A. Pengertian Berbicara
1. Menganalisis Situasi Seringkali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan
begitu pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar
belakang kehidupan mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu presentasi oralnya
berlangsung. Karena kealpaannya memperhatikan hal-hal tersebut, maksudnya tidak tercapai
dan tujuannya tidak mengenai sasaran. Untuk itu sebelum mulai berbicara, pembicara harus
menganalisis situasi yang mungkin pada waktu akan dilangsungkan presentasi oralnya.
Dalam menganalisis situasi ini, akan muncul persoalan-persoalan berikut:
b. Pertanyaan kedua adalah: Adat kebiasaan atau tata-cara mana yang mengikat mereka?
Kalau ada acara lain yang mendahului, acara mana yang lebih menarik perhatian?
Semua unsur situasi itu dapat dipergunakan dalam pembicaraan, dan pasti mempunyai daya
tarik tersendiri untuk memikat para pendengar.
Apakah suara pembicara dapat didengar dengan baik atau tidak dalam ruangan atau gedung
tersebut? Mengapa?
Bila pembicara berusaha sungguh-sungguh untuk menjawab semua pertanyaan di atas maka
ia sungguh-sungguh telah berusaha untuk menganalisis situasi yang mungkin ada pada waktu
pembicaraan akan berlangsung.
2. Menganalisis Pendengar Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis
pendengar yang akan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu, siapa pendengar yang
akan hadir dalam pertemuan tersebut. Untuk itu sebelum ia menganalisis pendengar
berdasarkan beberapa topik khusus, Ia harus mulai dengan data-data umum. a. Data-data
umum Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah : jumlah, usia,
pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial. b. Data-data khusus Di samping
faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara harus memperhatikan pula data khusus
untuk lebih mendekatkan dirinya dengan situasi pendengar yang sebenarnya. Data-data
khusus tersebut meliputi: 1) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan. 2)
Minat dan keinginan pendengar. 3) Sikap Pendengar. C.Penyusunan Bahan Berbicara
Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) mengumpulkan bahan, (b)
membuat kerangka karangan, dan (c) menguraikan secara mendetail. Dalam bagian ini akan
dikemukakan beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
untuk disampaikan secara lisan. Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada
komposisi tertulis dan sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca biasanya
akan membaca terus selama ia masih tertarik akan isi bacaannya, atau memilih bagian-bagian
tertentu saja yang dianggapnya baik. Bila sama sekali tidak menarik maka segera akan
ditinggalkannya. Sebaliknya para hadirin bagaimanapun harus tetap mendengar uraian lisan
sampai selesai, tetapi sikap yang ada pada tiap pendengar akan berlainan. Kecenderungan
psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah para pendengar biasanya tertarik pada apa
yang dikatakan pada awal pembicaraan. Sesudah itu konsentrasi mereka akan menurun secara
berangsur-angsur walaupun mungkin subyeknya sebenar-benarnya semakin menarik. Baru
ketika pembicaraan akan mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit meningkat
kembali. Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis ini
sebaik-baiknya. Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai dengan
menyampaikan topik yang tidak ada kaitan dengan kepentingan pendengar maka sebenarnya
ia sudah memadamkan perhatian mereka sebelum berkembang. Sebab itu ia harus memulai
uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul menarik dan merangsang. Cara ini harus
diperbarui setiap kali dari waktu ke waktu selama menyampaikan uraiannya itu. Teknik
susunan ini sebenarnya mencoba untuk memanfaatkan kecenderungan alamiah yang ada pada
setiap manusia bahwa apa yang dikatakan pertama kali akan menggugah hati setiap orang dan
apa yang diucapkan terakhir kali akan lebih berkesan daripada bagian-bagian lainnya. Untuk
memanfaatkan aspek psikologis tersebut pembicara dapat mempergunakan teknik berikut
untuk menyusun materinya: Pertama-tama, dalam bagian pengantar uraiannya, ia
menyampaikan suatu orientasi mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha
untuk menjelaskan tiap bagian itu. Bila pendengar telah mendapatkan gambaran dan kesan
yang baik mengenai urutan penyajiannya beserta kepentingan materi pembicaraannya maka
mereka akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu dengan cermat dan penuh perhatian.
Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkan bagian-bagian yang
penting sebagai sudah dikemukakan pada awal orientasinya. Tiap bagian yang ditonjolkan itu
kemudian diikuti dengan penjelasan, ilustrasi, atau keterangan-keterangan yang sifatnya
kurang penting karena sudah ada motivasi maka setiap pendengar ingin mengetahui
perinciannya itu. Demikian dilakukan berulang kali dengan topik-topik penting berikutnya
Pada akhir uraian,sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh uraiannya tadi, agar
hadirin dapat memperoleh gambaran secara utuh sekali lagi mengenai seluruh masalah yang
baru saja selesai dibicarakan itu.
C. Berbicara untuk Presentasi
1. Bagaimana berhasil menjadi pembicara di depan umum Larry King, dikutip oleh MS
Hidayat memberi delapan fitur-fitur pembicara terbaik, yaitu: Memandang suatu dari sudut
baru, mengambil titik pandang yang tak terduga dari subjek umum. a. Memiliki cakrawala
luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan pengalaman luas di luar kehidupan mereka
sehari-hari. Antusias menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam
kehidupan mereka dan pada apa yang katakan pada kesempatan berbicara. b. Tidak asyik
sendiri, peka, peduli, dan memperhatikan respon pendengar. c. Sangat ingin tahu, terus
belajar dan menggali hal-hal baru. d. Memberi ketegasan, membuat hubungan yang kuat
dengan pendengar, berusaha menempatkan diri pada posisi pendengar untuk lebih memahami
apa yang diinginkan oleh pendengar. e. Memiliki selera humor, tidak terus-terusan serius,
tetapi berusaha menciptakan suasana lucu dan menyenangkan, bahkan kadang-kadang tidak
keberatan mengolok-olok diri sendiri. f. Memiliki gaya berbicara sendiri, memberikan
gambaran bahwa gaya bicara orang berbeda-beda, tetapi masing-masing berhasil karena suatu
gaya yang cocok untuk seorang pembicara. Yang penting, pembicara yakin bahwa dia
berbicara efektif.
2. Komunikasi Efektif Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah
seni berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami dengan
baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback) sesuai dengan
yang diharapkan oleh komunikator. Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal
(menurut Stewat L. Tubbs dan Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam
Psikologi Komunikasi, 1993): a. Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang
dimaksud oleh komunikator. b. Kesenangan, adanya kesenangan yang muncul untuk
komunikan dan komunikator. c. Pengaruh pada sikap, adanya pengaruh pada sikap atau
tindakan komunikan sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh komunikator. d. Terjalinnya
hubungan sosial yang semakin baik sebagai dampak pesan yang disampaikan oleh
komunikator. e. Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki
Komunikator
3. Merancang Materi Pembicaraan di Depan Umum Paling tidak ada lima hal yang perlu
dipersiapkan sebagai materi pembicaraan di depan publik, yaitu: a. Topik (topik), pokok atau
subjek pembicaraan, seharusnya dipilih berdasarkan pertimbangan karena menarik minat dan
perhatian (baik pendengar maupun pembicara), dibutuhkan, atau sesuai dengan permintaan b.
Tujuan umum (general purpose), tujuan khusus (specific purpose), dan ide sentral (central
idea) tujuan umum suatu pembicaraan antara lain menyampaikan informasi, membujuk,
meyakinkan, atau memberi instruksi kepada pendengar; tujuan khusus tergantung dari tujuan
umum; dan ide sentral adalah inti dari pembicaraan, biasanya dikemas hanya dalam satu
kalimat yang mudah diserap dan diingat oleh pendengar. c. Pendahuluan (introduction)
tambahan bekerja sebagai pengantar kearah pokok pembicaraan atau permasalahan yang akan
dibahas dan sebagai upaya mempersiapkan mental pendengar. Pada bagian tambahan ini,
rebutlah perhatian pendengar Anda dan buat mereka untuk selalau ingin mendengar sampai
kalimat terakhir dari pembicaraan Anda. Jadi, pembicara harus dapat memberikan kesan
pertama (first impression) yang baik kepada pendengar. d. Batang tubuh (body), Batang
tubuh pembicaraan hendaknya dibagi menjadi dua atau tiga bagian utama yang akan
menjelaskan atau membuktikan ide sentral. e. Kesimpulan/penutup (conclusion), kesimpulan
merupakan ringkasan dari butir-butir utama dan bisa jadi merupakan seruan terkahir kepada
pendengar, meminta pendengar memperhatikan secara khusus dan melakukan tindakan
sepatutnya. Kesimpulan bukanlah rangkuman dari semua bagian pembicaraan. Kesimpulan
harus singkat, sederhana, tidak berbelit-belit, tidak mengemukaan fakta baru, dan dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pesan yang mengesankan pendengar.
4. Teknik Berbicara di Depan Umum dan Presentasi Menurut beberapa pakar public
speaking, seorang pembicara publik perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Pendekatan
dan Permulaan Begitu Anda berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan
waktu sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua pendengar dan mungkin
untuk menempatkan catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan kalimat pertama yang
meyakinkan untuk diucapkan. Ada beberapa pilihan cara memulai pembicaraan, tergantung
suasana pendengar Anda. Misalnya, bisa dengan mengajukan pertanyaan, bisa dengan
menyampaikan cerita singkat atau pengalaman, yang nanti ada kaitan dengan materi
pembicaraan, bisa dengan sebuah permainan, atau langsung dengan mengutarakan gambaran
umum tentang materi pembicaraan. b. Mengatasi Kegugupan di Depan Panggung Gugup dan
demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap pembicara di depan umum, bahkan
pembicara terbaik pun pernah mengalami gugup atau demam panggung pada saat mereka
pertama kali berbicara di depan umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa diatasi
dengan banyak-banyak berlatih. c. Membuat Ketertarikan Pendengar Unsur penting yang
membuat orang tertarik mendengarkan pembicara adalah: hal-hal baru (materi pembicaraan
menarik). Pembicaraan masuk akal; jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu
tidak menarik (jadi pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda);
Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor. d. Menjaga Ketepatan Berbicara,
Kejernihan, dan Volume Suara Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan
suara yang cukup kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan
jelas. Bicara secara tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat-memudahkan pendengar
menerima ide Anda. Suara Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness) seperti
halnya jika Anda berbicara kepada sahabat karib Anda. e. Mepercayai Kemampuan Sendiri
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang Anda miliki untuk
maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian dan pelatihan. f.
Memperbanyak Perbendaharaan Kata-Kata Penguasaan perbendaharaan kata-kata dan
pemilihan kata-kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan
berbicara. Isi pembica-raan bertambah variatif sehingga tidak membosankan. g. Memberi
Tekanan Dalam Pembicaraan dan Bersemangat (Antusias) Semua gerakan Anda: mata,
ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara harus Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan
penuh semangat. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide
Anda. Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara setengah-
setengah, khawatir, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara bicara yang tepat adalah
dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik. h. Tepat waktu Berhentilah berbicara
sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk segera berhenti berbicara atau turun dari
panggung. Tepatilah waktu yang telah ditetapkan. i. Memiliki Kelancaran Berbicara dan Rasa
Humor Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks, dan tidak
kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada sedikit unsur humor, yaitu
sesuatu yang lucu atau menggelikan hati sehingga dapat menimbulkan tertawa. j. Berbicara
Dengan Menyenangkan dan Wajar Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit. Jika
mulut Anda berbusa atau Anda berkeringat dan Anda harus mengelapnya, gunakanlah
saputangan, itu untuk menjaga agar Anda tetap berbicara dengan menyenangkan. Kemudian,
Anda harus bersikap wajar atau tidak berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau
informasi. Hal yang juga penting, pada umumnya pendengar menginginkan seseorang
berbicara dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang tidak
jelas artinya. k. Menggerakkan Tubuh Secara Alami Gerakan tubuh, apabila dilakukan
dengan baik dan sesuai atau alami akan melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih
menarik untuk dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa nonverbal. Untuk penyampaian
pikiran dan perasan tertentu, gerakan tubuh jauh berarti dari kata-kata. l. Memakai Pakaian
yang Sopan Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian
seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicara yang memakai
pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pingang, sepatu, dasi, dan sebagainya.
m. Penutupan dan Pengakhiran Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting,
berhenti sejenak (pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, "sekarang saya
sampai pada kesimpulan" atau "Apakah di antara Anda (masih) ada yang pertanyaan?",
jangan lupa kata-kata terakhir "Terima kasih". Kemudian meninggalkan mimbar dengan
senyuman manis. 5. Tanggung Jawab Pembicara Publik Pembicara yang sedang berbicara di
depan umum memiliki sejumlah tanggung jawab bahwa ia harus menerima sebagai seorang
yang berhati-hati, bersungguh-sungguh, adil, dan teliti. Terkait dengan ini, beberapa hal harus
diperhatikan pembicara publik, yaitu: a. Pembicara memiliki etika yang baik dengan tidak
menyampaikan kebohongan dan memutarbalikkan informasi, serta menghormati pendengar.
b. Pembicara hendaknya menghidari mengejek atau menyudutkan kelompok tertentu. c.
Pendengar sudah memberi waktu (dan mungkin uang) untuk mendengarkan Anda maka
pembicara harus memberi apa yang dibutuhkan pendengar. Anda harus berupaya
memberikan informasi yang menakjubkan yang akan memuaskan keingintahuan intelektual
pendengar, atau Anda mungkin akan menghibur dengan beberapa anekdot yang menyegarkan
dan mengalihkan mereka dari kerja keras sehari-hari maka semua pesan Anda merupakan
hadiah yang berguna bagi pendengar d. Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik. 6.
Lima Kesalahan Besar Selaku Pembicara Menurut Hamilton Gregory, dalam suatu survey
yang dilakukan terhadap 64 pebisnis dan professional yang diminta menyebutkan kesalahan
yang paling besar yang dilakukan oleh pembicara di depan umum (public speaking) di
Amerika Serikat, tercatat sebagai berikut: a. Kesalahan dalam menyiapkan bahan
pembicaraan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pendengar. b. Kekurangan dalam
persiapan. c. Penyampaian materi pembicaraan yang terlalu banyak. d. Kesalahan dalam
memelihara kontak mata (contact eye). e. Pembicaraan yang tumpul.
1. Pengertian Berbicara untuk keperluan seminar adalah satu bentuk wicara yang melibatkan
banyak pendengar atau audiensi. Secara garis besar, kegiatan berbicara dapat dibagi dua atau
dua pilihan yaitu pertama berbicara di depan umum pada masyarakat (public speaking) atau
berbicara individual dan kedua berbicara pada konferensi (conference speakning) atau
berbicara kelompok yang meliputi: (1) Seminar kelompok baik formal maupun tidak formal;
(2) prosedur parlementer; dan (3) debat. (Tarigan, 1986: 22-23).
Dalam subbab ini membahas mengenai salah satu dari kegiatan ilmiah yang berwujud
seminar kelompok ilmiah atau formal misalnya seminar, simposium, lokakarya, dan panel.
Seminar merupakan satu bentuk tukar pikiran, satu bentuk pembicaraan secara teratur, dan
terarah. Seminar dapat pula diartikan suatu proses tutur dalam bentuk yang diawali dengan
penyampaian materi oleh si pembicara dan dilanjutkan dengan isi tanya jawab. Selain itu
seminar dapat dimaknai sebagai salah satu cara untuk memecahklan suatu masalah atau topik
yang sedang hangat dibicarakan dalam suatu masa atau waktu (Tarigan, 1986: 36). Secara
khusus, seminar dapat dimaknai sebagai pembicaraan antara pembicara dengan peserta
(pendengar) dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan
bersama mengenai suatu masalah. Selain itu, seminar dapat dimaknai dengan pertemuan
ilmiah membahas suatu masalah. (Depdikbud, 1996). Jadi secara umum. Seminar sering
diartikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah yang direncanakan atau
dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin
(Tarigan, 1987:128). Seminar sering juga disebut sebagai percakapan terpimpin (istilah yang
terdapat dalam kelompok besar). Yang perlu diingat ialah kelompok bukan hanya merupakan
penjumlahan individu yang berada dalam suatu ruangan. Setiap individu dalam kelompok
menyadari ketergantungan mereka dalam usaha mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu,
dalam seminar kelompok setiap individu hendaknya menyadari adanya tujuan bersama itu
sehingga timbul kesadaran: sikap saling menghargai, menghormati pendapat orang lain, dan
menjaga ketertiban bersama. Setiap peserta seminar hendaknya mempunyai sikap kerjasama
dan menyadari bahwa dirinya merupakan anggota peserta seminar sehingga permusuhan yang
tidak sehat dapat dihindari. Selain itu, dalam seminar setiap peserta bebas mengemukakan
pendapat sehingga problema menjadi menarik. Seminar formal memiliki unsur-unsur sebagai
berikut: (a) Unsur manusia (1) pemimpin/moderator, regulator, dan koordinator. (2) peserta
mengambil bagian wicara/pembicara atau pemasaran, dan (3)
pendengar/public/umum/audience, (b) unsur materi: harus ada masalah/topic atau tema
pembicaraan; dan (c) unsur fasilitas: ruangan, meja kursi, alat audiovisual, papan tulis, kertas.
Yang terpenting ialah menciptakan suasana seminar. (Parera, 1984:190) Pembicara yang
efektif akan menyadari bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang intelektual dan
emosional. Menyusun ide-ide merupakan bagian dari kegiatan tersebut. 2. Persiapan Sebelum
Berbicara di Seminar Jika Anda mengetahui apa yang ingin disampaikan, Anda perlu untuk
meperkuat materi-materi ke dalam satu bentuk pesan yang mengandung arti. Jangan
menganggap bahwa pesan dengan sendirinya akan mampu memberikan penjelasan.
Kemampuan pendengaran audiensi terhadap informasi tergantung yang disampaikan melalui
cara-cara yang berbeda tergantung pada tingkat pengetahuan dan presentasi yang
disampaikan. Audiensi dituntut untuk memiliki beberapa pertanyaan dasar yang perlu
dijawab berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu: a. Mengapa audiensi harus
memperhatikan pembicara padahal mereka dapat melakukan hal-hal yang lebih menarik. b.
Ketika audiensi mendengarkan presentasi, mengapa mereka harus peduli dengan
permasalahan tersebut? c. Audiensi sependapat dengan signifikansi topik, tetapi terhadap ide-
ide tersebut? d. Jika audiensi telah merasa yakin, apa yang diinginkan oleh pembicara dari
mereka? 3. Susun Presentasi Secara Jelas a. Prioritaskan topik dan alokasikan waktu secara
cerpat. b. Fokuskan hanya pada 3,5 poin utama. c. Miliki pola pemikiran yang baik (contoh:
masalah/solusi. kronologis, sebab akibat, berdasarkan topik). d. Gunakan transisi untuk
pindah secara halus dari satu poin ke poin lainnya. e. Gunakan contoh, statistik, pendapat
ahli, dan anekdot. f. Susun sesuai keperluan telinga bukan untuk mata. g. Gunakan kata-kata
sederhana, kalimat sederhana, tanda baca, pengulangan, gambar, dan bahasa pribadi. h. Buat
satu kesimpulan yang efektif i. Simpulkan, susun gambar akhir, dan persiapkan penutup j.
Jangan akhiri dengan susuatu yang lemah, jangan gunakan frasa-frasa usang. k. Jangan hanya
menghasilkan data atau hasil kesimpulan semata dan membiarkan audiensi membuat
kesimpulan sendiri. l. Anda telah memilki waktu yang lebih banyak untuk mengolah
informasi dibandingkan dengan audiensi; bagi pandangan dan pemahaman Anda dengan
audiensi dan sampaikan kepada mereka apa yang telah Anda simpulkan dari pekerjaan yang
yang telah Anda lakukan. m. Bicara secara spontan, seperti dialog dan antusias. n. Gunakan
frasa-frsa kunci yang terdapat dalam catatan Anda sehingga tidak perlu membaca. Gunakan
LCD/infokus/laptop, daripada catatan. 4. Seminar yang efektif Seminar merupakan
pertemuan untuk pertukaran ide dalam bidang tertentu. Layak dicatat bahwa pertukaran ide
berarti memberi dan menerima secara berbalasan. Dengan dengan kata lain, Seminar harus
memberi manfaat baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun, hal ini hanya akan terjadi
bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat
bergantung pada topik ilmiah dan teknik penyajian. 5. Penyaji yang efektif Menjadi penyaji
yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Definisi-definisi berikut ini penting, sehingga
mungkin baik bila dapat dihafalkan. Kriteria berikut ini berlaku bagi semua pembicara
umum, tanpa menghiraukan pengalaman maupun profesi mereka. Penyaji efektif adalah
seorang yang: a. Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat. b. Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan, mempunyai tujuan
jelas dalam menyampaikan pesan, merasa tanggung jawab bahwa pesan dapat disampaikan
dan telah menyelesaikan tujuan tersebut. c. Menyadari bahwa tujuan utama penyajian
tersebut adalah komunikasi ide dan perasaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. d.
Mampu menganalisis dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian. e. Mampu memilih
topik yang jelas dan layak saji. f. Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaaan
tidak membuta menerima saran ataapun keras kepala selalu menolak pertimbangan yang
berlawanan dengan idenya. g. Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang
rinci dan pemikiran yang hati-hati sehingga penyajian, baik dalam forum terbatas maupun
umum, bernilai bagi pendengarnya. h. Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga
membenuk suatu penggabungan yang saling terkait. i. Mampu menggunakan bahasa yang
jelas, langsung, layak dan nyata.
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung: Erlangga. Keraf. Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
2014 17 Bahasa Indonesia Modul 7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning Supriyadi, S.Pd., M.Pd.