Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab yang artinya sama dengan berusaha. Ikhtiar secara istilah
ialah segala bentuk perilaku atau perbuatan manusia untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya,
atau usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya yang dilakukan
dengan sepenuh hati, sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin dengan mengerahkan seluruh
kemampuan dan keterampilannya serta dilakukan sesuai dengan syariat Islam.
Banyak ayat Al-qur'an maupun hadits yang menyuruh kita untuk selalu berikhtiar, baik yang bersifat
perintah secara tegas maupun yang bersifat motivasi. Adapun dalil-dalil yang mewajibkan manusia
untuk berikhtiar antara lain sebagai berikut :
َّ ّللاِِ َو ا ذ ْ ك ُ ُر وا
َِّللاَِ ك َ ث ِي ًر ا ل َ ع َ ل َّ ك ُ مِْ ت ُ ف ْ ل ِ حُ و ن َّ ِِضِ َو ا ب ْت َ غ ُ وا ِم ْنِ ف َ ضْ ل
ِ اْل َ ْر ِ َ تِ ال صَّ ََل ةُِ ف َ ا ن ْ ت
ْ ش ُر وا ف ِي ِ ُ ف َ إِ ذ َ ا ق
ِ َض ي
Artinya :
"Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, carilah karunia Allah,
dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung
Sabda Rasulullah sebagai berikut :
َ يَ ْنفَعُكَْ َما، ِن
ْْعلَى احْ ِرص ْْ ستَع ْْ ش ْيءْ أَصَابَكَْ فَ ِإ
ِْ ت َ ْع ِج ْْز َو َْل بِا، ن
ْ لل َوا َْ َتَقُ ْْل ف: ِن َو َكذَا؛ َكذَا فَعَ ْلتُْ أَنِِّي لَ ْْو
َ ل ْ فَعَ َْل شَا َْء َو َما.
ْْ قُ ْْل َولَك: للاُ قَد ََّْر
artinya :
"Bersemangatlah kamu menempuh aoa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada
Allah dan janganlah sekali-kali kamu malas. Jika sesuatu menimpamu, janganlah kamu katakan
"Seandainya dahulu aku lakukan ini dan itu niscaya akan demikian dan demikian". Namun
katakanlah,"Inilah takdir Allah, apa yang Ia kehendaki pasti terjadi".
Dihadits lain Rasulullah bersabda
َ ل سمِ عَ عُمرَ ب
ْن َُ ل ِإن َهُ سمِ عَ أبا تمِ يمَ ْالجيْشانِيَ يقُو
َُ َللاِ بْنَ هُبيْرةَ يقُو
َ َن حدثنا حيْوَة ُ أ ْخبرنِي ب ْك َُر بْنَُ ع ْمرو أن َهُ سمِ عَ عبْد َِ حدثنا أبُو ع ْب َِد الرحْ م
َُ ل ل َْو أن ُك َْم تتوكلُونَ على َللاَِ حقَ تو ُّك ِل َِه لرزق ُك َْم كما ي ْر ُز
َق الطيْر َُ َللاُ عل ْي َِه وسلمَ يقُو
َ ل إِن َهُ سمِعَ نبِيَ َللاَِ صلى َُ َللاُ ع ْن َهُ يقُو
َ َضي ِ بر َِ ْالخطا
)ح بِطانًا (رواه أحمد َُ صا وت ُرو ً ت ْغدُو خِ ما
Artinya :
"Dari Umar Ibn Khattab berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah saw., bersabda. "Sekiranya
kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT., dengan tawakkal yang sebanar-benarnya,
sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah swt.,) sebagaimana seekor burung diberi rizki, dimana ia
pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (H.R. Ahmad,
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah saw., bersabda :
"Sungguh jika sekiranya salah seorang diantara kamu membawa tali untuk mencari kayu bakar,
kemudian ia kembali membawa seikat kayu diatas punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah
mencukupi kebutuhannya dengan hasil itu adalah lebih baik dari pada meminta-minta kepada
manusia, baik mereka (yang dimintai) memberi atau menolaknya". (H.R.Al-Bukhari)
Bentuk Bentuk Ikhtiar
Ikhtiar merupakan salah satu akhlak terpuji yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Adapun bentuk-
bentuk ikhtiar yang harus kita ketahui, diantaranya yaitu:
1. Bersungguh-sungguh
Sungguh-sungguh merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang harus diperhatikan. Dalam menggapai
mimpi, keinginan, angan dan cita-cita diperlukan kesungguhan yang mendalam, jangan berusaha
dengan setengah-setengah, lakukan dengan sungguh-sungguh. Di antara dalil yang
menjelaskannya ialah firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
ف َلا
ّللاُ يُك َِّل ُا
سا َا ُو ْس َع َها ِّإ َا
ً ل نَ ْف
ل ْاليُس َا
ْر ِّب ُك ُام َا
ّللاُ ي ُِّري ُدا ْالعُس َا
ْر ِّب ُك ُام ي ُِّري ُاد َو َا
“Allâh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [al-
Baqarah/2:185].
Demikian pula Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu:
Apa-apa yang aku larang kalian darinya maka tinggalkanlah, dan apa-apa yang aku
perintahkan maka kerjakanlah sesuai kemampuan kalian.
Contohnya: Dalam hal jodoh, jika menginginkan jodoh yang baik maka berusahalah dengan
sungguh-sungguh dalam memperbaiki dan memantaskan diri.
2. Bekerja keras
Berusaha semaksimal mungkin untuk meraih apa yang diinginkan. Jangan bermalas-malasan dan
berusaha semau-maunya. Tapi, berusaha dan berjuanglah sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan. Dalam surat at Taubah ayat 105, Allah berfirman, “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Selain ayat al Quran di atas, terdapat pula
perintah untuk bekerja dalam hadis dari al Miqdam radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil
usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Daud ‘alaihissalam makan dari usaha tangannya
(sendiri)” (H.R. Bukhari).
Contohnya: Jika menginginkan kesembuhan dari suatu penyakit, maka berusaha keraslah untuk
menjauhi pantangannya, rajin minum obat, rajin berolahraga, rajin dalam menjaga kebersihan dan
penunjang lainnya.
3. Pantang menyerah dan putus asa
Jika sudah melakukan suatu usaha, kemudian tidak mendapatkan apa yang diinginkan atau gagal,
kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan harapan, maka teruslah mencoba, mencoba dan
mencoba. Jangan mudah menyerah, jangan berputus asa, karena kegagalan adalah sebuah proses
pembelajaran.
Contohnya: Ketika menginginkan suatu keberhasilan dibidang bisnis, jangan mudah menyerah ketika
mengalami kegagalan. Setelah berusaha dengan cara yang satu gagal, maka cobalah bangkit lagi dan
mencoba cara lain dan begitu seterusnya. Allah telah mencontohkan kisah Nabi Ya’qub dalam Al-
Qur’an sebagai contoh nyata pelajaran orang-orang yang ditimpa kesusahan dan larangan berputus
asa. Nabi Ya'qub yang terus berdo'a dan berharap pada Tuhannya setiap saat agar tidak termasuk
orang-orang yang berputus asa, karena berputus asa pada kebaikan Tuhan adalah sifat-sifat orang
yang kafir. Kisah itu digambarkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat
87:
”Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-
orang yang kafir”. (QS: Yusuf: 87)
Mengenai ikhtiar, Allah SWT telah berfirman dalam Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11:
Islam menganjurkan setiap manusia untuk selalu berikhtiar dan ikhtiar harus diiringi dengan doa,
untuk hasilnya serahkan pada yang Maha Kuasa. Karena hasil dari setiap usaha manusia adalah hak
prerogatif Allah. Kita hanya wajib berusaha, jika gagal teruslah berusaha dan untuk hasilnya
pasrahkan kepada Allah.
Langkah-langkah ikhtiar untuk meraih hidayah Allah dianjurkan bersikap baik tutur dan melakukan
amalan terpuji
KATA ikhtiar persamaan atau padanannya adalah usaha dan Allah Subhanahu Wata’ala.
سعَى اآلخِّ َراة َ أ َ َرا َاد َو َم ْنا َ س ْعيُ ُهم كَانَا فَأُولَئِّكَا ُمؤْ مِّ نا َوه َاُو
َ س ْعيَ َها لَ َها َو َ ً َم ْشكُورا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha (berikhtiar) ke arah itu
dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang
usahanya (ikhtiarnya) dibalasi dengan baik.”
Sedangkan kata hidayah persamaan atau padanannya adalah tuntunan atau petunjuk dari Tuhan dan
Allah subhanahu Wata’ala telah berfirman dalam Surat Az-Zukhruf [43] ayat-27:
“Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi
hidayah kepadaku.”
Adapun langkah-langkah ikhtiar untuk meraih hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala, maka kita
dianjurkan bersikap baik tutur kata maupun perbuatannya antara lain :
Pertama, tidak boleh sombong atau takabur, biasakan melakukan ucapan insyaa Allah, jika ada
maksud atau menjawab, menukil Surat-31 Luqmaan ayat-18: “Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Quran surat Al-Hujurat [49] ayat-1: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului
Allah dan Rosuul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
Kedua, selalu menggunakan akal dan berfikir yang ma’ruf (adil dan benar), menukil Surat Al-Maaidah
[5] ayat-100 : “Katakanlah; “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah, hai orang-orang berakal, agar kamu
mendapat keberuntungan.”
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”
Ketiga, banyak berdzikir. Misalnya “Laa Ilaaha Illaallaah Muhammadur Rosuulullaah” setiap pagi
dan petang, kalimat “Laa Ilaaha Illaallaah”, menukil Surat Muhammad [47] ayat-19:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan
sujud mencari karunia Allah dan keridloan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurot dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Keempat, selalu menghhatamkan Al-Qur’an, minimal setiap harinya Satu ‘Ain, menukil Surat
Ibrahiim [14] ayat-52 : “(Al-Qur`an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia dan supaya
mereka diberi peringatan dengan-Nya dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah
Tuhan Yang Maha Satu dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”
Kelima, selalu Silaturahmi dengan para Ulama/ orang-orang Saleh, menukil Surat An-Nisaa [4] ayat-1
: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi (silaturrohiim), sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi Kamu.”
Surat An-Nisaa [4] ayat-69 : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rosul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-Nabi, para
orang Jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang Shaleh dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya.”
Surat- Faathir [35] ayat-28: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya), sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Gagah lagi Maha Pengampun.”
1. Merasakan kepuasan bathin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuan
yang di miliki.
2. Terhormat di hadapan Allah SWT, dan sesama manusia.
3. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.
4. Tidak mudah berputus asa.
5. Menghargai jerih payahnya sendiri dan jerih payah orang lain.
6. Dalam kehidupannya tidak tergantung kepada orang lain.
7. 7.Menyelamatkan akidahnya, karena tidak berserah atau bertawakal kepada makhluk.
Harus disadari bahwa kebutuhan hidup manusia semakin hari semakin banyak dan bermacam-
macam. Sedangkan Allah SWT., Yang Maha Pemurah telah menyediakan semua kebutuhan hidup
manusia. Oleh karenanya kewajiban manusia ialah berusaha mencapainya dengan kemampuannya
yang semaksimal mungkin. Dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus :
1. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha terutama yang sifatnya halal
2. Tekun dalam melaksanakan suatu tugas yang diamanahkan terhadap dirinya
3. Pandai-pandai memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang positif
4. Tidak mudah putus asa apabila menghadapi kesulitan
5. Berusaha mendapatkan cara yang baru untuk memajukan usahanya
6. Harus memiliki semboyang bahwa bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup lebih
mulia dari pada meminta bantuan dan menunggu belas kasihan orang lain