Anda di halaman 1dari 14

Pergaulan Bebas Remaja yang Dianggap

Wajar (Pacaran)

Tugas Makalah Akidah Akhlak

Kelas:
9.3

Penyusun:
Raihan Idzat Apriyansyah
Raihan Awal Basyaril
Danendra Muhammad Kaizen
Wirafathan Farizi Al-Juhdi
Diandra Atha Ramadhan
Yahya Senuadjie Kristanto
Muhammad Alfi Raya
Muhammad Haidar Hafish

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena


atas petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan
salah satu tugas sekolah kami mata pelajaran akidah akhlak yaitu pembuatan
makalah dengan judul Pergaulan Bebas Remaja yang Dianggap Wajar (Pacaran)
Tak lupa kami curahkan sholawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga
bisa terselamatkan dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bimbingan an
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Rahmi Indriani, selaku kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2
Jakarta
2. Ibu Dra. Hj Nursaena, selaku guru akidah akhlak Madrasah Tsanawiyah Negeri
2 Jakarta
3. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah membantu
dan memberikan dukungan.
Harapan kami sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat
dalam makalah ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa pula
kami haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam
makalah ini. Karena pemilik kesempurnaan yang sesungguhnya adalah Allah
SWT

Jakarta, Maret 2023

Penyusun

I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pergaulan bebas merupakan pergaulan yang melanggar norma-norma


agama dan sosial. Oleh karena itu, pergaulan bebas harus dihindari. Pergaulan
bebas dapat disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya pergaulan antara remaja
laki-laki dan perempuan yang tidak terkendali. Contohnya yaitu pergaulan yang
biasa dikenal sebagai “pacaran”.

“Pacaran” merupakan hal yang tidak jarang dilakukan oleh sebagian besar
orang terutama di kalangan para remaja pada umumnya, baik yang bertujuan
untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk menikmati masa muda,
dimana mereka sebenarnya ada yang tidak tahu bagaimana hukum “pacaran” itu
yang benar menurut agama.
Selain itu, akibat dari “pacaran” juga tidak jarang yang menimbulkan
konflik dan juga merugikan berbagai pihak, misalnya putus sekolah, hamil di luar
nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Makalah ini akan membahas tentang pergaulan bebas remaja, yaitu istilah
yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan remaja zaman sekarang, “Pacaran”,
meliputi definisi, dampak, dan pandangannya dalam hukum Islam.
Oleh karena itu, penyusun menganggap masalah “pacaran” ini memang
sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya
supaya dapat terhindar dari konflik-konflik dan juga dapat menjalankan pergaulan
yang sehat dengan akhlak yang baik.

1
I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah pada makalah ini,
yaitu:
1) Bagaimana definisi pacaran dan konsepnya dalam pandangan hukum
Islam?
2) Apa dampak dari adanya pacaran?
3) Bagaimana solusi agar tidak pacaran?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan yaitu :


1) Memahami definisi pacaran dan konsepnya dalam pandangan hukum islam
2) Mengetahui dampak dari adanya pacaran
3) Mengetahui solusi agar tidak pacaran

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada makalah ini yaitu, menyangkut soal


pacaran tentu saja banyak dampak negatifnya apalagi di agama Islam. Dengan
adanya makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca ada kesadaran diri
sendiri bahwa pacaran itu memang sangat dilarang agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pacaran dan Konsepnya dalam Pandangan Hukum Islam

Pengertian pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai


adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri, serta adanya keterikatan emosi
antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal
dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum
menikah. Dalam Bahasa Indonesia, pacar diartikan sebagai teman lawan jenis
yang tetap dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk menjadi tunangan dan
kekasih. Namun sayangnya di masa sekarang, pacaran digunakan sebagian orang
untuk memenuhi hawa nafsu sesaat.

Istilah pacaran secara harfiah tidak dikenal dalam Islam, karena konotasi
dari kata ini lebih mengarah kepada hubungan pra-nikah yang lebih intim dari
sekadar media saling mengenal. Hal inilah yang disebut bahwa pacaran termasuk
suatu hal yang mendekati zina. Seperti terdapat dalam surat Al-Isra’ ayat 32 :

ً‫اح َشةً َو َساء َسبِيال‬


ِ َ‫الزنَى ِإنَّهُ َكانَ ف‬ ْ ‫َوالَ تَ ْق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS.Al-Isra’: 32)

Zina merupakan perbuatan tercela yang dilakukan oleh laki-laki dan


perempuan bukan mahram. Umat Islam harus menjauhi hal-hal yang dapat
mendorong pada perbuatan zina, di antaranya berpandangan, bersentuhan,
berpacaran, berikhtilat, dan berkhalwat. Hal-hal tersebut harus dihindri. Akan
tetapi, banyak yang menganggap tidak penting dan membebani dalam pergaulan.
Padahal, Islam adalah agama yang mudah dan tidak membebani umatnya. Allah
yang memberikan perintah dan larangan untuk kebaikan hamba-Nya.

3
Islam tidak melarang seorang berkasih-kasihan dan bercinta, karena hal
tersebut merupakan naluri makhluk. Tetapi, Islam menghendaki kesucian dan
ketulusan dalam hubungan itu, sehingga ditetapkannya pedoman yang harus
diindahkan oleh setiap orang, sehingga mereka tidak terjerumus di dalam
perbuatan zina dan kekejian lainnya.

Tidak segan oleh mereka berdua-duaan baik di tempat umum bahkan di


tempat yang jauh dari keramaian. Padahal, Rasulullah SAW bersabda yang
artinya;
“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh
muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh
muhrimnya.” (H. R. Muslim)

Sebetulnya, budaya pacaran itu adalah budaya asing yang masuk ke


Indonesia akibat daripada globalisasi. Karena filter yang kurang, akhirnya banyak
yang ikut terjerumus dalam budaya tersebut. Padahal, harusnya diketahui bahwa
pacaran tidak lain adalah perbuatan dosa yang ujungnya akan mendekati kepada
zina yang merupakan dosa besar.

Tidak pernah dibenarkan adanya hubungan pacaran di dalam Islam. Justru


sebaliknya, Islam melarang adanya pacaran di antara mereka yang mukan muhrim
karena dapat menimbulkan berbagai fitnah dan dosa. Dalam Islam, pacaran adalah
haram. Oleh sebab itu, Islam mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan
dalam dua hal, yakni:

 Hubungan Mahram
Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan anak
perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau sebaliknya. Oleh
karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan (dalam artian baik)
dengan lawan jenis.

4
 Hubungan Non-mahram
Selain daripada mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi
perempuan tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berdua-duaan, melihat
langsung, atau bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahram nya. Untuk
perempuan, harus menggunakan jilbab dan menutup seluruh auratnya jika berada
di sekitar laki-laki yang bukan mahramnya tersebut.

2.2 Dampak Berpacaran

Islam melarang pacaran, bukan tanpa sebab. Pacaran selain mendekati zina,
yang merupakan dosa besar, juga bisa menimbulkan berbagai macam bahaya.
Yang kesemuanya tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Laki- laki diharuskan menjaga pandangannya dari perempuan dan perempuanpun
harus sadar diri akan keberadaannya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya.
Berikut beberapa dampak buruk dari pacaran:
1) Mudah terjerumus ke perzinaan
Seringkali remaja akan menyangkal bahwa mereka tidak akan melakukan
hal-hal yang demikian. Mereka akan berpacaran yang sehat, katanya. Padahal,
tidak ada berpacaran yang sehat kecuali setelah menikah. Sehingga tidak dapat
dipungkiri kemana pun mereka berpijak, akan ada iblis yang senantiasa menemani
dan membisikinya rayuan-rayuan kemaksiatan sehingga ia semakin terlena dalam
berbuat dosa. Awalnya hanya berpandangan, kemudia berpegangan tangan, mulai
berdua-duaan, dan akhirnya melakukan yang tidak sepantasnya untuk dilakukan.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari
perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua
telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa
(memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang

5
berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya.” (H. R Bukhari).
2) Melemahkan iman
Sudah dari akarnya bahwa pacaran itu dosa. Setiap orang yang berbuat dosa,
ada iblis yang menemaninya. Meniupkan berbagai rayuan agar orang itu semakin
terjerumus dalam dosa. Iming-imingnya sangat banyak, padahal kesemuanya
hanya pemuas nafsu belaka. Bahkan, yang awalnya tidak tergoda pun bisa saja
terjerumus.

3) Mengajarkan kepada kemunafikkan


Orang yang pacaran itu mengajarkan diri untuk menjadi munafik.
Berbohong ini itu hanya demi membuat si pacar senang. Bahkan mengumbar
janji-janji yang belum tentu bisa ditepati bahkan tak jarang aslinya hanya bualan
semata. Berusaha menunjukkan sisi terbaik padahal dibelakangnya seling
mencela. Sering mengumbar rayuan romantis hanya agar si pacar tidak curiga.
Tidak hanya dihadapan sang pacar, tapi juga akan melakukan hal yang sama di
hadapan orang tua. Jadilah mereka sebagai pembohong yang luar biasa.

4) Mengurangi produktivitas dan minat belajar


Waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar, justru lebih banyak
dihabiskan bersama pacar. Uang pemberian orang tua yang semestinya dipakai
untuk kepentingan pendidikan, malah dipakai untuk bersenang-senang. Zaman
sekarang, dedikasi tinggi kepada pacar nampaknya adalah prioritas utama
dibandingkan dengan diri sendiri. Akhirnya, tak jarang banyak yang malas
belajar, sering tidak mengerjakan tugas, kebanyakan berhayal, lalu ujung-
ujungnya adalah keteteran dan tinggal kelas atau terlambat wisuda.

5) Menjadikan hidup boros


Seringkali memberikan ini itu kepada pacar bahkan lebih sering daripada
apa yang dilakukan kepada orang tua sendiri. Pacaran hanyalah penyebab kantong
kering yang akan membuat kepala pusing hingga nanti ujung-ujungnya

6
merengeklah pada orang tua untuk mendapat tambahan uang belanja sekaligus
berpura-pura.
6) Meningkatnya tingkat aborsi.
Bila seorang remaja putri pacaran dan dia terlanjur hamil akan tetapi
kekasihnya tidak mau bertanggung jawab maka jalan yang ia tempuh adalah
aborsi (menggugurkan kandungan).

7) Meningkatnya tingkat kematian wanita.


Hasil dari gaya pacaran yang tidak sehat salah satunya adalah kematian.
Karena aborsi yang dilakukan oleh para remaja biasanya bersifat sembarang.
Konon lagi dengan bantuan dukun yang tidak mendapatkan pengetahuan medis.

8) Adanya Free sex


Hal yang lebih mengerikan lagi akibat dari pacaran yang tidak sehat adalah
seks bebas (free sex). Mereka pertama melakukan hal yang terlarang itu tetapi
kemudian mereka cenderung ketagihan.

9) Menyebarkan penyakit.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak dari seks bebas adalah
mewabahnya berbagai jenis penyakit kelamin seperti HIV/ AIDS, sipilis dan
penyakit kelamin lainnya.

2.3 Solusi Agar Tidak Pacaran

Perilaku pacaran merupakan salah satu pintu yang bisa mendekatkan


manusia pada perzinahan jika tidak mampu menahan diri dan mengontrol hawa
nafsu. Cara agar anak-anak muda atau remaja tidak terjebak oleh perilaku pacaran
yang menghanyutkan dan menjerumuskan diantaranya adalah:

1. Melakukan Aktivitas Produktif

7
Aktivitas produktif adalah salah satu hal yang bisa menjauhkan kita pada
kegiatan yang negatif dan kegiatan yang sia-sia.
Dengan beraktivitas produktif kita bisa mendapatkan lebih banyak manfaat, tidak
akan berpikiran aneh-aneh, atau bahkan terjerumus dalam pemikiran yang
dilingkupi oleh hawa nafsu. Untuk itu, mereka yang produktif akan banyak
menghasilkan karya dan manfaat. Sedangkan mereka yang sering menunda-nunda
waktu atau bahkan menunda-nunda pekerjaan, akan mudah terpengaruh pada
pikiran dan aktivitas yang negatif.

2. Bergaul dengan Orang-Orang Shaleh


Salah satu cara menghindari pergaulan yang buruk adalah dengan bergaul
dengan orang-orang yang shaleh. Pergaulan dengan orang-orang yang shaleh
menjauhkan kita dari orang-orang negatif, pergaulan bebas, dan hubungan lawan
jenis yang tanpa batas. Untuk itu, salah satu manfaat atau hikmah yang bisa
didapatkan dari bergaul dengan orang-orang shaleh adalah kelak kita akan
mendapatkan jodoh yang shaleh. Orang-orang yang shaleh adalah mereka yang
selalu berusaha menerapkan Rukun Iman, Rukun Islam, Hubungan Akhlak
Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan hati nurani menurut Islam.

3. Pikiran dengan Hal-Hal Positif


Perilaku pacaran bisa terjadi ketika diri kita tidak dipenuhi oleh hal-hal yang
positif. Terlalu banyak memikirkan hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan,
maka biasanya sangat mudah untuk terjeremus hal-hal yang negatif. Perasaan
yang positif, penuh semangat dan hikmah akan mengkondisikan diri kita untuk
bisa mengontrol diri dan mendapatkan banyak hal dari diri sendiri ketimbang dari
orang yang diharapkan atau yang disebut dengan pacar.

4. Memahami Konsekuensi dari Pacaran


Untuk menghindari pacaran, maka sebaiknya para remaja atau pemuda
mengetahui apa konsekuensi dari pacaran. Khususnya bagi mereka yang masih
menjalankan studi atau menjalankan pembelajaran di sekolah. Pacaran memang

8
dianggap memberikan kenyamanan, tapi tentunya akan mengganggu kefokusan,
dan proses pencarian jati diri. Padahal di usia remaja harusnya adalah fokus pada
persiapan dan perencanaan masa depannya. Untuk itu, maka bisa kita mempelajari
tentang tujuan penciptaan manusia, proses penciptaan manusia, hakikat
penciptaan manusia, konsep manusia dalam Islam , dan hakikat manusia menurut
Islam sesuai dengan fungsi agama agar semakin memahami masa depan dan tidak
mendapatkan risiko dari pacaran yang pada umumnya dilakukan orang.
Menghindari pacaran sebenarnya bukanlah suatu hal yang buruk, karena
dengan itu, para remaja bisa lebih fokus pada kegiatannya, memperbaiki diri, dan
mencapai tujuan dengan lebih produktif.

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan, yaitu:


1) Pacaran adalah kegiatan yang tanpa sengaja merusak akhlak kita terhadap
sesama, melalaikan perintah Allah dan Rasul-Nya, akhirnya merusak diri kita
sendiri.
2) Dalam Al-Qur'an dan hadis tidak dijelaskan secara spesifik tentang
pacaran, akan tetapi banyak ayat Al-Qur'an maupun hadis yang menyinggung
tentang pacaran. Maka dari itu pacaran dilarang keras dalam agam Islam.
3) Kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan zina adalah termasuk
kerusakan yang sangat berat. Diantaranya adalah merusak tatanan masyarakat
baik dalam hal nasab (keturunan) maupun penjagaan kehormatan, dan
menyebabkan permusuhan diantara sesama manusia.

3.2 Saran

Saran yang bisa kami sampaikan selaku penyusun yaitu, agar para pembaca
memahami dalil yang melarang keras pacaran atau lebih tepatnya perbuatan zina,
karena diawali pacaran akan merujung ke zina. Maka dari itu jangan pernah
pacaran sebelum menikah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dina Maulina Nur.H, Rita Nurdaliah, 2019, “Hukum Pacaran”, Insitut


Agama Islam Negeri AIN Bone,
https://www.academia.edu/40806120/HUKUM_PACARAN

Memenuhi Tugas Makalah Oleh Sri Mulyani, Hanifah Ainun Nabila, “Akidah
Akhlak: untuk MTs dan yang sederajat kelas IX”, Surakarta: Putra Nugraha

Eliyawati, SH., 22 Januari, “Jangan Pacaran Dosa”,


https://www.gurusiana.id/read/eliyawatish/article/jangan-pacaran-dosa-35-
2924255#

Redaksi Dalamislam, “Pacaran Dalam Islam – Hukum, Bahaya dan


Akibatnya”, https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/pacaran-dalam-islam/amp

www.nsd.co.id, 2013, “Pengertian Pacaran”,


https://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-pacaran.html?m=1

11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Definisi Pacaran dan Konsepnya dalam Pandangan Hukum Islam ............ 3
2.2. Dampak Berpacaran .................................................................................... 5
2.3. Solusi Agar Tidak Pacaran .......................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 10
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 10
3.2. Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................……………………......… 11

12

Anda mungkin juga menyukai