Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 . Latar Belakan Masalah
Menurut taksiran, rata-rata manusia dalam kehidupan normal mengucapkan
18.000 kata sehari. Jumla ini akan bertambah banyak apaila aktivitas manusia
tersebut sebagian besar merupakan Interaksi sosial. Maka tak heran bila jalan menuju
sukses baik sosial maupun profesional dilalui lewat berbicara. Bila kita tidak dapat
meyakinkan sebagai pembicara, maka kita bukan berada paa jalan kesuksesan.
Berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling esensial. Dengan
berbicara manusia berbeda dibanding makhluk lain. Dengan berbicara pula
manusia dapat dengan mudah meraih simpati, mendapatkan teman, relasi
dan pasangan hidup. Berbicara untuk meraih sukses bukan berbicara
sekedar mngeluarkan kata-kata dari mulut. Berbicara kunci sukses
merupakan sebuah strategi, direncanakan, terstruktur, jelas, dan memiliki
visi. Berbicara kunci sukses juga berlandaskan pada teknik persuasi.
Memahami audience bicara, mengetahui kondisi, menentukan teknik
pendekatan

yang

tepat,

mengambil

lamgkah

awal,

dan

aklhirnya

mempengaruhi audience sehingga tujuan pembicara tercapai.


Berbicara di hadapan orang banyak merupakan hal yang mudah
dilakukan oleh orang tertentu, tetapi cukup menegangkan bagi banyak
orang. Satu hal yang menjadi penghalang utama untuk tampil dengan
tenang adalah ketakutan untuk di nilai negatif. Melakukan persentasi
adalah hal yang mudah di lakukan oleh sebagian orang. Terutama oleh
mereka yang prefesional dalam bidang komunikasi. Namun, tidak semua
orang mampu melakukan presentasi secara baik, memuaskan audiens. Mereka
yang gagal melakukan persentasi bukan saja para pemula yang belum berpengalaman,
melainkan juga orang-orang yang aktif dalam kepengurusan di berbagai organisasi.

1 | Page

1 . 2 . Permasalahan.
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan
yang a k a n d i b a h a s d a l a m k a r y a t u l i s i n i a d a l a h s e j a u h m a n a
p e n g e n a l a n m a h a s i s w a terhadap cara berbicara untuk keperluan akademik,
presentasi, dan seminar.
1 . 3 . Tujuan.

Menjelaskan pengertian berbicara


Mengetahui tujuan berbicara
Mengetahui teknik berbicara untuk keperluan akademik, presentasi,

dan seminar.
Menjelaskan

perbedaan

tata

cara

berbicara

untuk

keperluan

akademik,untuk keperluan presentasi, dan untuk keperluan seminar

2 | Page

BAB II
PEMBAHASAN

Berbicara untuk keperluan akademik


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berbicara berarti berkata,
bercakap

atau berbahasa. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu

penyampaian maksud(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
Pengertian secara khusus banyak ditemukan oleh para pakar Jarigan, misalnya
mengemukakan bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari
batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar dan memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot tubuh manusia demi maksud tujuan agasan-gagasan atau ideide yang di kombinasikan Berbicara lebih dari pada hanya sekedar
pengucapan bunyi-bunyi a t a u k a t a - k a t a B e r b i c a r a a d a l a h s u a t u a l a t
untuk

mengomunikasikan

gagasan

gagasan

yang

disusun

serta

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.


sedangkan akademik menurut bahasa berarti pendidikan atau proses belajar
mengajar. Pengertian akademik itu sendiri jika dilihat dari latar belakang adalah
sebuah keadaan dimana orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan,
pemikiran, atau ilmu pengetahuan sekaligus melakukan pengujian terhadapnya secara
jujur, terbuka, dan leluasa. Selanjutnya jika atmosfer akademik tumbuh kemudian
akan berkembang menjadi kultur akademik, hal ini ditandai dengan tumbuhnya minat
baca yang tinggi, tradisi berdiskusi dan berbeda pendapat, kreativitas menulis, serta
proses belajar mengajar yang kondusif. Berbicara untuk keperluan akademik
meliputi: Presentasi, Seminar, berpidato dalam situasi formal, dan belajar mengajar.

3 | Page

A. Presentasi
Membuat presentasi bukanlah hal yang mudah, bayangkan saja, kita harus
mencari sumber-sumber atau bahan yang akan dipresentasikan. Kemudian bahanbahan tersebut harus kita ubah lagi menjadi lebih khusus, karena dalam hal
presentasi, materi yang dimuat tidak harus banyak tapi diambil kata kunci atau
hal-hal pokok yang akan dibicarakan. Kemudian jika semua sudah siap, maka hal
yang harus dilakukan adalah mendesain presentasi semanrik mungkin agar orang
tidak merasa bosan, program yang biasanya digunakan orang untuk presentasi
adalah program Ms. PowerPoint. Dalam program itu anda dapat menggunakan
sebebas mungkin untuk membuat desain presentasi, seperti animasi, backrground,
tulisan dan lainnya.. Setelah semua selesai mengatur desain presentasi anda, maka
cobalah untuk menslide shownya dan lihat tampilanya, jika sudah cukup bagus,
maka anda sudah siap untuk presentasi. Persiapan yang harus anda lakukan
sebelum pelaksanaan presantasi yaitu :
1. Kenali audience
2. Kuasai materi
3. Buat outline
4. Siapkan alat peraga / bantu
5. Siapkan introduction
6. Siapkan penutup
Agar lebih baik dalam melaksanakan presentasi maka lakukan latihan, latihan
adalah cara yang paling efektif
Dapat menyadari kejelekan dalam presentasi.
Melatih transisi antar bagian supaya lebih halus.
Memberi gambaran waktu yang diperlukan
Meningkatkan percaya diri.
Adapun teknik latihannya yaitu dengan Mengumpulkan audience dan saat
melakukan presentasi rekamlah latihan itu dengan tujuan agar anda dapat tahu
kekurangan anda saat berpresentasi. Kemudian ada juga hal-hal khusus yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan presentasi diantaranya :
Tentukan cara mengulang poin utama tanpa terlihat adanya pengulangan
Ciptakan transisi antar bagian dengan mulus
Kenali betul alat bantu / alat peraga yang digunakan.

4 | Page

Menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang kemungkinan muncul


Mengembangkan gaya sendiri.

B. Seminar
Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, baiklah
kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan seminar dalam tulisan ini.
Yang pertama adalah apa tujuan seminar. Seminar di sini adalah untuk
mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian seminar berbeda dengan pelatihan,
di mana di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang dibawakan oleh seorang
yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer ilmu. Yang kedua
adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam seminar. Seminar adalah satu
pertemuan di mana semua para pesertanya terlibat aktif. Di dalam seminar yang
dimaksud ini, tidak ada pembicara dan peserta, seperti yang dikenal dalam
seminar pada umumnya. Tidak ada perbedaan antara pembicara dan peserta.
Dengan demikian seminar dibedakan dari kuliah, di mana ada seorang lektor
membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan dan
bertanya. Lektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut, sedangkan
peserta adalah orang yang mempelajari tema tersebut. Untuk berjalannya sebuah
seminar dengan baik perlulah dipikirkan beberapa syarat: Ruang seminar, Peserta,
Moderator, Jalannya seminar.
1. Ruang Seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan
interaksi aktif selurah peserta seminar. Ruangan tentu saja harus cukup
tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim yang baik untuk
berseminar. Adanya sebuah papan tulis dapat membantu.
2. Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan
kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus
sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa
membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang

5 | Page

diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis,
ditandai, disertai tanggapan dan kritik.
3. Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam
kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang
yang mengarahkan jalannya seminar. Semestinyalah seorang moderator
adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini
bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam
penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia
mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan.
4. Jalannya seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan langsung
dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara
bergiliran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan
baik:
a) Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih
mendominasi

pembicaraan.

Adalah

tugas

moderator

untuk

memperhatikan ini.
b) Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada
jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih
dalam dan tidak jelas jawabannya.
c) Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan jelas tanpa
ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas,
moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang pengujar untuk
memperjelasnya.
d) Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap pertanyaan haruslah
jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak meminta
penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan
tentunya juga harus relevan dengan pernyataan.

6 | Page

e) Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan kepada pertanyaan lain


yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar dapat
memberikan manfaat lebih.
f) Etika harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti Bahasa harus
santun dan tidak merendahkan. Moderator terlebih dahulu harus
memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang lain.
g) Seminar adalah sebuah tempat untuk mendapatkan ide baru. Ia bukanlah
tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus kritis namun
menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua
orang memiliki posisi yang sama.
C. Berpidato dalam situasi formal
Kegiatan berbicara formal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan dalam
situasi atau acara formal. Berbicara formal dikelompokkan menjadi dua yaitu
monolog dan dialog. Berbicara monolog adalah berbicara satu arah, artinya dalam
kegiatan berbicara tersebut tidak terjadi interaksi antara pembicara dengan
pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat monolog; pidato/sambutan dan
memandu. Memandu dapat berupa memandu acara atau memandu wisatawan.
Kegiatan berbicara yang bersifat dialog; wawancara dan diskusi. Diskusi
memiliki ragam antara lain seminar. Untuk memperoleh keterampilan berbicara
formal diperlukan penguasaan terhadap faktor-faktor

yang menentukan

keberhasilan berbicara. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kebahasaan dan


nonkebahasaan.

Faktor

kebahasaan

meliputi

keberaniaan,

kelancaran,

kenyaringan suara, pandangan, gerak-gerik, penalaran, dan sikap yang wajar.


D. Belajar mengajar
Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tiga komponen utama yaitu; guru,
siswa dan bahan ajar. Proses belajar merupakan interaksi antarberbagai unsur,
dengan unsur utama adalah siswa, kebutuhan berbagai sumber, serta situasi
belajar yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar. Meskipun demikian guru

7 | Page

merupakan faktor yang cukup menentukan, seperti melakukan pengembangan


bahan ajar serta perangkat lainnya.

8 | Page

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berbicara untuk keperluan Akademik adalah s ebuah keadaan dimana orang-orang bias

menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran atau ilmu pengetahuan sekaligus


melakukan pengujian terhadapnya secara jujur, terbuka, dan leluasa tapi sopan.
Berbicara untuk keperluan akademik yaitu meliputi: Presentasi, Seminar, berpidato
dalam situasi formal, dan belajar mengajar.

SARAN

9 | Page

Daftar Pustaka

UUF ROUF Al-bantaniy di Kamis, Desember 17, 2009 Label: BAHASA

INDONESIA.
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 2007).
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,

(Bandung : Angkasa,2008)
Wiyanto,Asul . 2001.Terampil Pidato. Jakarta: Grasindo
Tukan, P. 2007. Mahir Berbahsa Indonesia SMA kelas XII Program IPA dan

IPS. Jakarta: Yhudistira.


Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia:sintksis. Yokyakarta: C.V.Karyono.
Keraf, Goys. 1989. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa indah

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai