Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS DAN REFLEKSI FENOMENA GURU TELADAN/TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku teladan bagi guru bukan saja memperlihatkan di sekolah, tetapi juga dalam
lingkungan keluarga dan dalam pergaulan dengan masyarakat luas, karena para guru
teladan menjadi tokoh dan di jadikan contoh. Oleh karena itu para guru teladan harus
menjadi penggerak dalam berbagai kegiatan khususnya dalam bidang pendidikan untuk
memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku peserta didik.
Tentu kepribadian yang baik dari seorang guru akan memberikan teladan yang baik
kepada peserta didik, sehingga guru akan menjadi seseorang yang dapat ditiru, semua
perkataanya bisa diterima dan semua perbuatannya bisa ditiru atau menjadi teladan bagi
peserta didiknya. Karena sebagai guru harus bisa memberikan contoh hal-hal yang baik
dan menjadi teladan kepada peserta didik, bukan sebaliknya

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu guru teladan?

2. Bagaimana karakteristik dari guru teladan?

3. Apa ciri-ciri guru yang baik?

4. Apa ciri-ciri guru yang disukai oleh siswa?

5. Apa itu analisis fenomena guru teladan?

6. Bagaimana refleksi fenomena guru tealadan

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu guru teladan.

2. Untuk mengetahui karakteristik guru teladan.

3. Untuk mengetahui ciri-ciri guru yang baik.

4. Untuk mengetahui ciri-ciri guru yang disukai oleh siswa.

5. Untuk mengetahui anilisis fenomena guru teladan.

6. Untuk mengetahui refleksi fenomena guru teladan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Guru Teladan/Terpuji

Guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran yang akan
mewujudkan kepribadian handal dan terpuji bagi peserta didik. Berangkat dari hal ini,
guru sebagai role model bagi mereka, tentu guru perlu menunjukan nilai-nilai yang baik
untuk dijadikan suri tauladan (Bahar, 2016: 199).

Menurut Abdulwaly dan Jamillah (2016: 115) Keteladanan adalah suatu cara yang dapat
ditempuh dalam mendidik anak dengan jalan memberi contoh atau teladan yang baik.
Jadi, guru teladan adalah guru yang baik yang berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur
kata, mental, maupun yang terkait dengan akhlak dan dan moral yang patut dijadikan
contoh bagi peserta didik. Hal ini penting dimiliki tenaga pendidik untuk dijadikan
dasar dalam membangun kembali etika, moral, dan akhlak yang sudah sampai
pada tataran yang menyedihkan.

Kegiatan guru di sekolah harus mencerminkan nilai-nilai kebaikan. Segala informasi dan
pengetahuan yang disampaikan oleh guru adalah kebaikan. Guru sama dengan
kebaikan itu sendiri, proses pendidikan, bimbingan dan pengajaran yang disampaikan
oleh guru adalah nilai-nilai dan pengetahuan untuk kebaikan peserta didiknya. Oleh
karena itu profesi guru sebagai symbol kebaikan, pencerahan dan pencerdasan peserta
didik merupakan suatu keteladanan yang patut ditiru oleh semua pihak, baik
masyarakat maupun peserta didik.

2.2. Karakteristik Guru Teladan

Abdulwaly dan Jamillah (2016: 117) mengatakan untuk bisa menjadi teladan, maka ada
beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakteristik akidah, akhlak dan perilaku, yaitu: guru harus mempunyai akidah yang
bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah
SWT (muraqabah) di mana pun berada, melakukan koreksi diri (muhasabah) atas
kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati), jangan sampai
timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang tawadhu’ akan diangkatkan
derajatnya oleh Allah Swt. Guru harus berakhlak mulia, berkelakuan baik, dan menjauhi
hal-hal yang bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar kelas. Mampu
mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang terlewatkan tanpa
mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi.

Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan
perilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan memberi nasihat serta
pengarahan kepada anak didik.

2. Karakteristik profesional. Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Risalah yang
diemban guru sangat agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan agar
dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
bagi seorang guru dan dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni menguasai
materi pelajaran dengan matang melibihi siswa-siswanya dan mampu memberikan
pemahaman kepada mereka secara baik.

Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke
depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis.
Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Sebelum memasuki
pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi).

2.3. Guru yang Baik dan Disukai Oleh Siswa

2.3.1. Ciri-Ciri Guru yang Baik

Menurut Darmadi (2018:23-24) adapun ciri-ciri guru yang baik, yaitu:

1. Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia terus berusaha untuk
menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.

2. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha
memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya.

3. Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan


kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk menggambarkan
profesi keguruan. Mereka secara psikologi lebih matang sehingga rangsangan-
rangsangan terhadap dirinya dapat ditaksir.

4. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolahnya dari


pengamatannya tentang bekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi kulkutural di
dalam kelas.

5. Mereka berkeinginan untuk terus tunbuh, mereka sadar bahwa dibawah pengaruhnya,
sumber-sumber manusia dapat berubah nasibnya.
Marrie F. Hassett (dalam Rahman & Amri: 2014:183) mengemukakan bahwa ketika
berbicara tentang kualitas mengajar seorang guru, fokusnya berkaitan dengan masalah-
masalah teknik konten dan prestasi, tapi banyak orang yang tahu bahwa guru yang
memiliki pengetahuan yang luar biasa. Guru yang baik bercirikan sebagai berikut:

a) Memiliki kesadaran dan tujuan.

b) Memiliki harapan dan keberhasilan bagi semua siswa.

c) Mentolerir ambiguitas.

d) Melanjutkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa.

e) Merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui.

f) Mencerminkan kometmen pada pekerjaan mereka.

g) Belajar dari berbagai modal.

Jadi kesimpulannya adalah semua guru harus menjadi guru yang baik, guru itu harus
memiliki misi untuk memperoleh pengalaman hidup melalui mengajar orang lain. Dan
kita semua tahu guru itu dikategorikan baik atau buruk ketika melihatnya tampil di kelas
dan di luar kelas. Berikut ini beberapa ungkapan kualitas guru yang baik:

a) Keyakinan diri sendiri. Guru yang baik akan tetap memiliki kepercayaan diri meski
sekali merasakan kemunduran.

b) Kesadaran. Guru yang baik bisa membantu siswa yang mengalami gangguan mental.

c) Memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya. Guru yang baik, ketika siswa
membutuhkan perhatian ekstra dan memberikannya dengan senang hati, serta guru-
guru lain jika perlu mereka peduli tentang siswanya meski berada diluar kelas.

d) Pemahaman. Guru yang baik memiliki pemahaman benar prima bagaimana mengajar.
Guru harus memberi perlakuan yang berbeda dikalangan siswa. Karena semua siswa
dapat menyerap materi pelajaran yang dapat diajarkan oleh setiap guru itu secara cepat.
Guru itu harus memberi perlakuan yang berbeda untuk siswa yang berbeda, guru yang
baik tidak hanya menggunakan satu buku untuk semua pokok pembahasan yang
disajikan tapi guru yang baik melakukan pembuatan mengajar berdasarkan bagaimana
siswa belajar.
e) Dedikasi untuk keunggulan. Seorang guru tidak puas dengan nilai siswanya yang kecil,
melainkan mengabdikan diri untuk secara penuh menuju kemampuan siswa untuk
unggul. Guru-guru yang terbaik mendorong berbagai ide dan menawarkan inisiatif tidak
harus melakukan pekerjaan rumah setiap hari untuk siswa bisa berpikir di luar kotak
sekolar.

f) Teguh dalam memberikan dukungan. Guru mendorong siswa yang frustasi untuk
berprestasi dan memberikan keyakinan besar kepada siswanya bahwa ia bisa memahami
materi pelajaran dengan baik. Guru-guru yang terbaik selalu ada disamping siswa jika
dia memerlukan bantuan dan dorongan exstra.

g) Kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi. Guru melaksanakan pekerjaan


secara serius dan tahu bahwa siswa tidak mendapatkan nilai bagus pada ujian tapi rasa
prestasi dengan menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia bekerja dengan siswa
untuk mencapai rasa berprestasi itu. Bangga atas prestasi siswa yang mendapatkan nilai
yang baik atau memperoleh kehormatan dari masyarakat. Dan guru terbaik merayakan
keberhasilan untuk siswa terbaik tersebut.

2.3.2. Guru yang Disukai Oleh Siswa

Menurut Mustakim (2004: 93-94) adapun ciri-ciri guru yang disukai oleh siswa, yaitu
sebagai berikut:

Suka membantu dalam pekerjaan sekolah menerangkan pelajaran dan tugas dengan
jelas serta mendalam menggunakan contoh sewaktu belajar.

Riyang, gembira mempunyai perasaan humor dan punya lelucon atas dirinya.

Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas.

Menunjukkan perhatian kepada murid dan memahami mereka.

Berusaha agar pekerjaan menguasai kelas membangkitkan rasa hormat pada murid.

Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid.

Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan.

Tidak suka marah, mencela, mengejek dan menyindir.

Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid, yang berharga bagi mereka.

Mempunyai pribadi yang mengyenangkan.


Guru merupakan sumber utama bagi siswa dan merupakan harapan juga bagi kedua
orang tua dari anak didik tersebut, karena kecuali orang tua, guru sangat berperan aktif
dalam proses kesuksesan seorang anak, dalam proses belajar mengajar guru harus selalu
memeberikan motivasi yang terbaik untuk siswanya.

Guru terbaik adalah mereka yang tidak secara otomatis “berhenti mengajar” ketika
mengadakan sisi tambahan untuk persiapan tes peristiwa siswa, dan guru melaksanakan
pekerjaan secara serius dan tahu bahwa siswa tidak mendapatkan nilai bagus pada ujian
tapi rasa prestasi dengan menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia bekerja
dengan siswa untuk mencapai rasa berprestasi itu. Dalam hal ini guru merupakan kunci
utama dalam keberhasilan diri siswa.

Sepuluh hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta kepada guru:

1. Tidak menilai hasil kerja siswa.

Apa pun tugas yang kita berikan, sekecil apa pun itu, wajib kita nilai atau setidaknya kita
bahas bersama-sama sehingga siswa minimal tau dan bisa menilai sendiri hasil pekerjaan
mereka. Hal ini sebagai penghargaan atas kerja keras mereka. Jika hal ini terulang, sudah
tentu mereka akan malas mengerjakan tugas dan akan tumbuh kebencian akan etos
kerja kita.

2. Memanggil dengan nama yang tidak disukai.

Kebiasaan guru memanggil nama dengan julukan yang tidak dia sukai akan
menimbulkan kebencian. Meskipun itu dalam bentuk gurauan. Apa lagi jika
memanggilnya di depan teman sekelas atau forum yang lebih besar. Hal ini akan
menyakiti hatinya. Jangan sekali-sekali guru memanggil siswa dengan sebutan seperti
item, si gendut, si lemot, dan kata-kata lain yang meyakitinya.

3. Jarang tersenyum.

Ada guru yang berfikir gengsi tersenyum di depan siswa. Ada juga yang beranggapan
senyum membuat kita tidak dihormati siswa, karena kita dianggap sebagai teman.
Padahal senyum adalah bahasa wajah dengan sejuta kabar gembira bagi yang
melihatnya. Kami pikir ini adalah cara jitu untuk meluluhkan hati siswa agar mudah
menerima kita dalam rangka keberhasilan tujuan belajar.
4. Berpakaian tidak rapi.

Guru figur teladan. Bukan hanya ilmunya saja, namun hampir keseluruhan aspek
kehidupan guru menjadi kaca perilaku siswa. Termasuk cara berpakaian guru. Siswa
akan cenderung mencemooh serta malu jika memiliki guru yang berpakaian tidak rapi
dan kurang sopan, tambah parah lagi bau badan yang tidak sedap. Jadi, agar siswa suka
pada guru perhatikan kerapian dan bau badan.

5. Suka menghukum fisik.

Tujuan mendidik yang mulia kadang-kadang lepas kontrol menjadi hal yang menakutkan.
Semisal ada siswa yang tidak patuh pada peraturan sekolah. Banyak diantara kita
berpikir hukuman fisiklah solusinya. Padahal cara ini tidak efektif untuk perbaikan siswa.
Di sisi lain akan menimbulkan kebencian pada guru. Jadi, agar siswa tetap menghormati
seorang guru, ganti hukuman fisik dengan hukuman lain yang lebih mendidik. Misalkan
meminta tanda tangan kepala sekolah, orang tua, dan guru-guru lainnya, membaca ayat
suci Al-Quran, menulis kata-kata motivasi dengan berulang.

6. Meremehkan siswa.

Bagaimanapun kondisi siswa, guru harus tetap menghargainya. Dari golongan orang
miskin, berfisik jelek, berpenyakit, atau terbelakang sekalipun. Guru yang berjiwa besar
akan tetap menghargainya sebagai siswa yang akan berhasil. Bahkan guru-guru yang
luar biasa akan memberikan perilaku yang lebih.

7. Sering mengumpat.

Sangat tidak pantas jika ada guru mengumpat siswa karena kecerobohan atau siswa
tidak menguasai mata pelajaran. Jika guru melakukan hal ini, maka siap-siap siswa akan
membenci.

8. Pilih-pilih siswa.

Pilih-pilih siswa atau dengan kata lain pilih kasih adalah tindakan yang sangat dibenci
siswa. Baik itu dengan alasan karena si siswa lebih pintar, lebih kaya, anak pengurus
yayasan, anak teman guru, atau apa pun alasannya hal ini tidak disukai siswa. Jadi, miliki
hati semua siswa dengan memperhatikan mereka dengan prosentase yang sama.
9. Menyentuh tubuh siswa.

Terkadang kita berpikir karena murid kita, maka sebagai bentuk kasih sayang kita
melakukan hal-hal yang kurang etis. Misalkan memegang, menyentuh, atau memeluk
siswa. Jika siswa kita sudah mulai memasuki masa pubertas atau bahkan di atasnya,
tentunya kita harus menghormati dia dengan menjaga jarak.

10. Tidak pernah mendoakan.

Tidak pernah mendoakan siswa merupakan sikap yang kurang terpuji dari guru. Guru-
guru yang sering mendoakan muridnya akan terpancar dari kegigihannya dalam
mengajar dan mendidik. Artinya guru yang jarang mendoakan siswanya akan tampak
dari etos kerjanya yang bermalas-malasan dan tidak bersemangat.

2.4. Analisis Fenomena Guru Teladan

Menurut Hamalik (dalam Bahar, 2016:200) mengatakan bahwa menjadi guru adalah
suatu pekerjaan profesional, jabatan guru memerlukan keahlian khusus yang menuntut
seorang guru itu harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-
ilmu lainnya, supaya dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan secara otomatis akan
mampu menghasilkan output yang baik.

Guru sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang baik dan
dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus selalu
melakukan perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya agar dapat
mengangkat kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan.

Terlepas dari perencanaan guru terkadang guru secara tidak sadar melakukan kesalahan
dalam melaksanakannya tugas dan fungsinya. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru
tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan
tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus
dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus mampu memahami
kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah dan yang paling penting
adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.

Mulyasa (2011:20-32) mengatakan dari berbagai kajian menunjukkan bahwa sedikitnya


terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut :

1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan
agar terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa
di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar
dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari asumsi tersebut.
Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga
bannyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam
perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada
peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan
belajar. Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran guru
hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu
komponen terganggu maka akan menganggu seluruh sistem tersebut.

2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif.

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang
semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui
perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat
perkembangan peserta didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah
memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang
mengabaikan perkembangan keperibadian, serta lupa memberikan pujian kepada
mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru memberikan
perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan, atau mengantuk di
kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut seringkali
mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka beranggapan bahwa jika
ingin mendapat perhatian dari guru maka harus berbuat salah.

3. Menggunakan Destructive Discipline

Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan
melampau batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum,
melanggar tata tertib, melanggar norma agama dan telah membawa akibat yang sangat
merugikan masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan menghadapi
situasi-situasi yang menuntut mereka harus melakukan tindakan disiplin.

Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka
dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman
kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak
jarang guru yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran pendidikan, dan
banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar
belakang kesalahan. Selain itu, guru juga jarang sekali mengoreksi pekerjaan peserta
didik dan mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk
kemajuan peserta didik. Yang sering dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru
sering memberi tugas, tetapi tidak pernah memberikan umpan balik terhadap tugas-
tugas yang dikerjakan.

Kesalahan-kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan upaya penegakan


disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak keperibadian serta harga diri peserta didik.
Agar kita tidak melakukan kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu
diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik ketika suasana hati guru tenang, (2) gunakan
disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3) hindari menghina dan mengejek
peserta didik, (4) pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat, (5) gunakan
disiplin sebagai alat pemeblajaran.

4. Mengabaikan perbedaan peserta didik

Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan perbedaan peserta
didik. Mengakatagorian perbedaan individual ke dalam bidang- bidang sebagai berikut:

a) Perbedaan Kognitif

Proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan
kemampuan yaitu kemapuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan kognitif
mengambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada
dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa
hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. Faktor
dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk
lingkungan alamiah dan lingkungan yang dibuat. Tingkat kemampuan kognitif
tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.

b) Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat penting dalam berbahasa berbeda-
beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan
buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan
sistematis.

c) Perbedaan dalam Latar Belakang.

Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat amanpun, perbedaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya,
terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-
pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk
berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.Minat dan sikap terhadap sekolah dan
mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan
untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran dan kebiasaan-kebiasaan belajar
semuanya merupakan faktor perbedaan di antara para siswa.

d) Perbedaan dalam Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut
akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan
secara tepat. Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala
lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada
rangsangan dan pemupukan yang menyetuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan
menjadi penting artinya.

5. Merasa paling pandai

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling
pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para
peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru
merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik
dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat
menyesatkan, karena kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui
internet dan berbagai media masa yang mungkin guru belum memahaminya.

6. Tidak Adil (Diskriminatif)

Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan
belajar bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan
kewajiban guru dalam pembelajaran, dan hak peserta didik untuk memperolehnya.
Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil sehingga merugikan perkembangan
peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh guru terutama
dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada
peserta didik sesuai dengan usaha mereka dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam
memberikan penilaian harus secara adil dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru yang
menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk menyakurkan kasih sayang
di luar tanggungjawabnya sebagai guru.

7. Memaksa Hak Peserta Didik

Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai
akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala
cara untuk mendapat keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan,
memperoleh penghasilan itu sudah menjadi haknya tetapi tindakannya memaksa
bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal serta
kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa
kasihan bagi orang tua yang tidak mampu.

2.5. Refleksi Fenomena Guru Teladan

Guru harus bisa merefleksikan diri tentang apa yang dia lakukan pada peserta didik.
Selau menyadari akan kekurangan diri dan siap dikritik merupakan salah satu cara untuk
membangun pendidikan manjadi lebih baik.

Menurut Bahar (2016:200-201) kompetensi kepribadian guru memiliki peranan yang


sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), mensejahterakan serta memajukan
masyarakat, bangsa, dan negara. Guru dikatakan terpuji atau teladan hendaknya
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

Mengharapkan ridha Allah. Guru dalam menjalankan tugasnya hendaknya melandasi


niatnya dengan tulus dan ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah, membangun dan
menanamkan prinsip “berilmu dan beramalikhlas karena Allah” kedalam diri murid.
Guru harus menginternalisasikan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap tindakannya dalam
pendidikan
Jujur dan amanah. Kejujuran adalah mahkota seorang guru dan kunci keberhasilan
tugasnya.

Konsisten dalam pekerjaan dan perbuatan. Guru harus berbuat sesuai dengan ilmu atau
ucapannya. Guru tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tidak akan mendapat prtunjuk
dan bahkan ia bisa membawa kerusakan bagi msyarakat. Di samping itu, ketidak
sesuaian antara ucapan dengan perbuatan merupakan perilaku tercela bagi guru.

Adil dan egaliter. Keadilan adalah alat yang terhormat dan mulia yang dapat
dipergunakan oleh guru dalam pendidikan. Keadilan dan egaliter mempunyai nilai guna
menumbuhkan rasa cinta dankasih sayang murid dengan guru.

Berakhlak mulia. Guru sebagai pembawa akhlak bagi muridnya. Betapa tidak, karena jika
mengkehendaki murid memiliki akhlak maka terlebih dahulu guru harus berakhlak.

Rendah hati. Rasa rendah hati yang dimiliki guru yang merupakan sifat yang mulia dan
agung. Sifat yang seperti ini bukan hanya memberi manfaat untuk guru itu sendiri,
tetapi sifat itu dapat memantul kepada murid, sehingga murid merasakan kesejukan,
kedamaian dan keakraban murid dengan guru.

Berani. Sifat berani merupakan suatu anjuran yang harus dimiliki oleh guru. Keberanian
di sini adalah melakukan transfaransi (keterbukaan) dirinya dalam berbagai aspek,
seperti kekurangan dan keunggulan diri kepada murid. Sifat keterbukaan ini ternyata
dapat menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi murid.

Menciptakan nuansa keakraban. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana akrab dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran. Guru dalam hal ini dimungkinkan membuat
humor (bergurau) yang bersifat positif kepada murid.

Sabar dan mengekang hawa nafsu. Guru harus berhati sabar dalam melaksanakan
tugasnya dalam pembelajaran. Sabar itu adalah sifat mulia yang merupakan buah dari
mujahadah yang dilakukan guru. Sabar lawan kata dari amarah. Amarah ini pada guru
harus ditekan, karena sifat amarah akan mendatangkan kebencian.

Baik dalam tutur kata. Guru sebagai figur teladan, mestinya mampu bertutur kata
dengan baik dan menyenangkan. Guru harus menghindari perkataan yang keji dan kotor,
karena yang keji dan kotor ini dapat membuat murid menjadi tidak senang.

Tidak egios. Guru menghadapi persoalan yang tidak dapat diselesaikannya sendiri, guru
hendaknya tidak segan-segan untuk meminta pendapat atau bermusyawarah dengan
orang lain termasuk dengan murid.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keteladanan adalah suatu cara yang dapat ditempuh dalam mendidik anak dengan jalan
memberi contoh atau teladan yang baik. Guru sebagai role model bagi peserta didik sudah
menjadi keharusan dan memiliki kepribadian yang baik, karena peserta didik selalu
mengidentifikasikan dirinya pada guru mereka, untuk itu sudah sepatutnya guru
merupakan suru tauladan bagi murud-murudnya.
Karakteristik guru teladan yang harus diperhatikan adalah karakteristik akidah, akhlak,
serta perilaku dan karakteristik profesional.
Ada beberapa hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta keada guru, yaitu tidak
menilai hasil kerja siswa, memanggil dengan nama yang tidak disukai, jarang tersenyum,
berpakaian tidak rapi, suka menghukum fisik, meremehkan siswa, sering mengumpat, pilih
-pilih siswa, menyentuh tubuh siswa, dan tidak pernah mendoakan siswanya.
Sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang baik dan dapat
dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus selalu melakukan
perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya agar dapat mengangkat
kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam
kerangka pembangunan pendidikan. Guru harus bisa merefleksikan diri tentang apa yang
dia lakukan pada peserta didik. Selau menyadari akan kekurangan diri dan siap dikritik
merupakan salah satu cara untuk membangun pendidikan manjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulwaly, Cece & Fauziah Jamillah. 2016. Mendidik dengan Teladan yang Baik.
Yogyakarta: Diandra.
Bahar, Herwina. 2016. Etika dan Profesi Keguruan. Tangerang Selatan: FIP UMJ
Darmadi. 2018. Membangun Paradigma Baru Kinerja Guru. Bandung: Guepedia.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustakim. 2004. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandug: PT Songo.
Rahman, Muhammad & Sofan Amri. 2014. Kode Etik Profesi Guru (Legalitas,
Realita dan Harapan). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Anda mungkin juga menyukai