KELAS C
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami pun menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari kata sempurna dan
terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, karena
kritik dan saranlah yang dapat membangun sesuatu yang sempurna.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Presiden...............................................................................................................................5
B. Makamah Konstitusi...........................................................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................................................16
B. Saran..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) sebelum
perubahan terdapat enam lembaga tinggi/tertinggi negara, yaitu MPR sebagai lembaga
tertinggi negara; serta DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi negara.
Namun setelah mengalami perubahan UUD 1945 (Amandemen) dinyatakan bahwa lembaga
negara teridri atas MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, dan KY tanpa mengenal
istilah lembaga tinggi atau tertinggi negara.
Banyak dari sebagaian warga negara Indonesia masih belum paham betapa pentingnya
kedudukan, fungsi dan hubungan antar lembaga negara di Indonesia. Padahal, tidak sedikit
lembaga baik eksekutif, legislatif dan yudikatif yang memiliki fungsi yang perlu diketahui
oleh warga negara pada umumnya. Tetapi tidak kalah pentingnya hubungan antara lembaga-
lembaga tersebut, bagaimana hubungan antara Presiden dengan DPR, MPR dengan Presiden
dsb. Disini kami akan menjelaskan hubungan Presiden dan Makamah Konstitusi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka adapun permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini. Untuk memberikan kejelasan serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka terdapat rumusan masalah yaitu :
1.
2.
3.
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah yang ingin
dicapai yaitu :
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Presiden
Dalam negara republik, seorang Presiden sebagai orang nomor 1 di negara memiliki dua
tugas dan jabatan, yaknisebagaiKepala Negara dan KepalaPemerintahan. Berikut adalah
perbedaan antara Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara:
Berikut adalah penjelasan dari tugas dan wewenang dari jabatan presiden :
Sebagai Kepala Negara, Presiden memiliki tugas-tugas khusus yang harus dilakukan selaku
Kepala Negara. Tugas Presiden sebagai Kepala Negara tercantum dalam peraturan Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD ’45) adalah:
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
dan Angkatan Udara (Pasal 10)
Presiden mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat 1)
Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 13 ayat 3)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaann yaitu (Pasal
29 Ayat 2)
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional
(Pasal 31 Ayat 4)
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya (Pasal 32 Ayat 1)
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional (Pasal 32 Ayat 2)
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34 Ayat 1)
Negara mengembangkan system jaminan social bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan (Pasal 34 Ayat 2)
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak (Pasal 34 Ayat 3)
Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Hal tersebut tertera dalam pasal 24 (2) Undang-Undang Dasar NRI 1945. Visi dari
Mahkamah Konstitusi adalah untuk menegakkan konstitusi dalam rangka mewujudkan cita-
cita negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang
bermatabat. Adapun misi dari Mahkamah Konstitusi terbagi dua yaitu mewujudkan diri
sebagai salah satu kekuasaan kehakiman yang modern dan terpercaya, serta membangun
konstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi.
Apa beda Mahkamah Konstitusi dengan Mahkamah Agung? Menurut undang-undang, setiap
pelanggaran undang-undang diadili oleh pengadilan di dalam lingkungan Mahkamah Agung
yang berarti setiap peraturan di bawah Undang-Undang yang dinilai bertentangan di bawah
undang-undang juga diuji langsung oleh Mahkamah Agung. Sementara Mahkamah
Konstitusi berfungi untuk menegakkan konstitusi yang berhubungan langsung dengan
Undang-Undang Dasar dan undang-undang dibawahnya.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa Mahkamah Agung adalah pengawal undang-undang
(the guardian of the law), sedangkan Mahkamah Konstitusi merupakan pengawal Undang-
Undang Dasar (the guardian of the constitution)[1]. Dengan kata lain, Mahkamah Konstitusi
mengadili undang-undang yang bertentangan dengan konstitusi atau Undang-Undang Dasar,
sementara Mahkamah Agung mengadili peraturan di bawah undang-undang serta
membawahi peradilan pidana, perdata, dan peradilan tata usaha negara.
Tugas MK
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
undang-undang dasar.
3. Memutus pembubaran partai politik.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
5. Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden
dan atau wakil presiden menurut undang-undang dasar.
Fungsi MK ( Mahkamah Konstitusi ) yaitu:
Konstitusi tak lain merupakan sebuah aturan hukum. Sehingga konstitusi merupakan wilayah
kerja seorang hakim. Hakim Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan kewenangannya dapat
melakukan penafsiran terhadap konstitusi. Hakim dapat menjelaskan makna kandungan kata
atau kalimat, menyempurnakan atau melengkapi, bahkan membatalkan sebuah undang-
undang jika dianggap bertentangan dengan konstitusi.
Konstitusi sebagai dokumen yang berisi perlindungan hak asasi manusia merupakan
dokumen yang harus dihormati. Konstitusi menjamin hak-hak tertentu milik rakyat. Apabila
legislatif maupun eksekutif secara inkonstitusional telah mencederai konstitusi maka
Mahkamah Konstitusi dapat berperan memecahkan masalah tersebut.
Demokrasi ditegakkan melalui penyelenggaraan pemilu yang berlaku jujur dan adil.
Mahkamah Kontitusi sebagai penegak demokrasi bertugas menjaga agar tercitanya pemilu
yang adil dan jujur melalui kewenangan mengadili sengketa pemilihan umum. Sehingga
peran Mahkamah Kontitusi tak hanya sebagai lembaga pengadil melainkan juga sebagai
lembaga yang mengawal tegaknya demokrasi di Indonesia.
Wewenang MK
Di dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar RI 1945 jo. Undang Undang No. 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi disebutkan bahwa kewenangan Mahkamah
Konstitusi adalah[1]:
1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan.atau Wakil presiden menurut
Undang-undang Dasar.
3. Sementara sesuai ketentuan Undang-Undang Dasar RI 1945, Mahkamah Konstitusi
memiliki kewenangan sebagai berikut[2]:
4. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
5. Memutus sengketa kewenangan kenbaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD
6. Memutus pembubaran partai poitik
7. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
8. Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela
9. Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan atau Wapres telah tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden
Kewajiban MK
Kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberi putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum. Pelanggaran
hukum yang ditimpakan kepada Presiden dan Wakil Presiden dapat berupa penghianatan
terhadap negara, tindak korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela lain atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden.
Kewenangan dan kewajiban yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi mencerminkan
kuatnya niat negara ini untuk menyelengarakan sistem check and balances sebagai
perwujudan dari sistem lembaga peradilan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945.
Mahkamah Konstitusi berperan untuk memutus peradilan sengketa antar kewenangan
lembaga negara di mana lembaga negara tersebut menggunakan kewenangannya lebih dari
yang seharusnya sehingga berpotensi untuk melanggar kewenangan lembaga negara lainnya.
Sistem check and balances tersebut mengikat lembaga negara yang sederajat akan tetapi
saling mengendalikan satu sama lain.
Sehingga walaupun kedudukan antar lembaga negara tersebut sederajat, mereka tidak dapat
menggunakan wewenang mereka lebih dari yang seharusnya karena antar lembaga negara
tersebut saling mengontrol dan mengendalikan. Mahkamah Konstitusi juga berwenang
sebagai payung hukum untuk melakukan uji undang-undang dalam menjaga dan menegakkan
konstitusi apabila terjadi pelanggaran konstitusi lembaga eksekutif dan legislatif sebagai
pembuat undang-undang.
Sebuah undang-undang merupakan hasil keputusan bulat dari 55 orang di DPR. Akan tetapi
apabila ada satu orang saja yang melayangkan gugatan atas putusan tersebut, Mahkamah
Konstitusi tetap harus menerima dan melakukan pemeriksaan terhadap gugatan tersebut.
Produk Undang-Undang tidak boleh menimbulkan ketidakadilan, tidak boleh melanggar hak
konstitusional warga negara meskipun hanya satu orang[1].
Kedudukan MK
Menurut Harjono, antara MA dengan MK, keduanya merupakan lembaga tinggi Negara yang
terpisah, tetapi memiliki hubungan yang bersifat horizontal fungsional. Artinya, kedua
lembaga tersebut tidak saling mensubordinasikan, tetapi masing-masing mempunyai
kompetensi secara mandiri. Akan tetapi walaupun keduanya memiliki kompetensi dan
kewenangan yang berbeda, masing-masing tetap dalam fungsi besarnya, yaitu sebagai
lembaga tinggi Negara yang memiliki kekuasaan kehakiman atau judicial power.
Salah satu dari sekian perubahan paradigm di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
dianut dalam UUD 1945 pasca amandemen ialah tidak ditempatkannya lagi MPR pada posisi
yang lebih tinggi dari lembaga-lembaga Negara lainnya. Melainkan MPR ditempatkan pada
posisi lembaga tinggi Negara yang kedudukannya sejajar dengan semua lembaga tinggi
lainnya, tak terkecuali MK.[3]
1. UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
2. UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai
sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang
diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.”
3. UU no 48 tahun 2009 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Selain kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela,
dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
4. UU no 48 tahun 2009 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “Hakim konstitusi diajukan
masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden.”
5. Berdasarkan ketentuan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (MK), MK mempunyai lima kewenangan. Yakni, menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus
pembubaran partai politik, memutus perselisihan hasil pemilu (baik di tingkat
nasional maupun pemilihan umum kepala daerah) dan memberikan putusan atas
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden (impeachment).
Dari lima kewenangan MK itu, hampir semuanya berpotensi bersinggungan dengan Presiden.
Pertama, pengujian UU terhadap UUD. Lembaga negara yang mempunyai kewenangan
membuat UU adalah Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga produk Presiden –
bersama dengan DPR- lah yang diuji ke MK. Kedua, sengketa kewenangan antar lembaga
negara (SKLN). Sebagai lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
Presiden berpeluang menjadi subjek perkara SKLN di MK.
Sedangkan, kewenangan dalam memutus sengketa hasil pemilu atau pemilukada tidak terlalu
berhubungan dengan presiden. Pasalnya, pemilu atau pemilukada diselenggarakan oleh
lembaga yang independen –Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota- dari presiden.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/setyodwinugroho/552918e6f17e613d368b456f/hubungan-antar-
lembagalembaga-negara-di-indonesia?page=all
https://www.gurupendidikan.co.id/tugas-mk/