Wajar (Pacaran)
Kelas:
9.3
Penyusun:
Raihan Idzat Apriyansyah
Raihan Awal Basyaril
Danendra Muhammad Kaizen
Wirafathan Farizi Al-Juhdi
Diandra Atha Ramadhan
Yahya Senuadjie Kristanto
Muhammad Alfi Raya
Muhammad Haidar Hafish
0
KATA PENGANTAR
Penyusun
I
BAB I
PENDAHULUAN
“Pacaran” merupakan hal yang tidak jarang dilakukan oleh sebagian besar
orang terutama di kalangan para remaja pada umumnya, baik yang bertujuan
untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk menikmati masa muda,
dimana mereka sebenarnya ada yang tidak tahu bagaimana hukum “pacaran” itu
yang benar menurut agama.
Selain itu, akibat dari “pacaran” juga tidak jarang yang menimbulkan
konflik dan juga merugikan berbagai pihak, misalnya putus sekolah, hamil di luar
nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Makalah ini akan membahas tentang pergaulan bebas remaja, yaitu istilah
yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan remaja zaman sekarang, “Pacaran”,
meliputi definisi, dampak, dan pandangannya dalam hukum Islam.
Oleh karena itu, penyusun menganggap masalah “pacaran” ini memang
sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya
supaya dapat terhindar dari konflik-konflik dan juga dapat menjalankan pergaulan
yang sehat dengan akhlak yang baik.
1
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah pada makalah ini,
yaitu:
1) Bagaimana definisi pacaran dan konsepnya dalam pandangan hukum
Islam?
2) Apa dampak dari adanya pacaran?
3) Bagaimana solusi agar tidak pacaran?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah pacaran secara harfiah tidak dikenal dalam Islam, karena konotasi
dari kata ini lebih mengarah kepada hubungan pra-nikah yang lebih intim dari
sekadar media saling mengenal. Hal inilah yang disebut bahwa pacaran termasuk
suatu hal yang mendekati zina. Seperti terdapat dalam surat Al-Isra’ ayat 32 :
3
Islam tidak melarang seorang berkasih-kasihan dan bercinta, karena hal
tersebut merupakan naluri makhluk. Tetapi, Islam menghendaki kesucian dan
ketulusan dalam hubungan itu, sehingga ditetapkannya pedoman yang harus
diindahkan oleh setiap orang, sehingga mereka tidak terjerumus di dalam
perbuatan zina dan kekejian lainnya.
Hubungan Mahram
Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan anak
perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau sebaliknya. Oleh
karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan (dalam artian baik)
dengan lawan jenis.
4
Hubungan Non-mahram
Selain daripada mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi
perempuan tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berdua-duaan, melihat
langsung, atau bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahram nya. Untuk
perempuan, harus menggunakan jilbab dan menutup seluruh auratnya jika berada
di sekitar laki-laki yang bukan mahramnya tersebut.
Islam melarang pacaran, bukan tanpa sebab. Pacaran selain mendekati zina,
yang merupakan dosa besar, juga bisa menimbulkan berbagai macam bahaya.
Yang kesemuanya tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Laki- laki diharuskan menjaga pandangannya dari perempuan dan perempuanpun
harus sadar diri akan keberadaannya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya.
Berikut beberapa dampak buruk dari pacaran:
1) Mudah terjerumus ke perzinaan
Seringkali remaja akan menyangkal bahwa mereka tidak akan melakukan
hal-hal yang demikian. Mereka akan berpacaran yang sehat, katanya. Padahal,
tidak ada berpacaran yang sehat kecuali setelah menikah. Sehingga tidak dapat
dipungkiri kemana pun mereka berpijak, akan ada iblis yang senantiasa menemani
dan membisikinya rayuan-rayuan kemaksiatan sehingga ia semakin terlena dalam
berbuat dosa. Awalnya hanya berpandangan, kemudia berpegangan tangan, mulai
berdua-duaan, dan akhirnya melakukan yang tidak sepantasnya untuk dilakukan.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari
perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua
telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa
(memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang
5
berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya.” (H. R Bukhari).
2) Melemahkan iman
Sudah dari akarnya bahwa pacaran itu dosa. Setiap orang yang berbuat dosa,
ada iblis yang menemaninya. Meniupkan berbagai rayuan agar orang itu semakin
terjerumus dalam dosa. Iming-imingnya sangat banyak, padahal kesemuanya
hanya pemuas nafsu belaka. Bahkan, yang awalnya tidak tergoda pun bisa saja
terjerumus.
6
merengeklah pada orang tua untuk mendapat tambahan uang belanja sekaligus
berpura-pura.
6) Meningkatnya tingkat aborsi.
Bila seorang remaja putri pacaran dan dia terlanjur hamil akan tetapi
kekasihnya tidak mau bertanggung jawab maka jalan yang ia tempuh adalah
aborsi (menggugurkan kandungan).
9) Menyebarkan penyakit.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak dari seks bebas adalah
mewabahnya berbagai jenis penyakit kelamin seperti HIV/ AIDS, sipilis dan
penyakit kelamin lainnya.
7
Aktivitas produktif adalah salah satu hal yang bisa menjauhkan kita pada
kegiatan yang negatif dan kegiatan yang sia-sia.
Dengan beraktivitas produktif kita bisa mendapatkan lebih banyak manfaat, tidak
akan berpikiran aneh-aneh, atau bahkan terjerumus dalam pemikiran yang
dilingkupi oleh hawa nafsu. Untuk itu, mereka yang produktif akan banyak
menghasilkan karya dan manfaat. Sedangkan mereka yang sering menunda-nunda
waktu atau bahkan menunda-nunda pekerjaan, akan mudah terpengaruh pada
pikiran dan aktivitas yang negatif.
8
dianggap memberikan kenyamanan, tapi tentunya akan mengganggu kefokusan,
dan proses pencarian jati diri. Padahal di usia remaja harusnya adalah fokus pada
persiapan dan perencanaan masa depannya. Untuk itu, maka bisa kita mempelajari
tentang tujuan penciptaan manusia, proses penciptaan manusia, hakikat
penciptaan manusia, konsep manusia dalam Islam , dan hakikat manusia menurut
Islam sesuai dengan fungsi agama agar semakin memahami masa depan dan tidak
mendapatkan risiko dari pacaran yang pada umumnya dilakukan orang.
Menghindari pacaran sebenarnya bukanlah suatu hal yang buruk, karena
dengan itu, para remaja bisa lebih fokus pada kegiatannya, memperbaiki diri, dan
mencapai tujuan dengan lebih produktif.
9
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang bisa kami sampaikan selaku penyusun yaitu, agar para pembaca
memahami dalil yang melarang keras pacaran atau lebih tepatnya perbuatan zina,
karena diawali pacaran akan merujung ke zina. Maka dari itu jangan pernah
pacaran sebelum menikah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Memenuhi Tugas Makalah Oleh Sri Mulyani, Hanifah Ainun Nabila, “Akidah
Akhlak: untuk MTs dan yang sederajat kelas IX”, Surakarta: Putra Nugraha
11
DAFTAR ISI
12