Anda di halaman 1dari 10

1

NAMA : PUJA RAHMADI


NIM : 12136182
KELAS : 12.2A.32












MANAJEMEN INFORMATIKA
BINA SANARAN INFORMATIKA (BSI)
2014
2




KATA PENGANTAR



Assalamu`alaikum Wr. Wb.,

Pertama dan utama penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini. Selanjutnya tidak lupa sholawat kepada nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita kejalan yang diridhoi Allah.
Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam dalam meluruskan
kata Pacaran di dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memutuskan diri untuk berpacaran, serta ketetapan hukum agama Islam dalam berpacaran.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan terima kasih atas
perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa dan pelaku pendidikan
lainnya.




Jakarta, 6 Juni 2014



Penulis







3




DAFTAR ISI

COVER1
KATA PENGANTAR.............................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ......................................................................................4
b. Rumusan Masalah .................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi Pacaran ....................................................................................5
b. Hukun Islam Tentang Pacaran ..............................................................5
c. Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran .......................................7
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan ...........................................................................................9
b. Saran .....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................10



4




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini akan membahas tentang istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan
para remaja sekarang ini, yaitu Pacaran, meliputi definisi, tipe-tipe pacaran, pacaran dalam
perspektif hukum Islam dan konsep Islam dalam mengatur remaja yang sedang jatuh cinta
dan berkeinginan untuk menikah.
Topik di atas penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang sudah
biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja pada umumnya,
baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk menikmati masa
muda mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak tahu bagaimana hukum pacaran
itu yang benar menurut agama. Selain itu, akibat dari pacaran juga tidak jarang yang
menimbulkan konflik dan juga merugikan berbagai pihak, diantaranya adalah putus sekolah,
hamil di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Oleh
karena itu, penulis menganggap masalah pacaran ini memang sangat penting untuk dibahas
agar kita dapat mengetahui dan memahaminya sesuai norma agama.
Berdasarkan penjelasan di atas dan juga dikarenakan untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah agama di mana kami mendapatkan tugas untuk membuat makalah tentang
Pacaran dalam islam maka makalah ini kami beri judul Pacaran Dalam Pandangan Islam.

B. Rumusan Masalah
Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah yang
diantaranya adalah :
a. Defenisi Pacaran
b. Hukum Islam tentang pacaran
c. Konsep Islam dalam mengatuh hubungan dua orang berlainan jenis yang saling
menyukai.


5




BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Pacaran
Pacaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata pacar yang
diberi akhiran-an. Pacar itu sendiri memiliki arti kekasih atau lawan jenis yang tetap dan
mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Dengan demikian pacaran adalah proses
perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap
pencarian kecocokan untuk menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan
pernikahan.
Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan
utamanya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi
persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya
tidak mereka lakukan.
B. Hukum Islam Tentang Pacaran
Memang larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secara gamblang.
Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan kebanyakan orang awam tidak dapat
menerima atas hukum pelarangan pacaran. Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang,
namun banyak sekali dalil yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelarangan aktifitas
pacaran.
Sebelumnya kita mengetahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan
perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati zina.


"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32).

Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk atau manja,
bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan, dan lainnya.
6




Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal-hal yang di
dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang, termasuk dengan aktifitasnya yakni
Pacaran.
Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an
berikut :
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya."
(HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki
sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Imam Ahmad)

"Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadist Hasan, Thabrani dalam Mu'jam Kabir
20/174/386)

Telah berkata Aisyah r.a. "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh
tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai'atnya (mengambil janji)
dengan perkataaan." (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Majah).

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja) dengan
pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu. Namun yang kedua
adalah haram." (HR. Abu Dawud, Ath-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani)
"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang
memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena
Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari Kiamat." (HR.
Imam Ahmad)

7




Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang
memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau
memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku." (HR. Imam Muslim)







"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang
baik." (QS. Al-Ahzab : 32)

C . Konsep Islam Dalam Mengatuh Hubungan Dua Orang Berlainan Jenis Yang Saling
Menyukai
Sedangkan konsep Islam dalam mengatur hubungan antara sepasang remaja yang
sedang jatuh cinta dan benar-benar telah berkeinginan untuk menikah adalah disunahkan
segera menikah apabila sudah berhasrat serta calon suami mampu membayar mahar dan
menafkahi. Prosedur yang dibenarkan bagi laki-laki yang sungguh-sungguh berkeinginan
meminang seorang wanita untuk lebih mengenal dan mengetahui karakternya adalah sebagai
berikut :
1. Mengirim delegasi untuk menyelidiki masing-masing pasangannya, dengan syarat
delegasi tersebut harus adil, dapat dipercaya dan satu mahram atau satu jenis dengan
calon yang diselidiki.
2. Berbincang-bincang, duduk bersama namun harus disertai dengan mahramnya.
3. Sebatas melihat wajah dan telapak tangan saja (menurut syafiiyah).
4. Tidak ada keraguan atau prasangka akan ditolaknya lamarannya.
Rasulullah pernah bersabda dalam Riwayat Jabir berikut ini :

8




Jika di antara kalian ada yang meminang perempuan maka jika ia bisa melihat si
perempuan sesuai yang ia butuhkan untuk dinikahinya, maka hendaklah ia melakukan hal
itu.
Selain langkah-langkah di atas, Nabi Saw., memberikan tips bagi seseorang yang
hendak memilih pasangannya, yaitu mendahulukan pertimbangan keberagamaan daripada
motif kekayaan, keturunan maupun kecantikan atau ketampanan.




















9




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat simpulkan bahwa Islam tidak pernah
mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan pada koridornya. Bila bicara
cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan pernikahan, yang dengannya
cinta menjadi halal dan penuh keberkahan.
Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tidak halal alias
menjurus kepada hal-hal berbau zinah atau maksiat. Bukan karena apa pun, tapi karena Islam
adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan
terjadi pada diri manusia itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih banyak
membawa mudaratnya daripada manfaatnya. Jika memang ingin menyalurkan perasaan
karena tertarik pada lawan jenis, disarankan untuk melakukan khitbah dengan tidak
merugikan pihak laki-laki atau perempuan dan mempunyai tujuan yang jelas yakni
pernikahan. Sesungguhnya pacaran yang baik adalah setelah menikah karena pasangan
sudah berstatus halal bagi kedua belah pihak









10




DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/
http://kuliahsingkatku.blogspot.com/
http://sucimardalena.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai