Anda di halaman 1dari 23

MODUL 7

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA [BA001]

BERBICARA UNTUK AKADEMIK

DISUSUN OLEH

NAMA DOSEN : SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd.


NIP : 070019

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA 2020

1
MODUL 7
BERBICARA UNTUK AKADEMIK

A. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 2003:15). Sebagai perluasan dari
batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible),
yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap
sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.

B. Menganalisis Situasi Pendengar


1. Menganalisis Situasi
Seringkali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan
begitu pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya,
bagaimana latar belakang kehidupan mereka, serta bagaimana situasi
yang ada pada waktu presentasi oralnya berlangsung. Karena
kealpaannya memperhatikan hal-hal tersebut, maksudnya tidak tercapai
dan tujuannya tidak mengenai sasaran.
Untuk itu sebelum mulai berbicara, pembicara harus menganalisis
situasi yang mungkin pada waktu akan dilangsungkan presentasi
oralnya. Dalam menganalisis situasi ini, akan muncul persoalan-
persoalan berikut:
a. Apa maksud hadirin semua berkumpul untuk mendengarkan uraian
itu? Apakah pembicara menghadapi anggota-anggota
perkumpulannya atau suatu massa yang berkumpul dengan maksud
tertentu? atau Apakah mereka berkumpul itu secara kebetulan saja?
b. Pertanyaan kedua adalah: Adat kebiasaan atau tata-cara mana yang
mengikat mereka? Apakah mereka senang dan berani mengajukan
pertanyaan? Apakah mereka senang pembicaraan formal atau
informal?
c. Apakah ada acara-acara yang mendahului atau mengikuti
pembicaraan itu? bilamana berlangsung pembicaraan itu? Kalau ada
acara lain yang mendahului, acara mana yang lebih menarik
perhatian? Semua unsur situasi itu dapat dipergunakan dalam
pembicaraan, dan pasti mempunyai daya tarik tersendiri untuk
memikat para pendengar.
d. Di mana pembicaraan itu akan dilangsungkan? Di alam terbuka atau
dalam sebuah gedung? Apakah pada saat itu hujan, mendung atau
panas terik? Hadirin duduk atau berdiri? Apakah suara pembicara
dapat didengar dengan baik atau tidak dalam ruangan atau gedung
tersebut? Mengapa?
Bila pembicara berusaha sungguh-sungguh untuk menjawab
semua pertanyaan di atas maka ia sungguh-sungguh telah berusaha
untuk menganalisis situasi yang mungkin ada pada waktu pembicaraan
akan berlangsung.

2. Menganalisis Pendengar
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis
pendengar yang akan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu,
siapa pendengar yang akan hadir dalam pertemuan tersebut. Untuk itu
sebelum ia menganalisis pendengar berdasarkan beberapa topik
khusus, Ia harus mulai dengan data-data umum.
a. Data-data umum
Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin
adalah : jumlah, usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik
atau sosial.
b. Data-data khusus
Di samping faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara
harus memperhatikan pula data khusus untuk lebih mendekatkan
dirinya dengan situasi pendengar yang sebenarnya. Data-data
khusus tersebut meliputi:
1) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan.
2) Minat dan keinginan pendengar.
3) Sikap Pendengar.

C. Penyusunan Bahan Berbicara


Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a)
mengumpulkan bahan, (b) membuat kerangka karangan, dan (c)
menguraikan secara mendetail. Dalam bagian ini akan dikemukakan
beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
bahan untuk disampaikan secara lisan.
Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada komposisi
tertulis dan sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca
biasanya akan membaca terus selama ia masih tertarik akan isi bacaannya,
atau memilih bagian-bagian tertentu saja yang dianggapnya baik. Bila sama
sekali tidak menarik maka segera akan ditinggalkannya. Sebaliknya para
hadirin bagaimanapun harus tetap mendengar uraian lisan sampai selesai,
tetapi sikap yang ada pada tiap pendengar akan berlainan. Kecenderungan
psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah para pendengar biasanya
tertarik pada apa yang dikatakan pada awal pembicaraan. Sesudah itu
konsentrasi mereka akan menurun secara berangsur-angsur walaupun
mungkin subyeknya sebenar-benarnya semakin menarik. Baru ketika
pembicaraan akan mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit
meningkat kembali.
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek
psikologis ini sebaik-baiknya. Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang
tidak menarik atau mulai dengan menyampaikan topik yang tidak ada kaitan
dengan kepentingan pendengar maka sebenarnya ia sudah memadamkan
perhatian mereka sebelum berkembang. Sebab itu ia harus memulai
uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul menarik dan merangsang. Cara
ini harus diperbarui setiap kali dari waktu ke waktu selama menyampaikan
uraiannya itu.
Teknik susunan ini sebenarnya mencoba untuk memanfaatkan
kecenderungan alamiah yang ada pada setiap manusia bahwa apa yang
dikatakan pertama kali akan menggugah hati setiap orang dan apa yang
diucapkan terakhir kali akan lebih berkesan daripada bagian-bagian lainnya.
Untuk memanfaatkan aspek psikologis tersebut pembicara dapat
mempergunakan teknik berikut untuk menyusun materinya:
Pertama-tama, dalam bagian pengantar uraiannya, ia menyampaikan
suatu orientasi mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha
untuk menjelaskan tiap bagian itu. Bila pendengar telah mendapatkan
gambaran dan kesan yang baik mengenai urutan penyajiannya beserta
kepentingan materi pembicaraannya maka mereka akan lebih siap untuk
mengikuti uraian itu dengan cermat dan penuh perhatian.
Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus
menonjolkan bagian-bagian yang penting sebagai sudah dikemukakan pada
awal orientasinya. Tiap bagian yang ditonjolkan itu kemudian diikuti dengan
penjelasan, ilustrasi, atau keterangan-keterangan yang sifatnya kurang
penting karena sudah ada motivasi maka setiap pendengar ingin
mengetahui perinciannya itu. Demikian dilakukan berulang kali dengan
topik-topik penting berikutnya
Pada akhir uraian,sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh
uraiannya tadi, agar hadirin dapat memperoleh gambaran secara utuh sekali
lagi mengenai seluruh masalah yang baru saja selesai dibicarakan itu.

D. Berbicara untuk Presentasi


Keterampilan berbicara di depan umum (public speaking) atau
melakukan presentasi (presentation) secara efektif dengan bahasa lisan
(verbal) adalah kebutuhan untuk orang-orang yang ingin sukses. Apapun
profesi atau pekerjaan seseorang: politisi, pejabat pemerintah, manajer
perusahaan, pegawai atau karyawan, profesional, ilmuwan, pengusaha, dan
guru, suatu saat pasti dituntut untuk berbicara atau memberi presentasi di
depan orang banyak dan kemampuannya berbicara itu secara langsung
maupun tidak langsung akan membawa dampak bagi pekerjaan atau diri
pribadinya. Orang yang cakap berbicara di depan orang banyak pada
umumnya mendapat respek dan penghargaan orang banyak. Sebaliknya,
orang yang tidak cakap berbicara di depan orang banyak, sekalipun yang
bersangkutan ilmuwan dan berpangkat akan kurang mendapat
penghargaan dengan posisinya.
Hal-hal perlu diperhatikan dalam berbicara di depan umum adalah:
Bagaimana berhasil berbicara di depan umum, komunikasi efektif,
mempersiapkam materi pembicaraan di depan umum, teknik berbicara di
depan umum, tanggung jawab pembicara, lima kesalahan besar selaku
pembicara.
1. Bagaimana berhasil menjadi pembicara di depan umum
Larry King, dikutip oleh MS Hidayat memberi delapan fitur-fitur
pembicara terbaik, yaitu: Memandang suatu dari sudut baru, mengambil
titik pandang yang tak terduga dari subjek umum.
a. Memiliki cakrawala luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan
pengalaman luas di luar kehidupan mereka sehari-hari. Antusias
menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam
kehidupan mereka dan pada apa yang katakan pada kesempatan
berbicara.
b. Tidak asyik sendiri, peka, peduli, dan memperhatikan respon
pendengar.
c. Sangat ingin tahu, terus belajar dan menggali hal-hal baru.
d. Memberi ketegasan, membuat hubungan yang kuat dengan
pendengar, berusaha menempatkan diri pada posisi pendengar
untuk lebih memahami apa yang diinginkan oleh pendengar.
e. Memiliki selera humor, tidak terus-terusan serius, tetapi berusaha
menciptakan suasana lucu dan menyenangkan, bahkan kadang-
kadang tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
f. Memiliki gaya berbicara sendiri, memberikan gambaran bahwa gaya
bicara orang berbeda-beda, tetapi masing-masing berhasil karena
suatu gaya yang cocok untuk seorang pembicara. Yang penting,
pembicara yakin bahwa dia berbicara efektif.
2. Komunikasi Efektif
Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya
adalah seni berkomunikasi lisan secara efektif di depan
umum. Komunikasi yang efektif dapat tercapai apabila maksud pesan
yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami dengan baik oleh
komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback) sesuai
dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal (menurut
Stewat L. Tubbs dan Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat
dalam Psikologi Komunikasi, 1993):
a. Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang
dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan, adanya kesenangan yang muncul untuk komunikan
dan komunikator.
c. Pengaruh pada sikap, adanya pengaruh pada sikap atau tindakan
komunikan sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
d. Terjalinnya hubungan sosial yang semakin baik sebagai dampak
pesan yang disampaikan oleh komunikator.
e. Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki
Komunikator
3. Merancang Materi Pembicaraan di Depan Umum
Paling tidak ada lima hal yang perlu dipersiapkan sebagai materi
pembicaraan di depan publik, yaitu:
a. Topik (topik), pokok atau subjek pembicaraan, seharusnya dipilih
berdasarkan pertimbangan karena menarik minat dan perhatian (baik
pendengar maupun pembicara), dibutuhkan, atau sesuai dengan
permintaan
b. Tujuan umum (general purpose), tujuan khusus (specific purpose),
dan ide sentral (central idea) tujuan umum suatu pembicaraan antara
lain menyampaikan informasi, membujuk, meyakinkan, atau memberi
instruksi kepada pendengar; tujuan khusus tergantung dari tujuan
umum; dan ide sentral adalah inti dari pembicaraan, biasanya
dikemas hanya dalam satu kalimat yang mudah diserap dan diingat
oleh pendengar.
c. Pendahuluan (introduction) tambahan bekerja sebagai pengantar
kearah pokok pembicaraan atau permasalahan yang akan dibahas
dan sebagai upaya mempersiapkan mental pendengar. Pada bagian
tambahan ini, rebutlah perhatian pendengar Anda dan buat mereka
untuk selalau ingin mendengar sampai kalimat terakhir dari
pembicaraan Anda. Jadi, pembicara harus dapat memberikan kesan
pertama (first impression) yang baik kepada pendengar.
d. Batang tubuh (body), Batang tubuh pembicaraan hendaknya dibagi
menjadi dua atau tiga bagian utama yang akan menjelaskan atau
membuktikan ide sentral.
e. Kesimpulan/penutup (conclusion), kesimpulan merupakan ringkasan
dari butir-butir utama dan bisa jadi merupakan seruan terkahir kepada
pendengar, meminta pendengar memperhatikan secara khusus dan
melakukan tindakan sepatutnya. Kesimpulan bukanlah rangkuman
dari semua bagian pembicaraan. Kesimpulan harus singkat,
sederhana, tidak berbelit-belit, tidak mengemukaan fakta baru, dan
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pesan yang
mengesankan pendengar.
4. Teknik Berbicara di Depan Umum dan Presentasi
Menurut beberapa pakar public speaking, seorang pembicara publik
perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Pendekatan dan Permulaan
Begitu Anda berdiri di depan mimbar (di depan pendengar),
pergunakan waktu sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap
sekilas semua pendengar dan mungkin untuk menempatkan
catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan kalimat pertama yang
meyakinkan untuk diucapkan. Ada beberapa pilihan cara memulai
pembicaraan, tergantung suasana pendengar Anda. Misalnya, bisa
dengan mengajukan pertanyaan, bisa dengan menyampaikan cerita
singkat atau pengalaman, yang nanti ada kaitan dengan materi
pembicaraan, bisa dengan sebuah permainan, atau langsung
dengan mengutarakan gambaran umum tentang materi
pembicaraan.
b. Mengatasi Kegugupan di Depan Panggung
Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami
setiap pembicara di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun
pernah mengalami gugup atau demam panggung pada saat mereka
pertama kali berbicara di depan umum. Rasa gugup dan demam
panggung hanya bisa diatasi dengan banyak-banyak berlatih.
c. Membuat Ketertarikan Pendengar
Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengarkan
pembicara adalah: hal-hal baru (materi pembicaraan
menarik). Pembicaraan masuk akal; jangan pernah minta maaf pada
para pendengar sebab itu tidak menarik (jadi pandanglah bahwa
pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda); Segar,
aktual, dan kadang-kadang diselingi humor.
d. Menjaga Ketepatan Berbicara, Kejernihan, dan Volume Suara
Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan suara
yang cukup kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara
Anda dengan jelas. Bicara secara tepat, tidak terlalu lambat dan tidak
terlalu cepat-memudahkan pendengar menerima ide Anda. Suara
Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness) seperti halnya
jika Anda berbicara kepada sahabat karib Anda.
e. Mepercayai Kemampuan Sendiri
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai
kemampuan yang Anda miliki untuk maju. Mahir berbicara di depan
umum membutuhkan keahlian dan pelatihan.
f. Memperbanyak Perbendaharaan Kata-Kata
Penguasaan perbendaharaan kata-kata dan pemilihan kata-
kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan
ketepatan berbicara. Isi pembica-raan bertambah variatif sehingga
tidak membosankan.
g. Memberi Tekanan Dalam Pembicaraan dan Bersemangat
(Antusias)
Semua gerakan Anda: mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh,
suara harus Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh
semangat. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam
mengkomunikasikan ide Anda.
Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan
bicara setengah-setengah, khawatir, apalagi dengan mulut setengah
terbuka. Cara bicara yang tepat adalah dengan suara yang bulat dan
penekanan yang baik.
h. Tepat waktu
Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda
untuk segera berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah
waktu yang telah ditetapkan.
i. Memiliki Kelancaran Berbicara dan Rasa Humor
Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan
santai, rileks, dan tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang
efektif harus ada sedikit unsur humor, yaitu sesuatu yang lucu atau
menggelikan hati sehingga dapat menimbulkan tertawa.
j. Berbicara Dengan Menyenangkan dan Wajar
Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit. Jika mulut
Anda berbusa atau Anda berkeringat dan Anda harus mengelapnya,
gunakanlah saputangan, itu untuk menjaga agar Anda tetap
berbicara dengan menyenangkan. Kemudian, Anda harus bersikap
wajar atau tidak berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau
informasi. Hal yang juga penting, pada umumnya pendengar
menginginkan seseorang berbicara dengan jelas, sederhana, dan
nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang tidak jelas artinya.
k. Menggerakkan Tubuh Secara Alami
Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau
alami akan melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih
menarik untuk dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa
nonverbal. Untuk penyampaian pikiran dan perasan tertentu,
gerakan tubuh jauh berarti dari kata-kata.
l. Memakai Pakaian yang Sopan
Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan
kepribadian seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect)
terhadap pembicara yang memakai pakaian yang serasi dalam hal
potongan, warna, ikat pingang, sepatu, dasi, dan sebagainya.
m. Penutupan dan Pengakhiran
Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting,
berhenti sejenak (pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin
mengatakan, "sekarang saya sampai pada kesimpulan" atau
"Apakah di antara Anda (masih) ada yang pertanyaan?", jangan lupa
kata-kata terakhir "Terima kasih". Kemudian meninggalkan mimbar
dengan senyuman manis.
5. Tanggung Jawab Pembicara Publik
Pembicara yang sedang berbicara di depan umum memiliki sejumlah
tanggung jawab bahwa ia harus menerima sebagai seorang yang
berhati-hati, bersungguh-sungguh, adil, dan teliti. Terkait dengan ini,
beberapa hal harus diperhatikan pembicara publik, yaitu:
a. Pembicara memiliki etika yang baik dengan tidak menyampaikan
kebohongan dan memutarbalikkan informasi, serta menghormati
pendengar.
b. Pembicara hendaknya menghidari mengejek atau menyudutkan
kelompok tertentu.
c. Pendengar sudah memberi waktu (dan mungkin uang) untuk
mendengarkan Anda maka pembicara harus memberi apa yang
dibutuhkan pendengar. Anda harus berupaya memberikan informasi
yang menakjubkan yang akan memuaskan keingintahuan intelektual
pendengar, atau Anda mungkin akan menghibur dengan beberapa
anekdot yang menyegarkan dan mengalihkan mereka dari kerja
keras sehari-hari maka semua pesan Anda merupakan hadiah yang
berguna bagi pendengar
d. Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik.
6. Lima Kesalahan Besar Selaku Pembicara
Menurut Hamilton Gregory, dalam suatu survey yang dilakukan
terhadap 64 pebisnis dan professional yang diminta menyebutkan
kesalahan yang paling besar yang dilakukan oleh pembicara di depan
umum (public speaking) di Amerika Serikat, tercatat sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam menyiapkan bahan pembicaraan yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pendengar.
b. Kekurangan dalam persiapan.
c. Penyampaian materi pembicaraan yang terlalu banyak.
d. Kesalahan dalam memelihara kontak mata (contact eye).
e. Pembicaraan yang tumpul.

E. Berbicara untuk Seminar


1. Pengertian
Berbicara untuk keperluan seminar adalah satu bentuk wicara yang
melibatkan banyak pendengar atau audiensi. Secara garis besar,
kegiatan berbicara dapat dibagi dua atau dua pilihan yaitu pertama
berbicara di depan umum pada masyarakat (public speaking) atau
berbicara individual dan kedua berbicara pada konferensi (conference
speakning) atau berbicara kelompok yang meliputi: (1) Seminar
kelompok baik formal maupun tidak formal; (2) prosedur parlementer;
dan (3) debat. (Tarigan, 1986: 22-23).
Dalam subbab ini membahas mengenai salah satu dari kegiatan
ilmiah yang berwujud seminar kelompok ilmiah atau formal misalnya
seminar, simposium, lokakarya, dan panel. Seminar merupakan satu
bentuk tukar pikiran, satu bentuk pembicaraan secara teratur, dan
terarah. Seminar dapat pula diartikan suatu proses tutur dalam bentuk
yang diawali dengan penyampaian materi oleh si pembicara dan
dilanjutkan dengan isi tanya jawab. Selain itu seminar dapat dimaknai
sebagai salah satu cara untuk memecahklan suatu masalah atau topik
yang sedang hangat dibicarakan dalam suatu masa atau waktu (Tarigan,
1986: 36). Secara khusus, seminar dapat dimaknai sebagai
pembicaraan antara pembicara dengan peserta (pendengar) dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau
keputusan bersama mengenai suatu masalah. Selain itu, seminar dapat
dimaknai dengan pertemuan ilmiah membahas suatu masalah.
(Depdikbud, 1996). Jadi secara umum. Seminar sering diartikan sebagai
bentuk tukar pikiran dalam musyawarah yang direncanakan atau
dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik tertentu dengan
seorang pemimpin (Tarigan, 1987:128).
Seminar sering juga disebut sebagai percakapan terpimpin (istilah
yang terdapat dalam kelompok besar). Yang perlu diingat ialah kelompok
bukan hanya merupakan penjumlahan individu yang berada dalam suatu
ruangan. Setiap individu dalam kelompok menyadari ketergantungan
mereka dalam usaha mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu, dalam
seminar kelompok setiap individu hendaknya menyadari adanya tujuan
bersama itu sehingga timbul kesadaran: sikap saling menghargai,
menghormati pendapat orang lain, dan menjaga ketertiban bersama.
Setiap peserta seminar hendaknya mempunyai sikap kerjasama dan
menyadari bahwa dirinya merupakan anggota peserta seminar sehingga
permusuhan yang tidak sehat dapat dihindari. Selain itu, dalam seminar
setiap peserta bebas mengemukakan pendapat sehingga problema
menjadi menarik.
Seminar formal memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (a) Unsur
manusia (1) pemimpin/moderator, regulator, dan koordinator. (2) peserta
mengambil bagian wicara/pembicara atau pemasaran, dan (3)
pendengar/public/umum/audience, (b) unsur materi: harus ada
masalah/topic atau tema pembicaraan; dan (c) unsur fasilitas: ruangan,
meja kursi, alat audiovisual, papan tulis, kertas. Yang terpenting ialah
menciptakan suasana seminar. (Parera, 1984:190)
Pembicara yang efektif akan menyadari bahwa komunikasi
merupakan sesuatu yang intelektual dan emosional. Menyusun ide-ide
merupakan bagian dari kegiatan tersebut.
2. Persiapan Sebelum Berbicara di Seminar
Jika Anda mengetahui apa yang ingin disampaikan, Anda perlu untuk
meperkuat materi-materi ke dalam satu bentuk pesan yang mengandung
arti. Jangan menganggap bahwa pesan dengan sendirinya akan mampu
memberikan penjelasan. Kemampuan pendengaran audiensi terhadap
informasi tergantung yang disampaikan melalui cara-cara yang berbeda
tergantung pada tingkat pengetahuan dan presentasi yang disampaikan.
Audiensi dituntut untuk memiliki beberapa pertanyaan dasar yang perlu
dijawab berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu:
a. Mengapa audiensi harus memperhatikan pembicara padahal mereka
dapat melakukan hal-hal yang lebih menarik.
b. Ketika audiensi mendengarkan presentasi, mengapa mereka harus
peduli dengan permasalahan tersebut?
c. Audiensi sependapat dengan signifikansi topik, tetapi terhadap ide-
ide tersebut?
d. Jika audiensi telah merasa yakin, apa yang diinginkan oleh
pembicara dari mereka?
3. Susun Presentasi Secara Jelas
a. Prioritaskan topik dan alokasikan waktu secara cerpat.
b. Fokuskan hanya pada 3,5 poin utama.
c. Miliki pola pemikiran yang baik (contoh: masalah/solusi. kronologis,
sebab akibat, berdasarkan topik).
d. Gunakan transisi untuk pindah secara halus dari satu poin ke poin
lainnya.
e. Gunakan contoh, statistik, pendapat ahli, dan anekdot.
f. Susun sesuai keperluan telinga bukan untuk mata.
g. Gunakan kata-kata sederhana, kalimat sederhana, tanda baca,
pengulangan, gambar, dan bahasa pribadi (“Anda” dan “Saya”)
h. Buat satu kesimpulan yang efektif
i. Simpulkan, susun gambar akhir, dan persiapkan penutup
j. Jangan akhiri dengan susuatu yang lemah, jangan gunakan frasa-
frasa usang.
k. Jangan hanya menghasilkan data atau hasil kesimpulan semata dan
membiarkan audiensi membuat kesimpulan sendiri.
l. Anda telah memilki waktu yang lebih banyak untuk mengolah
informasi dibandingkan dengan audiensi; bagi pandangan dan
pemahaman Anda dengan audiensi dan sampaikan kepada mereka
apa yang telah Anda simpulkan dari pekerjaan yang yang telah Anda
lakukan.
m. Bicara secara spontan, seperti dialog dan antusias.
n. Gunakan frasa-frsa kunci yang terdapat dalam catatan Anda
sehingga tidak perlu membaca. Gunakan LCD/infokus/laptop,
daripada catatan.
4. Seminar yang efektif
Seminar merupakan pertemuan untuk pertukaran ide dalam bidang
tertentu. Layak dicatat bahwa pertukaran ide berarti memberi dan
menerima secara berbalasan. Dengan dengan kata lain, Seminar harus
memberi manfaat baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun, hal
ini hanya akan terjadi bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh
karena itu, komunikasi akan sangat bergantung pada topik ilmiah dan
teknik penyajian.
5. Penyaji yang efektif
Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Definisi-
definisi berikut ini penting, sehingga mungkin baik bila dapat dihafalkan.
Kriteria berikut ini berlaku bagi semua pembicara umum, tanpa
menghiraukan pengalaman maupun profesi mereka. Penyaji efektif
adalah seorang yang:
a. Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang
menimbulkan rasa hormat.
b. Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan,
mempunyai tujuan jelas dalam menyampaikan pesan, merasa
tanggung jawab bahwa pesan dapat disampaikan dan telah
menyelesaikan tujuan tersebut.
c. Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah
komunikasi ide dan perasaan untuk memperoleh respon yang
diinginkan.
d. Mampu menganalisis dan menyesuaikan dengan setiap situasi
penyajian.
e. Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji.
f. Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaaan tidak
membuta menerima saran ataapun keras kepala selalu menolak
pertimbangan yang berlawanan dengan idenya.
g. Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang rinci
dan pemikiran yang hati-hati sehingga penyajian, baik dalam forum
terbatas maupun umum, bernilai bagi pendengarnya.
h. Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga membenuk
suatu penggabungan yang saling terkait.
i. Mampu menggunakan bahasa yang jelas, langsung, layak dan nyata.

F. Berbicara dalam Situasi Formal


Berbicara dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan
orang, walaupun secara alamiah setiap orang mampu berbicara. Namun,
berbicara secara formal atau dalam situasi resmi sering meninggalkan
kegugupan sehingga gagasan yang dikemukakan tidak teratur dan akhirnya
bahasanya pun menjadi tidak teratur. Bahkan ada yang tidak berani
berbicara sama sekali. Berbicara dalam situasi yang formal memerlukan
persiapan dan menuntut keterampilan. Kemampuan ini tidak dapat hanya
dicapai begitu saja, tetapi menuntut bimbingan dan latihan yang intensif.
Dalam kegiatan berbicara formal, persiapan ini sangat penting.
Aspek-aspek penggunaan bahasa ketika berbicara dalam situasi
formal:
1. Menggunakan bahasa baku (standard), maksudnya bahasa yang
digunakan harus sesuai dengan bahasa yang telah umum dipakai orang
(audiensi).
2. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan
kemampuan audiensi, maksudnya seorang pembicara harus
membedakan siapa teman bicara atau audiensi sehingga bahasa yang
digunakan pun disesuaikan agar mudah dipahami.
3. Menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan pendengar
atau audiensi.
4. Menggunakan bahasa yang efektif.
5. Menggunakan istilah yang relevan dengan topik yang dibahas.
6. Memperhatikan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi
pendengar atau audiensi.

G. Presentasi Ilmiah
1. Pengertian
Presentasi Ilmiah adalah penyajian karya tulis atau karya ilmiah
seseorang di depan forum undangan atau peserta. Kehadiran peserta
atau undangan untuk mengikuti penyajian tersebut secara aktif dengan
lisan dalam waktu yang tersedia. Agar presentasi itu dapat berjalan
secara efektif, ada beberapa kiat yang perlu dipertimbangkan sebagai
berikut:
a. Menarik minat dan perhatian peserta,
b. Mengarahkan perhatian peserta,
c. Mempertahankan minat dan perhatian peserta,
d. Menjaga kefokusan masalah yang tetap,
e. Menjaga etika dan kode etik presentasi.
Dalam usaha menarik minat dan perhatian peserta, seorang penyaji
dapat menggunakan media yang menarik, baik audio maupun visual.
Media yang dimaksudkan itu antara lain adalah gambar dengan warna
yang menarik, ilustrasi yang beragam, anekdot yang ringan, serta
demosntrasi sederhana. Di samping itu, diperlukan pula suara yang
cukup keras serta penampilan makalah yang menyenangkan hati.
Perhatian peserta dapat diarahkan pada fokus pembicaraan
dengan memanfaatkan latar belakang peserta. Dalam hal ini, penyaji
memperkenalkan secara resmi siapa saja yang hadir menjadi peserta
seminar atau presentasi itu. Usaha untuk mempertahankan minat
peserta untuk terus berada dalam ruang diskusi antara lain adalah
bahwa penyaji selalu menjaga agar suara tidak monoton dan berusaha
agar suara selalu jelas terdengar. Dalam hal ini, penggunaan multimedia
sangat membantu kita dalam presentasi.
Kefokusan masalah dapat dijaga dengan cara mempertahankan
alur presentasi. Penyaji secara terus terang menyatakan fokus
pembicaraan dan menaati bahan yang telah disiapkan. Penyaji
memberikan penjelasan secara singkat dan padat tentang isi sajian
dengan mengemukakan butir-butir permasalahan. Etika dalam
pelaksanaan presentasi sangat penting. Hal ini dapat terwujud dengan
tidak menyinggung perasaan orang lain.

2. Tata Tertib dan Etika Presentasi Ilmiah


Presentasi ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan akademi
dari berbagai disiplin ilmu untuk saling bertukar pendapat atau informasi
sebagai hasil penelitian. Dalam forum itu diperlukan berbagai unsur.
Unsur yang harus ada dalam presentasi ilmiah itu adalah:
a. Penyaji/pemakalah, berfungsi sebagai orang yang menyampaikan isi
makalah,
b. Pemandu/moderator, berfungsi sebagai pengatur jalannya
presentasi atau diskusi, termasuk penentu waktu yang disediakan
untuk presentasi itu.
c. Pencatat/notulis berfungsi sebagai orang yang menghimpun segala
komentar, saran, dan pertanyaan dalam buku yang dijadikan
dokumen bagi presentasi itu.
d. Peserta berkewajiban menyimak presentasi itu dan memberi
tanggapan yang baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hal etika adalah kejujuran.
Setiap orang wajib bersikap terbuka dalam segala hal yang menyangkut
informasi yang disajikan. Jika data itu diambil dari suatu sumber, penyaji
harus mengaku secara terbuka bahwa data itu diambil dari sumber
tersebut.
3. Penyajian Bahan Presentasi
Dalam hal teknologi informasi sekarang ini, presentasi ilmiah agar
lebih efektif menggunakan, multimedia, alasannya adalah:
a. Presentasi akan menjadi menarik karena penyaji dapat membuat
berbagai variasi yang menarik, termasuk membuat animasi.
b. Penyaji dapat menghemat waktu karena penyaji tidak perlu menulis
di papan tulis atau menulis di kertas.
c. Penyaji dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu jika hal itu
diperlukan.
d. Penyaji dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendaki.
e. Penyaji dapat menyalin atau mengopi file presentasi jika
memerlukannya.
f. Penyaji dapat membawa bahan dalam flasdisk.
g. Bahan presentasi dapat sangat ringan, yang sekaligus membantu
peserta menangkap esensi bahan yang dibahas.
Agar manfaat multimedia dapat dinikmati, presentasi multimedeia
perlu disiapkan dengan baik. Dalam menyiapkan presentasi multimedia,
langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tentukan butir-butir terpenting dari bahan yang dibahas. Penyebutan
butir-butir presentasi hendaknya tidak terlalu singkat, tetapi tidak
boleh terlalu elaborative karena elaborasi akan disajikan secara lisan
oleh penyaji.
b. Atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut.
c. Ungkapkan kerangka pikir makalah yang akan disajikan dalam
diagram atau bagan untuk menunjukan alur penalaran.
d. Tuliskan semua dalam bingkai powerpoint dengan ukuran huruf atau
ukuran gambar yang memadai.
e. Pilih rancangan slide yang cocok termasuk kekontrasan warna dan
animasi.
f. Lakukan uji coba tayangan untuk memastikan bahwa semua bahan
yang disajikan dalam slide dapat terbaca oleh peserta dalam ruangan
yang tersedia. Cetak bahan untuk pegangan dalam penyajian.
4. Pelaksanaan Presentasi
Kegiatan presentasi ilmiah pada intinya adalah mengkomunikasikan
bahan ilmiah kepada peserta forum ilmiah. Dalam hal ini, berlaku
beberapa prinsip komunikasi sebagai berikut.
a. Mengurangi ganggunan komunikasi secara antisipasif.
1) Memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang gerak.
2) Memperhatikan tingkat kapasitas peserta ketika memilih bahasa
dan media.
3) Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan yang dipilih.
4) Berpikir positif tentang peserta.
5) Membuat peserta nyaman, merasa berterima, dihormati, dan
dihargai.
6) Mempertimbangkan budaya peserta.
7) Bersikap terbuka terhadap sikap dan pendapat orang lain yang
berbeda.
8) Memastikan bahwa pakaian yang akan dipakai tepat pilihan dari
segi situasi formal dalam budaya yang ada.
b. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.
1) Penyaji memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh semua
peserta.
2) Penyaji memastikan bahwa penyaji dapat melihat semua peserta.
3) Penyaji berusaha untuk menjadi penyimak atau pendengar yang
baik.
4) Penyaji memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya,
cari klarifikasi, dan lain-lain.
5) Penyaji mendorong peserta untuk aktif terlibat dalam presentasi.
6) Penyaji merespon peserta pada kebutuhan peserta tersebut.
7) Penyaji menggunakan media yang menarik dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Akademika Pressindo.
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Bandung: Erlangga.
Keraf. Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa
Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai