akan berfikair bahwa untuk membentuk suatu sistem
pendidikan yang baik haruslah merubah kurikulum yang ada. Padahal hal
itu sangat sulit. Sehingga yang biasa dilakukan hanyalah melanjutkan
kurikulum yang ada sebelumnya namun dengan cover yang baru.[11]
6. Ilmu dan Teknologi (IPTEK)

10
books.google.co.id/books/about/Curriculum_Development.html?
id=Rm1YAAAAYAAJ&redir_esc=y, akses 21 September 2015: 15.30 WIB
11
C.E. Beeby (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS Jakarta), Pendidikan Indonesia, New Zeland:
Oxford University Press, 1979, Hal.144
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan
mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru
terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus
semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya
merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin
orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki
di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil
mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang
berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi
dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia
melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat
pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan
yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan
masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan
standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus
dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan
kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi
untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi
yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah
tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat
mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut
dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi manusia
yang terlibat dalam kepentingannya serta prinsip-prinsip yang dijadikan
pedoman. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, yaitu meliputi:
1. Pergururan Tinggi
2. Masyarakat
3. Sistem Nilai
4. Filosofis
5. Psikologis
6. Sosial-Budaya
7. Politik
8. Pembangunan Negara Dan Perkembangan Dunia
9. Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
Sedangkan prinsip yang dijadikan dasarnya adalah sebagai berikut:
1. Relevansi
2. Fleksibel
3. Kontinuitas
4. Kepraktisan
5. Efektifitas

3.2 Kritik dan Saran


Kurikulum merupakan hal yang urgen dalam pendidikan. Sebagai calon
pendidik, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengetahui bagaimana kurikulum
yang baik dan sesuai dengan keadaan di lingkungan belajar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun dkk,. 2014. Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Kopertais IV


Press
Beeby, C.E. (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS Jakarta). 1979. Pendidikan
Indonesia, New Zeland: Oxford University Press
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
https//:books.google.co.id/books/about/Curriculum_Development.html?id=Rm1
YAAAAYAAJ&redir_esc=y, akses 21 September 2015: 15.30 WIB
Ikhwan, Afiful. 2013. Pengembangan Kurikulum PAI, Tulungagung: Insan Cita
Press dan STAIM Tulungagung
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Nasution, S. 2001. Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara,
Sukmadinata, Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik,
Bandung: PT Remaja Rosyada Karya
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. 1995. Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM, Surabaya: Rajawali Pers,

Anda mungkin juga menyukai