Anda di halaman 1dari 16

BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata


untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan.Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.Untuk dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, selayaknyalah pembicara memahami makna atau
segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Tiga factor penting yang menentukan
keberhasilan seseorang ketika tampil berbicara didepan umum untuk kepentingan apapun,
yaitu :
1. Kesiapan diri
2. Kesiapan materi
3. Kesiapan hadirin
Berbagai jenis berbicara untuk keperluan akademik seperti, berbicara untuk
presentasi, berbicara untuk seminar, dan berbicara dalam situasi formal.
Berbicara untuk presentasi
Hal-hal perlu diperhatikan dalam berbicara didepan umum adalah:
o Bagaimana berhasil berbicara didepan umum
o Komunikasi efektif
o Mempersiapkan materi pembicaraan didepan umum
o Teknik berbicara didepan umum
o Lima kesalahan besar selaku pembicara.
MODUL PERKULIAHAN Bahasa Indonesia Berbicara untuk Keperluan Akademik Fakultas
Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen S1 07
MK90008 Supriyadi, S.Pd., M.Pd. Abstract Kompetensi Setelah mempelajari materi bab ini,
mahasiswa dapat memahami dan mampu berbicara dengan baik dan benar dalam
mengungkapkan gagasan dan pesan untuk keperluan akademik. Mahasiswa
mampu/memahami: 1. Menjelaskan pengertian berbicara. 2. Menganalisis situasi pendengar.
3. Menyusun bahan berbicara untuk presentasi. 4. Berbicara untuk seminar. 5. Berbicara
dalam situasi formal. 6. Presentasi Ilmiah. Berbicara untuk Keperluan Akademik

A. Pengertian Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk


mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan,
2003:15). Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan
suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible), yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan
suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,
semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.

B. Menganalisis Situasi Pendengar

1. Menganalisis Situasi Seringkali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan
begitu pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar
belakang kehidupan mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu presentasi oralnya
berlangsung. Karena kealpaannya memperhatikan hal-hal tersebut, maksudnya tidak tercapai
dan tujuannya tidak mengenai sasaran. Untuk itu sebelum mulai berbicara, pembicara harus
menganalisis situasi yang mungkin pada waktu akan dilangsungkan presentasi oralnya.
Dalam menganalisis situasi ini, akan muncul persoalan-persoalan berikut:

a. Apa maksud hadirin semua berkumpul untuk mendengarkan uraian itu?


Apakah pembicara menghadapi anggota-anggota perkumpulannya atau suatu massa yang
berkumpul dengan maksud tertentu? Atau

Apakah mereka berkumpul itu secara kebetulan saja?

b. Pertanyaan kedua adalah: Adat kebiasaan atau tata-cara mana yang mengikat mereka?

Apakah mereka senang dan berani mengajukan pertanyaan?

Apakah mereka senang pembicaraan formal atau informal?

c. Apakah ada acara-acara yang mendahului atau mengikuti pembicaraan itu?

bilamana berlangsung pembicaraan itu?

Kalau ada acara lain yang mendahului, acara mana yang lebih menarik perhatian?

Semua unsur situasi itu dapat dipergunakan dalam pembicaraan, dan pasti mempunyai daya
tarik tersendiri untuk memikat para pendengar.

d. Di mana pembicaraan itu akan dilangsungkan?

Di alam terbuka atau dalam sebuah gedung?

Apakah pada saat itu hujan, mendung atau panas terik?

Hadirin duduk atau berdiri?

Apakah suara pembicara dapat didengar dengan baik atau tidak dalam ruangan atau gedung
tersebut? Mengapa?

Bila pembicara berusaha sungguh-sungguh untuk menjawab semua pertanyaan di atas maka
ia sungguh-sungguh telah berusaha untuk menganalisis situasi yang mungkin ada pada waktu
pembicaraan akan berlangsung.

2. Menganalisis Pendengar Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis
pendengar yang akan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu, siapa pendengar yang
akan hadir dalam pertemuan tersebut. Untuk itu sebelum ia menganalisis pendengar
berdasarkan beberapa topik khusus, Ia harus mulai dengan data-data umum. a. Data-data
umum Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah : jumlah, usia,
pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial. b. Data-data khusus Di samping
faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara harus memperhatikan pula data khusus
untuk lebih mendekatkan dirinya dengan situasi pendengar yang sebenarnya. Data-data
khusus tersebut meliputi: 1) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan. 2)
Minat dan keinginan pendengar. 3) Sikap Pendengar. C.Penyusunan Bahan Berbicara
Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) mengumpulkan bahan, (b)
membuat kerangka karangan, dan (c) menguraikan secara mendetail. Dalam bagian ini akan
dikemukakan beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
untuk disampaikan secara lisan. Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada
komposisi tertulis dan sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca biasanya
akan membaca terus selama ia masih tertarik akan isi bacaannya, atau memilih bagian-bagian
tertentu saja yang dianggapnya baik. Bila sama sekali tidak menarik maka segera akan
ditinggalkannya. Sebaliknya para hadirin bagaimanapun harus tetap mendengar uraian lisan
sampai selesai, tetapi sikap yang ada pada tiap pendengar akan berlainan. Kecenderungan
psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah para pendengar biasanya tertarik pada apa
yang dikatakan pada awal pembicaraan. Sesudah itu konsentrasi mereka akan menurun secara
berangsur-angsur walaupun mungkin subyeknya sebenar-benarnya semakin menarik. Baru
ketika pembicaraan akan mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit meningkat
kembali. Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis ini
sebaik-baiknya. Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai dengan
menyampaikan topik yang tidak ada kaitan dengan kepentingan pendengar maka sebenarnya
ia sudah memadamkan perhatian mereka sebelum berkembang. Sebab itu ia harus memulai
uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul menarik dan merangsang. Cara ini harus
diperbarui setiap kali dari waktu ke waktu selama menyampaikan uraiannya itu. Teknik
susunan ini sebenarnya mencoba untuk memanfaatkan kecenderungan alamiah yang ada pada
setiap manusia bahwa apa yang dikatakan pertama kali akan menggugah hati setiap orang dan
apa yang diucapkan terakhir kali akan lebih berkesan daripada bagian-bagian lainnya. Untuk
memanfaatkan aspek psikologis tersebut pembicara dapat mempergunakan teknik berikut
untuk menyusun materinya: Pertama-tama, dalam bagian pengantar uraiannya, ia
menyampaikan suatu orientasi mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha
untuk menjelaskan tiap bagian itu. Bila pendengar telah mendapatkan gambaran dan kesan
yang baik mengenai urutan penyajiannya beserta kepentingan materi pembicaraannya maka
mereka akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu dengan cermat dan penuh perhatian.
Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkan bagian-bagian yang
penting sebagai sudah dikemukakan pada awal orientasinya. Tiap bagian yang ditonjolkan itu
kemudian diikuti dengan penjelasan, ilustrasi, atau keterangan-keterangan yang sifatnya
kurang penting karena sudah ada motivasi maka setiap pendengar ingin mengetahui
perinciannya itu. Demikian dilakukan berulang kali dengan topik-topik penting berikutnya
Pada akhir uraian,sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh uraiannya tadi, agar
hadirin dapat memperoleh gambaran secara utuh sekali lagi mengenai seluruh masalah yang
baru saja selesai dibicarakan itu.
C. Berbicara untuk Presentasi

Keterampilan berbicara di depan umum (public speaking) atau melakukan


presentasi (presentation) secara efektif dengan bahasa lisan (verbal) adalah kebutuhan untuk
orang-orang yang ingin sukses. Apapun profesi atau pekerjaan seseorang: politisi, pejabat
pemerintah, manajer perusahaan, pegawai atau karyawan, profesional, ilmuwan, pengusaha,
dan guru, suatu saat pasti dituntut untuk berbicara atau memberi presentasi di depan orang
banyak dan kemampuannya berbicara itu secara langsung maupun tidak langsung akan
membawa dampak bagi pekerjaan atau diri pribadinya. Orang yang cakap berbicara di depan
orang banyak pada umumnya mendapat respek dan penghargaan orang banyak. Sebaliknya,
orang yang tidak cakap berbicara di depan orang banyak, sekalipun yang bersangkutan
ilmuwan dan berpangkat akan kurang mendapat penghargaan dengan posisinya. Hal-hal
perlu diperhatikan dalam berbicara di depan umum adalah: Bagaimana berhasil berbicara di
depan umum, komunikasi efektif, mempersiapkam materi pembicaraan di depan umum,
teknik berbicara di depan umum, tanggung jawab pembicara, lima kesalahan besar selaku
pembicara.

1. Bagaimana berhasil menjadi pembicara di depan umum Larry King, dikutip oleh MS
Hidayat memberi delapan fitur-fitur pembicara terbaik, yaitu: Memandang suatu dari sudut
baru, mengambil titik pandang yang tak terduga dari subjek umum. a. Memiliki cakrawala
luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan pengalaman luas di luar kehidupan mereka
sehari-hari. Antusias menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam
kehidupan mereka dan pada apa yang katakan pada kesempatan berbicara. b. Tidak asyik
sendiri, peka, peduli, dan memperhatikan respon pendengar. c. Sangat ingin tahu, terus
belajar dan menggali hal-hal baru. d. Memberi ketegasan, membuat hubungan yang kuat
dengan pendengar, berusaha menempatkan diri pada posisi pendengar untuk lebih memahami
apa yang diinginkan oleh pendengar. e. Memiliki selera humor, tidak terus-terusan serius,
tetapi berusaha menciptakan suasana lucu dan menyenangkan, bahkan kadang-kadang tidak
keberatan mengolok-olok diri sendiri. f. Memiliki gaya berbicara sendiri, memberikan
gambaran bahwa gaya bicara orang berbeda-beda, tetapi masing-masing berhasil karena suatu
gaya yang cocok untuk seorang pembicara. Yang penting, pembicara yakin bahwa dia
berbicara efektif.

2. Komunikasi Efektif Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah
seni berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami dengan
baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback) sesuai dengan
yang diharapkan oleh komunikator. Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal
(menurut Stewat L. Tubbs dan Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam
Psikologi Komunikasi, 1993): a. Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang
dimaksud oleh komunikator. b. Kesenangan, adanya kesenangan yang muncul untuk
komunikan dan komunikator. c. Pengaruh pada sikap, adanya pengaruh pada sikap atau
tindakan komunikan sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh komunikator. d. Terjalinnya
hubungan sosial yang semakin baik sebagai dampak pesan yang disampaikan oleh
komunikator. e. Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki
Komunikator

3. Merancang Materi Pembicaraan di Depan Umum Paling tidak ada lima hal yang perlu
dipersiapkan sebagai materi pembicaraan di depan publik, yaitu: a. Topik (topik), pokok atau
subjek pembicaraan, seharusnya dipilih berdasarkan pertimbangan karena menarik minat dan
perhatian (baik pendengar maupun pembicara), dibutuhkan, atau sesuai dengan permintaan b.
Tujuan umum (general purpose), tujuan khusus (specific purpose), dan ide sentral (central
idea) tujuan umum suatu pembicaraan antara lain menyampaikan informasi, membujuk,
meyakinkan, atau memberi instruksi kepada pendengar; tujuan khusus tergantung dari tujuan
umum; dan ide sentral adalah inti dari pembicaraan, biasanya dikemas hanya dalam satu
kalimat yang mudah diserap dan diingat oleh pendengar. c. Pendahuluan (introduction)
tambahan bekerja sebagai pengantar kearah pokok pembicaraan atau permasalahan yang akan
dibahas dan sebagai upaya mempersiapkan mental pendengar. Pada bagian tambahan ini,
rebutlah perhatian pendengar Anda dan buat mereka untuk selalau ingin mendengar sampai
kalimat terakhir dari pembicaraan Anda. Jadi, pembicara harus dapat memberikan kesan
pertama (first impression) yang baik kepada pendengar. d. Batang tubuh (body), Batang
tubuh pembicaraan hendaknya dibagi menjadi dua atau tiga bagian utama yang akan
menjelaskan atau membuktikan ide sentral. e. Kesimpulan/penutup (conclusion), kesimpulan
merupakan ringkasan dari butir-butir utama dan bisa jadi merupakan seruan terkahir kepada
pendengar, meminta pendengar memperhatikan secara khusus dan melakukan tindakan
sepatutnya. Kesimpulan bukanlah rangkuman dari semua bagian pembicaraan. Kesimpulan
harus singkat, sederhana, tidak berbelit-belit, tidak mengemukaan fakta baru, dan dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pesan yang mengesankan pendengar.

4. Teknik Berbicara di Depan Umum dan Presentasi Menurut beberapa pakar public
speaking, seorang pembicara publik perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Pendekatan
dan Permulaan Begitu Anda berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan
waktu sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua pendengar dan mungkin
untuk menempatkan catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan kalimat pertama yang
meyakinkan untuk diucapkan. Ada beberapa pilihan cara memulai pembicaraan, tergantung
suasana pendengar Anda. Misalnya, bisa dengan mengajukan pertanyaan, bisa dengan
menyampaikan cerita singkat atau pengalaman, yang nanti ada kaitan dengan materi
pembicaraan, bisa dengan sebuah permainan, atau langsung dengan mengutarakan gambaran
umum tentang materi pembicaraan. b. Mengatasi Kegugupan di Depan Panggung Gugup dan
demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap pembicara di depan umum, bahkan
pembicara terbaik pun pernah mengalami gugup atau demam panggung pada saat mereka
pertama kali berbicara di depan umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa diatasi
dengan banyak-banyak berlatih. c. Membuat Ketertarikan Pendengar Unsur penting yang
membuat orang tertarik mendengarkan pembicara adalah: hal-hal baru (materi pembicaraan
menarik). Pembicaraan masuk akal; jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu
tidak menarik (jadi pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda);
Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor. d. Menjaga Ketepatan Berbicara,
Kejernihan, dan Volume Suara Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan
suara yang cukup kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan
jelas. Bicara secara tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat-memudahkan pendengar
menerima ide Anda. Suara Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness) seperti
halnya jika Anda berbicara kepada sahabat karib Anda. e. Mepercayai Kemampuan Sendiri
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang Anda miliki untuk
maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian dan pelatihan. f.
Memperbanyak Perbendaharaan Kata-Kata Penguasaan perbendaharaan kata-kata dan
pemilihan kata-kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan
berbicara. Isi pembica-raan bertambah variatif sehingga tidak membosankan. g. Memberi
Tekanan Dalam Pembicaraan dan Bersemangat (Antusias) Semua gerakan Anda: mata,
ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara harus Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan
penuh semangat. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide
Anda. Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara setengah-
setengah, khawatir, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara bicara yang tepat adalah
dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik. h. Tepat waktu Berhentilah berbicara
sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk segera berhenti berbicara atau turun dari
panggung. Tepatilah waktu yang telah ditetapkan. i. Memiliki Kelancaran Berbicara dan Rasa
Humor Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks, dan tidak
kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada sedikit unsur humor, yaitu
sesuatu yang lucu atau menggelikan hati sehingga dapat menimbulkan tertawa. j. Berbicara
Dengan Menyenangkan dan Wajar Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit. Jika
mulut Anda berbusa atau Anda berkeringat dan Anda harus mengelapnya, gunakanlah
saputangan, itu untuk menjaga agar Anda tetap berbicara dengan menyenangkan. Kemudian,
Anda harus bersikap wajar atau tidak berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau
informasi. Hal yang juga penting, pada umumnya pendengar menginginkan seseorang
berbicara dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang tidak
jelas artinya. k. Menggerakkan Tubuh Secara Alami Gerakan tubuh, apabila dilakukan
dengan baik dan sesuai atau alami akan melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih
menarik untuk dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa nonverbal. Untuk penyampaian
pikiran dan perasan tertentu, gerakan tubuh jauh berarti dari kata-kata. l. Memakai Pakaian
yang Sopan Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian
seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicara yang memakai
pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pingang, sepatu, dasi, dan sebagainya.
m. Penutupan dan Pengakhiran Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting,
berhenti sejenak (pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, "sekarang saya
sampai pada kesimpulan" atau "Apakah di antara Anda (masih) ada yang pertanyaan?",
jangan lupa kata-kata terakhir "Terima kasih". Kemudian meninggalkan mimbar dengan
senyuman manis. 5. Tanggung Jawab Pembicara Publik Pembicara yang sedang berbicara di
depan umum memiliki sejumlah tanggung jawab bahwa ia harus menerima sebagai seorang
yang berhati-hati, bersungguh-sungguh, adil, dan teliti. Terkait dengan ini, beberapa hal harus
diperhatikan pembicara publik, yaitu: a. Pembicara memiliki etika yang baik dengan tidak
menyampaikan kebohongan dan memutarbalikkan informasi, serta menghormati pendengar.
b. Pembicara hendaknya menghidari mengejek atau menyudutkan kelompok tertentu. c.
Pendengar sudah memberi waktu (dan mungkin uang) untuk mendengarkan Anda maka
pembicara harus memberi apa yang dibutuhkan pendengar. Anda harus berupaya
memberikan informasi yang menakjubkan yang akan memuaskan keingintahuan intelektual
pendengar, atau Anda mungkin akan menghibur dengan beberapa anekdot yang menyegarkan
dan mengalihkan mereka dari kerja keras sehari-hari maka semua pesan Anda merupakan
hadiah yang berguna bagi pendengar d. Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik. 6.
Lima Kesalahan Besar Selaku Pembicara Menurut Hamilton Gregory, dalam suatu survey
yang dilakukan terhadap 64 pebisnis dan professional yang diminta menyebutkan kesalahan
yang paling besar yang dilakukan oleh pembicara di depan umum (public speaking) di
Amerika Serikat, tercatat sebagai berikut: a. Kesalahan dalam menyiapkan bahan
pembicaraan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pendengar. b. Kekurangan dalam
persiapan. c. Penyampaian materi pembicaraan yang terlalu banyak. d. Kesalahan dalam
memelihara kontak mata (contact eye). e. Pembicaraan yang tumpul.

D. Berbicara untuk Seminar

1. Pengertian Berbicara untuk keperluan seminar adalah satu bentuk wicara yang melibatkan
banyak pendengar atau audiensi. Secara garis besar, kegiatan berbicara dapat dibagi dua atau
dua pilihan yaitu pertama berbicara di depan umum pada masyarakat (public speaking) atau
berbicara individual dan kedua berbicara pada konferensi (conference speakning) atau
berbicara kelompok yang meliputi: (1) Seminar kelompok baik formal maupun tidak formal;
(2) prosedur parlementer; dan (3) debat. (Tarigan, 1986: 22-23).

Dalam subbab ini membahas mengenai salah satu dari kegiatan ilmiah yang berwujud
seminar kelompok ilmiah atau formal misalnya seminar, simposium, lokakarya, dan panel.
Seminar merupakan satu bentuk tukar pikiran, satu bentuk pembicaraan secara teratur, dan
terarah. Seminar dapat pula diartikan suatu proses tutur dalam bentuk yang diawali dengan
penyampaian materi oleh si pembicara dan dilanjutkan dengan isi tanya jawab. Selain itu
seminar dapat dimaknai sebagai salah satu cara untuk memecahklan suatu masalah atau topik
yang sedang hangat dibicarakan dalam suatu masa atau waktu (Tarigan, 1986: 36). Secara
khusus, seminar dapat dimaknai sebagai pembicaraan antara pembicara dengan peserta
(pendengar) dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan
bersama mengenai suatu masalah. Selain itu, seminar dapat dimaknai dengan pertemuan
ilmiah membahas suatu masalah. (Depdikbud, 1996). Jadi secara umum. Seminar sering
diartikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah yang direncanakan atau
dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin
(Tarigan, 1987:128). Seminar sering juga disebut sebagai percakapan terpimpin (istilah yang
terdapat dalam kelompok besar). Yang perlu diingat ialah kelompok bukan hanya merupakan
penjumlahan individu yang berada dalam suatu ruangan. Setiap individu dalam kelompok
menyadari ketergantungan mereka dalam usaha mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu,
dalam seminar kelompok setiap individu hendaknya menyadari adanya tujuan bersama itu
sehingga timbul kesadaran: sikap saling menghargai, menghormati pendapat orang lain, dan
menjaga ketertiban bersama. Setiap peserta seminar hendaknya mempunyai sikap kerjasama
dan menyadari bahwa dirinya merupakan anggota peserta seminar sehingga permusuhan yang
tidak sehat dapat dihindari. Selain itu, dalam seminar setiap peserta bebas mengemukakan
pendapat sehingga problema menjadi menarik. Seminar formal memiliki unsur-unsur sebagai
berikut: (a) Unsur manusia (1) pemimpin/moderator, regulator, dan koordinator. (2) peserta
mengambil bagian wicara/pembicara atau pemasaran, dan (3)
pendengar/public/umum/audience, (b) unsur materi: harus ada masalah/topic atau tema
pembicaraan; dan (c) unsur fasilitas: ruangan, meja kursi, alat audiovisual, papan tulis, kertas.
Yang terpenting ialah menciptakan suasana seminar. (Parera, 1984:190) Pembicara yang
efektif akan menyadari bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang intelektual dan
emosional. Menyusun ide-ide merupakan bagian dari kegiatan tersebut. 2. Persiapan Sebelum
Berbicara di Seminar Jika Anda mengetahui apa yang ingin disampaikan, Anda perlu untuk
meperkuat materi-materi ke dalam satu bentuk pesan yang mengandung arti. Jangan
menganggap bahwa pesan dengan sendirinya akan mampu memberikan penjelasan.
Kemampuan pendengaran audiensi terhadap informasi tergantung yang disampaikan melalui
cara-cara yang berbeda tergantung pada tingkat pengetahuan dan presentasi yang
disampaikan. Audiensi dituntut untuk memiliki beberapa pertanyaan dasar yang perlu
dijawab berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu: a. Mengapa audiensi harus
memperhatikan pembicara padahal mereka dapat melakukan hal-hal yang lebih menarik. b.
Ketika audiensi mendengarkan presentasi, mengapa mereka harus peduli dengan
permasalahan tersebut? c. Audiensi sependapat dengan signifikansi topik, tetapi terhadap ide-
ide tersebut? d. Jika audiensi telah merasa yakin, apa yang diinginkan oleh pembicara dari
mereka? 3. Susun Presentasi Secara Jelas a. Prioritaskan topik dan alokasikan waktu secara
cerpat. b. Fokuskan hanya pada 3,5 poin utama. c. Miliki pola pemikiran yang baik (contoh:
masalah/solusi. kronologis, sebab akibat, berdasarkan topik). d. Gunakan transisi untuk
pindah secara halus dari satu poin ke poin lainnya. e. Gunakan contoh, statistik, pendapat
ahli, dan anekdot. f. Susun sesuai keperluan telinga bukan untuk mata. g. Gunakan kata-kata
sederhana, kalimat sederhana, tanda baca, pengulangan, gambar, dan bahasa pribadi. h. Buat
satu kesimpulan yang efektif i. Simpulkan, susun gambar akhir, dan persiapkan penutup j.
Jangan akhiri dengan susuatu yang lemah, jangan gunakan frasa-frasa usang. k. Jangan hanya
menghasilkan data atau hasil kesimpulan semata dan membiarkan audiensi membuat
kesimpulan sendiri. l. Anda telah memilki waktu yang lebih banyak untuk mengolah
informasi dibandingkan dengan audiensi; bagi pandangan dan pemahaman Anda dengan
audiensi dan sampaikan kepada mereka apa yang telah Anda simpulkan dari pekerjaan yang
yang telah Anda lakukan. m. Bicara secara spontan, seperti dialog dan antusias. n. Gunakan
frasa-frsa kunci yang terdapat dalam catatan Anda sehingga tidak perlu membaca. Gunakan
LCD/infokus/laptop, daripada catatan. 4. Seminar yang efektif Seminar merupakan
pertemuan untuk pertukaran ide dalam bidang tertentu. Layak dicatat bahwa pertukaran ide
berarti memberi dan menerima secara berbalasan. Dengan dengan kata lain, Seminar harus
memberi manfaat baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun, hal ini hanya akan terjadi
bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat
bergantung pada topik ilmiah dan teknik penyajian. 5. Penyaji yang efektif Menjadi penyaji
yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Definisi-definisi berikut ini penting, sehingga
mungkin baik bila dapat dihafalkan. Kriteria berikut ini berlaku bagi semua pembicara
umum, tanpa menghiraukan pengalaman maupun profesi mereka. Penyaji efektif adalah
seorang yang: a. Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat. b. Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan, mempunyai tujuan
jelas dalam menyampaikan pesan, merasa tanggung jawab bahwa pesan dapat disampaikan
dan telah menyelesaikan tujuan tersebut. c. Menyadari bahwa tujuan utama penyajian
tersebut adalah komunikasi ide dan perasaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. d.
Mampu menganalisis dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian. e. Mampu memilih
topik yang jelas dan layak saji. f. Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaaan
tidak membuta menerima saran ataapun keras kepala selalu menolak pertimbangan yang
berlawanan dengan idenya. g. Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang
rinci dan pemikiran yang hati-hati sehingga penyajian, baik dalam forum terbatas maupun
umum, bernilai bagi pendengarnya. h. Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga
membenuk suatu penggabungan yang saling terkait. i. Mampu menggunakan bahasa yang
jelas, langsung, layak dan nyata.

E. Berbicara dalam Situasi Formal


Berbicara dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang, walaupun
secara alamiah setiap orang mampu berbicara. Namun, berbicara secara formal atau
dalam situasi resmi sering meninggalkan kegugupan sehingga gagasan yang
dikemukakan tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur. Bahkan
ada yang tidak berani berbicara sama sekali.
Berbicara dalam situasi yang formal memerlukan persiapan dan menuntut
keterampilan. Kemampuan ini tidak dapat hanya dicapai begitu saja, tetapi menuntut
bimbingan dan latihan yang intensif. Dalam kegiatan berbicara formal, persiapan ini
sangat penting. Aspek-aspek penggunaan bahasa ketika berbicara dalam situasi formal:
1. Menggunakan bahasa baku (standard), maksudnya bahasa yang digunakan harus
sesuai dengan bahasa yang telah umum dipakai orang (audiensi).
2. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
audiensi, maksudnya seorang pembicara harus membedakan siapa teman bicara atau
audiensi sehingga bahasa yang digunakan pun disesuaikan agar mudah dipahami.
3. Menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan pendengar atau audiensi.
4. Menggunakan bahasa yang efektif.
5. Menggunakan istilah yang relevan dengan topik yang dibahas.
6. Memperhatikan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi pendengar
atau audiensi.
F. Presentasi Ilmiah
1. Pengertian Presentasi Ilmiah adalah penyajian karya tulis atau karya ilmiah
seseorang di depan forum undangan atau peserta. Kehadiran peserta atau
undangan untuk mengikuti penyajian tersebut secara aktif dengan lisan dalam
waktu yang tersedia.
Agar presentasi itu dapat berjalan secara efektif, ada beberapa kiat yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut: a. Menarik minat dan perhatian peserta, b.
Mengarahkan perhatian peserta, c. Mempertahankan minat dan perhatian peserta,
d. Menjaga kefokusan masalah yang tetap, e. Menjaga etika dan kode etik
presentasi.
Dalam usaha menarik minat dan perhatian peserta, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik, baik audio maupun visual. Media yang
dimaksudkan itu antara lain adalah gambar dengan warna yang menarik, ilustrasi
yang beragam, anekdot yang ringan, serta demosntrasi sederhana. Di samping itu,
diperlukan pula suara yang cukup keras serta penampilan makalah yang
menyenangkan hati. Perhatian peserta dapat diarahkan pada fokus pembicaraan
dengan memanfaatkan latar belakang peserta.
Dalam hal ini, penyaji memperkenalkan secara resmi siapa saja yang hadir
menjadi peserta seminar atau presentasi itu. Usaha untuk mempertahankan minat
peserta untuk terus berada dalam ruang diskusi antara lain adalah bahwa penyaji
selalu menjaga agar suara tidak monoton dan berusaha agar suara selalu jelas
terdengar.
Dalam hal ini, penggunaan multimedia sangat membantu kita dalam presentasi.
Kefokusan masalah dapat dijaga dengan cara mempertahankan alur presentasi.
Penyaji secara terus terang menyatakan fokus pembicaraan dan menaati bahan
yang telah disiapkan. Penyaji memberikan penjelasan secara singkat dan padat
tentang isi sajian dengan mengemukakan butir-butir permasalahan.
Etika dalam pelaksanaan presentasi sangat penting. Hal ini dapat terwujud dengan
tidak menyinggung perasaan orang lain.
2. Tata Tertib dan Etika Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah merupakan wahana bagi
ilmuwan dan akademi dari berbagai disiplin ilmu untuk saling bertukar pendapat
atau informasi sebagai hasil penelitian. Dalam forum itu diperlukan berbagai
unsur. Unsur yang harus ada dalam presentasi ilmiah itu adalah: a.
Penyaji/pemakalah, berfungsi sebagai orang yang menyampaikan isi makalah, b.
Pemandu/moderator, berfungsi sebagai pengatur jalannya presentasi atau diskusi,
termasuk penentu waktu yang disediakan untuk presentasi itu. c. Pencatat/notulis
berfungsi sebagai orang yang menghimpun segala komentar, saran, dan
pertanyaan dalam buku yang dijadikan dokumen bagi presentasi itu. d. Peserta
berkewajiban menyimak presentasi itu dan memberi tanggapan yang baik. Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam hal etika adalah kejujuran. Setiap orang wajib
bersikap terbuka dalam segala hal yang menyangkut informasi yang disajikan.
Jika data itu diambil dari suatu sumber, penyaji harus mengaku secara terbuka
bahwa data itu diambil dari sumber tersebut.
3. Penyajian Bahan Presentasi Dalam hal teknologi informasi sekarang ini,
presentasi ilmiah agar lebih efektif menggunakan, multimedia, alasannya adalah:
a. Presentasi akan menjadi menarik karena penyaji dapat membuat berbagai
variasi yang menarik, termasuk membuat animasi. b. Penyaji dapat menghemat
waktu karena penyaji tidak perlu menulis di papan tulis atau menulis di kertas. c.
Penyaji dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu jika hal itu diperlukan. d. Penyaji
dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendaki. e. Penyaji dapat
menyalin atau mengopi file presentasi jika memerlukannya. f. Penyaji dapat
membawa bahan dalam flasdisk. g. Bahan presentasi dapat sangat ringan, yang
sekaligus membantu peserta menangkap esensi bahan yang dibahas.
Agar manfaat multimedia dapat dinikmati, presentasi multimedeia perlu disiapkan
dengan baik. Dalam menyiapkan presentasi multimedia, langkah-langkah yang
dapat ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tentukan butir-butir terpenting dari
bahan yang dibahas. Penyebutan butir-butir presentasi hendaknya tidak terlalu
singkat, tetapi tidak boleh terlalu elaborative karena elaborasi akan disajikan
secara lisan oleh penyaji. b. Atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut. c.
Ungkapkan kerangka pikir makalah yang akan disajikan dalam diagram atau
bagan untuk menunjukan alur penalaran. d. Tuliskan semua dalam bingkai
powerpoint dengan ukuran huruf atau ukuran gambar yang memadai. e. Pilih
rancangan slide yang cocok termasuk kekontrasan warna dan animasi. f. Lakukan
uji coba tayangan untuk memastikan bahwa semua bahan yang disajikan dalam
slide dapat terbaca oleh peserta dalam ruangan yang tersedia. Cetak bahan untuk
pegangan dalam penyajian.
4. Pelaksanaan Presentasi Kegiatan presentasi ilmiah pada intinya adalah
mengkomunikasikan bahan ilmiah kepada peserta forum ilmiah. Dalam hal ini,
berlaku beberapa prinsip komunikasi sebagai berikut.
a. Mengurangi ganggunan komunikasi secara antisipasif. 1) Memastikan
kecukupan pencahayaan dan ruang gerak. 2) Memperhatikan tingkat kapasitas
peserta ketika memilih bahasa dan media. 3) Menghindari kemungkinan
multitafsir ungkapan yang dipilih. 4) Berpikir positif tentang peserta. 5) Membuat
peserta nyaman, merasa berterima, dihormati, dan dihargai. 6)
Mempertimbangkan budaya peserta. 7) Bersikap terbuka terhadap sikap dan
pendapat orang lain yang berbeda. 8) Memastikan bahwa pakaian yang akan
dipakai tepat pilihan dari segi situasi formal dalam budaya yang ada.

b. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi. 1) Penyaji memastikan


bahwa suaranya dapat didengar oleh semua peserta. 2) Penyaji memastikan bahwa
penyaji dapat melihat semua peserta. 3) Penyaji berusaha untuk menjadi penyimak
atau pendengar yang baik. 4) Penyaji memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya, cari klarifikasi, dan lain-lain. 5) Penyaji mendorong peserta untuk aktif
terlibat dalam presentasi. 6) Penyaji merespon peserta pada kebutuhan peserta
tersebut. 7) Penyaji menggunakan media yang menarik dan efektif.
Daftar Pustaka

Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung: Erlangga. Keraf. Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

2014 17 Bahasa Indonesia Modul 7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai