Anda di halaman 1dari 4

KONSEP KEBIJAKAN KAMPUS MERDEKA

Oleh
Husen, S.Pd, M.Pd
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku

Kebijakan Kampus Merdeka telah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan


Kabudayaan RI Nadiem Makarim pada awal 2020 lalu, terlepas dari kebijakan
tersebut masih menuai pro dan kontra namun, diharapkan dunia pendidikan
Indonesia dapat bergerak ke arah yang lebih baik demi meningkatnya kualitas
sumber daya manusia.
“Kebijakan Kampus Merdeka ini merupakan kelanjutan dari konsep Merdeka Belajar.
Pelaksanaannya paling mungkin untuk segera dilangsungkan. Hanya mengubah
peraturan menteri, tidak sampai mengubah peraturan pemerintah ataupun undang-
undang.
Merdeka belajar di Perguruan Tinggi (PT) menekankan kepada PT agar lebih
otonom. Prinsipnya, dilakukan perubahan paradigma pendidikan agar kampus
menjadi lebih otonom dengan kultur pembelajaran yang inovatif. Kampus Merdeka
sendiri ditujukan untuk memperluas kapasitas penyediaan sumber daya bagi para
mahasiswa.  Mulai dari pembukaan program studi baru yang dimaksudkan untuk
memberikan mahasiswa kesempatan memilih jurusan yang sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan dan keterampilannya di masa mendatang secara detail.
Dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi perubahan sosial, budaya,
dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus
disiapkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Link and match tidak saja dengan dunia
industri dan dunia kerja tetapi juga, bagaimana mahasiswa mampu mendesain masa
depan yang berubah dengan cepat. Perguruan Tinggi dituntut dapat merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih
capaian pembelajaran  mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara optimal dan selalu relevan.
Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. 
Kampus Merdeka merupakan wujud   pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom
dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Program utama yaitu: kemudahan
pembukaan program studi baru, perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi,
kemudahan perguruan tinggi negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar
tiga semester di luar program studi.
Berbagai bentuk kegiatan belajar di luar perguruan tinggi, diantaranya melakukan
magang/praktik kerja di industri atau tempat kerja lainnya, melaksanakan proyek
pengabdian kepada masyarakat di desa, mengajar disatuan pendidikan, mengikuti
pertukaran mahasiswa, melakukan penelitian, melakukan kegiatan kewirausahaan,
membuat studi atau proyek independen, dan mengikuti program kemanusisaan.
Semua kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan bimbingan dari dosen.
Kampus Merdeka diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual lapangan
yang akan meningkatkan kompetensi mahasiswa secara utuh, siap kerja, atau
menciptakan lapangan kerja baru. Proses pembelajaran dalam Kampus Merdeka
merupakan salah satu perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
(student centered learning) yang sangat esensial.
Pembelajaran dalam Kampus Merdeka memberikan tantangan dan kesempatan
untuk pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan
mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan
pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan
kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi, manajemen, tuntutan
kinerja, target dan pencapaiannya.
Melalui program merdeka belajar yang dirancang dan diimplementasikan dengan
baik, maka hard dan soft skills mahasiswa akan terbentuk dengan kuat. Program
Merdeka Belajar – Kampus Merdeka diharapkan dapat menjawab tantangan
Perguruan Tinggi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai perkembangan zaman,
kemajuan IPTEK, tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun dinamika
masyarakat.
Mendikbud menerangkan bahwa paket kebijakan Kampus Merdeka ini menjadi
langkah awal dari rangkaian kebijakan untuk perguruan tinggi. Kampus Merdeka
mengusung empat kebijakan dilingkup perguruan tinggi yakni : 
1. Sistem akreditasi perguruan tinggi dalam program Kampus Merdeka, program re-
akreditasi bersifat otomatis untuk seluruh peringkat dan bersifat sukarela bagi
perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap naik peringkat. Akreditasi yang
sudah ditetapkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tetap
berlaku selama 5 tahun namun akan diperbaharui secara otomatis. Pengajuan
re-akreditasi PT dan prodi dibatasi paling cepat dua tahun setelah mendapatkan
akreditasi yang terakhir kali. Untuk perguruan tinggi yang berakreditasi B dan C
bisa mengajukan peningkatan, akreditasi A pun akan diberikan kepada
perguruan tinggi yang berhasil mendapatkan akreditasi internasional.
2. Memberikan hak kepada mahasiswa untuk  mengambil mata kuliah di luar prodi
dan melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS).  Perguruan
Tinggi wajib memberikan  hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela, jadi
mahasiswa boleh mengambil ataupun tidak SKS di luar kampusnya sebanyak
dua semester atau setara dengan 40 SKS, mahasiswa juga dapat mengambil
SKS di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu semester dari total
semester yang harus ditempuh. Ini tidak berlaku untuk prodi kesehatan.
Saat ini menurut Mendikbud, bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran di luar
kelas sangat kecil dan tidak mendorong mahasiswa untuk mencari pengalaman
baru, terlebih dibanyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja justru
menunda kelulusan mahasiswa. Lebih lanjut, Mendikbud menjelaskan terdapat
perubahan pengertian mengenai SKS. Setiap SKS diartikan sebagai ‘jam
kegiatan’, bukan lagi ‘jam belajar’. Kegiatan di sini berarti belajar di kelas,
magang atau praktik kerja di industri  atau organisasi, pertukaran pelajar,
pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan
mengajar di daerah terpencil. “Setiap kegiatan yang dipilih mahasiswa harus
dibimbing oleh seorang dosen yang ditentukan kampusnya. Daftar kegiatan yang
dapat diambil oleh mahasiswa dapat dipilih dari program yang ditentukan
pemerintah dan/atau program yang disetujui oleh rektornya.
3. Pembukaan prodi baru Program Kampus Merdeka memberikan otonomi
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk melakukan pembukaan
atau pendirian program studi (prodi) baru. Otonomi diberikan jika PTN dan PTS
tersebut sudah memiliki akreditasi A atau B, dan telah melakukan kerja sama
dengan organisasi dan atau universitas yang masuk dalam QS Top
100 World Universities. Pengecualian berlaku untuk prodi kesehatan dan
Pendidikan.
Seluruh prodi baru akan otomatis mendapatkan akreditasi C”. Lebih lanjut,
Mendikbud menjelaskan kerja sama dengan organisasi akan mencakup
penyusunan kurikulum, praktik kerja atau magang, dan penempatan kerja bagi
para mahasiswa. Kemudian Kemendikbud akan bekerja sama dengan perguruan
tinggi dan mitra prodi untuk melakukan pengawasan. “Tracer study wajib
dilakukan setiap tahun. Perguruan tinggi wajib memastikan hal ini diterapkan.
Kemudahan menjadi PTN-BH.
4. Kebijakan Kampus Merdeka yang ketiga terkait kebebasan bagi PTN Badan
Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN Badan
Hukum (PTN BH). Kemendikbud akan mempermudah persyaratan PTN BLU dan
Satker untuk menjadi PTN BH tanpa terikat status akreditasi.

Terkait dengan kebijakan tersebut, maka ada beberapa saran yang diusulkan oleh
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, diantaranya :
1. Pembukaan Program Studi Pendidikan Seni dan Pendidikan Ilmu
Komputer/Informatika, hal ini dirasa perlu karena melihat kuota seleksi PPPK
Jabatan Fungsional Guru untuk provinsi Maluku tahun 2021 rata-rata mengalami
kekosongan karena tidak ada pendaftar, hal ini karena lulusan dari dua program
studi ini hamper tidak ada.
2. Terkait dengan kekurangan guru pada wilayah-wilayah maluku yang masuk
dalam kategori 3T, maka diharapkan ada program yang dapat dilakukan oleh
pihak kampus berupa “Kampus Mengajar”, hal ini bisa sudah tentu sangat
membantu sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru.

Anda mungkin juga menyukai