Anda di halaman 1dari 26

Wawancara PPG Prajabatan

Secara umum asesor menilai


1. Kompetensi (Sebagai guru) dalam sudut pandang guru
a. Bagaimana mengatur kelas
Jawab :
Salah satu ciri guru yang profesional adalah guru yang mampu mengelola
kelas dengan baik. Tingkah laku dan perbuatan anak selalu berubah. Kelas
selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan
emosional anak. boleh jadi persaingan itu menjadi kurang sehat.. Oleh sebab
itu, untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas,
sehingga tercipta iklim kelas yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat
dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut.
1) Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang
hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya
atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan
kelas.
2) Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah anak untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan
perhatian anak. Hal ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas
yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah
munculnya gangguan seperti keributan anak, tidak ada perhatian, tidak
mengerjakan tugas dan sebagainya.
5) Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian. Bisa berupa
penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak yang positif dari
pada membicarakan tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
6) Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan
dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
b. Kelebihan yang dimiliki
1) Pantang Menyerah
Saya memiliki sikap pantang menyerah. Dalam ini saya memiliki
kemauan yang kuat terhadap target yang sudah saya tetapkan
sebelumnya, seperti tahun 2021 target saya menyelesaikan Studi S2.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentu ada rintangan dan tantangan yang
dihadapi. Saya memandang tantangan dan hambatan tersebut sebagai
dorongan untuk memacu diri untuk lebih giat dan disiplin dalam hal
menambah kepasitas diri.
2) Fokus dan Berdedikasi
Untuk mencapai target yang sudah saya tetapkan sebelumnya, saya harus
fokus satu persatu Langkah dan tugas yang diberikan dengan
memberikan dedikasi yang tinggi terhadap sebuah proses untuk
mencapai target tersebut. Misalnya Ketika diberikan tugas perkuliahan,
dengan senang hati dan selalu semangat untuk mengerjakan dengan
maksimal.
3) Berjiwa Empati
Apapun kegiatan yang saya kerjakan di lingkungan sekolah tidak
terlepas dari keterlibatan orang lain untuk itu saya harus peka dalam
memahami situasi orang lain. Untuk itu, dengan memahami kesulitan
orang lain dan berusaha membantu memecahkan masalahnya
merupakan kepedulian yang sangat penting saya berikan kepada
lingkungan saya bekerja.
2. Kepribadian
1) Kejujuran
Sikap kejujuran professional minimal yang harus dimiliki guru adalah: 1) mau
mengakui kekurangan dan terus belajar, 2) jujur menerima hasil penilaian
kinerja meskipun dinilai minor, 3) merencanakan angaran belanja
pengembangan profesionalisme profesinya, 4) taat hukum.
2) Tanggung Jawab
Tanggung jawab intelektual, profesi, sosial, moral dan spiritual, dan pribadi
a) Tanggung jawab intelektual guru diwujudkan melalui penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materik u r i k u l u m m a t a p e l a j a r a n d i s e k o l a h d a n
s u b s t a n s i k e i l m u a n y a n g m e n a u n g i materinya, serta penguasaan
terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
b) Tanggung jawab profesi/pendidikan diwujudkan melalui pemahaman guru
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
c) Tanggung jawab sosial guru diwujudkan melalui kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesame pendidik,tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
d) Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru
sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak
menyimpang dari norma agama dan moral.
e) Ta n g g u n g jawab pribadi diwujudkan melalui
kemampuan u n t u k memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan
dirinya.
3) Menyayangi anak-anak yang kita ajarkan
a) Menciptkan Suasana Belajar yang penuh empati dan nyaman
Saya selalu mengajarkan rasa empati dan peduli sesama diantara peserta didik
karena saya memberikan penjelasan tentang jika diberi rasa sayang akan lebih
bahagia dan menjadi nyaman. Misalkan bagaimana kepedulian terhadap teman
sebangku yang sedang sakit/ demam dan bagaimana Ketika bersikap untuk
memberikan pertolongan terhadap sesame.
b) Ajarkan bagaimana perilaku mengasihi
Saya mengajarkan bagaimana peserta didik untuk memberi semangat kepada
teman - teman yang membutuhkan juga bisa sebagai bentuk kepeduliannya.
Misalkan Ketika siswa yang terkena musibah kebakaran, orang tua/wali siswa
meninggal dunia dan sebagainya.
Jawab :
Kepribadian seorang guru memiliki sifat berpikir yaitu kemampuan analisis
dan berpikir konsepsional. Sifat ekspektasi yang harus dimiliki seperti paham
dengan karakter siswa, paham dengan tugas dan program pendidikan, serta
berinisiatif. Selain itu, sifat kepemimpinan yang dimiliki di antaranya
fleksibel, akuntabel, dan motivasi belajar. Kemudian sifat relasi yang
menjadi kepribadian guru adalah memiliki hubungan dengan unsur-unsur
yang terlibat dalam proses pendidikan, serta memiliki keahlian berbagai
pekerjaan pendidikan secara komprehensif. Adapun sifat profesional guru
hendaknya memiliki komitmen kerja keras yaitu percaya pada institusi, ingin
memajukan institusi, dan ingin mendedikasikan keahliannya. Sifat
profesional seorang guru juga dilihat dari rasa percaya diri memiliki
motivasi berprestasi, emosi stabil, dapat bekerja sama, solutif, husnuzan,
sehat, ceria, dan energik. Guru profesional memiliki kebiasaan berbuat
kebajikan dan mempunyai sifat respek terhadap siswa dan orang tua siswa.
3. Motivasi
Motivasi dan Tantangan
Yang memotivasi saya untuk menjadi seorang guru adalah yang pertama yaitu
factor dari dalam diri saya sendiri dimana kuatnya niat dan tekad bahwa
menjadi seorang guru berarti selalu belajar sepanjang hidup serta selalu dapat
meningkatkan pengetahuan, yang kedua yang memotivasi saya menjadi seorang
guru yaitu factor dari luar berupa dukungan dari keluarga dimana dalam
keluarga selalu memberikan semangat dan dorongan dalam semua hal. Oleh
karenanya, yang saya lakukan untuk mewujudkan motivasi tersebut yaitu
dengan cara selalu disiplin dalam kegiatan apapun, baik sesuatu yang kecil
ataupun yang besar, dengan demikian suatu tujuan akan tercapai dengan
teratur.
Tantangan yang saya hadapi dalam mewujudkan motivasi tersebut yaitu
pertama dari dalam diri saya sendiri dimana masih banyak kekurangan yang
ada, yang kedua yaitu dari luar dimana kondisi persaingan yang semakin lama
semakin banyak. Cara saya mengatasi tantangan tersebut yaitu dengan cara
selalu bersemangat dalam hal apapun, selalu disiplin dalam hal apapun.
Selanjutnya selalu menanamkan sikap ingin tau dan kemauan untuk belajar
dari hal-hal terkecil. Dengan disiplin dan sikap kaingin tahuan maka dapat
membantu saya untuk terus berkembangan dan mengatasi tantangan tersebut.
4. Kognitif
Pengetahuan tentang keguruan secara luas
A. Pengertian Profesi
Guru harus menjalani proses pendidikan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas
profesionalannya. Antara profesi, profesional, proesionalisme, profesionalitas
dan profesionalisme mempunyai pengertian yang saling berkaitan satu sama
lain. Djam’an Satori (2007: 1.3-1.4) menyatakan bahwa “Profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para
anggotanya”. Artinya, suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Orang yang menjalankan suatu profesi harus mempunyai keahlian khusus dan
memiliki kemampuan yang dapat dari pendidikan khusus bagi profesi tersebut.
Sanusi et.al (1991: 19) dalam Udin Syaefudin Saud (2010: 6) juga menyebutkan
bahwa ada kaitan antara profesi, profesional, profesionalisme, dan
profesionalisasi. Dinyatakan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya, ia tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara
khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang
disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi
itu maupun setelah menjalani suatu profesi.
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu
profesi, misalnya “Dia seorang profesional". Kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini
professional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir”.
Profesionalisme menunjuk pada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya. Sedangkan Profesionalisasi menunjuk pada proses
peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam
mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu
profesi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa profesi adalah
suatu pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya, maka semakin tinggi
pula derajat profesi yang diembannya. Tinggi rendahnya pengakuan
profesionalisme sangat bergantung pada keahlian dan tingkat pendidikan yang
ditempuh.
B. Pengertian Profesi Guru
Guru adalah sosok pendidik yang sebenarnya. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Profesi
sebagai seorang guru harus dipandang dari beberapa sisi kehidupan secara luas.
Berdasarkan ciri-ciri suatu profesi, setiap profesi tentunya mempunyai kode etik
yang diatur sebagai pedoman tingkah laku orang yang bertindak sebagai pelaku
profesi tertentu, begitu juga dengan guru. Rumusan kode etik Guru Indonesia
setelah disempurnakan dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta dalam
Mulyasa (2008: 46-47) adalah sebagai berikut:
a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila;
b) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional;
c) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan;
d) Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar;
e) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan;
f) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya;
g) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial;
h) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian;
i) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintan dalam bidang
pendidikan.
C. Kriteria Profesional Keguruan
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus.
Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, (hasil lokakarya
pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung) dalam Oemar Hamalik
(2002: 37-38) sebagai berikut:
1) Fisik
 Sehat jasmani dan rohani.
 Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan
atau rasa kasihan dari anak didik.
2) Mental/kepribadian
 Berkepribadian/berjiwa Pancasila.
 Mampu menghayati GBHN.
 Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada
anak didik.
 Berbudi pekerti yang luhur.
 Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa Pendidikan yang ada secara
maksimal.
 Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
3) Keilmiahan/pengetahuan
 Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
 Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya
dalam tugasnya sebagai pendidik.
 Memahami, menguasai serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan.
 Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain.
 Senang membaca buku-buku ilmiah.
4) Keterampilan
 Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
 Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural,
interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.
 Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP).
 Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik
dalam mencapai tujuan pendidikan.
 Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
D. Kompetensi Profesi Keguruan
1. Pengertian Kompetensi
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10
yang dikutip dari Mulyasa (2008: 25), disebutkan “Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”. Menurut Johnson dalam Syaiful Sagala (2008: 23)
dijelaskan bahwa “Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Pengertian
tersebut menandung arti bahwa kompetensi adalah suatu keharusan yang wajib
dimiliki oleh sebuah profesi”. Rumusan kompetensi menurut Syaiful Sagala
(2008: 24) tersebut mengandung tiga aspek yaitu:
a) Kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi
dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam
menjalankan tugasnya.
b) Ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama
itu tampil nyata dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya.
c) Hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu.
aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil (output dan atau
outcome) dari unjuk kerja.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
2. Jenis Kompetensi Keguruan
Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8
menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Pasal 10 ayat (1)
menyatakan Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Sedangkan menurut, PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, Ayat 3 dan UU No. 14
Tahun 2005 Pasal 10, Ayat 1, menyatakan “Kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi
kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial. Berikut ini
adalah penjelasan lebih lanjut tentang kompetensi guru tersebut.
A. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 Ayat (3) butir a Mulyasa
(2008: 75) mengemukakan bahwa:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya Lebih lanjut, dalam RPP tentang guru dalam Mulyasa
(2008: 75) dikemukakan bahwa Kompetensi pedagogic merupakan
kemampuan guru dalam pengeloaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan terhadap kurikulum/silabus
d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g) Evaluasi hasil belajar (EHB)
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Untuk lebih jelasnya mengenai kompetensi pedagogik, menurut Slamet
dalam Syaiful Sagala (2009) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik
terdiri dari Sub-Kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP
yang terkait dengan mata pelajaran yang di ajarkan; (2) mengembangkan
silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD); (3) merencanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan; (4)
merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5)
melaksanakan pembelajaran yang properubahan (aktif, kretif, inovatif,
eksperimentatif, efektif dan menyenangkan).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola
pembelajaran yang dimulai dari bagaimana guru memaham peserta
didiknya, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil
belajar, dan membantu peserta didik dalam mengembangkan berbagai
potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya.
B. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian yang
dikutip dari Mulyasa (2008: 117) adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
Sosok seorang guru haruslah memiliki kekuatan kepribadian yang positif
yang dapat dijadikan sumber inspirasi bagi peserta didiknya. Dikemukakan
pula oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem pendidikan yang
diinginkannya yaitu guru harus “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya bahwa guru harus contoh dan
teladan yang baik, membangkitkan motivasi berlajar siswa serta
mendorong/memberikan dukungan dari belakang.
Berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006 dalam Abdul
Hadis dan Nurhayati (2010: 27-28) kompetensi kepribadian dapat
dijabarkan menjadi subkompetensi dan pengalaman belajar sebagai
berikut:
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa:
a) Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberi kritik dan
saran.
b) Berlatih membiasakan diri untuk menaati peraturan.
c) Berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan bertindak secara
konsisten.
d) Berlatih mengendalikan diri dan berlatih membiasakan diri untuk
menematkan persoalan secara proporsonal.
e) Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan
bertanggung jawab.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat:
a) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan
keimanan dan ketakwaan.
b) Berlatih membiasakan diri beperilaku santun.
c) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat diteladani oleh
peserta didik dan masyarakat.
c. Mengevaluasi kinerja sendiri:
a) Berlatih dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sendiri.
b) Berlatih mengevaluasi kierja sendiri dan
c) Berlatih menerima kritikan dan saran dari peserta didik.
d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan:
a) Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian.
b) Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan
profesi.
c) Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang
menunjang profesi guru.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi kepribadian adalah kemampuan seorang guru untuk
menampilkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Dalam hal ini,
seorang guru haruslah memiliki pribadi dan pembawaan yang dapat
dijadikan sebagai contoh dan panutan bukan hanya bagi peserta
didiknya tetapi juga bagi lingkungan sekitarnya.
C. Kompetensi Profesional
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung juga harus meningkatkan kualitas guru-gurunya.
Karena yang langsung berinterkasi dengan peserta didik melaksanakan
proses pendidikan adalah guru. Dan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas guru, haruslah ditingkatkan dari segala aspek baik itu aspek
kesejahteraannya maupun keprofesionalannya. UU No. 14 tahun 2005
Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Sebagai seorang
profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup.
Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan
sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan
sejumlah strategi maupun pendekatan pembelajaran yang menarik dan
interaktif, disiplin, jujur dan konsisten. Kemantapan pada penguasaan
kompetensi profesional tersebut, guru diyakini mampu menjalani tugas
dan fungsinya dengan baik. Sejalan dengan baiknya kualitas
profesionalisme guru maka mutu pendidikanpun akan lebih baik.
Secara umum, ruang lingkup kompetensi profesional guru menurut
Mulyasa (2008: 135) adalah:
a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikolgis, sosiologis, dan sebagainya;
b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik;
c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggungjawabnya;
d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi;
e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan;
Sedangkan secara khusus, kompetensi profesionalisme guru dapat dijabarkan
antara lain ebagai berikut:
a. Memahami Standar Nasional Pendidikan.
b. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
c. Menguasai materi standar.
d. Mengelola program pembelajaran.
e. Mengelola kelas.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi profesionalisme guru berhubungan dengan kompetensi yang
menuntut guru untuk ahli di bidang Pendidikan sebagai suatu pondasi yang
dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang guru profesional. Karena
dalam menjalankan profesi keguruan, terdapat kemampuan dasar dalam
pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang
dibinanya, sikap ang tepat tentang lingkungan belajar mengajar dan
mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
D. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 Ayat (3) butir d, Mulyasa
(2008: 173) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam RPP tentang
Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi
untuk:
 Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
 Berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006 dalam Abdul
Hadis dan Nurhayati B (2010: 27-28) kompetensi sosial dapat
dijabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar sebagai
berikut:
1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik,
orangtua peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan dan
masyarakat.
a) Mengkaji hakikat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan
empatik.
b) Berlatih berkomunikasi secara efektif dan empatik.
c) Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik.
2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat:
a) Berlatih merancang berbagai program untuk pengembangan
pendidikan di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.
b) Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan berbagai program
di sekolah dan di lingkungannya
3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional, dan global:
a) Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah
pendidikan pada tataran lokal, regional, nasional, dan global.
b) Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah
pendidikan pada tataran lokal, regional, nasional, dan global.
c) Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal,
regional, dan nasional
4) Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri:
a) Mengkaji berbagai perangkat ICT.
b) Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk
berkomunikasi.
c) Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan
mengembangkan kemampuan profesional.
Jadi kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk
menyesuaikan diri kepada tuntunan kerja di lingkungan sekitar pada saat
menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam menjalani perannya
tersebut guru, sebisa mungkin harus dapat menjadi sosok pencetus dan pelopor
pembangunan di lingkungan sekitar terutama yang berkaitan erat dengan
pendidikan. Melalui interaksinya yang baik dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga pendidik dan wali peserta didik tentunya akan sangat
mendukung proses pendidikan sehingga mencapai tujuan pendidikan yang
lebih baik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa penting bagi seorang guru
untuk menguasai dan melaksanakan semua indikator yang ada pada masing-
masing kompetensi baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun
profesional. Dari keempat kompetensi tersebut, alah satu kompetensi yang
wajib dimiliki oleh seorang guru adaah kompetensi pedagogik. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan mengelola pembelajaran. Pelaksanaan
kompetensi pedagogik yang sudah seharusnya dilaksanakan oleh seorang guru
meliputi bagaimana guru mengembangkan KTSP untuk merencanakan dan
melaksanakn proses pembelajaran yang bermakna, melaksanakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan efektif. Untuk lebih jelasnya,
beberapa contoh pelaksanaan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan
hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman terhadap peserta didik.
2) Mengembangkan kurikulum dan silabus.
3) Merancang pembelajaran.
4) Melaksanakan pembelajaran yang bermakna.
5) Mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Jadi dalam pelaksanaannya, kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan yang penting dimiliki oleh seorang guru. Dalam kaitannya dengan
pengelolaan pembelajaran, guru harus benar-benar mampu merancang,
melaksanakan dan akhirnya mengevaluasi pembelajaran dengan tepat
berdasarkan karakteristik peserta didik. Bukan hanya itu, seorang guru juga
harus dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya
melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna.
10 Kompetensi yang diukur
1. Building Positif Working Relationships
Mengembangkan dan menggunakan hubungan kolaboratif untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan kerja sebagai pengajar
Bagaimana membangun hubungan positif di lingkungan kerja, lingkungan
baru di tempat kerja, kerja sama
Jawab :
1) Selalu bersikap ramah dan beri dukungan pada rekan kerja. Jangan lupa
untuk menegur dan memberi senyuman pada rekan kerja, misalnya saat Anda
berpapasan atau saat Anda baru sampai di kantor.
2) Bertanggung jawab atas apa yang Anda lakukan. Apabila Anda berjanji
untuk melakukannya, maka lakukanlah. Jika Anda merasa tidak sanggup
mengerjakannya, maka komunikasikan pada rekan kerja.
3) Saling menghargai rekan kerja. Bagaimanapun Anda berada di sebuah
lingkungan umum, jadi sebaiknya Anda bisa saling menghormati. Caranya
sederhana, misalnya jangan berisik ketika rekan kerja sedang bekerja. Jika
Anda ingin mendengarkan musik, pakai saja earphone supaya tidak
mengganggu orang lain.
4) Pahami bahwa setiap orang adalah unik dan lebih baik lihat sisi positif
mereka, ketimbang negatifnya. Tidak masalah jika Anda tak bisa berteman
dengan semua orang, tapi pastikan Anda mampu bersikap profesional saat
berinteraksi dengan semua orang.
5) Jangan dengarkan gosip. Anda tentunya tak mau mendapatkan reputasi
sebagai karyawan yang selalu ingin tahu urusan orang lain.
6) Jaga komunikasi yang baik. Jangan malu bertanya, jangan malu berpendapat,
dan selalu komunikasikan setiap hal pada rekan kerja. Mereka bukan cenayang
dan tidak bisa baca pikiran Anda.

Apa sich yang kamu miliki sehingga pantas mengajar di sekolah


Jawab
1) “Semangat dan skill yang saya miliki telah terbukti untuk efisiensi kerja di
Lingkungan sekolah
2) Mendorong semangat ingin terus belajar sehingga Berperan Penting bagi Masa
Depan Orang Lain
Contoh : Menyalurkan Kecintaan pada Anak
Menjadi guru tentunya bisa menyalurkan kecintaan kamu dengan
mendampingi, mengajarkan nilai akademis-non akademis, dan moral pada
anak-anak. Dengan begitu, akan lebih santai menjalani pekerjaan guru karena
kamu suka apa yang ada di dalamnya. Dengan menyukai apa yang kamu
kerjakan, kamu tidak akan merasa seperti sedang bekerja. Hal ini akan dapat
membuatmu lebih bahagia dan awet muda.
2. Coaching
Melibatkan diri dan berkomitmen dalam proses mengembangkan perilaku,
keterampilan, atau pengetahuan khusus yang dibutuhkan coachee (peserta didik,
rekan kerja, pengajar, atau orang lain), serta memastikan munculnya sikap positif
dari coachee yang kelak membantu dan menunjungnya untuk sukses dimasa depan
Apakah Pernah mengembangkan orang lain. Siswa dan rekan sejawat/
teman
Jawab :
Saya mengembangkan puisi dan literasi,
https://www.guru-baik.com/2022/09/ceritakan-pengalaman-anda-melakukan.html
Bagaimana mengembangkan orang lain dengan kemampuan yang belum
maksimal,
Bagaimana membangun hubungan dengan atasan, rekan sejawat, dan siswa.
Apakah sama?

3. Compelling Comunication
Menyampaikan informasi dan gagasan secara jelas dan ringkas kepada individu/
kelompok, berkomunikasi dengan cara yang berfokus dan menarik untuk
mempertahankan perhatian orang lain
Bagaimana berkomunikasi dengan atasan, rekan sejawat, dan siswa. Apakah
sama?
Jawab :
1) Mendengarkan
Mendengar merupakan salah satu komunikasi yang efektif, mendengarkan
setiap pembicaraan atasan/senior secara seksama dapat menunjukkan
keseriusan dan antusiasme kamu, dalam menerima informasi maupun instruksi
dari atasan. Seseorang akan merasa tidak dihargai jika lawan bicaranya sibuk
sendiri dan tidak memperhatikan apa yang dibicarakan.
2) Berani Bertanya dan Memberikan Tanggapan
Jangan malu saat bertanya dengan atasan, sebagai bawahan ada baiknya kita
melakukan pekerjaa sesuai instruksi dari atasan. Tanyakan apa yang belum
kamu mengerti. Ketika ada masukkan atau tanggapan kita perlu memberikan
ide terhadap atasan, berikanlah tanggapan yang sopan dan harus tahu waktu
yang tepat agar atasan mau mendengarkan tanggapan kita.
3) Menggunakan Bahasa dan Kalimat yang Efektif
Jika kita sedang berkomunikasi pada senior atau atasan, hindarilah kata yang
memicu konflik, intonasi tinggi dan argumentative. Juga hal yang harus
diingat, jangan pernah menggunakan bahasa atau istilah-istilah yang terlalu
tinggi. Komunikasi yang baik bukan dinilai seberapa tinggi bahasa yang
digunakan, tapi seberapa mudah dan nyaman yang dapat dipahami lawan
bicara.
4) Bahasa Tubuh
Gunakan bahasa tubuh yang “minimal” saat berkomunikasi, gerakan tubuh
yang tiba-tiba atau memakan banyak ruang dapat membuat lawan bicara
merasa tidak nyaman ketika menjalin komunikasi dengan kamu, dan hindari
juga ekspresi raut muka yang negatif terhadap senior atau atasan.
5) Jangan Menggurui
Ketika berkomunikasi, tetaplah pada posisi kamu sebagai pendengar.
Walaupun kamu mempunyai saran yang akan diutarakan kepada atasan,
ucapkanlah dengan hati-hati menggunakan kalimat yang tidak menyinggung
ego-nya.
4. Continuous Learning
Sadar akan area kekuatan dan area yang perlu diperbaiki sebagai pengajar, aktif
menemukan cara-cara efektif untuk terus mengembangkan & memperbaiki diri
melalui proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus
Kelebihan dan kekurangan
https://smkmuhammadiyah5kisaran.sch.id/read/80/inilah-jawaban-untuk-soal-apa-
kelebihan-yang-mendukung-peran-anda-sebagai-guru-dan-jelaskan-alasannya-
beseta-contohnya
1) Daya Kreativitas Tinggi
Kelebihan dan kekurangan saat interview salah satunya adalah bersikap
kreatif. Kreativitas dibutuhkan untuk menciptakan inovasi baru sehingga
bisnis menjadi berkembang pesat.
2) Memiliki Interpersonal yang Baik
Ciri-ciri orang yang mempunyai interpersonal baik adalah mudah bergaul
dengan siapa saja. Dengan demikian, nantinya bisa menjalin hubungan kerja
yang baik antar sesama pegawai.
Bagaimana menutupi kekurangan tersebut?
a) Terlalu Fokus Pada Pekerjaan
Saat bekerja, tentunya kamu harus fokus agar pekerjaan bisa cepat selesai.
Namun, terlalu fokus juga tidak baik detikers, karena akan mengurangi
interaksi sosial dengan karyawan lain.
Contoh:
Saya terkadang terlalu fokus pada tugas dan pekerjaan saya, sehingga sering
lupa untuk memberikan perhatian yang cukup pada hubungan sosial dan
interaksi dengan orang-orang di sekitar saya.
b) Terlalu Perfeksionis
Sebagai karyawan baru, detikers tentu termotivasi untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan sempurna. Namun, hal tersebut membuat kamu jadi terlalu
perfeksionis, sehingga semua pekerjaan harus benar-benar diselesaikan sebaik
mungkin.
Contoh:
Saya cenderung terlalu perfeksionis dalam bekerja. Bahkan, kadang-kadang
sulit bagi saya untuk merasa puas dengan hasil yang sudah baik dan
memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan sehingga lebih maksimal hasilnya.
5. Decision Marking
Mampu mengidentifikasi dan memahami masalah/peluang, dengan pengumpulan
data, Analisa dan mendeskripsikan informasi, memilih solusi dengan kriteria yang
jelas, evaluasi keputusan yang dibuat secara konsisten dan tepat waktu
berdasarkan fakta
Bagaimana menganalisis masalah, mencarikan solusi dan mengevaluasi serta
berkontribusi dalam pemecahan masalah
Memecahkan masalah merupakan kewajiban semua karyawan, terutama para
pemimpin. Karena keterbatasan waktu, sering kali para pemimpin mengambil
jalan pintas dalam menangani masalah. Mereka bukannya menemukan akar
masalah yang sesungguhnya, tetapi lebih fokus menangani fenomena
permasalahan. Ketidakmampuan menemukan akar masalah pada akhirnya akan
menyulitkan para pemimpin untuk mencari solusi yang tepat. Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut, sebuah proses sistematis untuk mengidentifikasi akar
permasalahan perlu dilakukan para pemimpin. Proses ini membantu menganalisis
akar masalah melalui langkah – langkah yang sistematis.
Berikut adalah langkah-langkahnya:
a) Mencari bukti masalah
Anda harus memahami bagaimana masalah tersebut terjadi. Penting untuk
menyajikan bukti yang membuktikan bahwa masalahnya nyata. Bukti bisa
berupa fenomena yang terjadi seperti penurunan penjualan, kualitas layanan,
employee engagement, peningkatan staff turnover, ataupun yang lainnya.
b) Membuat pernyataan masalah
Jelaskan apa yang menyebabkan terjadinya masalah. Masalah merupakan
penyimpangan dari hasil atau tujuan yang ingin dicapai. Contohnya, jika
proses inovasi Anda tidak berjalan dengan lancar dalam mendorong
pertumbuhan perusahaan, Anda dapat membuat pernyataan masalah seperti:
“Proses inovasi portofolio produk kami tidak berkontribusi pada harapan
target pertumbuhan perusahaan yaitu 5%”
c) Menganalisis dampak masalah
Coba lihat ke depan dan tanyakan pada diri Anda: apa dampak negatifnya jika
masalah ini terus terjadi? Sesuai dengan contoh yang diambil sebelumnya,
Anda mungkin akan kehilangan pangsa pasar, melewatkan peluang
pertumbuhan, target pendapatan serta profitabilitas. Pastikan Anda
menjelaskan dampak ini secara spesifik dan terdapat bukti nyata bahwa
dampak ini sudah terukur.
d) Mencari penyebab masalah terjadi
Apa yang menjadi penyebab masalahnya? Penting untuk menganalisis
penyebab masalah secara sistematis. Anda dapat bertanya “mengapa” masalah
terjadi dari awal dengan menggunakan 5 Whys Root Analysis.

6. Ethical Maturity
Kemantangan emosi dalam berkarya melalui keterbukaan dan kejujuran,
berperilaku dengan kebijaksanaan serta kasih saying seleras antara dengan
Tindakan dan sesuai dengan petunjuk moral, spiritual nilai, etika profesi dan
kebijakan yang ada
Bagaimana mengelola emosi di kelas, apakah kita mampu adil dan
bijaksana/jujur

Jawab
Berikut ini beberapa cara yang dapat orang tua lakukan untuk mengajarkan anak
mengelola emosinya.
1) Ajarkan Anak Cara Menenangkan Diri
Jika kemarahan anak masih dalam batas wajar, maka jangan menegurnya.
Biarkan anak untuk istirahat dan memberi waktu untuk meredakan amarahnya.
Jika sudah merasa lebih tenang, bawa anak menjauh dari hal yang
membuatnya marah dan berikan ucapan yang dapat membuatnya lebih tenang.
Namun jika anak malah bereaksi lebih agresif, maka Anda harus
menghentikannya segera. Buat anak duduk selama 1-2 menit untuk
mendinginkan pikirannya. Ajak mereka untuk mengatur napas, lalu bicarakan
dengan baik-baik solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang membuat
anak marah.
2) Ajarkan Anak untuk Mengungkapkan Perasaan
Anak yang tidak diajarkan mengungkapkan perasaan akan cenderung sering
berteriak, memukul, menendang, dan menjerit ketika marah. Mereka
melakukannya karena tidak tahu bagaimana mengekspresikan kemarahan
secara verbal. Ajarkan anak belajar mengelola emosi dengan
mengungkapkan perasaan.
Beritahu kata-kata emosi yang berbeda yang sesuai dengan suasana hatinya
dan cukup baik untuk memberitahu bahwa mereka sedang merasakan emosi
tersebut. Contohnya seperti kata-kata untuk perasaan bahagia, takut, marah,
kesal, gugup, dan sebagainya.
3) Berikan Pujian pada Anak
Memberikan pujian pada anak menjadi salah satu cara yang dapat
mengajarkan anak mengelola emosinya. Misalnya ketika anak marah, kecewa
atau sejenisnya, jika ada suatu hal yang dapat dipuji darinya dan dapat
membuatnya lebih tenang, maka berikanlah pujian. Hal ini karena mungkin
saja alasan emosi mereka sebenarnya hanya ingin mendapat pujian atau
apresiasi dari orang tua, tetapi mereka tidak mendapatkannya. Namun, pujian
yang diberikan tetap harus dalam takaran yang wajar karena pujian yang
berlebihan pun dapat berdampak buruk bagi anak.
4) Berikan Contoh yang Baik
Perilaku orang tua adalah hal yang paling mudah dicontoh oleh anak. Oleh
karena itu, jika ingin anak dapat mengelola emosinya, maka orang tua pun
harus memperlihatkan bahwa dirinya dapat mengelola emosi dengan baik.
Mengelola emosi yang baik tidak terlepas dari aspek-aspek yang harus
diperhatikan, diantaranya :
a) Kesadaran emosional
Kamu bisa mencoba untuk mulai menyadari dan mengetahui emosimu dan
emosi orang lain, bagaimana mereka memengaruhimu dan emosi apa yang
muncul ketika kamu berada di suatu keadaan tertentu. Selanjutnya kamu
bisa menilai dirimu dan mengambil keputusan yang tempat dalam kondisi
tertentu.
b) Manajemen diri
Manajemen diri yaitu memiliki kemampuan untuk mengatur emosi yang
sedang dirasakan, menghindari pemikiran impulsif dan memanfaatkan
emosi yang dirasakan untuk mengambil keputusan yang positif.
c) Manajemen hubungan
Ketika kamu sudah bisa mengatur emosimu sendiri, kamu bisa mengatur
hubunganmu dengan orang di sekitarmu dengan baik dan dapat berempati
sehingga akan terbangun hubungan sosial yang positif.
7. Managing Work
Mampu mengatur waktu dan sumber daya yang ada untuk memastikan bahwa
pekerjaan yang ada diselesaikan dengan efisien
Memeneg waktu untuk mengajar, mengembangkan orang lain dan peserta
didik andaikan diberikan tugas tambahan
Waktu keluarga dsb
Berikut ini adalah tips untuk guru dalam mengatur waktu mengajar, mencari
materi pembelajaran, hingga mengerjakan tugas administrasi agar pekerjaan guru
terasa menyenangkan:
1) Menetapkan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini sangat penting untuk menentukan arah dalam
melakukan pembelajaran terhadap siswa. Ketika tujuan pembelajaran sudah
dibuat maka akan memepermudah guru dalam mengambil langkah
pembelajaran.
2) Mencari materi pembelajaran
Untuk menyampaikan materi pembelajaran di depan siswa secara maksimal,
guru perlu menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
akan diajarkan. Meskipun sudah ada materi dari buku-buku yang diberikan
sekolah, namun seorang guru yang profesional perlu mencari referensi
tambahan materi agar siswa yang diajarkan juga dapat menerima materi baru.
3) Membuat jadwal
Penting bagi guru untuk membuat jadwal agar mampu menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan target yang ditentukan. Pembuatan jadwal ini akan
mempermudah guru yang mempunyai banyak sekali pekerjaan dan guru yang
mudah lupa.
4) Menentukan deadline
Selain membuat jadwal, guru juga perlu menentukan batas waktu pengerjaan
sebuah pekerjaan yang guru lakukan atau biasa disebut sebagai deadline. Hal
ini dilakukan agar guru mempunyai target waktu untuk menyelesaikan
pekerjaannya sehingga dapat bekerja optimal dan tidak membutuhkan waktu
banyak.
5) Tidak menunda pekerjaan
Sekali menunda pekerjaan dapat menjadi kebiasaan buruk yang akan terulang
secara terus menerus. Oleh karena itu, menjadi guru tidak boleh menunda-
nunda pekerjaan. Satu pekerjaan tertunda maka akan menghambat pekerjaan
lainnya.
6) Mengerjakan pekerjaan administrasi secara teliti
Selain mengajar, seorang guru juga harus melengkapi berbagai
administrasinya. Banyak dokumen administrasi yang harus dilengkapi jadi
seorang guru tidak boleh melewatkan satu dokumen dalam administrasinya
karena akan memperburuk pekerjaan seorang guru. Guru perlu membuat
daftar administrasi agar mampu mengerjakan dengan teliti.
7) Mengambil waktu istirahat cukup
Banyaknya pekerjaan yang perlu dilakukan guru tentu akan menguras banyak
energi, sehingga mengambil waktu istirahat sejenak menjadi hal yang wajib
dalam daftar tips mengatur waktu. Ketika guru memiliki banyak pekerjaan dan
waktu istirahatnya berkurang maka guru akan kehilangan fokus dan energi
yang terfosir terus menerus akan menyebabkan seorang guru jatuh sakit. Tak
hanya untuk guru, menjaga kesehatan dengan rehat sejenak merupakan hal
yang penting bagi semua orang.
8) Membatasi pekerjaan
Tidak melakukan kegiatan secara berlebihan dan memilih pekerjaan
berdasarkan prioritas merupakan hal yang penting. Hal ini akan membawa
kebiasaan yang baik bagi seorang guru ketika mengajar dalam kelas karena
mampu melakukan pekerjaan seefektif mungkin namun tetap mempunyai nilai
yang berharga bagi siswa.
9) Mencari metode pembelajaran
Guru perlu menerapkan beberapa metode pembelajaran agar kegiatan belajar
mengajarnya tetap menyenangkan. Metode pembelajaran yang baik akan
memberikan kebahagiaan bagi guru, begitu pun dengan siswanya. Metode
pembelajaran yang efektif menjadi dambaan semua guru dan siswa agar
mencapai pembelajaran yang menyenangkan.
10) Berani berbicara tidak
Meskipun guru terlihat bekerja dalam waktu yang singkat, tetapi pasti setiap
harinya banyak pekerjaan lain yang membutuhkan pertolongan guru. Hal ini
akan menganggu waktu guru, sehingga mengatakan tidak dalam beberapa hal
menjadi bagian penting agar pekerjaan tetap menyenangkan dan selesai dalam
hitungan tenggang waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Begitulah tips
dalam mengatur waktu bagi guru yang mengajar dari persiapan materi hingga
pekerjaan administrasi dengan berbagai metode pembelajaran yang patut
dicoba.
8. Mission/People
Panggilan hidup sebagi pengajat yang memberi dampak positif secara luas, baik
bagi peserta didik maupun lingkungan sekitar
Cita-cita dari kecil, kemauan, dan keinginan untuk terus belajar
9. Resilience
Terus berupaya, fokus, dan positif saat mencapai tujuan yang ingin dicapai, serta
bangkit Kembali saat menghadapi kegagalan mencapai tujuan
Bagaimana semangat dan kerja keras Ketika ingin mencapai sesuatu
Ketika diterima di PPG prajabatan, saya akan mengikuti seminar, selalu
belajar, ikut pelatihan dan sebagainya.
10. Valuing Differences
Bekerja secara efektif dengan peserta didik dengan beragam budaya, gaya
interpersonal, kemampuan, motivasi, dan latar belakang, mencari dan
menggunakan kemampuan unik, wawasan baru, dan ide-ide dari individu yang
berbeda.
Menyatukan dalam setiap perbedaan, bagaimana peran kita dalam
menghadapi perbedaan tersebut.
1) Menghargai Perbedaan
Salah satu sikap yang baik dilakukan untuk menghadapi perbedaan adalah
dengan saling menghargai perbedaan yang ada. Misalnya, saat ada teman baru
dari berbeda daerah, baiknya kamu menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga
temanmu dapat berkomunikasi dengan lancar denganmu. Perbedaan
karakteristik tidak hanya yang terlihat dari fisik temanmu, namun juga latar
belakang daerah asal, bahasa, dan budaya. Dengan perbedaan tersebut, kita
dan teman-teman di sekolah bisa saling mengenal budaya dan bahasa dari
daerah masing-masing. Semakin mengenal perbedaan antardaerah, semakin
kita bisa belajar menghargai perbedaan dan bersikap toleransi.
2) Tidak Membeda-bedakan
Meskipun setiap dari teman-temanmu memiliki perbedaan yang beragam, kita
tidak boleh membeda-bedakan teman. Sebab sikap membeda-bedakan teman
akan memunculkan perselisihan yang merugikan diri sendiri serta orang lain.
Selain itu, jika terjadi perselisihan, maka persatuan dan kesatuan tidak dapat
tercapai.
3) Membangun Sikap Toleransi
Toleransi yang dimaksud adalah saling menghormati perbedaan budaya, asal,
bahasa, maupun pendapat dari orang lain. Selain toleransi, kita juga harus
saling mengasihi dan rukun sesama teman, agar terhindar dari perselisihan.
Perbedaan yang ada di Indonesia justru saling melengkapi dan menjadi
keistimewaan masing-masing daerah, yang patut dibanggakan. Dengan adanya
banyak perbedaan di Indonesia, kita harus menumbuhkan sikap menghargai,
menghormati, dan toleransi, supaya terwujud persatuan dan kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai