Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perilaku teladan bagi guru bukan saja memperlihatkan di sekolah, tetapi juga
dalam lingkungan keluarga dan dalam pergaulan dengan masyarakat luas, karena para
guru teladan menjadi tokoh dan di jadikan contoh. Oleh karena itu para guru teladan
harus menjadi penggerak dalam berbagai kegiatan khususnya dalam bidang
pendidikan untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku peserta
didik. Tentu kepribadian yang baik dari seorang guru akan memberikan teladan yang
baik kepada peserta didik, sehingga guru akan menjadi seseorang yang dapat ditiru,
semua perkataanya bisa diterima dan semua perbuatannya bisa ditiru atau menjadi
teladan bagi peserta didiknya. Karena sebagai guru harus bisa memberikan contoh
hal-hal yang baik dan menjadi teladan kepada peserta didik, bukan sebaliknya
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu guru teladan?
2. Bagaimana karakteristik dari guru teladan??
3.Apa itu analisis fenomena guru teladan?
4. Bagaimana refleksi fenomena guru tealadan.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu guru teladan.
2. Untuk mengetahui karakteristik guru teladan.
3. Untuk mengetahui anilisis fenomena guru teladan.
4. Untuk mengetahui refleksi fenomena guru teladan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru Teladan/Terpuji
Guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran yang
akan mewujudkan kepribadian handal dan terpuji bagi peserta didik. Berangkat dari
hal ini, guru sebagai role model bagi mereka, tentu guru perlu menunjukan nilai-nilai
yang baik untuk dijadikan suri tauladan (Bahar, 2016: 199).
Menurut Abdulwaly dan Jamillah (2016: 115) Keteladanan adalah suatu cara yang
dapat ditempuh dalam mendidik anak dengan jalan memberi contoh atau teladan yang
baik. Jadi, guru teladan adalah guru yang baik yang berhubungan dengan sikap,
prilaku, tutur kata, mental, maupun yang terkait dengan akhlak dan dan moral yang
patut dijadikan contoh bagi peserta didik. Hal ini penting dimiliki tenaga
pendidik untuk dijadikan dasar dalam membangun kembali etika, moral, dan
akhlak yang sudah sampai pada tataran yang menyedihkan.
Kegiatan guru di sekolah harus mencerminkan nilai-nilai kebaikan. Segala
informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru adalah kebaikan. Guru sama
dengan kebaikan itu sendiri, proses pendidikan, bimbingan dan pengajaran yang
disampaikan oleh guru adalah nilai-nilai dan pengetahuan untuk kebaikan peserta
didiknya. Oleh karena itu profesi guru sebagai symbol kebaikan, pencerahan dan
pencerdasan peserta didik merupakan suatu keteladanan yang patut ditiru oleh
semua pihak, baik masyarakat maupun peserta didik.
B. Karakteristik Guru Teladan
Abdulwaly dan Jamillah (2016: 117) mengatakan untuk bisa menjadi teladan,
maka ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut:
1. Karakteristik akidah, akhlak dan perilaku, yaitu: guru harus mempunyai akidah
yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi
oleh Allah SWT (muraqabah) di mana pun berada, melakukan koreksi diri
(muhasabah) atas kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah
hati), jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang tawadhu’
akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Guru harus berakhlak mulia,
berkelakuan baik, dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hal itu, baik di
dalam maupun di luar kelas. Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada
waktu yang terlewatkan tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi.
Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan
perilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan memberi nasihat serta
pengarahan kepada anak didik.
2. Karakteristik profesional. Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Risalah
yang diemban guru sangat agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan
agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan bagi seorang guru dan dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar,
yakni menguasai materi pelajaran dengan matang melibihi siswa-siswanya dan
mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik.
Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke
depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis.
Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Sebelum memasuki
pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi).
C. Analisis Fenomena Guru Teladan

Menurut Hamalik (dalam Bahar, 2016:200) mengatakan bahwa menjadi guru


adalah suatu pekerjaan profesional, jabatan guru memerlukan keahlian khusus yang
menuntut seorang guru itu harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran
serta ilmu-ilmu lainnya, supaya dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan secara
otomatis akan mampu menghasilkan output yang baik.
Guru sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang baik
dan dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus
selalu melakukan perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya agar
dapat mengangkat kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran
dengan sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan.
Terlepas dari perencanaan guru terkadang guru secara tidak sadar melakukan
kesalahan dalam melaksanakannya tugas dan fungsinya. Sebagai manusia biasa, tentu
saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam
melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan
guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus mampu
memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah dan yang
paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.

Mulyasa (2011:20-32) mengatakan dari berbagai kajian menunjukkan bahwa


sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan
agar terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus
menunjukan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat
mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari
asumsi tersebut. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan
kreatifitas, sehingga bannyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran, baik dalam perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada
peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik
dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi
kesulitan belajar. Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang
jika salah satu komponen terganggu maka akan menganggu seluruh sistem tersebut.

2.Menunggu peserta didik berperilaku negatif.


Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang
semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui
perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat
perkembangan peserta didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah
memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang
mengabaikan perkembangan keperibadian, serta lupa memberikan pujian kepada
mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru
memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan, atau
mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi
tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka
beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru maka harus berbuat
salah.

3.Menggunakan Destructive Discipline


Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik,
bahkan melampau batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan
hukum, melanggar tata tertib, melanggar norma agama dan telah membawa akibat
yang sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru
akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut mereka harus melakukan tindakan
disiplin.
Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar,
maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan
hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang
dilakukannya, tidak jarang guru yang memberikan hukuman melampau batas
kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta
didik tanpa melihat latar belakang kesalahan. Selain itu, guru juga jarang sekali
mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya dengan berbagai
komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami oleh
peserta didik adalah bahwa guru sering memberi tugas, tetapi tidak pernah
memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan.
Kesalahan-kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan upaya penegakan
disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak keperibadian serta harga diri peserta
didik. Agar kita tidak melakukan kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal
yang perlu diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik ketika suasana hati guru tenang,
(2) gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3) hindari menghina dan
mengejek peserta didik, (4) pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat, (5)
gunakan disiplin sebagai alat pemeblajaran.

4.Mengabaikan perbedaan peserta didik


Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan perbedaan
peserta didik. Mengakatagorian perbedaan individual ke dalam bidang- bidang
sebagai berikut:
a)Perbedaan Kognitif
Proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga
pembentukan kemampuan yaitu kemapuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kemampuan kognitif mengambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor
pembawaan dan lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada
kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan
yang dibuat. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur
dengan tes hasil belajar.
b)Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat penting dalam berbahasa berbeda-
beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan
buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis
dansistematis.
c)Perbedaan dalam Latar Belakang.
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat amanpun, perbedaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat
prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran.
Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi
kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.Minat dan sikap
terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama,
kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran dan
kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor perbedaan di antara para
siswa.
d)Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut
akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan
secara tepat. Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala
lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada
rangsangan dan pemupukan yang menyetuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan
menjadi penting artinya.

5.Merasa paling pandai


Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling
pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para
peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru
merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik
dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat
menyesatkan, karena kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui
internet dan berbagai media masa yang mungkin guru belum memahaminya.

6.Tidak Adil(Diskriminatif)
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan
belajar bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan
kewajiban guru dalam pembelajaran, dan hak peserta didik untuk memperolehnya.
Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil sehingga merugikan perkembangan
peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh guru terutama
dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada
peserta didik sesuai dengan usaha mereka dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam
memberikan penilaian harus secara adil dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru
yang menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk menyakurkan kasih
sayang di luar tanggungjawabnya sebagai guru.

7.Memaksa Hak Peserta Didik


Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai
akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan
segala cara untuk mendapat keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan
sampingan, memperoleh penghasilan itu sudah menjadi haknya tetapi tindakannya
memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal
serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau
memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu.

D.Refleksi Fenomena Guru Teladan


Guru harus bisa merefleksikan diri tentang apa yang dia lakukan pada peserta
didik. Selau menyadari akan kekurangan diri dan siap dikritik merupakan salah satu
cara untuk membangun pendidikan manjadi lebih baik.
Menurut Bahar (2016:200-201) kompetensi kepribadian guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), mensejahterakan serta memajukan
masyarakat, bangsa, dan negara. Guru dikatakan terpuji atau teladan hendaknya
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1.Mengharapkan ridha Allah. Guru dalam menjalankan tugasnya hendaknya


melandasi niatnya dengan tulus dan ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah,
membangun dan menanamkan prinsip “berilmu dan beramalikhlas karena Allah”
kedalam diri murid. Guru harus menginternalisasikan nilai-nilai keikhlasan dalam
setiap tindakannya dalam pendidikan
2.Jujur dan amanah. Kejujuran adalah mahkota seorang guru dan kunci keberhasilan
tugasnya.
3.Konsisten dalam pekerjaan dan perbuatan. Guru harus berbuat sesuai dengan ilmu
atau ucapannya. Guru tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tidak akan mendapat
prtunjuk dan bahkan ia bisa membawa kerusakan bagi msyarakat. Di samping itu,
ketidaksesuaian antara ucapan dengan perbuatan merupakan perilaku tercela bagi
guru.
4.Adil dan egaliter. Keadilan adalah alat yang terhormat dan mulia yang dapat
dipergunakan oleh guru dalam pendidikan. Keadilan dan egaliter mempunyai nilai
guna menumbuhkan rasa cinta dankasih sayang murid dengan guru.
5.Berakhlak mulia. Guru sebagai pembawa akhlak bagi muridnya. Betapa tidak,
karena jika mengkehendaki murid memiliki akhlak maka terlebih dahulu guru harus
berakhlak.
6. Rendah hati. Rasa rendah hati yang dimiliki guru yang merupakan sifat yang mulia
dan agung. Sifat yang seperti ini bukan hanya memberi manfaat untuk guru itu
sendiri, tetapi sifat itu dapat memantul kepada murid, sehingga murid merasakan
kesejukan, kedamaian dan keakraban murid dengan guru.
7.Berani. Sifat berani merupakan suatu anjuran yang harus dimiliki oleh guru.
Keberanian di sini adalah melakukan transfaransi (keterbukaan) dirinya dalam
berbagai aspek, seperti kekurangan dan keunggulan diri kepada murid. Sifat
keterbukaan ini ternyata dapat menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi murid.
8.Menciptakan nuansa keakraban. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana akrab
dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Guru dalam hal ini dimungkinkan
membuat humor (bergurau) yang bersifat positif kepada murid.
9.Sabar dan mengekang hawa nafsu. Guru harus berhati sabar dalam melaksanakan
tugasnya dalam pembelajaran. Sabar itu adalah sifat mulia yang merupakan buah
dari mujahadah yang dilakukan guru. Sabar lawan kata dari amarah. Amarah ini
pada guru harus ditekan, karena sifat amarah akan mendatangkan kebencian.
10 .Baik dalam tutur kata. Guru sebagai figur teladan, mestinya mampu bertutur kata
dengan baik dan menyenangkan. Guru harus menghindari perkataan yang keji dan
kotor, karena yang keji dan kotor ini dapat membuat murid menjadi tidak senang.
11 .Tidak egios. Guru menghadapi persoalan yang tidak dapat diselesaikannya sendiri,
guru hendaknya tidak segan-segan untuk meminta pendapat atau bermusyawarah
dengan orang lain termasuk dengan murid.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Keteladanan adalah suatu cara yang dapat ditempuh dalam mendidik anak
dengan jalan memberi contoh atau teladan yang baik. Guru sebagai role model bagi
peserta didik sudah menjadi keharusan dan memiliki kepribadian yang baik, karena
peserta didik selalu mengidentifikasikan dirinya pada guru mereka, untuk itu sudah
sepatutnya guru merupakan suri tauladan bagi murid muridnya. Karakteristik guru tel
adan yang harus diperhatikan adalah karakteristik akidah, akhlak, serta perilaku dan k
arakteristik profesional.
Ada beberapa hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta keada guru,
yaitu tidak menilai hasil kerja siswa, memanggil dengan nama yang tidak disukai,
jarang tersenyum, berpakaian tidak rapi, suka menghukum fisik, meremehkan siswa,
sering mengumpat, pilih-pilih siswa, menyentuh tubuh siswa, dan tidak pernah
mendoakan siswanya.
Sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang
baik dan dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga
harus selalu melakukan perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya
agar dapat mengangkat kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran
dengan sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru harus bisa
merefleksikan diri tentang apa yang dia lakukan pada peserta didik. Selau menyadari
akan kekurangan diri dan siap dikritik merupakan salah satu cara untuk membangun
pendidikan manjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulwaly, Cece & Fauziah Jamillah. 2016. Mendidik dengan Teladan yang Baik.
Yogyakarta: Diandra.

Bahar, Herwina. 2016. Etika dan Profesi Keguruan. Tangerang Selatan: FIP UMJ

Darmadi. 2018. Membangun Paradigma Baru Kinerja Guru. Bandung: Guepedia.

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustakim. 2004. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandug: PT Songo.

Rahman, Muhammad & Sofan Amri. 2014. Kode Etik Profesi Guru (Legalitas,
Realita dan Harapan). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Anda mungkin juga menyukai