Anda di halaman 1dari 23

PERANAN GURU DALAM IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013


DI SMAN 1 MARGAHAYU
Putri Nirmalasari
1401259
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran B 2014
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia
putrinirmalasari@student.upi.edu

Abstrak
Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan
penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan
suatu lembaga pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan atas kurikulum
sebelumnya yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan atau yang biasa disebut KTSP. Pada
tahun 2013, pemerintah telah menetapkan beberapa sekolah untuk ditunjuk menggunakan
kurikulum 2013 dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan standar
proses yang berlaku yang menjadikan konsep Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk dapat
mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan
pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum ini sangat erat kaitannya dengan proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah sebagai wujud dari pelaksanaan kurikulum, dan
pelaksanaan proses pembelajaran pun erat kaitannya dengan seorang guru. Selain dari
kurikulum, komponen pendidikan lain yang sama pentingnya adalah guru, karena gurulah
yang secara langsung berhadapan dengan siswa (subjek kurikulum 2013) dalam proses
pembelajaran Peran guru disini dituntut untuk bisa mencapai tujuan dari pembelajaran itu
sendiri. Hal ini didukung dengan komponen pembelajaran yang sesuai. Selain itu, model
pembelajaran pun salah satu hal penting yang menentukan kesesuaian antara materi pelajaran
dengan tujuan pembelajaran. Tentunya, perubahan kurikulum ini membuat perubahan yang
cukup signifikan terhadap peran guru dan proses pembelajaran yang harus diterapkan. .
Untuk menghasilkan output pendidikan yang baik diperlukan kesinambungan antara
rancangan kurikulum dengan implementasinya.
Kata Kunci: kurikulum 2013, peran guru dalam kurikulum 2013, implementasi kurikulum

Pendahuluan
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena
kurikulum merupakan komponen pendidikan, baik oleh pengelola maupun
penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Saat ini sistem pendidikan di
Indonesia sedang mengalami transisi

kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi

kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum hasil penyempurnaan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini juga disebut Pendidikan Berbasis Karakter.
Penyempurnaan terdiri dari penyerdehanaan, tematik-integratif, dan penambahan jam
pelajaran. Perubahan mendasar adalah dikuranginya beberapa mata pelajaran di
jenjang SD dan SMP, serta dihilangkannya sistem penjurusan pada jenjang SMA.
Penghilangan sistem penjurusan bertujuan untuk menghilangkan anggapan bahwa
jurusan IPA itu pintar sedangkan IPS dan bahasa itu orang yang bodoh atau bandel.
Dengan kurikulum ini, setiap siswa atau peserta didik diharapkan mampu melakukan
observasi, bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang
sedang mereka pelajari. Tujuan Kurikulum 2013 adalah supaya siswa dapat lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Kurikulum 2013 mulai diterapkan mulai tahun
ajaran 2013-2014. Sasaran perubahan kurikulum tidak lain adalah guru sebagai
pelaksana langsung di ruang kelas dan siswa sebagai penerima Kurikulum adalah
program yang direncanakan. Program itu direncanakan oleh guru dan dilaksanakan
dalam pembelajaran oleh para siswa. Inilah keterkaitan antara guru, kurikulum dan
pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna
manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga
sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan
berlangsung secara efektif. Maka dari itu perlu disesuaikan antara model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dari kurikulum tersebut. Guru sangat
berperan penting dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
mata pelajaran tertentu.
Perumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam artikel ini, yaitu.
a. Pengertian sistem kurikulum 2013 tingkat SMA.
b. Peranan guru dalam implementasi kurikulum 2013.
c. Model pembelajaran kurikulum 2013
Kajian teoritis

1. Sistem Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 atau yang sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter.
Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan
sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan
berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi.
Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, kurikulum ini pun
mempunyai kelemahan dan keunggulan.
Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta
didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan.
Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai
dengan pilihan dari mereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib
dan pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat
menengah yakni SMA dan SMK.
1.1 Sistem Kurikulum 2013 di SMA
Dalam kurikulum 2013 ini terdapat perbedaan struktur kurikulum setiap jenjang
pendidikan. Struktur kurikulum ini terdiri atas jumlah mata pelajaran, beban
belajar dan kalender pendidikan. Ada pun mata pelajaran di sekolah menengah
yang terdiri atas:

Mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.

Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan
mereka.

Kelompok Mata Pelajaran Wajib


Kelompok Mata Pelajaran Wajib merupakan bagian dari kurikulum pendidikan
menengah yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang bangsa,
bahasa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan
logika dan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa, pengenalan
lingkungan fisik dan alam, kebugaran jasmani, serta seni budaya daerah dan
nasional.

Kelompok Mata Pelajaran Peminatan/Pilihan


Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan:
1. untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan
minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya
di perguruan tinggi, dan
2. untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau
keterampilan tertentu.
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah adalah sebagaimana yang tertera di
dalam tabel berikut ini.Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok
mata pelajaran wajib. Beban belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII
masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.

MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
8.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
9.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)

Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu

Alokasi waktu belajar Per minggu


X
XI
XII
3
2
4
4
2
2

3
2
4
4
2
2

3
2
4
4
2
2

2
3
2
24

2
3
2
24

2
3
2
24

18

20

20

42

44

44

Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam,


Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, dan Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya.
Sejak kelas X peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan yang
akan

dimasuki.

Pemilihan

peminatan

berdasarkan

nilai

rapor

di

SMP/MTsdan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di


SMP/MTs dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di
SMA/MA dan/atau tes bakat minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru
BK di SMA/MA. Pada akhir minggu ketiga semester pertama peserta didik
masih mungkin mengubah pilihan peminatannya berdasarkan rekomendasi
para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuk sekolah yang mampu
menyediakan layanan khusus maka setelah akhir semester pertama peserta
didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya. Untuk MA, selain
ketiga peminatan tersebut ditambah dengan Kelompok Peminatan Keagamaan.
Semua mata pelajaran yang terdapat dalam suatu Kelompok Peminatan yang
dipilih peserta didik harus diikuti. Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4
(empat) mata pelajaran dan masing-masing mata pelajaran berdurasi 3
jampelajaran untuk kelas X, dan 4 jampelajaran untuk kelas XI dan XII.
Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester selama 42 jam
pelajaran untuk kelas X dan 44 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Beban
belajar ini terdiri atas Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi
24 jam pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dengan durasi 12
jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII.
Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat kelas
X, jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang
dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:

a. Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya


tetapi masih dalam satu Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau
b. Satu mata pelajaran dari masing-masing Kelompok Peminatan yang
lainnya.
Pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi
4 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut.
a. Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya
tetapi masih dalam Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau
b. Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.
Fadlillah (2014 : 31) menyebutkan beberapa elemen perubahan cakupan
kurikulum 2013, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah
atas. Elemen-elemen perubahan dalam kurikulum 2013 tersebut antara lain
sebagai berikut:
1.

Kompetensi lulusan

Mengenai kompetensi lulusan, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun SMK
ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2.

Kedudukan mata pelajaran

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi


mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Hal ini berlaku untuk semua
mata pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA, maupun SMK.
3.

Pendekatan isi

Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam


semua mata pelajaran. Untuk SMP dan SMA dikembangkan melalui
pendekatan mata pelajaran. Sementara SMK melalui pendekatan vokal atau
keahlian.
4.

Struktur kurikulum

a. Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis sains (alam, sosial,
budaya); jumlah mata pelajaran dari 10 mrnadi 6; jumlah jam bertambah 4 jam
pelajaran per minggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
b. Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi TIK menjadi media semua mata
pelajaran; pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan
ekstrakulikuler; jumlah mata prlajaran dari 12 menjadi 10; jumlah jam
bertambah 6 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan pendekatan
pembelajaran.
c. Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi perubahan sistem (ada mata
pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan); terjadi pengurangan mata
pelajaran yang harus diikuti siswa; jumlah jam bertambah 1 jam pelajaran
perminggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
d. Struktur kurikulum tingkat SMK, meliputi penambahan jenis keahlian
bedasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121
kompetensi keahlian); pengurangan adaptif dan normatif, penambahan
produktif; produktif disesuaikan dengan tren perkembangan di industri.
5.

Proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA,
dan SMK) standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mencoba, menganalisis,
mengkomunikasikan, dan mencipta. Belajar tidak hanya di ruang kelas, tetapi
juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, guru bukan satusatunya sumber belajar. Selain itu, sikap tidak hanya diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan teladan. Dengan kata lain pendidik tidak hanya
bertugas sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan teladan yang baik
terhadap semua peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.
Adapun untuk penyampaian materi pembelajaran untuk tingkat SD
disampaikan melalui tematik terpadu. Untuk tingkat SMP materi IPA dan IPS
masing-masing diajarkan secara terpadu. Kemudian, untuk tingkat SMA
adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya.

Sementara untuk tingkat SMK ditekankan pada kompetensi keterampilan yang


sesuai dengan standar industri.
6.

Penilaian hasil belajar

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Terkait dengan Kurikulum
2013 ini, kriteria penilaian hasil belajar sebagai berikut:
a.

Penilaian berbasis kompetensi

b.

Pergeseran dari penilaian melalui tes menuju penilaian otentik

yang

mengukur

semua

kompetensi

sikap,

keterampilan,

dan

pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.


c.

Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian

hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap


skor ideal.
d.

Penilaian tidak hanya level Kompetensi Dasar, tetapi juga

kompetensi inti dan Standar kompetensi Lulusan.


e.

Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai

instrumen utama penilaian.


7.

Ekstrakulikuler

Ekstrakulikuler adalah suatu kegiatan yang berada di luar program tertulis di


dalam kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan tersebut berada di luar jam
pelajaran sekolah. Sekolah bebas menentukan kegiatan yang akan diberikan,
hanya saja untuk kegiatan pramuka, semua sekolah harus melaksanakan tanpa
terkecuali.
1.2 Sistem Penilaian Kurikulum 2013 SMA
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar Peserta Didik. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses)
dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk)

1. PRINSIP PENILAIAN KURIKULUM 2013


a.Sahih
b.

Objektif

c.Adil
d.

Terpadu

e.Ekonomis
f. Transparan
g.

Menyeluruh dan kesinambungan

h.

Sistematis

i. Akuntabel
j. Edukatif
2. PENDEKATAN PENILAIAN KURIKULUM 2013
a. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria
(PAK)
b. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada
kriteria ketuntasan minimal (KKM).
c. KKM Pengetahuan dan Keterampilan : > 2.66
d. KKM Sikap : Baik
3. RUANG LINGKUP PENILAIAN KURIKULUM 2013
1. Sikap :

a. Observasi
b.

Penilaian diri

c.

Penilaian antar peserta didik

d.

Jurnal

2. Pengetahuan :
a. Tes Tulis
b.

Tes Lisan

c.

Penugasan

3. Keterampilan :
a. Tes Praktek
b.

Projek

c. Portofolio
2. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model
pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery
(Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning),
dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).
Untuk

menentukan

model

pembelajaran

yang

akan

dilaksanakan

dapat

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta
kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.

Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang
dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan
tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan.

Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta


didik

melalui

kegiatan

mencoba/mengumpulkan
mengasosiasi/menalar

mengamati
informasi

(observing),

menanya

(questioning),

(experimenting/

collecting

information),

(assosiating), dan mengomunikasikan

(communicating).

Berikut ini penjelasan beberapa model pembelajaran di kurikulum 2013.

a. Model Inquiry Learning


Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran
matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal
sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah
dalam model inkuiri terdiri atas:
1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta
atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih
peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik
terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta
didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan
jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi
dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu
kesimpulan.
5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan
hasil temuannya.
b. Model Discovery Learning.
1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan,
dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi
pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat
pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan
membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta
didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga

pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari
informasi, dan merumuskan masalah.
3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan
untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga
akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta
didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah,
jika satu alternatif mengalami kegagalan.
4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta
didik

untuk

mencoba

dan

mengeksplorasi

kemampuan

pengetahuan

konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini


juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk
mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai
kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber
yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga
menjadi suatu kesimpulan.
6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan
yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi
peserta didik.
c. Model Problem Based Learning.

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan
peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.

2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran


salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau
menanya) terhadap malasalah kajian.
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka
menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data
yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik
mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan
dievaluasi.
d. Model Project Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Langkah
pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal
agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari
fenomena yang ada.
2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan
yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan
sesuai dengan target.

4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring


terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi
proyek yang sedang dikerjakan.
5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi
kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang
sama atau mata pelajaran lain.

3. Peranan Guru dalam Impelemetasi Kurikulum 2013


Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Oleh karena tugas dan kedudukan yang dibebankan pada guru, maka guruwajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
Menurut Murray Printr peran guru dalam kurikulum adalah sebagai berikut :

Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan


kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya, guru hanya

menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dalam pengembangan


kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung
jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya
kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat
kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah.
Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar
dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin
atau tugas keseharian.

Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana
kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk
menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan
kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para
perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal
yang

harus

dicapai,

bagaimana

implementasinya,

kapan

waktu

pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru.


Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan
dengan peran guru sebagai implementers.

Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan


dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan
tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan
strategi apa

yang harus

dikembangkan

serta bagaimana

mengukur

keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat


menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta
sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum


researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru
yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung
jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji
bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan
model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data

tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang


digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.
Metode dan Instrumen penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karena metode
penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci
yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi
dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan
menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan
belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu
yang akan datang. Dan metode ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dengan

memperoleh informasi terkait dengan fakta yang terjadi di lapangan.


Instrumen yang digunakan adalah wawancara. Wawancara dilakukan secara
individual degan narasumber yaitu salah satu guru di SMAN 1 Margahayu. Adapun
beberapa pertanyaan yang digunakan saat wawancara:
1. Bagaimana tanggapan ibu mengenai sistem pembelajaran dalam kurikulum
2.

2013?
Bagaimana penerapan kurikulum 2013 ini di SMAN 1 Margahayu? baik dari segi

3.

guru, siswa, dan perangkat sekolah lain yang terkait?


Apakah dengan adanya penerapan Kurikulum 2013 ini mempengaruhi terhadap

4.

model pembelajaran?
Perbedaan dalam model pembelajaran sebelum adanya penerapan K-13 seperi

5.

apa?
Dengan adanya perubahan model pembelajaran ini, bagaimana dengan output

6.

dari siswa? Apakah ada perbedaan atau sama saja?


Bagaimana peran guru-guru di SMAN 1 Margahayu dalam implementasi

7.

kurikulum 2013?
Apakah ada kendala yang dialami dalam penyesuaian dengan kurikulum 2013?
Jika ya, apa saja kendalanya?

Deskripsi hasil observasi


a. Jadwal Pelaksanaan : Sabtu, 21 Mei 2006
b. Tempat Pelaksanaan : Ruang Guru SMAN 1 Margahayu
c. Waktu Pelaksanaan : 09.00 10.00 WIB
d. Alamat Sekolah

: Jl. KH. Wahid Hasyim No. 387, Bandung

e. Narasumber

: Ibu Maemunah R., S.Pd

SMAN 1 Margahayu adalah salah satu sekolah yang sudah menerapkan kurikulum
2013 sejak pemerintah memberlakukan kurikulum baru ini, awalnya penerapan
kurikulum 2013 dilaksanakan pada kelas X pada ajaran 2013/2014. Dan sampai saat
ini, SMAN 1 Margahayu sudah menerapkan sistem kurikulum 2013 pada semua
tingkatan kelas. Menurut pihak sekolah, komponen yang ada dalam kurikulum 2013
ini relevan dengan tuntutan zaman yang mengharuskan generasi muda lebih aktif dan
mandiri, serta melek teknologi. Dalam proses pembelajaran ini siswa dituntut lebih
aktif mencari materi diberbagai sumber, selain yang diberikan oleh guru. Dengan
seringnya persentasi, hal ini pun bisa melatih kemampuan berbicara siswa, dan
memberikan bekal kepercayaan diri untuk bisa berbicara di depan umum yang
menjadi bekal saat berada di masyarakat. Selain itu, dalam kurikulum 2013 ini ada
peminatan yang membantu siswa untuk mempunyai keahlian dalam beberapa bidang
dan mempersiapkan siswa untuk memilih jurusan kuliah yang diinginkan.
Penerapan kurikulum 2013 di SMAN 1 Margahayu pada awalnya membuat shock
para guru, karena guru-guru ini harus bisa menyesuaikan dirinya terhadap perubahan
kurikulum ini. Guru-guru ini harus bisa menerima perubahan dengan cepat karena
kurikulum 2013 ini sudah diterapkan, seiring dengan pemberlakuannya kurikulum
2013, guru-guru mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. SMAN 1 Margahayu termasuk sekolah yang aktif mengikuti pelatihan
guru kurikulum 2013. Mulai dari pelatihan untuk guru sesuai dengan bidangnya,
pelatihan guru untuk penilaian kurikulum 2013. Selain mengikuti pelatihan, kepala
sekolah SMAN 1 Margahayu pun selalu memberikan wawasan mengenai sistem
kurikulum 2013 kepada para guru, dan selalu memberikan informasi-informasi terkait
kurikulum 2013. Guru-guru pun selalu sharing mengenai kurikulum 2013. Adanya
kurikulum 2013 tentu membawa banyak perubahan, baik dalam proses pembelajaran
maupun kondisi siswa. Beberapa fakta terlihat oleh guru, dengan siswa mengalami
beban belajar yang lebih banyak, dan penambahan jam pelajaran, membuat siswa
seperti robot dan merasa kelelahan. Tapi disisi lain, siswa cenderung lebih kreatif
dalam berfikir, aktif dan mandiri.
Dengan adanya perubahan kurikulum ini otomatis pihak sekolah harus menyesuaikan
proses pembelajaran dengan komponen kurikulum yang telah ditetapkan. Mulai dari
perubahan model, strategi dan metode pembelajaran. Sebelum penerapan model
pembelajaran kurikulum 2013, beberapa mata pelajaran di sekolah ini memang sudah
menerapkan salah satu model pembelajaran sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013

yang dimana saat itu kurikulum ini belum diberlakukan. Maka dari itu, hal ini tidak
membuat para siswa sulit untuk beradaptasi dengan model pembelajaran yang baru.
Model pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing mata
pelajaran. Contohnya dalam mata pelajaran Kimia, guru-guru kimia menggunakan
model pembelajaran discovery learning yang dimana

model pembelajaran ini

membuat siswa lebih aktif dan berpikir cepat dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
Peran guru pada kurikulum ini bukan hanya satu-satunya sumber ajar, siswa bisa lebih
aktif mencari materi dari berbagai sumber dan intensitas guru menggunakan metode
ceramah pun berkurang. Guru pun harus mengetahui dan menilai sikap dan
kepribadian setiap siswa, karena penilaian berdasarkan dari beberapa aspek. Jadi,
dengan sistem yang dikatakan baru ini, guru-guru mau tidak mau harus professional.
Dalam implementasinya ada beberapa kendala yang dialami, seperti pesimis
menerima sistem baru, beberapa guru belum optimal dalam melaksanakan proses
pembelajaran kurikulum 2013. Untuk hal itu, pihak sekolah terus melakukan
recovery, perbaikan terhadap kinerja guru-guru agar bisa mengoptimalkan peran guru
dalam kurikulum 2013.
Pembahasan

Sistem kurikulum 2013 adalah pembaharuan dari sistem kurikulum KTSP, yang mana
bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tercantum
dalam UU nomor 20 tahun 2003 mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manysua yang beriman dan bertaka kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Pemerintah dengan berbagai upayanya melakukan
perubahan terhadap kurikulum agar tujuan dari pendidikan ini tercapai. Jika dilihat
mungkin kurikulum 2013 ini memang sangat rumit. Beberapa sekolah sudah
menerapkan sistem kurikulum 2013, salah satunya SMAN 1 Margahayu. Semenjak
peraturan ini dikeluarkan oleh pemerintah dan sejak saat itu juga sekolah ini sudah
diberikan wewenang oleh pemerintah untuk memberlakukan kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 ini awalnya membingungkan para guru, namun
pemerintah pun tidak membiarkan guru berjalan tanpa adanya pendidikan dan
pelatihan mengenai sistem kurikulum 2013. Penerapan kurikulum di SMAN 1

Margahayu pun saat ini sudah berjalan denngan cukup baik. Tidak ada kendala yang
signifikan yang menghambat proses belajar mengajar.

Guru merupakan ujung tombaknya kesuksesan proses pendidikan, karena guru yang
melaksanakan langsung kegiatan pembelajaran di kelas. Selain dengan kesiapan
pemerintah dalam melaksanakan kurikulum 2013 ini, peran guru juga merupakan hal
penting dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Dalam hal ini, guru bukan
satu-satunya sumber belajar. Selain itu, sikap tidak hanya diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan teladan. Dengan kata lain pendidik tidak hanya bertugas
sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan teladan yang baik terhadap semua
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah.

Model pembelajaran adalah salah satu hal yang membantu dalam mengefektifan
proses pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar
Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013
adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran
Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based
Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based
Learning). Penerapan model pembelajaran di SMAN 1 Margahayu ini dilakukan
berdasarkan aturan, model pembelajaran ini pun disesuaikan dengan masing-masing
mata pelajaran. Keempat model pembelajaran ini sangat mendukung untuk
menghasilkan output sesuai dengan harapan yang ingin dicapai oleh kurikulum 2013.

Disinilah peran guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang cocok sesuai
dengan mata pelajaran yang dikuasai. Selain itu guru-guru kurikulum 2013 ini mau
tidak mau harus bisa menyelaraskan dengan peran yang seharusnya dilakukan, dalam
kurikulum ini peran guru sangatlah banyak. Melalui pelatihan, guru dibekali dengan
pengetahuan pendekatan scientific, cara penilaian otentik, pengetahuan penilaian
keterampilan dan pengetahuan siswa. Adapun peranan guru sebagai adapters,
implementers, pengembang dan peneliti kurikulum. Oleh karena itu, guru harus
memahami betul karakteristik dan perubahan-perubahan yang terdapat di dalam
kurikulum 2013. Sehingga di dalam proses pembelajaran tidak mengalami
ketimpangan dan kesulitan yang menghambat proses belajar siswa.

Dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, pada setiap mata pelajaran guru
diharuskan mengajar menggunakan pendekatan saintifik. Guru harus mempersiapkan
proses belajar mengajar dengan baik sesuai dengan materi pelajaran yang akan
diberikan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, dan
mengkomunikasikan. Guru bukan lagi sebagai pusat dalam kegiatan belajar. Kini
siswa harus menemukan sendiri suatu konsep yang sedang dipelajari, sehingga
pemahaman siswa dalam konsep tersebut akan lebih mendalam. Peran guru sebagai
pembimbing sangat berpengaruh dalam proses kegiatan belajar, karena guru harus
memdapatkan perhatian dan minat siswa terlebih dahulu sebelum memulai
pembelajaran.

Simpulan dan Rekomendasi

Simpulan
Berdasarkan pembahasan artikel ini, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki
peranan penting dalam implementasi kurikulum 2013, karena guru yang
berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Namun, guru bukan satunya-satunya pihak yang bertanggung jawab dalam
keberhasilan sebuah kurikulum. Karena kurikulum dapat terlaksana dengan
baik jika ada kesatuan dan kesinambungan antara komponen-komponennya.
Peran guru dalam implementasi model pembelajaran berdasarkan kurtilas di
SMAN 1 Margahayu sudah cukup baik, karena para guru pun sudah
menunjukan

kesiapan

yang

matang

dan

pihak

sekolah

pun

terus

meminimalisir kendala-kendala supaya tujuan dari kurikulum 2013 ini


tercapai.

Rekomendasi
Berdasarkan artikel ini, ada beberapa rekomendasi dari penulis terkait dengan
data yang terjadi di lapangan:

Peran guru lebih dioptimalkan kembali agar proses pembelajaran berjalan


dengan efektif.

Guru diberikan pemahaman yang sama mengenai sistem pembelajaran


agar memiliki perspektif yang sama.

Daftar Pustaka

Hidayat.(2013).Guru sebagai Agen Perubahan dalam Pelaksanaan Kurikulum


2013. [online]. Tersedia:
http://www.hidayatjayagiri.net/2013/03/guru-sebagai-agen-perubahandalam.html [21 Mei 2016]

Keswara, Ratih. (2013). Guru jadi faktor utama kesuksesan Kurikulum 2013.
[online]. Tersedia:
http://nasional.sindonews.com/read/2013/04/01/15/733270/guru-jadi-faktorutama-kesuksesan-kurikulum-2013 [21 Mei 2016]

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Penyesuaian%20Pola
%20Pikir%20dan%20Pembelajaran.pdf

Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun


2006 dan Kurikulum 2013 Pasal 4

Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan


Menengah

Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 7

Qurahman, Taufik. (2014). Struktur Pembagian Jam Kurikulum 2013. [online].


Tersedia:

http://infodunia-pendidikan.blogspot.co.id/2014/08/struktur-pembagian-jamkurikulum-2013.html

Lampiran-Lampiran

Anda mungkin juga menyukai