Anda di halaman 1dari 18

MODUL 8

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA [BA001]

ALENIA (PARAGRAF)

DISUSUN OLEH

NAMA DOSEN : SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd.


NIP : 070019

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA 2020

1
MODUL 8

ALENIA (PARAGRAF)

A. Pengertian Paragraf
Hingga saat ini belum ada rumusan yang memuaskan semua pihak tentang
pengertian paragraf. Berikut ini disajikan beberapa pengertian paragraf yang
dikemukakan oleh beberapa pakar bahasa.
1. Paragraf adalah karangan mini. Artinya semua unsur karangan yang panjang
ada dalam paragraf.
2. Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang
tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara
lengkap, utuh, dan padu.
3. Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat
yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai
pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
4. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Paragraf adalah bagian bab dalam
suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan mulai penulisannya
dengan garis baru).
5. Harimukti Kridalaksana, dalam Kamus Linguistik Paragraf adalah satuan
bahasa yang mengandung satu tema atau bagian wacana. Dapat terjadi dari
satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan.
6. Gorys Keraf, dalam komposisi, Paragraf yang disebutnya alinea, bukanlah
suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri atas kalimat-
kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari satu kesatuan kalimat saja. Tidak lain
dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas
dari kalimat.
7. Soedjito dan Mansur Hasan, dalam Ketrampilan Menulis, Paragraf adalah
bagian kerangka yang terdiri atas kalimat-kalimat yang terhubung secara utuh
dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.

2
8. Djago Tarigan, dalam menulis paragraf, Paragraf adalah seperangkat kalimat
tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang
relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan
karangan.

B. Syarat-syarat yang baik


1. Kesatuan
Dikatakan memilki satu kesatuan yang baik jika semua kalimat yang
membangun paragraf tersebut secara bersama-sama mendukung satu pokok
pikiran tertentu.

2. Kepaduan (koherensi)
Jika hubungan antar kalimat dalam satu paragraf itu kompak, maka paragraf
tersebut dinilai memiliki syarat kepaduan yang baik.
3. Pengembangan
Syarat yang berkaitan dengan keteraturan perincian dan pengurutan pokok
pikiran ke dalam pikiran-pikiran penjelasnya.

C. Ciri-ciri paragraf
Ciri-ciri paragraf antara lain:
1. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah
berbentuk formal, misalnya: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat topik.
3. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan
kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau
menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
4. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan
dalam kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat
spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.

3
D. Fungsi Paragraf
Sebuah karangan yang baik umumnya dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil yang disebut bab, kemudian dibagi ke dalam subbab, pada akhirnya berujung
pada bagian yang disebut paragraf. Pembagian karangan dalam paragraf-
berfungsi untuk:
1. Memudahkan membaca memahami pikiran penulis,
2. Menampung dan mengelompokkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
suatu karangan,
3. Memudahkan penulis mengembangkan pikiran secara sistematis,
4. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri
beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran,
5. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas
beberapa variabel.

E. Unsur Penanda Hubungan Paragraf


Salah satu cara untuk memelihara kepaduan atau koherensi antra kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam suatu paragraf ialah dengan menggunakan
unsur penanda koherensi atau unsur penanda hubungan.
Unsur penanda koherensi ada tiga macam, yaitu (1) pengulangan kata/frase kunci,
(2) penggunaan kata ganti, dan (3) penggunaan kata/frasa transisi.

1. Pengulangan kata/frasa kunci


Pengulangan kata/frasa kunci adalah salah satu cara memelihara kepaduan
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu paragraf
dengan menyebutkan kembali kata/frasa yang menjadi inti kalimat. Dengan
kata lain, kata/frasa kunci yang terdapat dalam suatu kalimat dihadirkan
kembali dalam kalimat berikutnya. Wujud pengulangan itu berupa: (1)
kata/frasa yang sama, misalnya kendaraan dengan kendaraan dan sakit hati
dengan sakit hati. (2) sinonim kata/frasa, misalnya dapat dengan bisa dan
keberhasilan dengan kesuksesan. (3) antonim kata/frasa, misalnya membenci
dengan mengasihi dan menangis dengan tertawa. (4) bentuk-bentuk kata dari

4
bentuk dasar yang sama, misalnya menari dengan penari dan memelihara
dengan pemeliharaan.
Berikut ini contoh penggunaan hubungan penanda tersebut.
(1) Tujuan penulisan tidak sama dengan maksud penulisan. (2) Tujuan
penulisan adalah perubahan tingkah laku yang kita inginkan terjadi dalam diri
pembaca setelah mereka selesai membaca tulisan kita. (3) Misalnya, setelah
selesai membaca tulisan kita, seseorang berubah dari tidak tahu menjadi tahu.
(4) Sedangkan maksud penulisan adalah motivasi yang mendorong kita
melakukan kegiatan menulis, baik yang timbul dari dalam diri kita sendiri
maupun yang timbul karena rangsangan dari luar. (5) Misalnya, kita menulis
dengan maksud agar memperoleh keuntungan berupa uang, popularitas, dan
sebagainya. (6) Atau kita menulis dengan maksud mengubah pandangan
masyarakat terhadap suatu nilai.

2. Penggunaan kata ganti


Kata ganti yang dimaksud adalah kata ganti yang dihadirkan untuk
menggantikan sesuatu yang sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Hal
ini dilakukan agar pengembangan paragraf dapat bervariasi sehingga tidak
menjemukan.
Contoh:
(1)Desi adalah seorang guru Sekolah Dasar yang rajin. (2) Desi tinggal di
sebuah desa kecil bernama Desa suka menanti. (3) Setiap pagi Desi pergi ke
sekolah ditemani sepeda tua. (4) Sore harinya, Desi melatih murid-murid Desi
menari. (5) Desi selalu senang melatih murid-murid menari.
Bandingkan dengan contoh berikut:
(2)Desi adalah seorang guru Sekolah Dasar yang rajin. (2) Dia tinggal di sebuah
desa kecil bernama Desa Suka Menanti. (3)Setiap pagi Desi pergi ke sekolah
ditemani sepeda tuanya. (4) Sore harinya, Desi melatih murid-muridnya menari.
(5) Ia selalu senang melatih murid-muridnya menari.
Kata ganti yang bisa digunakan untuk menjaga koherensi antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain ialah (1) kata ganti orang, seperti ia/dia, beliau,

5
mereka, saya, kamu, dan sebagainya. (2) kata ganti milik, seperti: –nya, beliau,
mereka, dan sebagainya, dan (3) kata ganti penunjuk, yaitu ini dan itu.

3. Penanda kata atau frasa transisi


Berdasarkan jenis hubungan yang ditunjukkan, kata atau frasa transisi dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagi berikut:
a. Kata/frasa transisi penanda hubungan tambahan
Kata/frasa transisi penanda hubungan tambahan adalah kata/frasa transisi
berfungsi menambahkan atau memperkuat informasi yang telah
dikemukakan dalam kalimat sebelumnya. Berikut ini contoh-contoh
kata/frasa transisi penanda hubungan tambahan.
apalagi bahkan
tambahan lagi malahan
begitu pula selanjutnya
demikian pula berikutnya
tambahan pula di samping itu
begitu juga selain itu
demikian juga
b. Kata/frasa transisi penanda hubungan perbandingan
Kata/frasa transisi penanda hubungan perbandingan adalah kata/frasa
transisi yang berfungsi untuk menunjukkan adanya perbedaan ataupun
persamaan antara gagasan yang terdapat dalam kalimat berikutnya.
Berikut contoh-contoh kata/frasa transisi penanda hubungan perbandingan.
Berbeda halnya sama halnya
Meskipun demikian seperti halnya
Walaupun demikian dalam hal yang sama
Sungguhpun demikian dalam hal seperti itu
Bagaimanapun juga dalam hal yang demikian
Sebaliknya lebih dari itu
Akan tetapi dengan demikian
Sedangkan dalam hal yang berbeda
Melainkan

6
c. Kata/transisi penanda hubungan akibat atau hasil
Kata/frasa transisi penanda hubungan akibat atau hasil adalah kata/frasa
transisi yang berfungsi untuk menunjukkan adanya akibat atau hasil dari
sesuatu yang dikemukakan pada kalimat yang satu yang dikemukakan
dalam kalimat berikutnya. Dengan kata lain, kalimat pertama merupakan
sebab kalimat berikutnya merupakan akibat atau hasil. Berikut contoh-
contoh kata/frasa transisi penanda hubungan akibat atau hasil.
Oleh karena itu akibatnya
Sebab itu dengan demikian
Maka jadi
d. Kata/frasa penanda hubungan waktu
Kata/frasa transisi penanda hubungan waktu adalah kata/frasa transisi
yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan dari segi waktu yang berbeda dari
kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya. Waktu yang dimaksud dapat
terjadi sebelum, sesudah, atau bahkan bersamaan dengan waktu yang
diungkap dalam kalimat sebelumnya. Berikut ini contoh-contoh kata/frasa
transisi penanda hubungan waktu.
Sebelum itu sesudah itu
Baru-baru ini beberapa saat kemudian
Beberapa saat yang lalu tak lama kemudian
Sejak itu kemudian
Sementara itu pada saat yang bersamaan
e. Kata/frasa transisi penanda hubungan tujuan
Kata/frasa penanda hubungan tujuan adalah kata/frasa transisi yang
berfungsi untuk menunjukkan bahwa kalimat yang satu merupakan kalimat
yang mengandung gagasan untuk merealisasikan gagasan lain dalam
kalimat sebelumnya. Dengan kata lain, kalimat pertama merupakan tujuan,
sedangkan kalimat kedua merupakan aktivitas untuk mencapai tujuan itu.
Contoh-contoh kata/frasa transisi penanda hubungan tujuan.
Untuk tujuan itu untuk tujuan tersebut
Untuk maksud itu untuk maksud tersebut
Untuk itu

7
f. Kata/frasa transisi penanda hubungan ringkasan
Kata/frasa transisi penanda hubungan ringkasan adalah kata/frasa transisi
yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan bahwa kalimat yang diawalinya
merupakan kalimat yang mengandung gagasan dalam bentuk ringkas atau
merupakan kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sudah dikemukakan
sebelumya. Contoh-contoh kata/frasa transisi penanda hubungan
ringkasan.
Ringkasnya kesimpulannya
Pendeknya pada umumnya
Singkatnya demikianlah
Memang begitulah
Itulah
g. Kata/frasa transisi penanda hubungan urutan
Kata/frasa transisi penanda hubungan urutan adalah kata/frasa taransisi
yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa kalimat yang diawalinya
merupakan kalimat rincian dari kalimat yang telah dikemukakan
sebelumnya dan rincian itu akan diurutkan berdasarkan tata urutan tertentu.
Contoh-contoh kata/frasa transisi penanda hubungan urutan.
Pertama akhirnya
Kedua yang terakhir
Kelima keenam

F. Jenis Paragraf
Paragraf banyak ragamnya. Berdasarkan kelompok, paragraf dapat dibedakan
menjadi:
1. Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
a. Paragraf Deduktif
Bila kalimat topik terletak di awal paragraf. Penguraian yang menyajikan
kalimat pokok terkebih dahulu, lalu uraian yang terinci mengenai
permasalahan atau gagasan. (urutan umum–khusus)
Kata adalah unsur bahasa yang sangat penting dalam setiap bahasa
termasuk bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam peristiwa

8
komunikasi pada hakikatnya adalah pemakaian kata-kata bahasa
Indonesia. Dalam bahasa lisan kita mendengar kata-kata bahasa Indonesia
yang diucapkan, sedangkan dalam bahasa Indonesia secara tertulis kita
melihat bahasa Indonesia yang dituliskan. Rangkaian kata bahasa
Indonesia yang diucapkan atau dituliskan disusun berdasarkan kaidah-
kaidah tertentu sehingga menjadi frasa, klausa, dan kalimat bahasa
indonesia.

b. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan di akhir paragraf. Cara penguraian yang,
menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok
pembicaraan (urutan khusus–umum)
Contoh:
Apakah tujuan keluarga berencana itu?. Keluarga berencana bukan
hanya bertujuan untuk membatasi kelahiran, melainkan juga berusaha agar
setiap keluarga merencanakan atau mengatur kelahiran. Dengan demikian
dapat diperhitungkan sebaik-baiknya hari depan anak-anaknya kelak. Ibu
tidak akan merana karena setiap tahun melahirkan. Ayah tidak terlalu
pusing …. Jadi inti keluarga berencana ialah menjamin kebahagiaan hidup
keluarga lahir batin

c. Paragraf Campuran
Bila kalimat pokok ditempatkan dibagian awal dan akhir paragraf. Kalimat
pokok di akhir paragraf lebih bersifat mengulang atau menegaskan kembali
gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah
yangsehat dan kuat. Departemen Pekerjaan Umum sudah lama menyelidiki
bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh
dari batu-batu gunung berapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini
tahan api, dan dapat dicetak menurut keinginan. Usaha ini menunjukkan
bahwa pemerintah berusaha membangun rumah,murah, sehat, dan kuat
untuk memenuhi keperluan rakyat.

9
d. Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya, sehingga
tidak satu pun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik.
Pagi itu aku duduk di kursi malas di halaman mka depan rumahku,
sisa-sisa angin malam menyentuh tubuhku dingin sekali. Matahari belum
menampakkan sinarnya secara jelas, hanya tampak semburat cahaya di
kaki langit sebelah timur. Sementara itu, binatang-binatang bergantian
menyambut pagi, ayam berkokok dengan lantangnya. Burung-burung
bernyanyi dengan riangnya. Dan sapi-sapi pun tertawa, setiap menjalankan
tugasnya membajak sawah.

2. Jenis Paragraf menurut sifat dan tujuannya


a. Paragraf pendahuluan (pembuka)
Paragraf pendahuluan adalah paragraf yang mengantarkan pembaca
kepada suatu karangan atau pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
karangan tersebut. Paragraf ini mampu membimbing pembaca memasuki
persoalan yang akan dibicarakan. Disajikan secara ringkas, jelas dan
menarik.
Cara-cara menarik perhatian pembaca:
1) Memulai paragraf dengan satu ungkapan menarik.
2) Mengemukakan pengalamam hidup yang lebih luar biasa, baik yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan
3) Menyatakan maksud dan tujuan penulisan
4) Mengemukakan batasan arti pokok persoalan tertentu
5) Mengemukakan alasan-alasan pentingnya persoalan yang kita tulis
6) Mengemukakan pendapat yang berbeda dari kenyataan yang ada
sekarang
7) Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang menantang untuk
dijawab
b. Paragraf inti (penghubung)
Paragraf inti (penghubung) adalah paragraf yang tedapat antara paragraf
pendahuluan dengan paragraf penutup.

10
Pada paragraf ini dikemukakan seluruh inti persoalan pada karangan,
sehingga dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca. Hubungan antara
paragraf yang satu dengan yang lain harus serasi dan disusun secara logis.
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang digunakan untuk mengakhiri
keseluruhan bagian karangan. Harus mengandung kesimpulan, dilengkapi
dengan saran-saran, harapan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.

3. Jenis paragraf menurut sifat dan isinya


a. Paragraf Persuasi
Persuasi, jika isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara
mempengaruhi atau mengajak pembaca.
Contoh Paragraf Persuasi:
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka
waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama.
Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih
keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu,
hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.

b. Paragraf Argumentasi
Argumentatif, jika isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti-bukti
atau alasan yang mendukung.
Contoh:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai
penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke
permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak
sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena
itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan
pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60%
pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang
aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia
tetap nyaman dinaiki?

11
c. Paragraf Narasi
Naratif, jika isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
cerita.
Contoh:
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar
lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah.
Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah
menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara
bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya
Marta.

d. Paragraf Deskripsi
Deskripsi, jika isi paragraf melukiskan atau menggambarkan sesuatu
dengan bahasa. Inti uraian atau pikiran utamanya tersirat di seluruh bagian.
Dengan demikian, inti uraian tersebut baru bisa ditemukan setelah
membaca seluruh bagian paragraf tersebut dan menyimpul-kannya.
Contoh:
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua
barang ada di sana. Di toko yang paling berderet toko sepatu dalam dan
luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-
deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur
dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula jenis-jenis buah-buahan. Pada
bagian belakang kita menemukan berpuluh-puluh pedagang daging. Belum
lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.

e. Paragraf Eksposisi
Ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan sesuatu fakta atau kejadian
tertentu.
Contoh paragraf ekspositoris:
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat
sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga

12
ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa
besarnya uang yang masuk ke kas DKI di Pasar Tanah Abang.

G. Pengembangan Paragraf
Paragraf dapat dikembangkan dengan cara pertentangan, perbandingan, analogi,
contoh, sebab akibat, definisi, dan klasifikasi.

1. Cara Pertentangan
Pengembangan dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan-
ungkapan seperti: berbeda dari, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya
dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
Perhatikan contoh berikut ini.
HUKUM INDONESIA
“Orde 1998-2006” atau orde politik Indonesia kini jauh berbeda dari “Orde
1967-1998.” Ini menyebabkan kehidupan dan penegakan hukum dalam kedua
periode orde itu juga berbeda besar. Orde pemerintahan Soeharto memiliki
kecenderungan kuat kearah sentralisme, otoriter, dan represif. Kekuasaan
politik dengan efisien dan efektif mengendalikan kekuasaan publik, baik
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Meski paraturan yang membolehkan
campur tangan presiden ke dalam pengadilan dicabut dalam periode itu, tetapi
pencabutan itu tidak dapat menahan kekuatan politik Soeharto untuk
mencampuri urusan pengadilan. Sejak 1998, orde politik disebut reformasi
bertolak belakang dengan watak orde sebelumnya.

2. Cara Perbandingan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasanya menggunakan
ungkapan seperti: serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan,
sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu. Pikiran utama
dijelaskan dengan membandingkan dua hal, persamaan dan perbedaannya.
Contoh 1:
Seruan “Kiri!” seorang penumpang angkot untuk turun dari mobil yang
ditumpanginya, misalnya di Bandung, mungkin tidak lazim di beberapa daerah

13
lain seperti: Manado, Gorontalo, dan Malaysia, yang membuat para
penumpang serempak menengok ke kiri. Seperti halnya di Bandung, di Jakarta
juga menggunakan seruan “Kiri” untuk menghentikan angkot. Akan tetapi, di
Manado kata yang diserukan yaitu “Muka”. Sementara itu, seruan “Minggir!”
lazim digunakan di daerah Lampung untuk menandakan penumpang yang
akan berhenti. Lain halnya dengan di Padang, meskipun penumpang yang
turun lebih dari satu atau mungkin seluruh penumpangnya, kata seruan yang
digunakan “Siko Cieh!” yang berarti “Di Sini Satu!” (Mulyana, 2000: 259).
Contoh 2:
Kedua orang itu selain memiliki persamaan, juga memiliki perbedaan.
Aminah dan Hindun sama-sama menyukai olah raga bulu tangkis. Juga mereka
sama menyukai piknik ke pantai atau menonton film humor. Namun, dalam
memilih warna pakaian mereka berbeda. Aminah lebih menyukai warna merah,
sedangkan Hindun menyukai warna biru.

3. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan
objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya, pengembangan
analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang digunakan yaitu
ibaratnya, seperti dan bagaikan. Pikiran utama dijelaskan dengan
mengibaratkan atau mengum-pamakan dengan sesuatu yang memiliki
kesamaan sifat.
Contoh:
Kehidupan manusia ibarat roda yang sedang berputar, kadang berada di atas
kadang-kadang di bawah. Suatu waktu mungkin juga roda itu meluncur cepat
tanpa goncangan sebab melaju di jalan tol. Pada waktu yang lain roda itu penuh
goncangan karena berjalan melalui batu-batu dan lubang-lubang yang dalam.
Adakalanya roda itu harus mendaki tanjakan yang sangat tajam, namun tidak
jarang juga harus meluncur di turunan yang licin.

14
4. Cara Contoh-contoh
Kata seperti, misalnya, dan contohnya, yaitu ungkapan-ungkapan dalam
pengembangan dalam mengembangkan paragraf.
Contoh:
Selain tipe introver, sifat manusia yaitu ekstrover. Tipe ekstrover yaitu
orang-orang yang perhatiannya lebih di arahkan ke luar dirinya, kepada orang
lain, dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe ekstrover memiliki
sifat-sifat tertentu contohnya berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah
tamah, penggembira, mudah mempengaruhi, dan mudah dipengaruhi oleh
orang lain. (Purwanto, 1984: 147)

5. Cara Sebab Akibat


Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika
menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.
Ungkapan yang digunakan yaitu: padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan
karena. Pikiran utama dijelaskan dengan mengemukakan sebab atau akibat
dari pernyataan-pernyataan.
Contoh:
Banjir dapat disebabkan faktor-faktor berikut: (1) sungai-sungai yang
makin sempit dan dangkal, (2) hutan-hutan yang makin tandus, dan (3) sampah
yang dibuang sembarangan. Semua faktor itu selalu ada kaitannya dengan
ulah manusia. Faktor pertama merupakan akibat tepian sungai dijadikan
permukiman. Faktor kedua merupakan akibat keserakahan dalam meraup
keuntungan sehingga hutan ditebang sewenang-wenang. Faktor ketiga
sebagai akibat rendahnya kesadaran lingkungan yang mungkin pula
disebabkan kurangnya pendidikan.

6. Cara Definisi
Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata-kata yang digunakan dalam
mengembangkan paragraf dengan cara definisi. Kata adalah biasanya
digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata benda,
yaitu digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja

15
atau sifat. Jika akan menjelaskan sinonim suatu hal, kata ialah yang digunakan
dan jika akan mendefinisikan pengertian rupa atau wujud, kata merupakan
yang dipakai.
Contoh:
Etika mengkaji tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar,
sengaja, dan bebas. Sadar artinya dalam keadaan jaga, tidak sedang
mengigau, pingsan, atau lupa. Sengaja berarti direncanakan, bukan secara
kebetulan. Bebas maksudnya dalam keadaan boleh memilih antara dilakukan
atau tidak. Semua perilaku itu kemudian dinilai baik buruknya menurut norma
yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa
etika adalah ilmu yang mempelajari tindak-tanduk manusia yang dilakukan
secara sadar, sengaja, dan bebas untuk dinilai baik buruknya menurut norma
yang berlaku dalam suatu masyarakat.

7. Cara Klasifikasi
Cara klasifikasi yaitu pengembangan paragraf melalui pengelompokan
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata atau ungkapan yang lazim digunakan
yaitu: dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan
mengklasifikasikan.
Contoh:
Penyelidikan tentang temperamen dan watak manusia telah dilakukan
sejak dahulu kala. Hippo Crates dan Galenus mengemukakan bahwa manusia
dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada
dalam tubuhnya. Empat golongan tersebut yaitu sanguistis (banyak darah)
yang sifatnya periang, gembira, optimis, dan lekas berubah-ubah. Kemudian
kolerisi (banyak empedu kuning) yaitu manusia memiliki sifat garang, hebat,
lekas marah, dan agresif. Selanjutnya, flogmatis (banyak lendirnya) yaitu
manusia yang sifatnya tenang, tidak mudah berubah dan lamban. Terakhir,
melankolis (banyak empedu hitam) memiliki sifat muram, tidak gembira dan
pesimis. (Purwanto, 1984: 150)

16
8. Paragraf Perincian
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan uraian secara rinci.
Contoh
Panca indera adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengenali sesuatu.
Alat tersebut ada lima: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata berfungsi
untuk mengenal rupa atau warna, telinga untuk mengenal suara, hidung untuk
mengenal bau-bauan, lidah untuk mengenal rasa, dan kulit untuk mengenal
halus atau kasarnya sesuatu.

9. Paragraf Kronologi
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan keterangan secara terperinci dari
A sampai Z.
Contoh:
Proses kejadian manusia menurut ahli antropologi adalah sebagai
berikut. Sejenis makhluk yang disebut primata, muncul pertama kali dari
mamalia kira-kira tujuh puluh juta tahun yang lalu. Setelah berevolusi kurang
lebih selama empat puluh juta tahun makhluk primata itu bercabang-cabang di
antaranya sejenis cabang yang disebut hominoid. Setelah menempuh waktu
selama lima belas juta tahun, dari hominoid itu lahirlah sejenis kera yang
disebut pongid. Setelah menempuh kurun waktu lima belas juta tahun lagi, dari
pongid lahirlah makhluk baru yang disebut hominid (manusia).

17
DAFTAR PUSTAKA

Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Alwi, Hasan dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo

Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-XVIII. Jakarta: Diksi
Insan Mulia.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Cet. Ke- 10.
Ende: Nusa Indah.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Solikhin. dkk. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Uhamka Press.

Widjono, Hs. 2008. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

18

Anda mungkin juga menyukai