Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TUGAS AGAMA ISLAM

"HUKUM PACARAN DALAM ISLAM"

OLEH :

NAMA : SUSI INDASARI

NIM : JIAI22195

KELAS : D

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
Kata pengantar

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan sesuai batas waktu yang ditetapkan.Makalah ini disusun berdasarkan
tugas Agama islam yang diberikan oleh bapak La Ode Wahidin, S.Pd.M.Pd.I selaku dosen agama islam
"hukum pacaran dalam islam" merupakan judul yang penulis berikan untuk makalah ini, dengan baik
dan kiranya dapat berguna bagi pembaca maupun penulis yang masih jauh dari kata kesempurnaan.
Makalah ini berisi tentang pengertian acaran, hukum pacaran dalam islam, konsekuensi pacaran, dan
hikmah dilarang pacaran. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada
remaja tentang pandangan Islam mengenai Pacaran.

Dalam upaya penyelesaian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
untuk itu pada kesempatan inipenulis mengucapkan terima kasih yang sebasar besarnya kepada
berbagai pihak.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekeliruan dan kekurangan, karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kaum khalayak terutama
remaja. Penulis juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Tiada
gading yang tak retak.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Kendari, 12 November 2022

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………….........................................................................…………………………….ii

Daftar Isi………………………………….............................................................................……………………………..iii

Bab I Pendahuluan

A.. Latar Belakang……………………………………...........................…………….……………...............………...…..1

B. Rumusan Masalah………………………...........................……………………….…………….............………...……2

C. Tujuan Penulisan………………………………...........................……………….………...............…………...……..2

Bab II Pembahasan

1. Pengertian pacaran menurut Islam …………………....................................…….…................……........3

2. Pandangan Islam mengenai pacaran ......……………………….………............…….............. ..................3

3. Batasan-batasan yang di perbolehkan Laki-Laki dan perempuan l menikah……......

4. Hukum pacaran menurut Islam……………...........................…………………….…………..............……........6

5. Pencegahan agar tidak menimbulkan perzinaan.............................………………..........……......……6

6. Konsep Islam Mengelola Hubungan Sepasang Remaja yang Sedang Jatuh Cinta................9

7. Hikmah dilarangnya pacaran dalam Islam.........…..….…..…………..................……..........……........10

Bab III Penutup

A. Kesimpulan……………………………………………………………………............………………………………………….....12

B. Saran…………………………………………………….........……………………………………………………….....................12

Daftar Pustaka…………………………………………………………….................………….…………………….……………........13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan percintaan antara laki-laki
dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki
menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada
waktu dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh,
mencium, memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri.

Namun di zaman sekarang, istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja. Pada masa ini,

seorang remaja biasanya mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan untuk
mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah pendekatannya berhasil dan gayung
bersambut, lalu keduanya mulai

berpacaran yang identik dengan pelampiasan sayang dengan cara yang kurang begitu sesuai dengan
ajaran Islam.

Hal tersebutlah yang mendasari mengapa penulis mengambil tema ini untuk di bahas, karena banyak
yang tidak tau apakah pacaran dalam islam itu di perbolehkan atau tidak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pacaran menurut Islam itu?

2. Bagaimana pandangan Islam mengenai pacaran?

3. Apa batasan-batasan yang di perbolehkan laki-laki dan perempuan sebelum mereka

menikah?

4. Apa hukum pacaran menurut islam?

5. Apa saja pencegahan agar tidak menimbulkan perzinaan?

6. Konsep Islam Mengelola Hubungan Sepasang Remaja yang Sedang Jatuh Cinta

7. Apa Hikmah di larangnya pacaran dalam islam?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pacaran menurut Islam itu

2. Untuk Mengetahui Bagaimana pandangan Islam mengenai pacaran

3. Untuk mengetahui batasan-batasan yang di perbolehkan laki-laki dan perempuan sebelum mereka
menikah

4. Untuk mengetahui Apa hukum pacaran menurut islam

5. Untuk mengetahui pencegahan agar tidak menimbulkan perzinaan

6. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Islam Mengelola Hubungan Sepasang Remaja yang Sedang
Jatuh Cinta

7. Untuk mengetahui Apa Hikmah di larangnya pacaran dalam islam

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian pacaran menurut pandangan islam

Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini tidak ada dalam Islam. Yang ada dalam
Islam ada yang disebut "Khitbah" atau masa tunangan. Masa tunangan ini adalah masa perkenalan,
sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus, tidak akan mempunyai dampak seperti kalau putus
setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya boleh bertemu dan berbincang-bincang di tempat
yang aman, maksudnya ada orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.

2. Pandangan Islam Mengenai Pacaran

1. Islam Mengakui Rasa Cinta Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika
seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada
wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya. Allah berfirman:

"Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa- apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak. kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."(QS. Ali
Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang
baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-
jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk
memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasullullah bersabda: "Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap
pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku

2. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal Dalam Islam, cinta kepada lain jenis
itu hanya dibenarkan manakala ikatan diantara mereka

berdua sudah jelas, Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan
nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar
diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji lewat SMS. chatting dan
sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-

jawab yang disaksikan oleh orang banyak. Bahkan lebih keren'nya, ucapan janji itu tidaklah
ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki
yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu
sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya
dan menjadi pelindung dan pengayomnya. Bahkan mengambil alih kepemimpinannya dari bahu
sang ayah ke atas bahunya
Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek
pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah
terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang
nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang
benar- benar telah dilanda degradasi agama.

3. Batasan-batasan yang Diperbolehkan Laki-laki dan Perempuan Sebelum Mereka Menikah

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina Allah SWT berfirman:

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-
Isra: 32)

Maksud ayat ini, janganlah kamu


melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara
perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan
termasuk

bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya

Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba
perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya)."

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya Dilarang laki dan perempuan yang bukan
mahramnya untuk berdua-duan. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak mahramnya, karena
ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad).

4. Harus menjaga mata atau pandangan. Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu adalah pengutus
fitnah yang sering membawa pada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman," katakanlah kepada
laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga
kehormatan mereka. Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah

mereka meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan mereka". (QS. An-

Nur 30-31).

Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepaskan pandangan
begitu saja apalagi memandangi lawan jenis dengan nafsu.
5. Menutup Aurat. Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang

memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadis
dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh,
memakai wewangian yang baunya semerbak, memakai make-up, dan sebagainya. Dan setiap laki-laki
yang memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak
akan mencium baunya surga, apalagi masuk surga.

4. Hukum Pacaran Menurut Islam

Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat
itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang
diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21) Islam
memperbolehkan untuk berpacaran selagi mentaati kaidah-kaidah apa saja yang

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar

tidak diperbolehkan dalam Islam itu sendiri. Jika kaidah-kaidah tersebut di langgar dan

menjurus pada perzinaan, maka haram hukumnya pacaran itu.

5. Pencegahan Agar Tidak Berbuat Zina

1. Menikah, supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.

2 Kalau belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga,

3. Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat

4. Dekatkan diri dengan Allah, dengan banyak membaca Al-Qur'an dan merenungkan artinya.

Banyak berzikir, membaca shalawat, shalat berjamaah di Masjid, menghadiri pengajian-pengajian dan
berteman dengan orang-orang yang shaleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.

5. Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar menahan pacaran dan
zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya menampakkan wajahnya ke alam dunia ini,
setiap laki-laki yang memandangnya pasti akan jatuh pingsan karena kecantikannya. Cobu anda
bayangkan saja siapa menurut anda wanita yang paling cantik di alam dunia ini, maka pastilah bidadari
itu entah berapa juta kali lebih cantik dari wanita yang anda bayangkan itu.

6. Konsep Islam Mengelola Hubungan Sepasang Remaja yang Sedang Jatuh Cinta

Allah SWT berfirman:


"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga),
"(QS. Al-Imran ayat:14)

Surat diatas menjelaskan bahwa sanya sudah dijelaskan bahwa dalam diri manusia telah ditanamkan
benih-benih cinta yang bisa tumbuh sewaktu-waktu ketika menemukan kecocokan jiwa, Islam tidak
melarang adanya cinta, karena semua itu di luar kendali manusia.

Agama Islam juga tidak melarang seseorang untuk berkasih dan bercinta, hal ini merupakan naluri
manusia. Namun, Islam menghendaki cinta yag menjaga kesucian dan ketulusan, sehingga ditetapkan
pedoman yang harus ditaati agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.

Konsep islam mengatur hubungan antara sepasang remaja yang di mabuk cinta disunnahkan untuk
segera menghalalkan hubungan mereka dengan cara menikah jika sudah siap untuk berumah tangga.
Dan calon suami mampu membayar mahar dan menafkahinya. Adapun prosedur bagi laki-laki yang
bersungguh-sungguh ingin meminang wanita agar lebih mengenal dan mengetahui perilakunya, seperti
berikut:

a. Mengirimkan delegasi untuk menyelidiki pasangannya dengan syarat delegasi tersebut adil, dapat
dipercaya, satu mahram dengan calon yang akan diselidiki.

b. Berbicang, duduk bersama namun harus disertai mahramnya (seperti adik,kakak, teman maupun
sahabatnya.)

c. Tidak ada keraguan maupun prasangka akan ditolaknya lamaran. Selain ada langkah diatas nabi
Muhammad Saw, memberikan cara bagi seseorang yang hendak memilih pasangannya, yaitu
mendahulukan pertimbangan keberagaman dibanding motif kekayaan, keluarga maupun kecantikan dan
ketampannan.

Adapun bagi para remaja yang belum siap untuk menapaki jenjang menikah dan ingin menguasai diri
agar tidak terkena dosa maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan yakni:

a. Lebih Giat Menyibukkan Diri

Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang
ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Oleh
karena itu, untuk memangkas kerinduan seseorang hendaknya menyibukkan diri dengan hal-hal yang
bermanfaat baik untuk dunia atau akhirat. Hakikat dari rasa rindu adalah kesibukan hati yang kosong Di
kala sepi sendiri, tanpa aktivitas muncullah bayangan sang kekasih, wajah, gerak-gerik, dan segala yang
berkaitan dengannya. Seluruhnya hanya sekedar bayangan dan khayalan yang berakhir dengan
kesedihan diri. Tiada manfaatnya sedikit pun bagi kehidupan kita. Ibnul Qayyim menyebutkan nasehat
seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi'i. la berkata:

‫ونقلة إن أشغلها بالحق وإال اشتغالك بالباطل‬


"Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akun tersibukkan dengan hal-hal
yang sia-sia (baril)" b. Bayangkan Kekurangan Si Dia Ingatlah selalu, orang yang engkau rindukan
bukanlah pribadi yang sempurna. Ia sangat banyak kekurangan, sehingga tidak layak untuk dipuja,
disanjung atau senantiasa dirindukan. Orang yang dirindukan sebenarnya tidak seperti yang dikhayalkan
dalam lamuman, Ibnul Jauzi berkata, "Sesungguhnya manusia itu penuh dengan najis dan kotoran.
Sementara orang yang dimabuk cinta senantiasa melihat kekasihnya dalam keadaan sempurna.
Disebabkan cinta ia tidak lagi melihat adanya aib."

Kita bisa menghukumi sesuatu dengan timbangan keadilan sedangkan orang yang sedang kasmaran
tengah dikuasai oleh hawa nafsunya sehingga tak dapat bersikap dengan adil. Kecintaannya menutupi
seluruh aib yang dimiliki oleh pasangannya. Para ahli hikmah berkata, "Mata yang diliputi oleh hawa
nafsu akan menjadi buta." Semoga Allah memberi taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya
segala kebaikan menjadi sempurna.

c. Berusaha untuk Ikhlas dalam Beribadah Ikhlas adalah obat manjur penyakit rindu. Jika seseorang
benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu
dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah
akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Sungguh, jika hati
elah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai
hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah.

Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya. melainkan setelah memperoleh kekasih lain
yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa
dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya." Hati yang
tidak ikhlas akan selalu diombang-ambingkan nafsu, keinginan, tuntutan serta cinta yang memabukkan.
Keadaannya tak beda dengan sepotong ranting yang meliuk ke sana kemari mengikuti arah angin.

d. Menghindari Nyanyian dan Film Percintaan Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar
untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan
mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan.
Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun
terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian. sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan
secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh
beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.

7. Hikmah Dilarangnya Pacaran dalam Islam

1. Cinta adalah perasaan suci yang seharusnya dijaga kesuciannya yakni dengan menempuh jalan yang
benar yaitu menikah. Pacaran hanya akan mengotori cinta itu sendiri dengan kegiatan haram yang
dilakukan oleh dua insan manusia karena berlandaskan hawa nafsu yang membawa pada keburukan.
Dengan melakukan pernikahan, maka tidak ada lagi batas atau aturan yang membelenggu untuk dapat
bersatu atas dua insan manusia yang saling mencintai. Aturan kesucian yang dijaga oleh insan manusia
akan memberikan dampak yang sangat kuat dari sisi psikologis para pencinta untuk terus bersama
selama-lamanya dijalan kebenaran. Cinta yang suci tersebut terus terjaga kesuciannya dalam jalan yang
benar. Yakni jalan dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.

dalam al-Qur'an: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (An-Nisa ayat 1)

Menikah adalah salah satu aturan yang membuka jalan kesucian untuk tahap selanjutnya. Setiap ayat
yang disebutkan dalam al-qur'an selalu menggunakan kata isteri untuk kedekatan hubungan antara pria
dan wanita yang bukan muhrim. Karena Allah telah menegaskan bahwa, hubungan kedekatan antar pria
dan wanita yang bukan muhrimnya hanya boleh terjalin dalam hubungan pernikahan. Diakhir ayat, Allah
mengatakan, "sesungguhnya Allah sesalu menjaga dan mengawasi kamu". Allah senantiasa melihat apa
yang kita lakukan bahkan apa yang terbesit dihati. Maka tetaplah diajalan kesucian cinta, yakni menikah.
Pacaran haram dalam islam.

2. Memberikan kekuatan pada hati manusia untuk setia. Ketika yang dicinta begitu mudah didapatkan
maka begitu mudah pula dilepaskan. Kesetian menjadi tanda tanya besar yang tidak mungkin bisa
dijaga. Kesetiaan adalah hal yang paling ditekankan oleh Allah Swt. bukankah raslullah bersabda bahwa
"hal yang halal untuk dilakukan tapi paling dibenci oleh Allah adalh cerai". Dari sabda rasulullah ini,
sebenarnya telah mengajarkan kepada kita bahwa Allah, sangat menekankan kesetian terhadap
pasangan hidup setelah menikah.

Tetapi, pacaran telah merusak kekuatan tersebut. Pacaran telah memberikan ruang terbuka untuk
ketidaksetiaan. Pacaran telah merusak kesetiaan pada pasangan pernikahan. Bahkan, jika pacar kita
tersebut beberapa bulan kemudian, menjadi pasangan hidup kita, maka sesungguhnya, tela lemahlah
kekuatan itu, karena telah diawali oleh tindakan yang melenceng dari jalan kebenaran. Ketika jalan
kebenaran itu dijaga, maka kuatlah setia, tetapi jika telah dilanggar pada awalnya maka telah lemahlah
setia. Allah telah menciptakan aturan demi kebahagiaan manusia itu sendiri. Demi, terjaganya bumi ini
dari kehancuran. Bumi ini tercipta dengan aturan yang benar oleh Allah, maka ia terus bertahan, seperti
itu pula aturan yang ditetapkan oleh manusia. Dan ketika manusia tersebut membangkang, maka
rusaklah tatanan kehidupan.

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang (Yusuf ayat 53)

Pacaran yang berasal dari nafsu yang menyuruh kepada kejahatan sepantasnyalah kita untuk
menghindarinya, walaupun telah terlaksana, maka bertobatlah, sungguh Allah Maha Pengampun lagi
Penyayang.
3. Mempertahankan manusia untuk senantiasa bertindak dijalan kebenaran dan mencegahnya lemah
karena perasaan. Perasaan lemah setiap insan manusia akan menuntun mereka pada jalan yang salah.

"Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kalt kamu termasuk orang-orang yang
ragu, "(Al-Baqarah ayat 147)

Pacaran itu, sebagian orang menganggapnya memiliki hal positif dalamnya, padahal sesungguhnya itu
adalah keraguan dari hal-hal yang salah uk dibenarkan. Allah Swt. telah dengan jelas berkata bahwa
kebenaran itu hanya datang dariNya, bukan dari pemikiranmu sendiri yang hanya berlandaskan hawa
nafsu

Senantiasa berada dijalan kebenaran, maka akan selalu terjaga untuk tidak melanggar aturan. Tidak
melanggar aturan akan memperbesar kemungkinan untuk menggapai surga yang mengalir sungai-sungai
didalamnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan hukum pacaran dalam islam, dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Dalam islam, pacaran memiliki pengertian hubungan kedekatan antar dua insan manusia bukan
mukhrim yang terjadi sebelum menikah
2. Pacaran adalah hal yang dilarang dalam islam karena mendekati zina,tidak menjaga pandangan.tidak
menjaga kesucian dan menurutkan hawa nafsu yang tidak berlandaskan pengetahuan ilmu.

3. Konsep Islam megelola hubungan sepasang remaja yang sedang jatuh cinta

yaitu prosedur yang dibenarkan bagi laki-laki yang sungguh-sungguh berkeinginan meminang seorang
wanita:

a. Mengirim delegasi untuk menyelidiki masing-masing pasangannya, dengan syarat delegasi tersebut
harus adil, dapat dipercaya dan satu mahram atau satu jenis dengan calon yang diselidiki

b. Berbincang-bincang, duduk bersama namun harus disertai dengan mahramnya.

c. Tidak ada keraguan atau prasangka akan ditolaknya lamarannya. d. Dan bagi remaja yang belum siap
untuk menikah yaitu:

e. Lebih giat menyibukkan diri

f. Ikhlas dalam beribadah

g. Menghindari nyanyian dan fil bernuansa percintaan

Orang-orang yang pacaran termaksud orang-orang yang melanggar perintah Allah dan rasulNya adalah
orang-orang yang zalim. Dan tempat kembali orang-orang yang zalim adalah neraka. Maka, orang-orang
yang pacaran tempat kembalinya ialah neraka, kecuali mereka yang bertobat dan memohon ampunan
Allah, sungguh Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.

B. Saran

1. Bagi para remaja pada umumnya. "Pegang terus etika pergaulan dalam keseharian sesuai dengan
syariat agama."

2. Bagi para remaja Islam yang sedang jatuh cinta dan sudah berkeinginan menikah, "Lakukan ta'aruf
Islami lalu (Khitbah) dan segeralah menikah,"

3. Jangan melakukan pacaran, karena pacaran hanya akan menuntunmu kejalan bukan kebenaran yang
pada akhirnya akan membuka jalan lebar bagimu untuk menemui neraka.
DAFTAR PUSTAKA

Azka, Darul dan M. Zainuri. Potret Ideal hubungan suami Istri,'Uqud al- Lujjayn dalam

disharmoni Modernitas dan Teks-teks Religious. Kediri : Lajnah Bahtsul Masa'il, 2006

Muhyidin, Muhammad. Pacaran Setengah Halal dan Setengah Haram.

Jogyakarta : Diva Press, 2008.


Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi ke-3. Jakarta Balai Pustaka, 2005.

Darajat Zakiah, 1995. Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung PT. Remaja Rosdakarya

Offset.

B. Hur lock Elizabeth, 1999, Psikologis Perkembangan, Jakarta: Erlangga Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung PT. Remaja

Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai