Anda di halaman 1dari 2

TP 2 Ruang Kolaborasi

Nama Kelompok:
1. Inna Milki Amnun Istaufa (233129712408)
2. M. Faisal Rizqy Pratama (233129711676)
3. Utiy Dewi Zuhriyah (233129712534)
1. Lembar Kerja 2.4
Diskusikan kondisi atau kasus di bawah ini dalam kelompok (minimal 2 orang – atau sesuai
pembagian dalam kelas). Silakan diskusikan kondisi berikut
A. Apa tantangan bagi guru untuk menjadi contoh/teladan khususnya dalam hal sosial-
emosional?
Pembelajaran sosial-emosional berhubungan dengan sifat, sikap dan mental pada peserta
didik maupun guru. Proses untuk membangung pembelajaran ini dapat dicapai melalui
keteladanan dalam mengembangkan kemampuan dasar sosial emosional peserta didik.
Dalam prosesnya ada beberapa tantangan bagi guru untuk memberikan pembelajaran
sosial-emosional yang berkaitan dengan aspek kompetensi CASEL, antara lain sebagai
berikut.
1. Kesadaran dan manajemen diri
Pada dasarnya perubahan sosial emosional pada peserta didik menjadi lebih baik
didasarkan pada individu itu sendiri. Sehingga kesadaran dan manajemen diri ini
perlu diteladankan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran.
2. Responsible decision making
Pada umumnya peserta didik berada pada rentang usia remaja dimana proses
pengambilan keputusan dengan baik masih sulit dilakukan. Untuk itu peran guru
untuk memberi keteladanan cara penyelesaian masalah harus lebih ditekankan
3. Social awareness
Pada zaman sekarang, tingkat kepedulian sosial terhadap sesama semakin menurun,
sehingga peran guru untuk memberi teladan saling peduli terhadap sesama harus
sering dilakukan pada saat pembelajaran
4. Relationship skills
Kemampuan ini berkaitan dengan kepedulian sosial. Kerjasama tim atau hubungan
dengan sesama bisa ditingkatkan apabila keteladanan terhadap kerja kelompok
semakin sering dilakukan. Peran guru disini adalah untuk membimbing peserta
didik selama proses tersebut.
B. Kasus yang ada berkaitan dengan hal di atas berdasarkan pada pengalaman Anda
mengamati proses belajar mengajar yang pernah Anda ikuti!
Kasus yang ada berkaitan dengan hal diatas berdasarkan pengalaman saya yaitu dalam
proses pembelajaran saya masih belum bisa memberikan pelayanan menyeluruh, terkadang
lebih cenderung pada kelompok yang aktif dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Guru
merasa kesulitan untuk menghadapi peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang
rendah, tidak mau berusaha dan cenderung acuh terhadap kegiatan pembelajaran
C. Bagaimana sekolah bisa mendukung pembelajaran sosial-emosional? Apa saja
tantangan bagi sekolah?
Sekolah dapat berperan penting dalam mendukung pembelajaran sosial-emosional (PSE)
bagi para siswanya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan belajar yang
aman dan kondusif, menyediakan program PSE terstruktur, serta memberikan pelatihan
kepada guru dan melibatkan orang tua dan masyarakat. Meskipun terdapat beberapa
tantangan dalam penerapan PSE di sekolah, seperti kurangnya sumber daya, dukungan, dan
perbedaan budaya, penting bagi sekolah untuk terus berusaha. PSE dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan penting untuk menjadi individu yang sukses dan bahagia.
Program PSE dapat membantu siswa dalam memahami diri mereka sendiri, mengelola
emosi, membangun hubungan positif, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Penerapan PSE di sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar, mengurangi perilaku
berisiko, meningkatkan kesehatan mental, dan membangun hubungan positif antar siswa.
Dengan demikian, sekolah dapat menjadi tempat yang ideal untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang penting untuk kesuksesan mereka di
masa depan.
D. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan pembelajaran
sosial-emosional? Jelaskan? Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
Iya, karakteristik peserta didik sangat mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial
emosional. Hal ini dikarenakan karakteristik peserta didik pada setiap jenjang berbeda
beda, sehingga kita sebagai guru harus menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik
berdasarkan usianya. Dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional guru sebisa
mungkin menciptakan kebiasaan positif untuk mengendalikan emosi peserta didiknya.
Misalnya dalam bertindak guru harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, menghindari
hukuman secara fisik dengan tujuan peserta didik tidak trauma dan menerapkan tindakan
tersebut dalam kehidupannya, tidak menghakimi peserta didik di depan umum jika
melakukan kesalahan, tidak mudah marah jika ada sesuatu hal tidak sesuai
keinginan terjadi. Dengan menerapkan perilaku yang positif, peserta didik secara tidak
langsung terlatih untuk mengelola emosi sehingga proses pembelajaran yang berlangsung
dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan.

Anda mungkin juga menyukai