PENDAHULUAN
1
Pacaran pun tidak jarang menimbulkan efek negatif yang
menimbulkan konflik yang serius, diantaranya adalah putus sekolah, hamil
di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan hingga bunuh diri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pacaran
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata ‘pacar’ yang
kemudian diberi akhiran –an. Ada beberapa pengertian pacaran dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu:
a. Pacar: kekasih atau teman lawan jenis yang tetap mempunyai
hubungan berdasrkan cinta-kasih.
b. Berpacaran: bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar).
c. Memacari: mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar.
d. Kencan: berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu
yang telah diterapkan bersama.
Dalam artian lain pun pacaran dapat didefinisikan sebagai proses
mengenal lawan jenis kita lebih dekat melalui rasa suka yang kita miliki
terhadap lawan jenis kita.
Dari defini-definisi di atas dijelaskan bahwasanya pacaran
hanyalah sikap dari batin saja. Tetapi, pada hakikatnya di era sekarang ini
para remaja maupun dewasa banyak yang mengartikan bahwa pacaran itu
lebih dari sekedar sikap batiniyah saja, tetapi mengikut sertakan
hubungan fisik dalam pacaran mereka. Banyak para pasangan yang
sedang dalam hubungan pacarannya bertingkah laku berdua-duaan,
bermesraan walau bukan dengan mahramnya, saling ‘pegang-pegangan’,
dan lain-lain.
Banyak pula para kaum muda-mudi yang sedang dalam sebuah
hubungan pacaran yang ‘berkedok’ dalam kata ta’aruf yang berarti
proses saling mengenal satu sama lain, tetapi mereka tetap melakukan
ritual-ritual pacaran seperti yang pada umumnya.
3
Islam sendiri sebenarnya tidak mengenal istilah ‘berpacaran’. Untuk istilah
hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan saat pra-nikah, Islam
mengenalnya dengan istilah yang disebut dengan khitbah (meminang).
Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus
mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat.
Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai
melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti
berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium, memandang
dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri.
4
Maka dari itu tujuan utama mengapa pacaran begitu diharamkan
dalam Islam karena pacaran itu mendekatkan dengan perbuatan zina
karena aktifitas pacaran itu sendiri banyak yang menjerumuskan ke dalam
lubang maksiat.
Zina itu sangatlah beragam, hampir dikeseluruhan indra kita
dapat menyebabkan perbuatan zina. Dari mulai zina mata, mulut, telinga,
dan lain-lain. Dan pacaran dapat menjadi akar dari macam-macam zina
tersebut. Seperti contoh, memegang tangan pasangannya saat sedang date
atau yang sering disebut dengan kencan, saling memandang satu sama lain,
bersentuhan, berpelukan, dan sebagainya.
Dalam sabda Rasulullah SAW yang menjadi rujukkan dalil
mengenai larangan berpacaran dijelaskan dalam hadits berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:
"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa
kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa
Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menentukan bagi anak Adam
bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat
(dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat),
zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu
syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau
mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)
Ada pula beberap dalil lain yang berasala dari sabda Rasul
maupun firman Allah SWT yang memperkuat tentang larangan berpacaran,
dijelaskan sebagai berikut:
"Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik
dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadist Hasan,
Thabrani dalam Mu'jam Kabir 20/174/386)
5
Telah berkata Aisyah r.a. "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah
menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya
membai'atnya (mengambil janji) dengan perkataaan." (HR. Al-Bukhari
dan Ibnu Majah).
Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah
SAW tentang memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat)
tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan
(menundukan) pandanganku." (HR. Imam Muslim)
"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara)
dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab : 32)
6
memutuskan menjalin hubungan suami-istri. Konsep hubungan ini sangat
dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan
bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai
dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang bisa
menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah
yakni, pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan
khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya
merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir
tidak ada perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait
dengan bagaimana orang mempraktikkannya.
Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan
perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun
haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan
hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal itu haram. Jika seseorang
menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk
menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram?
Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya berikut:
7
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki
- laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup
berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta.
Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun
rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki instink seksualitas
tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan.
Hewan tidak membangun rumah tangga. Menyatakan cinta sebagai kejujuran
hati tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat
atau hadis yang secara langsung melarangnya. Islam hanya memberikan
batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam hubungan laki-
laki dan perempuan yang bukan suami istri.
8
2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas
dari pada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya
(kalau ia tahu akan berat siksaannya).”
5. Menutup aurat.
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang
memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali
untuk suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar
9
rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh,
memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai "make up"
dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan
setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya.
Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium
baunya surga (apa lagi masuk surga).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam tidak pernah mengharamkan untuk saling mencintai. Islam
mengarahkan cinta agar ia berjalan pada aturannya. Bila bicara cinta di
antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan pernikahan, yang
dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan. Sebaliknya, Islam
melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tidak halal alias menjurus
kepada hal-hal berbau zinah atau maksiat. Karena Islam adalah agama
yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan
terjadi pada diri manusia itu sendiri.
Islam mempunyai khitbah dimana konsep hubungan ini sangat
dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan
bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini harus tetap
terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang
bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini. Karena
sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada
setiap insan manusia.
Hal yang harus diperhatikan adalah etika dalam bergaul
dengan lawan jenis, seperti tidak melakukan hal yang mengarah pada
zina, tidak menyentuh dan berduaan dengan lawan jenis yang bukan
muhirmnya, menjaga pandangan, serta menutup aurat. Maka dari itu,
manusia perlu menahan hawa nafsunya jika belum merasa berkecukupan
dan mapan baik materi ataupun iman bagi pasangannya kelak.
11
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
https://googleusercontent.com
http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-agama-
islam/
http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml
http://www.pengertianku.net/2014/11/pengertian-pacaran-secara-lebih-jelas.html
https://sepedaku.org/pacaran-dalam-islam/
https://alhijroh.com/adab-akhlak/siapa-bilang-pacaran-haram/
kompasiana.com
13
14