Anda di halaman 1dari 9

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA GURU

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran di SD
Dosen pengampu: Dra. Hj. R. Deti Rostika, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 3 - 4E PGSD
01. Syalika Rusma Alfatihah (1900693)
19. Risha Nurul Anbi (1904964)
29. Natasha Aurelia Salsabila (1907940)
32. Nur Alawiyah (1908171)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
2021
A. KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA
GURU
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru
Pendekatan pembelajaran merupakan landasan dalam menentukan
strategi, model, metode, dan teknik pembelajaran untuk mencapai target atau
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Anitah, 2007). Pendekatan
pembelajaran merupakan cara pandang terhadap pembelajaran (Hernawan,
2018). Sebagai sebuah cara pandang, pendekatan pembelajaran menjadi sebuah
langkah awal dalam membentuk pandangan terhadap pembelajaran sehingga
dapat menentukan arah pelaksanaan pembelajaran yang akan diterapkan.
Kemudian, Sanjaya dalam Prihantini (2021: 46) berpendapat bahwa pendekatan
dapat diartikan sebagai tolak ukur atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran menjadi sebuah unsur penting yang
keberadaannya dapat menjadi titik awal pelaksanaan sebuah pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran menjadi sebuah pandangan awal atau langkah
pertama yang perlu dilakukan oleh seorang guru dalam menentukan kerangka
pembelajaran lainnya. Sehingga pendekatan pembelajaran ini akan
menggambarkan perilaku atau proses yang akan diambil oleh guru untuk
diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran. Suyono dan Hariyanto berpendapat
bahwa pendekatan pembelajaran diartikan sebagai latar pedagogis dan
psikologis yang dilandasi oleh filsafat pendidikan (Prihantini: 59). Sehingga,
sebuah pendekatan pembelajaran pada umumnya memiliki landasan filosofis dan
teori belajar tertentu sebagai prisip dalam menentukan arah pendekatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Roy Kellen dalam Abdullah (2018) mencatat bahwa terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran, yakni pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(student centered approaches). Penekanan dalam pendekatan pembelajaran
dapat dilihat dari sudut pandang terhadap pembelajaran, dominasi peran guru
atau siswa, serta latar pedagogis dan psikologis berdasarkan filsafat pendidikan
suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada guru (teacher centered approaches) adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat dalam pelaksanaan
pembelajaran. Prihantini (2021: 59) menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada guru merupakan pendekatan pembelajaran
yang menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber serta dituntut untuk serba
tahu.
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru ini memberi
kemungkinan yang cukup besar bagi guru untuk mendominasi kegiatan
pembelajaran. Peran peserta didik dalam pembelajaran yang berorientasi pada
guru adalah sebagai objek belajar yang mana siswa hanya menerima materi dan
jarang sekali diberi kesempatan untuk menjadi aktif dalam menjalani kegiatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru ini menjadikan
aliran perenialisme dan esensialisme sebagai landasan filosofisnya dengan
menerapkan teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajarannya.
Landasan filosofis serta teori belajar yang diterapkan dalam pendekatan
pembelajaran berorientasi pada guru ini sangat menentukan pandangan terhadap
kegiatan pembelajaran.

2. Landasan Filosofis Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru


(a) Perenialisme
Secara etimologis, perenialisme berasal dari kata bahasa Latin perennis
yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris yang berarti kekal, selama-
lamanya, atau abadi. Perenialisme menjadikan kepercayaan sebagai pangkal
tolak mengenai kenyataan dan pengetahuan. Perenialisme memandang
kebenaran sebagai suatu hal yang konstan, abadi, atau perenial. Tujuan
pendidikan dalam pandangan perenialisme adalah memastikan para peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan mengenai prinsip atau gagasan besar yang tidak
berubah (Sadulloh, 2007: 144). Menurut Aristoteles (Pelu, 2011: 237) terdapat
rincian mengenai prinsip-prinsip keabadian, yaitu:
1. Principium identitas, meupakan hukum identitas. Sesuatu yang mana jika A
adalah benar-benar A, ia tidak akan berubah menjadi B.
2. Principium contradictions, hukum kontradiksi yang menjadikan suatu
pernyataan pasti tidak mengandung kebenaran dan kesalahan sekaligus atau
hanya mengandung satu kenyataan yakni benar atau salah.
3. Principium exclusi terti, apabila sebuah pernyataan dianggap salah, pasti
pernyataan kedua adalah benar. Tidak ada kemungkinan ketiga.
4. Principium rationis suffecientis, jika sesuatu dapat diketahui asal muasalnya,
maka dapat dicari tujuan dan akibatnya.
Aliran perenialisme memandang bahwa metode deduktif memiliki sifat
antological analysis, kebenaran yang dihasilkannya universal, hakiki, dan
berjalan dengan hukum-hukum berpikir dengan penerapan prinsip pertama, yaitu
mutlak. Perenialisme memandang peserta didik sebagai makhluk rasional
sehingga menjadikan peran pendidik dominan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran (Mu’ammar, 2014: 20). Guru harus melakukan pendekatan
intelektual yang sama bagi semua siswa dan tidak ada anak yang diizinkan untuk
menentukan pengalaman pendidikan sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Aliran perenialisme meyakini bahwa pendidikan adalah transfer ilmu
pengetahuan yang kebenarannya selamanya memiliki kesamaan.

(b) Esensialisme
Secara etimologi, esensialisme berasal dari bahasa Inggris, yakni esential
yang berarti pokok dari sesuatu. Esensialisme merupakan sebuah paham filsafat
yang menginginkan manusia kembali kepada kebudayaan lama (Thaib, 2015).
Pada dasarnya, aliran filsafat pendidikan esensialisme menjadikan kebenaran
yang dianggap telah terbukti sebagai sebuah tolak ukur. Para kaum esensialisme
memandang pendidikan di sekolah harus melatih, mengajar, atau mendidik
peserta didik untuk mampu berpikir logis (Yunus, 2016: 36). Tujuan umum
aliran esensialisme adalah membentuk pribadi yang bahagia di dunia dan di
akhirat. Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan
sehingga kegiatan pembelajaran berada di bawah pengaruh dan pengawasan
guru (Sadulloh, 2007: 152). Guru dijadikan sebuah contoh untuk digugu dan
ditiru oleh peserta didik. Guru memiliki hak untuk membimbing pertumbuhan
para siswa-siswanya. Aliran esensialisme memiliki beberapa prinsip pendidikan,
yakni:
1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari
dalam diri siswa.
2. Inisiatif pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
3. Inisiatif pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah
ditentukan.
4. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan
dengan disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.

3. Teori Belajar dalam Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru


Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru menjadikan teori belajar
behaviorisme sebagai prinsip dalam menentukan arah pembelajaran. Teori
belajar behaviorisme memandang seorang individu telah melakukan
pembelajaran apabila telah mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar (Prihantini, 2021: 22). Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan
sebuah interaksi antara stimulus dan respon (Nahar, 2016: 65). Model hubungan
stimulus-respon dalam teori belajar behaviorisme mendudukan siswa sebagai
individu yang pasif. Behaviorisme memandang belajar sebagai pemerolehan
pengetahuan dan mengajar sebagai proses memindahkan pengetahuan, sehingga
siswa diharapkan untuk memiliki pemahaman sesuai dengan apa yang telah
disampaikan oleh guru.

B. CIRI-CIRI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA


GURU

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


BERORIENTASI PADA GURU
D. PENDEKATAN KONSEP
Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis
digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan
teknik (prosedur) dalam mencapai target atau hasil tertentu sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai suatu perspektif atau
cara pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.

Pendekatan konsep dilandasi oleh teori belajar kognitif yang dikenal


tokohnya antara lain Jerome Bruner dan David Ausubel. Teori yang dikembangkan
oleh Jerome Bruner berpandangan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh
yang menggambarkan. Sedangkan David P. Ausabel mengenalkan teori tentang
meaningful learning yang menekankan ekspositori dan penalaran deduktif. Teori
yang dikembangkan oleh Ausabel berdasarkan pada asumsi bahwa individu belajar
apabila melalui konsep-konsep umum, dimulai dari prinsip sampai contoh-contoh.
Berdasarkan teori belajar yang melandasi pendekatan ini, dapat dikatakan bahwa
landasan filosofisnya adalah perenialisme dan esensialisme, walaupun
perkembangan berikutnya mengarah pada filsafat progresivisme dengan melahirkan
beberapa strategi dan model pembelajaran. Pendekatan ini juga merupakan contoh
pendekatan yang berorientasi pada guru. Guru perlu memahami terlebih dahulu
tentang konsep, lalu ketika mendapat konsep yang akan digunakan maka dimensi
konsep yang akan dipaparkan nantinya harus diperhatikan. Pendekatan konsep ini
suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh.
Mulyati dkk (2000) mengemukakan bahwa pendekatan konsep merupakan
bentuk instruksional kognitif yang memberi kesempatan peserta didik berpartisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan menemukan prinsip sendiri. Dalam
pendekatan konsep, Syamsudin Makmun mengemukakan bahwa dengan
diperolehnya kemahiran mengadakan diskriminasi atas pola-pola stimulus respons
(S-R) itu, peserta didik akan belajar mengidentifikasikan persamaan-persamaan
karakteristik dari sejumlah pola-pola S-R tersebut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan
pembelajaran dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003):
1. Konsep-konsep yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
2. Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang
memadai, sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang telah
ada.

E. KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN


PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA GURU
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran supaya memudahkan peserta didik
menerima dan memahami materi pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat
dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Strategi ekspositori dan strategi deduktif
diklasifikasikan dalam pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru
(teacher centered), kedua strategi tersebut merupakan turunan dari pendekatan
konsep. Berikut penjelesan dari strategi pendekatan teacher centered :
1. Strategi ekspositori
Strategi ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa agar
mereka dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. tujuan utama
pengajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai kepada siswa. Menurut pendapat Morce (2005: 227) tentang direct
teaching atau strategi ekspositori disebut juga dengan pengajaran sistematis
yang berpusat pada guru. Maka dalam strategi seorang pendidik sebagai
penyampai informasi yang lebih dominan dan mengatur seluruh rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
2. Strategi deduktif
Strategi deduktif disebut juga sebagai pembelajaran langsung (direct
Instruction). Strategi ini mengandalkan contoh dan bergantung pada
keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa. Guru menerapkan hal-
hal yang umum terlebih dahulu yang selanjutnya dihubungkan dalam bagian
yang khusus. Strategi deduktif ini merupakan pemberian penjelasan tentang
prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya
atau contoh- contohnya dalam situasi tertentu. Suyono dan Hariyanto (2015:
61) mengutip pendapat Sagala (2005: 76) tentang prosedur pendekatan deduktif
sebagai berikut:
1. Memilih dan menemukan konsep, prinsip, kaidah, aturan, hokum yang
akan disajikan dalam pendekatan deduktif.
2. Melakukan pembelajaran dengan bahan ajar aturan, hukum serta prinsip
yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan contohnya
3. Menyajikan berbagai contoh yang bersifat khusus dengan tujuan agar
siswa dapat menyusun hubungan erat antara contoh khusus tersebut
dengan aturan, hukum, atau prinsip umum yang berlaku.
4. Menyampaikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak simpulan
bahwa contoh khusu merupakan gambar dari keadaan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2018). Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.


Edureligia: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 45-62.
Anitah, S. (2007). Strategi Pembelajaran. Modul Strategi Pembelajaran Ekonomi dan
Koperasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hernawan, A. H. (2018). Hakikat Strategi Pembelajaran. Strategi Pembelajaran di SD,
1.1-1.18.
Mu’ammar, M. A. (2014). Perenialisme Pendidikan (Analisis Konsep Perenial dan
Aplikasinya dalam Pendidikan Islam). Nur El-Islam, 1(1), 15-28.
Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran.
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1), 64-74.
Pelu, M. (2011). Lintasan Sejarah Filsafat Pendidikan Perenialisme dan Aktualisasinya.
Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 1(2), 233-247.
Prihantini. (2021). Strategi Pembelajaran SD. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.
Sadulloh, U. (2007). Filsafat Pendidikan. Bandung: Cipta Utama.
Thaib, M. I. (2015). Essensialisme dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal
MUDARRISUNA: Media kajian Pendidikan Agama Islam, 5(2), 325-356.
Yunus, H. A. (2016). Telaah Aliran Pendidikan Progresivisme dan Esensialisme dalam
Perspektif Filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1), 29-39.
Hendracipta, Nana, A Syachruroji, Hermawilada. (2017). Perbedaan Hasil Belajar
Siswa Antara Menggunakan Strategi Inkuiri Dengan Strategi Ekspositori. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, 3(1), 35-36

Anda mungkin juga menyukai